Proses Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman yang terus berkembang di Indonesia mengenai pengelolaan keuangan daerah, pemerintah harus mampu mempertangung jawabkan dan bersikap terbuka akan pengelolaannya kepada masyarakat atau disebut transparansi publik, artinya mampu bersifat terbuka mengenai keuangan dan kegunaan uang tesebut dalam melakukan penganggaran.Pemerintah harus mampu menggunakan keuangan daerahnya untuk keperluan yang wajib ataupun yang bersifat mendesak sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi pandangan yang tidak wajar dari masyarakat dan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan yang menjadi perencanaan Pemerintah.Masyarakat juga harus memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pemerintah untuk mengelola keuangan yang ada.

Dengan adanya masalah ini,maka pemerintah melakukan perubahan yang fundamental dari reformasi di bidang keuangan dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dilanjutkan dengan penetapan standar dalam penyusunan Laporan Keuangan untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yakni


(2)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.Pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya sendiri memiliki peranan yang sangat vital, yaitu dengan membuat suatu aturan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.Dengan ditetapkannya Undang-Undang diatas, diharapakan masyarakat dapat memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dituntut agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan infrastruktur dalam bidang pendidikan, dan kesehatan masyarakat, serta pembangunan yang disesuaikan dengan otonomi daerah.

Meninjau dari pembangunan saat ini yang masih jauh dari harapan karena berbagai keterbatasan sumber daya, perlu meningkatkan kerjasama dari semua elemen yang ada agar target yang akan dicapai dapat terlaksana sesuai harapan.Bertitik tolak dari hasil pembangunan yang akan dicapai dengan tetap memperhatikan fasilitas keterbatasan sumber daya yang ada maka dalam rangka untuk memenuhi tujuan pembangunan baik secara nasional atau regional perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat baik yang dilakukan oleh aparat tingkat atas maupun tingkat daerah serta jajarannya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 yang merupakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan, realisasi belanja APBD dan laporan keuangan juga mencakup kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi merupakan sebagai dasar yang harus dipatuhi dalam menyusun laporan keuangan. Di samping kebijakan akuntansi, pemerintah daerah juga harus memiliki SDM yang mampu menyusun laporan


(3)

keuangan daerah yang sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi dari Permendagri 59 Tahun 2007 di mana setiap SKPD harus menyusun laporan keuangannya masing-masing. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Pasal 265 ayat (1) menyatakan bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) wajib menyusun dan melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara periodik yang meliputi :

a. Laporan realisasi anggaran; b. Neraca SKPD;

c. Catatan atas laporan keuangan SKPD dan berdasarkan Pasal 290 ayat (1), (2) dan (3) yang intinya menyatakan bahwa Kepala SKPD harus menyampaikan laporan realisasi anggaran sebanyak dua kali setahun yakni semester pertama (Januari sampai dengan Juni) yang menerangkan realisasi anggaran pendapatan dan belanja SKPD disertai dengan prognosis untuk enam bulan berikutnya paling lama tujuh hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan. Selanjutnya Kepala SKPD menyampaikan laporan tahunan yang dimulai dari periode Januari sampai dengan Desember tahun anggaran.

Penyusunan merupakan kegiatan perencanaan yang terstruktur dengan baik yang berguna untuk pengalokasiannya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.Penyusunan terhadap laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dengan anggarannya yang diperlukan untuk


(4)

penyajian yang wajar. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.

Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:

(a) Pendapatan (b) Belanja (c) Transfer

(d) Surplus atau defisit (e) Penerimaan pembiayaan (f) Pengeluaran pembiayaan (g) Pembiayaan neto; dan

(h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)

Masing-masing pos tersebut diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.

Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi berikut:


(5)

1. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya; 2. cakupan entitas pelaporan;

3. periode yang dicakup; 4. mata uang pelaporan; dan 5. satuan angka yang digunakan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi APBD mudah dilakukan.

Pada sisi yang lain APBD dapat pula menjadi sarana bagi pihak tertentu untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja. Khusus dalam penyusunan laporan keuangan daerah, pemerintah daerah di samping harus memiliki kebijakan akuntansi sebagai dasar dalam menyusun laporan keuangan, pemerintah daerah juga harus memiliki SDM, komitmen dan perangkat pendukung yang mampu dalam menyusun laporan keuangan daerah sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, SDM, serta perangkat pendukung dalam proses penyusunan laporan realisasi belanja APBD di lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, laporan ini


(6)

berjudul “ PROSES PENYUSUNAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI JAWA-BARAT”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Peraktek

Maksud penulisan dalam melaksanakan kuliah Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui tentang proses kerja dan penyusunan realisasi anggaran yang disesuaikan dengan prosedur yang berlaku yang dibuat oleh Pegawai Pemerintah Kota Bandung agar kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik..

Sedangkan tujuan penulisan yang ingin dicapai dari hasil pelaporan kerja peraktek ini adalah :

1. Mengetahui pengertian anggaran secara umum.

2. Untuk mengetahui tahapan penyusunan realisasi anggaran sampai dengan pemeriksaan ulang yang dilakukan oleh BPK.

3. Agar dapat mengetahui tujuan standar pelaporan.

4. Dapat memahami manfaat Informasi dari realisasi anggaran.

5. Mengetahui periode laporan dari dari penyusunan realisasi anggaran. 6. Mengetahui pos-pos yang ada dalam laporan realisasi anggaran.

1.3 Kegunaan Kerja Peraktek

Hasil kuliah kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi penulis, perusahaan yang diteliti dan masyarakat umumnya diantaranya :


(7)

1. Bagi Penulis

a. Laporan kerja praktek ini beguna bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai anggaran belanja yang terjadi di Pemprov Jawa-Barat.

b. Mendapatkan pengalaman yang sesungguhnya dalam dunia kerja untuk persiapan diri di masa yang akan datang.

c. Sebagai studi banding dari apa yang di dapat selama perkuliahan dengan kuliah kerja praktek ini.

2. Bagi Instansi Perusahaan

Mempermudah beban perkejaan pada subbagian akuntansi dan bagian akuntansi pelaporan di setda pemrov jabar.

3. Bagi Program Studi Akuntansi Unikom

Mempermudah universitas untuk memperkenalkan mahasiswanya dalam mempraktekan ilmunya di dunia kerja yang nyata.

4. Bagi Pihak Lain

Diharapakan dapat menambah ilmu dan menjadi minformasi yang bermanfaat.

1.4 Metode Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam menyusun laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode penulisan yang menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya berdasarkan data-data yang penulis dapatkan selama melakukan kerja praktek, dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


(8)

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh data dari buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain,serta catatan-catatan pribadi yang didapat selama mengikuti perkuliahan yang ada keterkaitannya dengan pokok pembahasan laporan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Riset lapangan (Field Research) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu: a. Pengamatan (Observation)

Metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajari kegiatan-kegiatan mengenai masalah yang akan penulis bahas.

b. Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data yang didapat dengan melakukan tanya jawab dengan para pegawai atau petugas yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

c. Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data laporan, dan catatan yang terdapat di PemProv Jawa-Barat.


(9)

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1Lokasi Kerja Praktek

Dalam melakukan kegiatan Kerja Praktek ini penulis mengambil lokasi kuliah kerja praktek yang dilakukan di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Gedung Sate) di bagian Akuntansi Pelaporan Jl. Diponegoro no.22 Bandung 40115,Telp (022) 4232448 – 4233347 – 423096. .Adapun aktivitas yang dilakukan selama terjadinya kuliah kerja praktek di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan persiapan serta pelaksanaan penulis dalam melakukan kerja praktek ini,untuk lebih jelasnya bisa dilihat di tabel.

1.5.2Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kegiatan kerja praktek dimulai pada tanggal 5 Juli 2010 s/d tanggal 6 Agustus 2010. Berikut ini adalah aktivitas kerja praktek dan aktivitas kantor di Instansi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) pada bagian Akuntansi Pelaporan,serta tabel jadwal pelaksanaan kerja praktek yaitu :

Tabel 1.1

Aktivitas Kerja Praktek dan Aktivitas di Kantor

No Aktivitas Hari Waktu

1 Kerja Praktek Senin s/d Jum'at 07:30 s/d 16:00 wib

2 Istirahat

Senin s/d Kamis 12:00 s/d 13:00 wib Jum'at 11:30 s/d 13:00 wib 3 Libur Sabtu s/d Minggu -


(10)

Tabel 1.2

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

NO KEGIATAN KP

BULAN & TAHUN JUNI '10 JULI '10 AGT '10 SEPT '10 OKT '10 NOV '10 DES '10 I Persiapan KP

1 Permohonan Ijin Kp

2 Realisasi Ijin KP

3 Menentukan

Tempat Kp

4 Mendapat surat

penerimaan

5 Mendapat Absen

untuk KP

II

Pelaksanaan KP

1 Aktivitas KP

2 Bimbingan di

tempat KP

III

Pelaporan KP

1 Konsultasi

2 Mulai Bimbingan

3 Pembuatan Laporan

4 Ujian KP


(11)

11

BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN

2.1 Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekertariat Daerah merupakan salah satu unsur perangkat Daerah, yang pembentukannya berdasarkan Undang-ndang Nomor 22 tahun 1999 pasal 68 ayat 1 dan peraturan pemerintah nomor 84 tahun 2000 pasal 1 ayat 2 yang kemudian dibentuk berdasarkan peraturan daerah nomor 13 tahun 2000 tentang sekertariat daerah.

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 ayat (1) Sekretaris daerah merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

Tugas pokok sekretariat daerah yaitu membantu Gubernur dalam pelaksanaan tugas pemerintah, organisasi dan tatalaksana serta memberi pelayanan administratif kepada seluruh perangkat pemerintah.

Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut, Sekretariat Daerah juga berfungsi sebagai :


(12)

2. Penyelenggaraan Administrasi pemerintah dan pelaksanaan pelayanan admnistrasi kepada seluruh perangkat pemerintah daerah.

3. Pengendalian sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintah daerah.

4. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dengan tugas dan fungsinya.

Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi tersebut. Sejak tahun 1950 segala urusan keuangan daerah dipegang oleh Biro Keuangan yang berkantor di Jl. Gereja No. 5 Bandung. Pada tahun 1967, Biro Keuangan dipindahkan ke Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga No. 137 Bandung, Dengan tugas dan fungsi yang sama. Kemudian pada tahun 1968, Biro Keuangan diganti menjadi administrator Bidang keuangan yang disesuaikan dengan struktur organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai assist. III . dengan diterbitkannya peraturan daerah Tk I Jawa Barat No. 1 Tahun 1993 tentang susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Wilayah Daerah Tk 1 Jawa Barat dan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang baru penggunaan Biro Keuangan ini digunakan sampai sekarang dengan tugas dan fungsi yang sama.

Biro Keuangan mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan pengelolaan keuangan daerah yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka proses pelaksanaan administrasi APBD, yang terdiri dari :

a. Perencanaan b. Pelaksanaan


(13)

c. Penatausahaan d. Pertanggungjawaban

Selain itu, Biro Keuangan memiliki fungsi dalam mengelola keuangan daerah sebagai berikut:

1. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan penatausahaan sampai dengan pengendalian Administrasi pengelolaan Keuangan Daerah.

2. Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di Bidang Keuangan Daerah.

3. Melaksanakan pengendalian/pengawasan preventif pelaksanaan APBD. 4. Menyelenggarakan pembinaan kepada aparat pengelolaan keuangan daerah

secara teknis fungsional dalam pengurusan keuangan secara khusus. A. Visi

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.

Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Jawa Barat dapat


(14)

lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional, maupun global.

Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :

-Mandiri adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi, infrastruktur, lingkungan dan sumber daya air.

-Dinamis adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan.

-Sejahtera adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.

B. Misi

Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi


(15)

Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.

o Misi Pertama, “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang

Produktif dan Berdaya Saing”.

Tujuan :

1. Mendorong masyarakat ke arah peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja;

2. Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sasaran :

1. Tuntasnya program pemberantasan buta aksara;

2. Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi anak usia sekolah;

3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak;

4. Meningkatnya pelayanan sosial dan penanggulangan korban bencana; 5. Meningkatnya kesetaraan gender;

6. Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja;

7. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat;


(16)

9. Revitalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

o Misi Kedua, Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional

Berbasis Potensi Lokal”.

Tujuan :

Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.

Sasaran :

1. Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal; 2. Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja;

3. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing;

4. Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja; 5. Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.

o Misi Ketiga, “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur

Wilayah”.

Tujuan :

Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.


(17)

1. Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan jasa;

2. Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air;

3. Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Jawa Barat;

4. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah);

5. Terwujudnya keamanan dan keserasian dalam pembangunan infrastruktur.

o Misi Keempat, “Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung

Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”. Tujuan :

Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.

Sasaran :

1. Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta persebaran penduduk;

2. Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko bencana;

3. Meningkatnya fungsi kawasan lindung Jawa Barat; 4. Terlaksananya penataan ruang yang berkelanjutan;


(18)

5. Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin, dan surya.

o Misi Kelima, “Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan

Kualitas Demokrasi”.

Tujuan :

1. Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel; 2. Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat

kebangsaan. Sasaran :

1. Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi; 2. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah serta

pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi;

3. Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat;

4. Meningkatnya kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan; 5. Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum di daerah;

6. Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

7. Meningkatnya kerjasama daerah dalam pembangunan; 8. Meningkatnya peran dan fungsi partai politik;


(19)

9. Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik;

10.Tumbuhnya pembangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.2 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Struktur Organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan peranan masing-masing jabatan dalam mewujudkan kerjasama, struktur organisasi juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan, serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.

Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

1. Biro Keuangan Dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan ini membawahi :

a) Bagian Anggaran, membawahkan: 1) Sub Bagian Anggaran Program; 2) Sub Bagian Anggaran Non Program; 3) Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan;


(20)

b) Bagian Perbendaharaan, membawahkan:

1) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Program; 2) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Non Program; 3) Sub Bagian Belanja Pegawai;

c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahkan: 1) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;

2) Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset; 3) Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan;

d) Bagian Kas Daerah, membawahkan: 1) Sub Bagian Pengelolaan Kas; 2) Sub Bagian Penerimaan; 3) Sub Bagian Pengeluaran;

e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahkan: 1) Sub Bagian Penganggaran;

2) Sub Bagian Penatausahaan;

3) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;

Bagan struktur organisasi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Lampiran.

2.3 Deskripsi Jabatan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada pasal 131 menyebutkan:


(21)

1) Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

2) Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Biro Keuangan mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,

akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

3) Rincian tugas Biro Keuangan:

a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Keuangan

b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan


(22)

f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah

g. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan Sekretariat Daerah

h. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah i. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD

j. Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan

l. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota

m.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan

n. Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Biro Keuangan

o. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan p. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

q. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya 4) Biro Keuangan membawahkan:

a. Bagian Anggaran b. Bagian Perbendaharaan


(23)

c. Bagian Akuntansi dan Pelaporan d. Bagian Kas Daerah

e. Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah

Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan

Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan : a. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

b. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset c. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan.


(24)

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi

Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan mempunyai fungsi:


(25)

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota b. Pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota

2.4 Aktivitas Utama Bagian Akuntansi dan Pelaporan

Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro Keuangan yang memiliki peran penting pada aktivitas pengelolaan keuangan Sekretariat Daerah provinsi Jawa Barat. Berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan

Daerah

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan Daerah

d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan

g. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD


(26)

i. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota

j. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan

k. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan

m.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota

n. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan Pelaporan

o. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

p. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan :

1. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan kebijakan akuntansi harus dibuat untuk mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah


(27)

Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antarperiode. Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan Keuangan.

c. Melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan pelaporan

d. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara berkala Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu bagian dari laporan keuangan tersebut adalah Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan secara berkala baik per semester maupun per tahun.

e. Menyusun bahan koordinasi dan konsolidasi atas laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

Dalam hal ini staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan Keuangan melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain melakukan konsolidasi, Sub Bagian ini pun melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun CaLK pemda sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel.


(28)

g. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

h. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya 2. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset

Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset b. Menyusun bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi aset c. Menyusun dan perumusan akuntansi aset

d. Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi akuntansi aset

e. Menyusun dan merumuskan penyajian informasi keuangan daerah

f. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan


(29)

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait

i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya 3. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan

Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan

b. Menyusun bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan keuangan Daerah OPD dan Kabupaten/Kota

c. Menelaah bahan Rancangan Peraturan Daerah tentang laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota

d. Melaksanakan pembinaan APBD bidang pelaporan keuangan daerah e. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan

f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan

g. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait


(30)

30 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan Kerja Praktek bertujuan untuk memberikan pengenalan kepada penulis mengenai kinerja dan aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh di perkuliahan dengan aplikasi di lapangan.

Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa-Barat Bandung Jl. Diponegoro no.22 Bandung.Dalam bidang pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis di tempatkan pada pada bagian akuntansi dan pelaporan biro keuangan dan diberikan pengarahan serta bimbingan mengenai kegiatan dan pelaporan keuangan yang ada di biro keuangan.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, penulis dituntut kedisiplinan, ketekunan, dan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan yang berakibat fatal karena laporan keuangan pada biro keuangan selain merupakan bagian dari sistem pelaporan keuangan per masing-masing daerah yang ada di Jawa-Barat dalam mengambil kebijakan Raperda, juga merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan tersebut dalam rapat daerah.


(31)

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek

Teknik kerja praktek ini dilaksanakan dalam satu periode selama satu bulan yaitu 25 hari kerja berlangsung mulai dari tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan 6 Agustus 2010.Selam satu bulan itu, penulis mengamati, mempelajari, dan melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan akuntansi yaitu mengenai pencatatan transaksi keuangan yang ada di Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Dalam proses ini penyyusunan realisasi anggaran, Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah menggunakan sistem review and ranking dengan menggunakan metodologi framework.

3.3 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 3.3.1 Anggaran

Pengertian Anggaran Secara Umum

Anggaran merupakan suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas di atas, tentu saja diperlukan rencana yang matang. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat terasa pentingnya suatu perencanaan dan pengawasan yang baik hanya dapat diperoleh manajemen dengan mempelajari, menganalisa dan mempertimbangkan dengan seksama


(32)

kemungkinan-kemungkinan, alternatif-alternatif dan konsekwensi yang ada sehingga dapat didefinisikan sebagai berikut:

Menurut Freeman (2003), pengertian anggaran yaitu:

“anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating resources to unlimited demands).

Menurut Munandar, (1985 : hal 1), pengertian anggaran yaitu:

“Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.”

Menurut Y. Supriyanto, (1985:227), pengertian anggaran yaitu:

“Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.”


(33)

Berdasarkan pengertian anggaran sebagaimana di atas, maka melalui anggaran suatu organisasi tidak hanya dapat diketahui besarnya rencana penerimaan dan pengeluaran organisasi untuk suatu periode dimasa depan, akan tetapi juga dapat diketahui mengenai penerimaan dan pengeluaran organisasi yang sungguh- sungguh terjadi di masa yang lalu. Sehingga, secara lebih terinci dapat pula dinyatakan bahwa :

a. Anggaran merupakan proses alokasi sumber daya yang penting, mengingat sifat pemerintahan yang berusaha mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang tidak terbatas.

b. Di samping mengungkapkan kebijaksanaan organisasi untuk suatu periode di masa depan, dari anggaran organisasi dapat diketahui pula realisasi pelaksanaan kebijaksanaan organisasi di masa yang lalu. c. Melalui anggaran organisasi dapat diketahui tercapai atau tidaknya

kebijaksanaan yang ditetapkan organisasi di masa yang lalu, serta maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai organisasi di masa yang akan datang.

3.3.2 Proses Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggung Jawaban


(34)

Bendahara Serta Penyampainya yang dilakukan oleh bendahara penerimaan SKPD penyusunan laporan realisasi anggaran adalah sebagai berikut:

1. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Bendahara penerimaan SKPD menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah dan/atau Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan/atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/sKR dari wajib pajak dan/atau wajib retribusi dan/atau pihak ketiga yang berada dalam pengurusannya. Bendahara penerimaan SKPD mempunyai kewajiban untuk melakukan pemeriksaaan kesesuaian antara jumlah uang dengan jumlah yang telah ditetapkan. Bendahara penerimaan SKPD kemudian membuat Surat Tanda Bukti Pembayaran/bukti lain yang sah untuk diberikan kepada wajib pajak/wajib retribusi. Setiap penerimaan yang diterima oleh bendahara penerimaan SKPD harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya dengan menggunakan formulir Surat Tanda Setoran (STS). Format dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) daerah, Surat Ketetapan Retribusi (SKR) dan Surat Tanda Setoran (STS) dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

2. PEMBUKUAN PENERIMAAN PENDAPATAN

Pembukuan pendapatan oleh bendahara penerimaan menggunakan Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan.

Dalam melakukan pembukuan tersebut, bendahara penerimaan a. Pembukuan atas Pendapatan Secara Tunai


(35)

Proses pencatatan yang dilakukan dimulai dari saat bendahara penerimaan menerima pembayaran tunai dari wajib pajak atau wajib retribusi. Apabila pembayaran menggunakan cek/giro, maka pencatatan dilakukan ketika cek tersebut diuangkan bukan pada saat cek tersebut diterima. Selanjutnya pencatatan dilakukan pada saat bendahara penerimaan menyetorkan pendapatan yang diterimanya ke rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah pembukuan pada saat penerimaan tunai adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Bukti Penerimaan/Bukti Lain Yang Sah, bendahara penerimaan mengisi Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom tanggal dan kolom nomor bukti. Setelah itu bendahara penerimaan mengisi kolom cara pembayaran dengan pembayaran tunai.

2. Kemudian bendahara penerimaan mengidentifikasi jenis dan kode rekening pendapatan. Lalu bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening.

3. Bendahara penerimaan mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah. b. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Bank Bendahara Penerimaan

Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan. Dalam kondisi tersebut, pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi dari bank mengenai adanya


(36)

penerimaan pendapatan pada rekening bendahara penerimaan hingga penyetoran nya. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan pada saat penerimaan dan pada saat penyetoran. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima di rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut:

1. Bendahara penerimaan menerima pemberitahuan dari bank (pemberitahuan tergantung dari mekanisme yang digunakan) mengenai adanya penerimaan di rekening bendahara penerimaan.

2. Berdasarkan info tersebut dan info pembayaran dari wajib pajak/retribusi (bisa berupa slip setoran atau bukti lain yang sah), bendahara penerimaan melakukan verifikasi dan rekonsiliasi atas penerimaan tersebut.

3. Setelah melakukan verifikasi dan mengetahui asal penerimaan, bendahara penerimaan mencatat penerimaan di Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan kolom no. Bukti, kolom tanggal dan kolom cara pembayaran. Pada kolom cara pembayaran diisi dengan pembayaran melalui rekening bendahara penerimaan.

4. Kemudian bendahara penerimaan mengisi kolom kode rekening sesuai dengan jenis pendapatan yang diterima. Setelah itu bendahara mengisi kolom jumlah sesuai dengan jumlah penerimaan yang didapat.

Langkah-langkah dalam membukukan penyetoran ke rekening kas umum daerah atas penerimaan pendapatan melalui rekening bank bendahara penerimaan adalah sebagai berikut:


(37)

1. Bendahara penerimaan membuat STS dan melakukan penyetoran pendapatan yang diterimanya dengan cara transfer melalui rekening bank bendahara penerimaan ke rekening kas umum daerah.

2. Bendahara penerimaan mencatat penyetoran ke kas umum daerah pada buku penerimaan dan penyetoran bendahara penerimaan pada bagian penyetoran pada kolom Tanggal, No. STS dan Jumlah Penyetoran.Selain pembukuan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan, bendahara penerimaan mengisi register STS. Berikut adalah bagan alir yang menggambarkan proses Pembukuan Penerimaan dan Penyetoran atas Penerimaan melalui rekening bendahara penerimaan. c. Pembukuan atas Pendapatan Melalui Rekening Kas Umum Daerah

Wajib pajak/wajib retribusi dapat melakukan pembayaran secara langsung melalui rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan saat bendahara penerimaan menerima informasi BUD mengenai adanya penerimaan pendapatan pada rekening kas umum daerah. Pencatatan dilakukan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan. Langkah-langkah dalam membukukan penerimaan yang diterima langsung di rekening bank Kas Umum Daerah adalah sebagai berikut:

1. Bendahara penerimaan menerima slip setoran/bukti lain yang sah dari wajib pajak/retribusi atas pembayaran yang mereka lakukan ke kas umum daerah.


(38)

2. Berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan mencatat penerimaan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penerimaan.

3. Lalu berdasarkan slip setoran/bukti lainnya, bendahara penerimaan juga mencatat penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran pada bagian penyetoran.

3. PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENYAMPAIANNYA A. Pertanggungjawaban Administratif

Bendahara penerimaan SKPD wajib mempertanggung-jawabkan pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya secara administratif kepada Pengguna Anggaran melalui PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan pertanggungjawaban (LPJ) bendahara penerimaan merupakan penggabungan dengan LPJ bendahara penerimaan pembantu dan memuat informasi tentang rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan:

a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

b. Register STS

c. Bukti penerimaan yang sah dan lengkap

d. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggungjawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:


(39)

1. Bendahara penerimaan menerima pertanggungjawaban yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu.

3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggung-jawaban bendahara pembantu.

4. Bendahara penerimaan memberikan Laporan Pertanggungjawaban kepada PA/KPA melalui PPK SKPD.

5. Atas Pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan, maka PPK SKPD akan melakukan verifikasi kebenaran terhadap Laporan Pertanggungjawaban tersebut.

6. Apabila disetujui, maka Pengguna Anggaran akan menandatangani Laporan Pertanggungjawaban (administratif) sebagai bentuk pengesahan. Pertanggungjawaban administratif pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

B. Pertanggungjawaban Fungsional

Bendahara penerimaan SKPD juga menyampaikan pertanggung-jawaban secara fungsional kepada PPKD paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya


(40)

menggunakan format LPJ yang sama dengan pertanggungjawaban administratif. LPJ fungsional ini dilampiri dengan:

a. Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah ditutup pada akhir bulan berkenaan

b. Register STS

c. Pertanggungjawaban bendahara penerimaan pembantu

Langkah-langkah penyusunan dan penyampaian pertanggung-jawaban bendahara penerimaan SKPD adalah sebagai berikut:

1. Bendahara penerimaan menerima pertanggung-jawaban yang dibuat oleh bendahara penerimaan pembantu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

2. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang disampaikan oleh bendahara penerimaan pembantu.

3. Bendahara penerimaan menggunakan data pertanggung-jawaban bendahara penerimaan pembantu yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan laporan pertanggung-jawaban bendahara penerimaan yang merupakan gabungan dengan laporan pertanggungjawaban bendahara pembantu.

4. Bendahara dapat menyempurnakan laporannya apabila terdapat masukan dari PPK SKPD ketika melakukan verifikasi atas pertanggungjawaban administratif.


(41)

5. Bendahara penerimaan menyerahkan 1 (satu) lembar laporan pertanggungjawaban kepada PPKD sebagai bentuk pertanggungjawaban fungsional paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

6. PPKD kemudian melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis dalam rangka rekonsiliasi pendapatan.

Pertanggungjawaban fungsional pada bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut.

Tahapan Penyusunan APBD

1. Penyusunan Kebijakan Umum APBD

Proses penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses perncanaan.Seperti diketahui, setiap SKPD mengembangkan Renstra dengan mengambil program yang tercantum dalam RPJMD yang sesuai dengan bidangnya, pada kurun waktu anggaran yang sama pula dengan yang tercantum pada RPJMD.Renstra tersebut kemudian dikembangkan menjadi Renja SKPD per tahun.Dokumen Renja tiap SKPD ini akan dikompilasikan oleh Pemda menjadi RKPD.

KUA disusun berdasarkan RKPD dan pedoman Penyusunan APBD yang ditetapkan Mendagri melaui SE Mendagri.Proses penyusunannya diawali dengan pembuatan rancangan awal KUA oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.Rancangan awal KUA tersebut terdiri dari dua komponen utama, yaitu :

a. Target pencapaian kinerja terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemda untuk setiap urusan pemerintah daerah.


(42)

b. Proses pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, serta sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.Program-program tersebut harus diselesaikan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan pemerintah.

2. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

PPAS merupakan dokumen yang berisi seluruh program kerja yang akan dijalankan tiap urusan pada tahun anggaran, di mana program kerja tersebut diberi prioritas sesuai dengan visi, misi, dan strategi Pemda. Sama seperti KUA, proses penyusunan PPAS diawali dengan pembuatan rancangan awal PPAS oleh TAPD. Rancangan awal PPAS ini disusun berdasarkan Nota Kesepakatan KUA, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan. b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.

c. Menentukan plafon anggaran untuk tiap program.

TAPD harus menentukan skala prioritas urusan yang disesuaikan dengan visi dan misi pemda.Dalam menentukan skala prioritas ini, TAPD dapat menggunakan teknik-teknik review dan ranking yang ada, baik yang berbasisi statistic maupun tidak, seperti penggunaan table input-output atau penggunaan metodologi logical framework.

3. Penyiapan Surat Edaran Kepala Daerah tetntang Pedoman Penyusunan RKA SKPD

Surat Edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusuna RKA SKPD merupakan dokumen yang sangat penting bagi SKPD sebelum menyusun


(43)

RKA.Setidaknya ada tiga dokumen dalam lampiran SE KDH yang dibutuhkan SKPD dalam penyusuna RKA-nya, yaitu :

a. Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan kegiatan per SKPD.

b. Standar Satuan Harga, yang menjadi referensi dalam penetuan rincian anggaran di RKA.

c. Kode rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.

Selain KUA dan PPA, data tentang Analisis Standar Belanja, dokumen Standar Pelayanan Minimal, serta Standar Satuan Harga dibutuhkan dalam pembuatan rancangan awal SE KDH ini.Data analisis Standar Belanja adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, sedangkan Standar Satuan Harga merupakan harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan keputusan KDH.

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program kegiatan SKPD, serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.RKA SKPD disusun dengan berpedoman pada Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD.

SKPD menyusun RKA SKPD mengunakan pendekatan MTEF daerah, penganggaran terpadu, dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja.Dokumen RKA SKPD terdiri atas Rincian Anggaran Pendapatan, Rincian Anggaran Belanja


(44)

Tidak Langsung, Rincian Anggaran Belanja Langsung, Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung, Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah, dan Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

5. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD

Dokumen sumber yang utama dalam penyiapan Raperda APBD adalah RKA SKPD.Oleh karenanya harus dipastikan bahwa setiap RKA SKPD telah disusun sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku.Untuk menjamin hal ini, setelah TAPD mengumpulkan RKA SKPD dengan KUA, Priotitas dan Plafon Anggaran, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaransebelumnya, dokumen perencanaan lainnya yang relevan, target atau capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta dokumen sinkronasi program dan kegiatan antar SKPD.

Proses selanjutnya adalah pengompilasian seluruh RKA yang telah dievaluasi TAPD menjadi dokumen kompilasi RKA.Proses ini dilakukan oleh PPKD.Berdasarkan dokumen kompilasi tersebut, PPKD kemudian membuat lampiran-lampiran Raperda APBD yang terdiri atas :

a. Ringkasan APBD

b. Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organisasi) c. Rincian APBD (menurut urusan pemerintahan, organisasi,

pendapatan, belanja, dan pembiayaan)

d. Rekap belanja (menurut urusan pemerintahan, organisasi, program dan kegiatan, dan keselarasan urusan dengan fungsi)


(45)

6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD

Kepala Daerah menyampaikan Raperda tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD kepada Gubernur untuk dievaluasi.Penyampaian tersebut dilakukan paling lambat tiga hari kerja setelah Raper KDH disusun dan disertai dengan:

a. Persetujuan bersama Pemda-DPRD terhadap Raperda APBD.

b. KUA dan PPA yang disepakati Kepala Daerah dan pimpinan DPRD. c. Risalah sidang jalannya pembahasan Raperda APBD.

d. Nota Keuangan dan pidato Kepala Daerah perihal penyampaian pengantar nota keuangan pada siding DPRD.

Proses evaluasi ini dilakukan maksimal selama 15 hari kerja sejak penyerahan dilakukan.Jika kedua rancangan peraturan tersebut dinyatakan tidak lolos evaluasi, maka Pemda bersama DPRD harus melakukan penyempurnaan. Raperda tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD yang telah lolos dalam proses evaluasi segera ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.Penetapan tersebut dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.


(46)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO 13 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP TINDAK LANJUT

HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan adalah kegiatan identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional oleh Auditor BPK berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Badan Pemeriksa Keuangan, selanjutnya disingkat BPK, adalah lembaga negara yang bertugas memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


(47)

4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi/kabupaten/kota. 6. Hasil Pemeriksaan BPK adalah hasil identifikasi masalah, analisis, dan

evaluasi atas pengelolaan keuangan negara yang dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.

7. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK adalah tindak lanjut yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk memenuhi kewajiban seperti yang dituangkan dalam rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.

8. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pelaksana urusan pemerintahan di daerah.

9. Fungsi Pengawasan DPRD adalah pengawasan terhadap Pemerintah Daerah yang bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.

10. Panitia Kerja adalah alat kelengkapan DPRD yang diberi tugas untuk menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK.

BAB II

TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK OLEH DPRD Pasal 2


(48)

(2) Laporan Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. laporan hasil pemeriksaan keuangan; b. laporan hasil pemeriksaan kinerja; dan

c. laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

(3) DPRD meminta pemerintah daerah untuk menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK.

(4) DPRD dapat meminta laporan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK dari Pemerintah Daerah.

Pasal 3

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dapat berupa:

a. opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); b. opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion); c. opini tidak wajar (adversed opinion); atau

d. pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion). Pasal 4

(1) DPRD meminta kepada BPK Laporan Hasil Pemeriksaan yang diterima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) telah dikonfirmasikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah.


(49)

(2) Dalam hal BPK belum melakukan konfirmasi atas Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) DPRD dapat mendorong agar BPK melakukan konfirmasi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Pasal 5

(1) DPRD melakukan pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dalam rapat panitia kerja.

(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:

a. Laporan hasil pemeriksaan keuangan dengan opini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, huruf c dan huruf d.

b. Laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pasal 6

Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut:

a. Pembahasan atas laporan hasil pemeriksaan BPK dilakukan oleh DPRD paling lambat 2 (dua) minggu setelah menerima laporan hasil pemeriksaan BPK. b. Pembahasan oleh DPRD diselesaikan dalam waktu paling lambat 1 (satu)

minggu.

c. Dalam pelaksanaan pembahasan, DPRD dapat melakukan konsultasi dengan BPK.

d. Pimpinan DPRD mengagendakan dalam pembahasan Sidang Paripurna DPRD.


(50)

e. Laporan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf d, dapat berisi usulan:

1) Meminta BPK untuk memberikan penjelasan kepada DPRD atas laporan hasil pemeriksaan BPK, dalam hal menemukan ketidakjelasan atas aspek tertentu dan/atau temuan di satuan kerja tertentu yang tertuang dalam laporan hasil pemeriksaan BPK; dan

2) Meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, dalam hal menemukan aspek-aspek tertentu dan/atau temuan di satuan kerja tertentu yang tertuang dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.

Pasal 7

(3) DPRD melakukan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK.

(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan; b. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan kinerja; dan

c. pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Pasal 8

(1) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dapat dilakukan melalui koordinasi dengan tim tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan BPK yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.


(51)

(2) Tim Tindak Lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota selaku penanggungjawab; b. Inspektur Propinsi/Kabupaten/Kota selaku sekretaris; dan

c. Para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait selaku anggota.

Pasal 9

DPRD melakukan monitoring kepada Pemerintah Daerah atas pelaksanaan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan.

Pasal 10

(1) DPRD dapat memberikan dorongan kepada Pemerintah Daerah untuk mempertahankan kualitas opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a.

(2) DPRD dapat melakukan pengawasan dan monitoring kepada pemerintah daerah untuk mendorong temuan ataupun rekomendasi dikoreksi opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b.

(3) DPRD dapat mengusulkan kepada Kepala Daerah untuk menegur, memberikan saran dan/atau arahan yang sifatnya memotivasi SKPD sesuai


(52)

dengan tingkat, berat ringan dan sifat temuan opini tidak wajar (adversed opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c.

(4) DPRD dapat meminta keterangan dari BPK dan keterangan dan/atau klarifikasi dari pemerintah daerah terkait pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d.

BAB III

TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK OLEH PEMERINTAH DAERAH

Pasal 11

Pemerintah Daerah menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK yang tidak dimintakan penjelasan dan/atau tidak dimintakan pemeriksaan lanjutan oleh DPRD kepada BPK dengan membentuk Tim Tindak Lanjut.

Pasal 12

Pemerintah daerah melaporkan hasil pelaksanaan tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan BPK kepada:

a. BPK; dan b. DPRD


(53)

3.3.3 Tujuan Standar Laporan Realisasi Anggaran

Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.

Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3.3.4 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran

1. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:

a. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

b. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja


(54)

pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.

2. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:

a. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;

b. telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan c. telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3.3.5 Periode Pelaporan

Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut:

a. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;

b. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

3.3.6 Penjelasan Pos-pos Realisasi Anggaran Pemprov Jabar


(55)

PEMERINTAH PROVINSI XXX

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan

20X0

NO URAIAN ANGGARAN REALISASI (%) REALISAI

20X1 20X1 20X0

1 PENDAPATAN

2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak derah xxx xxx xx xxx 4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx 5 Pendapatan HasilKekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx 6 Lain-lain PAD yang Sah xxx xxx xx xxx 7 Jumlah Pendapatan asli Daerah xxx xxx xx xxx

8

9 PENDAPATAN TRANSFER 10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PENGENBANGAN 11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx 12 Dana Bagi Hasil Sumberdaya Alam xxx xxx xx xxx 13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx 14 Dana Alokasi Khuisus xxx xxx xx xxx 15 Jumlah Pendapatan Dana Pengenbangan xxx xxx xx xxx

16

17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx 19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx 20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18s/d19) xxx xxx xx xxx 21 Total Pendapatan transfer (15 + 20) xxx xxx xx xxx

22

23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx 25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx 26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx 27 Jumlah Pendapatan Lainnya yang sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx 28 JUMLAH PENDAPATAN (7+21+27) XXX XXX XX XXX

29 BELANJA

30 BELANJA OPERASI 31 Belanja pegawai xzx xxx xx xxx 32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx 33 Bunga xxx xxx xx xxx 34 Subsidi xxx xxx xx xxx


(56)

35 Hibah xxx xxx xx xxx 36 Bantuan sesia xxx xxx xx xxx 37 Jumlah Belanja Operasi (31s/d36) xxx xxx xx xxx

38

39 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx 40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx 41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx 42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx 43 Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx 44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx 45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx 46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxx xxx xx xxx

47

48 BELANJA TAK TERDUGA 49 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx 50 Jumlah Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx 51 Jmlah Belanja (37 + 46 + 50) xxx xxx xx xxx

52

53 TRANSFER

54 TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN KEKABUPATEN /KOTA 55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx 56 Bagi Hasil retribusi ke Kabupaten,Kota xxx xxx xx xxx 57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnyua ke Kabupaten/kota xxx xxx xx xxx 58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota xxx xxx xx xxx 59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER(51 + 58) XXX XXX XX XXX

60

61 SURFLUS/DEFISIT (28 - 59) XXX XXX XX XXX

62

63 PEMBIAYAAN

64

65 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 66 Penggunaan SILPA xxx xxx xx xxx 67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx 68 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx 69 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx 70 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx 71 Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx 72 Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx 73 Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi xxx xxx xx xxx 74 Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya xxx xxx xx xxx 75 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx 76 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx


(57)

77 Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx 78 jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxx xxx xx xxx

79

80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN 81 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx 82 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx 83 Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx 84

Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam negeri - Pemerintah Daerah

Lainnya xxx xxx xx xxx

85

Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam negeri - Lembaga Keuangan

Bank xxx xxx xx xxx

86

Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam negeri - Lembaga Keuangan

Bukan Bank xxx xxx xx xxx

87 Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx 88 Pembiayaan Pokok Pinjaman Dalam negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx 89 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx 90 Pemberian Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx 91 Pemberian Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah lainnya xxx xxx xx xxx 92 Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxx xxx xx xxx 93 PEMBIAYAAN NETO (78 - 92) XXX XXX XX xxx

94

95 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (61 + 93) xxx xxx xxx xxx

Sumber: Data Diolah, 2010.

Gambar 3.1

Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran

a. Pendapatan

pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan/lembaga dari aktivitasnya.

Pendapatan Daerah

Pendapatan dapat berupa arus aktiva masuk, peningkatan aktiva atau pengurangan utang, yang bukan berasal dari kontribusi pemilik entitas Pemerintah Daerah (rakyat).


(58)

Pendapatan Daerah merupakan sarana Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tujuan maksimalisasi kemakmuran rakyat.

Pendapatan Daerah terdiri atas bermacam- macam jenis yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendapatan yang bersumber dari :

1. Transaksi- transaksi pertukaran (disebut pendapatan pertukaran)

2. Transaksi- transaksi non- pertukaran (disebut pendapatan non- pertukaran).

Pendapatan pertukaran diperoleh bila pemerintah daerah menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat atau pemerintah daerah lain dengan mengenakan pembayaran, seperti halnya perusahaan bisnis. Contoh pendapatan pertukaran adalah penjualan barang, pemberian pelayanan, bunga, royalti, dividen, dan komisi. Pendapatan non- pertukaran diperoleh dari pelaksanaan kekuasaan kedaulatan pemerintah daerah untuk menuntut pembayaran dari masyarakat (seperti Pendapatan Asli Daerah) dan juga dari donasi, hibah, dan pembayaran dari pihak lain (seperti Dana Perimbangan).

Pendapatan Asli Daerah

Jumlah uang yang diterima oleh perusahaan atau lembaga dari aktivitasnya di daerah masing-masing


(59)

daerah, contohnya di Bandung terdapat obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu.

 Pajak Daerah

Suatu pungutan yang bersifat rutin ditujukan untuk pemerataan atau kesejahteraan yang bersifat umum dalam suatu daerah.

 Retribusi Daerah

adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan.

 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Dana Perimbangan

Dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

 Dana Bagi Hasil Pajak/ bagi Hasil Bukan Pajak Dana yang diperoleh dari pajak dan bukan pajak yang diperuntukan kepada masyarakat untuk


(60)

pembangunan dan pemerataan yang bersifat umum.

 Dana Alokasi Umum

adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.Dana yang dialokasikan untuk kegiatan umum, seperti pembuatan jalan raya.

b. Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran. Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu :

1. Belanja Administrasi Umum

Semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau


(61)

pelayanan publik. Diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.

2. Belanja Pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai. Belanja Pegawai meliputi : Biaya gaji dan tunjangan, Biaya perawatan dan pengobatan, dan Biaya pengembangan sumber daya manusia.

3. Belanja Barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Belanja Barang meliputi :

Biaya jasa kantor, yaitu biaya yang berhubungan dengan pelayanan serta penunjang administrasi kantor. Contohnya biaya kawat dan faks dan biaya pengiriman.

Biaya Pakaian Dinas, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan pakaian dinas pegawai dan dewan. Contohnya biaya pakaian dinas, biaya pakaian upacara, dan biaya polisi/mantri/agen pamong praja.


(62)

4. Belanja Perjalanan Dinas merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Biaya ini terdiri atas :

Biaya perjalanan dinas, yaitu pengeluaran perjalanan pegawai atau dewan yang menjalankan tugas. Contohnya biaya perjalanan dinas dalam daerah dan biaya perjalanan dinas luar daerah.

Biaya perjalanan pindah, yaitu pengeluaran perjalanan bagi pegawai yang pindah. Contohnya biaya perjalanan pindah dalam daerah dan biayay perjalanan pindah luar daerah.

Biaya pemulangan pegawai yang gugur, dipensiunkan, dan cuti besar. Contohnya biaya pemulangan dipensiun dalam daerah, biaya pemulangan dipensiun luar daerah, dan biaya pemulangan pegawai yang gugur.

5. Belanja Pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Diantaranya Biaya pemeliharaan gedung kantor, Biaya pemeliharaan rumah dinas dan asrama, Biaya pemeliharaan meubelair, Biaya


(63)

pemeliharaan perlengkapan kantor, Biaya pemeliharaan peralatan kantor, dan Biaya pemeliharaan emplasment kantor.

6. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik

Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik.Diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan. 7. Belanja Transfer

Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Diantaranya Angsuran Pinjaman, Dana Bantuan, dan Dana Cadangan.

8. Belanja Tak Tersangka

Belanja Tak Tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan- kegiatan tak terduga dan kejadian- kejadian luar biasa.


(64)

9. Belanja Modal

Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi :

Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.

Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur : pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.

Belanja dapat juga dikategorikan menurut karakteristiknya menjadi dua bagian, yaitu :

a. Belanja Selain Modal (Belanja Administrasi Umum; Belanja Operasi, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Publik; Belanja Transfer; Belanja Tak Terduga). b. Belanja Modal.


(65)

3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1. Penerimaan Pembiayaan

2. Pengeluaran Pembiayaan


(1)

67

5. Dalam periode laporan, realisasi anggaran minimal melakukan satu kali pelaporan dalam satu tahun.

6. Laporan pos-pos realisasi anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjukan Pendapatan yang diperoleh dari pendapatan asli daerah, pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah seperti dana hibah, juga menunjukan Belanja serta Pembiayaan.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil Kerja Praktek kepada pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya anggaran dapat dijadikan ketetapan yang mutlak bagi setiap penyusunan laporan yang menyangkut keuangan, agar biaya yang ada lebih terjamin kebenarannya.

2. Proses penyusunan Realisasi Anggaran Pemerintah Belanja Daerah (APBD) hendaknya lebih efisien dibarengi dengan kapabilitas masing-masing SKPD, serta dapat meminimalisir waktu agar bila terdapat kekeliruan dapat dilakukan evaluasi yang sesuai dengan kebijakan pemerintah

3. Sebaiknya laporan realisasi anggaran yang tidak sesuai dengan standar pelaporan mendapatkan pemeriksaan dan pengawasan karena target yang akan dicapai tidak terpenuhi.


(2)

68

4. Meningkatkan kinerja tiap SKPD dalam menyusun Raperda tentang APBD agar proses evaluasi lebih efisien ditetapkan menjadi Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

5. Periode laporan sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali dalam satu tahun, agar penyusunan akhir tahun lebih jelas dengan membandingkan laporan-laporan yang ada.

6. Lebih selektif dalam pengeluaran pembiayaan agar target yang ditetapkan pemerintah dapat tercapai.


(3)

69

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Abdul Halim, MBA, Akt. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba empat : Jakarta.

Maulidah Rahmawati, S.E., Ak. 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat : Jakarta.

Drs. Revrisond Baswir, M.B.A., Ak. 1989. Akuntansi Pemerintahan


(4)

PROSES PENYUSUNAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BELANJA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

Laporan Kerja Praktek

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi Diploma III

Program Studi Akuntasi

Oleh :

Fajrin Hairul Ansar

21308040

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(5)

v

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN……… ix

BAB I : PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek………... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek……… 6

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ………... 6

1.4. Metode Pelaksanaan Kerja Praktek ………. 7

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek………... 9

BAB II : GAMBARAN UMUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT………. 11

2.1 Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat ……….……….. 11

2.2 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat ………. 19

2.3 Deskripsi Jabatan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat ……… 20

2.4. Aktivitas Utama Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat……….. 25

BAB III : PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK... 30

3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja praktek………. 30


(6)

v

3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek……….. 31

3.3.1 Pengertian Anggaran Secara Umum……… 31

3.3.2 Proses Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat…… 33

3.3.3 Tujuan Standar Laporan Realisasi Anggaran ………….. 52

3.3.4 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran……… 53

3.3.5 Periode Pelaporan……….… 54

3.3.6 Penjelasan Pos-pos Realisasi Anggaran Pemprov Jabar……….. 54

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN……….. 65

4.1 Kesimpulan……… 65

4.2. Saran……… 67

DAFTAR PUSTAKA………... 68

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………... 69