RELEVANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada LKPD Provinsi Kabupaten Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2005 2009)

(1)

RELEVANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada LKPD Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2005-2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

MONICA RARANG KUSOLOGUPITO NIM. F0306054

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kami persembahkan untuk:

• Allah Bapa atas cinta yang tidak berkesudahan.

• Bapak Matteus Kahono dan Ibu Endang Sayekti atas doa, peluh dan

motivasi untukku.

• Lucia Kusolo Herwening, adikku tersayang.

• Theresia Ruwiyati, Yohanes Wito Subekhan, Theresia Ngadiyem, dan

N. Gito Sudarmo

• Sulistiyo untuk perhatian dan kesetiaanmu.


(5)

commit to user

vii

MOTTO

Jadilah kehendakmu di bumi seperti di surga Berilah kami rejeki pada hari ini. Dan Ampunilah kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.

(Mat 6:9-13)

Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal (Ayub 42:2)

Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (Mzm 23:1)

Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah kudengar dari


(6)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang

selalu dikaruniakkan. Atas rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Relevansi Laporan Realisasi

Anggaran Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada LKPD

Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2005-2009)” dengan baik

guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada beberapa

hambatan yang dihadapi, namun berkat dukungan, bantuan serta bimbingan dari

berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Christiyaningsih B., SE. MA., M.,Si, Ak., selaku Pembimbing Akademik.

4. Dr. Payamta Ak., M.Si., CPA, selaku Pembimbing Skripsi, yang telah

banyak membantu dengan tulus memberikan bimbingan dan arahan dalam

penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret


(7)

commit to user

ix

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

7. Bapak Matteus Kahono dan Ibu Endang Sayekti atas doa, peluh, dan

motivasi yang selalu tercurah untuk penulis.

8. Sulistiyo atas kesediaan menjadi seorang kakak dan sahabat dalam hidup

penulis.

9. Sesilia Nungki Wijayanti atas bantuan jadi pendengar, pembaca, dan

teman.

10. Kelompok Kerja Teater Gadhang. Sedikit, banyak, besar, kecil, benar

salah, aku pernah ada. Sedikit, banyak, besar, kecil, benar, salah, kalian

pernah ada. Menteaterkan kehidupan? Ya.

11. Meyers Touring Fans Club : Pokok’e kabeh seneng.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi,

yang tidak disebutkan satu persatu.

Surakarta, Januari 2011


(8)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 8

D. Manfaat ... 9

E. Batasan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ... 11


(9)

commit to user

xi

C. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 24

D. Analisis Laporan Keuangan ... 26

E. Pengembangan Hipotesis ... 30

F. Kerangka Pemikiran ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 34

D. Definisi Operasional dan Pengukurannya ... 35

E. Metode Analisis Data 1. Model Analisis ... 37

2. Teknik Analis a. Uji Multikolinieritas ... 38

b. uji Normalitas ... 38

c. Uji Autokorelasi ... 38

d. Uji Heteroskedastisitas ... 39

3. Uji Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Perkembangan Populasi dan Sampel ... 41

2. Deskripsi Data ... 42

3. Pengujian Data a. Uji Normalitas ... 42


(10)

commit to user

xii b. Uji Asumsi Klasik

1). Uji Multikolinieritas ... 43

2). Uji Autokorelasi ... 44

3). Uji Heteroskedastisitas ... 44

c. Uji Hipotesis ... 46

d. Uji Regresi ... 49

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 54

B. Keterbatasan Penelitian ... 55

C. Implikasi dan Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN


(11)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

III.1 Tabel Nilai Durbin Watson ... 39

IV.1 Uji Normalitas Data ... 42

IV.2 Uji Multikolinearitas ... 43

IV.3 Uji Autokorelasi ... 44

IV.4 Uji Ha1 ... 46

IV.5 Uji Ha2 ... 47


(12)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II.1 Kerangka Teoritis ... 32

IV.1 Gambar Scatterplot X1 ... 45

IV.2 Gambar Scatterplot X2 ... 45


(13)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 – Rasio-Rasio ... 59

Lampiran 2 – Uji Normalitas Data ... 73

Lampiran 3 – Uji Multikolinearitas... 75

Lampiran 4 – Uji Autokorelasi ... 76

Lampiran 5 – Uji Heteroskedastisitas ... 77

Lampiran 6 – Hasil Pengujian Hipotesis 1-3 ... 79

Lampiran 7 – Data Efisiensi Tahun 2005 ... 81

Lampiran 8 – Data Efisiensi Tahun 2006 ... 85

Lampiran 9 – Data Efisiensi Tahun 2007 ... 89

Lampiran 10 – Data Efisiensi Tahun 2008 ... 93

Lampiran 11 – Data Efisiensi Tahun 2009 ... 97

Lampiran 12 – Data Efektivitas Tahun 2005 ... 101

Lampiran 13 – Data Efektivitas Tahun 2006 ... 106

Lampiran 14 – Data Efektivitas Tahun 2007 ... 111

Lampiran 15 – Data Efektivitas Tahun 2008 ... 116

Lampiran 16 – Data Efektivitas Tahun 2009 ... 121

Lampiran 17 – Data Kemandirian Tahun 2005... 126

Lampiran 18 – Data Kemandirian Tahun 2006... 131

Lampiran 19 – Data Kemandirian Tahun 2007... 136

Lampiran 20 – Data Kemandirian Tahun 2008... 141


(14)

commit to user


(15)

commit to user

ii

ABSTRAK

RELEVANSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris pada LKPD Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2005-2009)

MONICA RARANG KUSOLOGUPITO NIM. F0306054

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kinerja keuangan pemerintah daerah dalam bentuk rasio efisiensi, rasio efektivitas, dan rasio tingkat kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi, rasio efektivitas, dan rasio tingkat kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) Rasio efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang, (2) Rasio efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang,dan (3) Rasio tingkat kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio tingkat kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang.

Populasi penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah seluruh Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia sejak tahun anggaran 2005 - 2009. Sampel yang diambil sebanyak 139 untuk rasio efisiensi, 158 untuk efektivitas, dan 166 untuk rasio kemandirian dengan teknik purposive sampling. Adapun kriteria sampel tersebut adalah (1) Provinsi/Kabupaten/Kota yang tersedia laporan keuangan auditannya selama kurun waktu penelitian (2005-2009), (2) Provinsi/Kabupaten/Kota yang menyediakan secara konsisten data yang diperlukan untuk penghitungan rasio keuangan selama kurun waktu penelitian, dan (3) Provinsi/Kabupaten/Kota yang secara konsisten selama kurun waktu penelitian tidak mendapatkan opini disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan. Analisis data yang digunakan meliputi pengujian normalitas, uji regresi linier, uji F, uji t, koefisien determinasi, dan uji asumsi klasik (uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel efisiensi tahun lalu mempengaruhi efisiensi tahun ini/tahun yang akan datang, variabel efektivitas tahun lalu mempengaruhi efektivitas tahun ini/tahun yang akan datang, dan variabel kemandirian tahun lalu mempengaruhi kemandirian tahun ini/tahun yang akan datang.

Kata kunci: relevansi, laporan realisasi anggaran, rasio efisiensi, rasio efektivitas, rasio kemandirian, kinerja keuangan.


(16)

commit to user

iii ABSTRACT

RELEVANCE OF LOCAL GOVERNMENT BUDGET REPORT (Empirical Study of Local Government on the Provincial / Regency / City in

Indonesia for Fiscal Year 2005-2009)

MONICA RARANG KUSOLOGUPITO NIM. F0306054

The main purpose of this study was to determine whether the performance of local government finance in the form of the efficiency ratio, the ratio of effectiveness, and kemandirian ratio last year affects the efficiency ratio, the ratio of effectiveness, and kemandirian ratio this year / year to come. The hypothesis proposed in this study were (1) The ratio of efficiency last year affect the efficiency ratio this year / year to come, (2) The ratio of the effectiveness of last year affect the ratio of the effectiveness of this year / year to come, and (3) kemandirian ratio last year affect the kemandirian ratio this year / year to come. The population is Local Government Finance Report all Provinces / Districts / Cities in Indonesia since fiscal year 2005 to 2009. Samples was 139 for the efficiency ratio, 158 to effectiveness, and 166 to kemandirian ratio by purposive sampling technique. The sample criteria are (1) Provincial / District / Town of available audited financial report during the study period (2005-2009), (2) Provincial / District / City consistently providing the necessary data for calculation of financial ratios during the period research, and (3) Provincial / District / City that consistently during the study period did not get a disclaimer opinion from Badan Pemeriksa Keuangan. Analysis of the data used include the testing of normality, linear regression, F test, t test, coefficient of determination, and the classic assumption test (multicolinearity test, autocorrelation test,

heteroscedastisity test). The results of this study indicate that the variables efficiency of last year

affect the efficiency this year / year to come, the variable effectiveness of last year affect the effectiveness of this year / year to come, and last year's kemandirian variables affect kemandirian of this year / year to come.

Key words: relevance, local government budget report, the ratio of efficiency, effectiveness ratio, kemandirian ratio, financial performance.


(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi tahun 1996-1997 menyababkan kurangnya penerimaan negara secara simultan, hal tersebut mendorong pemerintah pusat untuk melepaskan sebagian wewenang atas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Didorong alasan itu, pemerintah pusat memberlakukan otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada masing-masing daerah untuk mengatur sendiri urusan di pemerintahan masing-masing, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat seperti politik luar negeri, pertahanan keamanan, yustisi, moneter, dan fiskal nasional, serta agama (Siswanto, 2009). Otonomi diharapkan mampu membawa perubahan pada sistem pemerintahan yang lebih baik, tidak terpusat dan dapat mengoptimalkan potensi daerah. Hal serupa diungkapkan oleh Mardiasmo (2002), pada masa Orde Baru, harapan yang besar dari Pemerintah Daerah untuk dapat membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri merupakan hal yang sulit, sebaliknya yang terjadi adalah ketergantungan fiskal dan subsidi serta bantuan Pemerintah Pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai Belanja Daerah. Oleh karena itu, gagasan penataan kembali sistem otonomi daerah bertolak dari pemikiran untuk menjamin terjadinya efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan demokratisasi nilai-nilai kerakyatan dalam praktik penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.


(18)

Pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan secara mandiri ini bukan berarti memberikan kebebasan tak terbatas bagi pemerintah daerah untuk mengelola keuangan. Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada perundang-undangan, efektif efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat (PP No. 58 Tahun 2005). Pengaplikasian PP No.58 Tahun 2005 dapat ditunjukkan dalam pelaksanaan suatu system yang terintegrasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai perwujudannya. Menurut PP No. 24 Tahun 2005, APBD merupakan produk laporan keuangan yang mencerminkan kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan daerah yang terdiri Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Pembuatan laporan keuangan adalah bentuk kebutuhan transparansi yang mendukung adanya akuntabilitas sektor publik dan merupakan syarat

pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan (openness)

pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik dan merupakan salah satu alat ukur kinerja finansial pemerintah daerah (Siswanto, 2009). Akuntabilitas dan transparansi yang merupakan tujuan dari adanya reformasi sektor publik. Akuntabilitas sektor publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja keuangan negara kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) sehingga hak-hak publik (hak untuk tahu, hak untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya) dapat dipenuhi. Oleh karena itu, transparansi atas aktivitas pengelolaan keuangan negara kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi sangat


(19)

diperlukan (Artjana dalam Bayuaji, 2009). Dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaaan semester 1 tahun 2009 yang dipublikasikan oleh BPK RI dikemukakan, menurut pasal 55 Undang-undang no.1 mengatakan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporannya (laporan keuangan daerah) selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Hal tersebut menegaskan akan pelaksanaan reformasi keuangan di sektor publik. Penyerahan laporan keuangan untuk kemudian diaudit oleh BPK sebagai badan independen menunjukkan usaha memenuhi kriteria akuntabilitas dan transparansi yang berguna untuk pemakai laporan keuangan pemerintah daerah.

Indikator hasil seperti efiseinsi, efektifitas, dan ekonomi harus dapat direfleksikan dalam laporan pertanggungjawaban pemerintah, baik di pusat maupun daerah. Model pelaporan keuangan pemerintah pun mulai dirancang dan ditetapkan. Menurut Henley dalam Bastian (2005:76), ada beberapa perbedaan laporan sektor publik dengan swasta yaitu berikut ini. Pertama, laporan unit pemerintah sangat dipengaruhi oleh proses keuangan dan politik. Kedua, laporan keuangan sektor swasta sangat terikat dengan aturan dan kriteria keuangan. Ketiga, laporan pertanggungjawaban unit pemerintah ke DPR/D dan masyarakat luas. Keempat, kriteria pertanggungjawaban laporan keuangan sektor swasta ditentukan oleh para pemegang saham dan kreditor. Kelima, laporan unit pemerintah seharusnya dikembangkan sebagai pengembangan akuntabilitas publik. Keenam, laporan keuangan sektor swasta hanya diungkap di tingkat organisasi secara keseluruhan. Ketujuh, laporan unit pemerintahan dan pemerintahan secara keseluruhan dijadikan dasar analisis


(20)

prospek pemerintahan. Kedelapan, laporan unit pemerintah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan sedangkan sektor swasta diperiksa oleh auditor independen (kantor akuntan publik). Adapun persamaan dari laporan keuangan sektor publik dan swasta menurut Bastian (2005:76) adalah kriteria validitas dan reliabilitas dokumen sumber, pelaporan keuangan lebih ditentukan oleh fungsi akuntabilitas publik, siklus akuntansi dapat diperbandingkan, standar akuntansi ditentukan oleh lembaga yang independen, laporan sektor publik dan swasta dapat dijadikan dasar hukum.

Laporan keuangan sektor publik dihasilkan dari proses pelaporan keuangan dalam organisasi-organisasi sektor publik. Adapun tujuan dari penyajian laporan keuangan adalah menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan, dan mendemonstrasikan akuntabilitas entitas atas sumber yang dipercayakan, dan juga kembali pada pemenuhan dua sifat dasar dari pemberlakuan otonomi daerah yaitu profesionalisme dan akuntabilitas. Informasi laporan keuangan dianggap memiliki nilai informasi apabila memenuhi dua unsur yaitu dapat diandalkan (reliable) dan relevance (Sari, 2010). Hal serupa juga dikemukakan Widiasih (2006), agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan dinilai relevan apabila informasi yang terkandung dalam laporan keuangan mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dalam menilai peristiwa masa lalu, masa kini, atau memperkirakan masa depan.

Informasi mengenai kinerja keuangan seringkali digunakan untuk memprediksi posisi kinerja keuangan masa depan. Semakin tinggi nilai


(21)

prediktif suatu laporan keuangan (yang tergambar dalam kinerja keuangan), maka semakin relevanlah laporan keuangan itu dan terpenuhilah kebutuhan pengguna laporan keuangan. Banyak penelitian di sektor swasta mengenai pengukuran relevansi laporan keuangan, hal yang serupa juga dapat diterapkan pada sektor publik. Kinerja keuangan pemerintah pada suatu tahun dapat digunakan untuk memperkirakan kinerja keuangan pemerintah daerah ke tahun-tahun berikunya. Semakin banyak jumlah tahun yang berkaitan dan tingkat relevansinya tetap tinggi maka dapat laporan keuangan tersebut berindikasi baik.

Untuk dapat menginterpretasikan informasi akuntansi yang relevan dengan tujuan dan kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik analisis yang didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik tersebut yang diaplikasikan dalam praktek bisnis adalah analisis rasio keuangan (Widiasih, 2006). Analisis rasio keuangan (analisis laporan keuangan) dapat pula dilakukan pada laporan keuangan pemerintah daerah. Karena terdapat perbedaan antara laporan sektor publik dengan swasta, maka rasio yang digunakan dalam sektor publik berbeda dengan sektor swasta.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian mengenai rasio kinerja keuangan pemerintah daerah, khususnya dalam kaitannya dengan kebergunaan laporan keuangan untuk mempengaruhi aktivitias keuangan di masa yang akan datang. Penelitian mengenai relevansi laporan keuangan dan atau rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi suatu hal (dalam hal ini contohnya Laba, earning per share, profitabilitas, dan sebagainya) di


(22)

sektor swasta sudah banyak dilakukan. Tidak terlalu banyak penelitian mengenai relevansi atau kandungan informasi dalam laporan keuangan sektor publik, hal ini mungkin disebabkan karena belum adanya standar yang pasti mengenai rasio-rasio yang dijadikan alat ukur dalam melakukan analisis laporan keuangan. Kinerja keuangan yang terukur secara pasti dengan rumusan yang pasti dalam sektor swasta (perubahan laba dan sebagainya) tidak terdapat dalam sektor publik. Dalam sektor publik kinerja keuangan dilihat dari keefektivan, efisiensi, dan kemandiriannya. Penelitian ini menekankan pada analisis pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah tahun lalu dengan kinerja keuangan pemerintah tahun ini / tahun yang akan datang. Kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini memuat rasio keuangan sektor publik. Rasio keuangan tersebut akan mengukur kemampuan sumber daya keuangan (Pendapatan Daerah) dan kemampuan pengelolaan pengeluaran (Belanja Daerah). Rasio keuangan dimaksud diambil dari unsur laporan keuangan dan pertanggungjawaban keuangan yaitu berupa Laporan Realisasi Anggaran (Perhitungan APBD).

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pemenuhan nilai relevansi adalah penting untuk dilakukan agar informasi keuangan tersebut berguna bagi pemakai laporan keuangan, terlebih di sektor pemerintah yang pelaksanaan aktivitas keuangannya dimulai dengan penetapan APBN. Sementara itu, pada kenyataaannya Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai auditor pemerintah mengeluarkan pernyataan bahwa perkembangan opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2004 sampai dengan 2007 menunjukkan kualitas yang semakin memburuk. Persentase LKPD yang


(23)

informasi keuangannya tidak dapat diandalkan oleh para pengguna laporan keuangan semakin banyak, dan sebaliknya, persentase LKPD yang informasi keuangannya dapat diandalkan semakin sedikit (siaran pers BPK RI, 2009). Hal inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah laporan keuangan pemerintah daerah relevan dari tahun ke tahun? Dari sanalah, maka peneliti

kemudian tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul: “RELEVANSI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH”

Penelitian ini menggunakan rasio-rasio keuangan (rasio efisiensi, rasio efektivitas, dan rasio tingkat kemandirian) tahun lalu sebagai variabel bebasnya dan rasio keuangan (rasio efisiensi, efektivitas, dan tingkat kemandirian) tahun ini / tahun yang akan datang sebagai variabel terikatnya. Dimana, rasio-rasio tersebut (efisiensi, efektivitas, dan tingkat kemandirian) adalah rasio yang menggambarkan kinerja keuangan atau dengan kata lain efisiensi, efektivitas, dan tingkat kemandirian terkandung dalam kinerja keuangan. Karenanya, dapat dilihat pula pengaruh kinerja keuangan tahun lalu terhadap kinerja keuangan tahun ini / tahun yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Mengingat pentingnya adanya relevansi antara suatu laporan keuangan pemerintah (laporan realisasi anggaran) daerah dengan laporan pada tahun-tahun berikutnya demi terpenuhinya kepentingan pengguna laporan keuangan pemerintah daerah. Relevansi laporan keuangan pemerintah tergambar dengan kinerja keuangan pemerintah daerah tahun yang akan datang dapat diukur


(24)

dengan rasio-rasio kemandirian, efisiensi, efektivitas pada tahun ini. Dari hal tersebut di atas, maka penelitian ini memiliki rumusan masalah berikut.

1. Apakah kinerja keuangan pemerintah daerah dalam bentuk rasio

efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang?

2. Apakah kinerja keuangan pemerintah daerah dalam bentuk rasio

efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang?

3. Apakah kinerja keuangan pemerintah daerah dalam bentuk rasio

kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang?

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini.

1. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan pemerintah daerah

dalam bentuk rasio efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang.

2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan pemerintah daerah

dalam bentuk rasio efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang

3. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan pemerintah daerah

dalam bentuk rasio kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang


(25)

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini yang diharapkan oleh peneliti adalah berikut ini.

1. Penelitian diharapkan mampu menemukan ada tidaknya nilai

relevansi dalam laporan keuangan pemerintah daerah, dimana hasil penelitian ini akan menambah penelitian mengenai analisis rasio keuangan dan kemampuan laporan keuangan pemerintah daerah dalam memprediksi masa depan di sektor akuntansi pemerintahan. Hal tersebut dapat diketahui terlebih dahulu dengan menemukan ada tidaknya pengaruh kinerja keuangan tahun lalu terhadap kinerja keuangan tahun ini / tahun yang akan datang.

2. Bagi pemerintah daerah, pelaksana anggaran dan pembuat laporan

keuangan pemerintah daerah sebagai bahan masukkan untuk dapat menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang memiliki nilai informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan sesuai dengan kerangka konseptual akuntansi sektor publik.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini tidak terlampau luas dan terarah, maka perlu adanya batasan-batasan yaitu berikut ini.

1. Dari beberapa karakteristik kualitatif yang harus terdapat dalam suatu laporan keuangan, termasuk laporan keuangan pemerintah daerah, karakter yang akan dicermati dalam penelitian ini hanyalah karakter relevansi.


(26)

2. Rasio-rasio yang digunakan dalam menganalisis laporan keuangan pemerintah daerah belum memiliki keseragaman istilah dan beberapa hal berbeda dengan rasio yang digunakan dalam sektor swasta. Karena adanya beragam istilah dalam rasio, maka peneliti menggunakan rasio yang dipaparkan oleh Halim dalam buku yang berjudul Akuntansi Keuangan Daerah. Rasio yang dipaparkan Halim dipilih karena banyak peneliti yang menggunakannya. Peneliti berasumsi semakin banyak penelitian yang bersumber dari tulisan Halim tersebut, maka kevalidan rasio tersebut semakin besar.

Sesungguhnya setelah terjadi reformasi dalam aturan pelaporan keuangan pemerintah daerah, rasio diluar Laporan Realisasi Anggaran mampu untuk dilakukan, tetapi karena penelitian ini menggunakan data tahun 2005-2009 hal tersebut tidak dapat diterapkan. Alasannya adalah dari data yang terkumpul tahun 2005, masih banyak daerah yang belum menyajikan laporan selain Laporan Realisasi Anggaran.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi manajemen pemerintahan (sektor publik) untuk memberikan informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh publik adalah informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah / Negara dalam bentuk laporan keuangan (Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007:3). Dari sudut pandang pengendalian tindakan pada pencapaian tujuan, akuntabilitas mengandung arti kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala tindak-tanduk dan kegiatan seseorang atau lembaga, terutama di bidang administrasi keuangan, kepada pihak yang lebih tinggi atau atasannya. Sedangkan dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas mempunyai arti pertanggungjawaban, yang merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan pemerintahan yang baik.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya dalam bentuk Laporan Keuangan, yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Kemudian, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa Laporan Keuangan harus disusun berdasarkan proses akuntansi, yang wajib dilaksanakan oleh setiap Pengguna Anggaran dan kuasa


(28)

Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara Umum Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap Pemerintah Daerah perlu menyelenggarakan sistem akuntansi untuk lingkungan pemerintah daerahnya yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri. Adanya perkembangan paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara menunjukkan adanya upaya dalam meningkatkan keterbukaan informasi. Penyajian laporan keuangan yang terbuka, terutama mengenai informasi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh pengelola keuangan daerah kemudian disebut sebagai transparansi. Disebutkan juga dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 bahwa laporan keuangan pemerintah harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK dilakukan dalam rangka pemberian pendapat (opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Laporan Keuangan tersebut setelah diaudit oleh BPK perlu disesuaikan berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan Keuangan yang telah diaudit dan telah diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh Pemerintah Daerah dalam suatu rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah untuk dibahas dengan dan disetujui oleh DPRD. Jadi, karena adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi, maka pemerintah daerah diharuskan untuk menyusun laporan keuangan dan kemudian diaudit sehubungan dengan kesesuaian dengan SAP dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan.


(29)

Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi (pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan) dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan pelaporan keuangan sektor publik secara umum adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dan memenuhi kebutuhan pengguna. Pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.24 tahun 2005 yaitu terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada (1) masyarakat, (2) para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa, (3) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, dan (4) pemerintah. Mardiasmo (2005:172) juga menjelaskan secara rinci mengenai siapa saja pengguna laporan keuangan, yaitu pembayar pajak, pemberi dana bantuan, investor, pengguna jasa, karyawan/pegawai, pemasok, dewan legislatif, manajemen, pemilih, dan badan pengawas. Secara spesifik pengguna laporan keuangan pemerintah daerah adalah: (1) DPRD, (2) Badan Pengawas Keuangan, (3) Investor, Kreditor, dan donatur, (4) Analis Ekonomi dan Pemerhati Pemerintah Daerah, (5) Rakyat, (6) Pemerintah Pusat, (7) Pemerintah Daerah Lain (Halim dalam Yuliati, 2004). Kemudian lebih lanjut


(30)

dalam Yuliati (2006) disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan sektor publik, khususnya pemerintah daerah adalah berikut ini.

1. Mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai

dengan anggaran yang telah disetujui oleh DPRD.

2. Menyediakan informasi tentang sumber daya keuangan dan

penggunaannya.

3. Menyediakan informasi tentang cara pemerintah daerah membiayai

aktivitas dan memenuhi kebutuhan kasnya.

4. Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi

kemampuan manajemen dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi kewajibannya.

5. Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan dan kinerja

pemerintah daerah, terutama yang berkaitan dengan efisiensi biaya operasi dan pencapaian target.

Sama halnya dengan laporan keuangan pada umumnya, laporan keuangan pemerintah daerah pun memiliki asumsi yang mendasari pembuatannya. Menurut Bastian (2005:96-97) asumsi dasar laporan keuangan terdiri dari dua. Pertama, untuk mencapai tujuannya, basis pelaporan keuangan sektor publik adalah dasar akrual, dimana pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan pemerintah yang disusun atas dasar akrual akan memberikan informasi kepada pemakai mengenai transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan


(31)

pengeluaran kas dan kewajiban dan pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan sektor publik (pemerintah) meliputi berbagai transaksi masa lalu dan peristiwa terkait yang mempengaruhi pengambilan keputusan secara ekonomi.

Asumsi yang kedua menurut Bastian (2005:97), laporan keuangan sektor publik disusun atas dasar kelangsungan usaha entitas saat sekarang dan masa depan. Entitas diasumsikan tidak bermaksud melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika kemungkinan likuidasi terjadi, penyajian laporan keuangan harus dilakukan secara berbeda sesuai dengan kebutuhan likuidasi saat itu.

Laporan keuangan pemerintah pun harus memiliki karakteristik kualitatif sama seperti laporan keuangan pada umumnya agar laporan keuangan tersebut memiliki nilai untuk penggunanya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik tersebut (relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami) merupakan prasyarat yang harus dipenuhi agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 disebutkan, andal memiliki maksud sebagai berikut ini. Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi


(32)

karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi (verifiability), dan netralitas. Informasi keuangan pun harus handal. Untuk memenuhi keandalan, suatu informasi harus dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Informasi dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna untuk memenuhi karakter kualitatif berikutnya untuk itu informasi keuangan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2009), karakteristik kualitatif adalah suatu ciri khusus yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai laporan keuangan. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Dapat dipahami maksudnya, informasi yang


(33)

terkandung dalam laporan keuangan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, dan mau mempelajari informasi yang disajikan. Namun, suatu informasi yang kompleks tidak dapat dikeluarkan dari laporan keuangan dengan alasan bahwa informasi tersebut sulit untuk dipahami pengguna laporan keuangan tertentu. Informasi juga harus handal. Informasi yang handal adalah informasi yang bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaanya sebagai penyajian yang jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

Sedangkan dalam Epstein (2001:13) mengungkapkan secara langsung bawa terdapat dua karakteristik kualitatif pokok. Karakteristik kualitatif pokok itu yaitu relevan dan tepat saji. Dua karakteristik kualitatif pokok tersebut merupakan karakteristik khusus yang dapat meningkatkan kegunaan informasi keuangan untuk membuat keputusan. Selain karakteristik kualitatif khusus adapula karakteristik yang melengkapi karakteristik kualitatif pokok, yaitu dapat diperbandingkan (termasuk konsistensi), dapat diverifikasi, tepat waktu, dan dapat dipahami.

Tidak jauh berbeda, FASB dalam Statement of Financial Acconting

Concepts No.8 (2010) mengungkapkan mengenai kerangka konseptual, laporan keuangan memberikan informasi kepada pemakai mengenai sumber ekonomi perusahaan, klaim terhadap entitas, efek dari transaksi dan peristiwa masa lalu dan perubahan sumber daya dan klaim, atau pada kerangka konseptual disebut dengan fenomena ekonomi. Informasi keuangan yang


(34)

terkandung dalam laporan keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif. Karakterisitik kualitatif yang terkandung dalam informasi keuangan berguna bagi kreditur, investor potensial, dan kreditur lainnya untuk membuat keputusan tentang suatu perusahaan. Suatu informasi keuangan harus relevan dan menggambarkan keadaaan yang sesungguhnya. Kegunaannya (informasi keuangan) akan meningkat bila laporan keuangan dapat diperbandingkan, diverifikasi, tepat waktu, dan mudah untuk dimengerti. Relevansi dan ketepatan pelaporan adalah karakteristik kualitatif yang paling pokok.

B. Relevan

Dalam Statement of Financial Acconting Concepts No.8 (FASB, 2010), relevan merupakan salah satu dari dua karakteristik kualitatif pokok. Relevan berarti, informasi keuangan mampu mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Suatu informasi keuangan dapat mengubah keputusan pengguna bila informasi tersebut memiliki nilai prediksi, nilai konfirmasi, atau keduannya. Informasi dikatakan memiliki nilai prediksi bila dapat digunakan pengguna untuk memprediksi masa depan. Informasi keuangan tidak perlu menampilkan prediksi atau ramalan untuk mempunyai nilai prediktif. Nilai prediktif dalam laporan keuangan maksudnya, pengguna dapat membuat prediksi dari laporan keuangan yang tersedia. Informasi memiliki nilai penegasan (confirmatory value) jika dapat memberikan umpan balik (feedback value) baik tetap atau ada perubahan dari kejadian masa lampau. Nilai prediksi dan penegasan saling berkaitan, informasi yang memiliki nilai prediktif sering memiliki nilai konfirmasi juga.


(35)

Contohnya, informasi pendapatan tahun berjalan, dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pendapatan di masa mendatang, juga bisa dibandingkan dengan prediksi pendapatan untuk tahun berjalan yang dibuat di masa lalu. Perbandingan tersebut dapat membantu pengguna untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja dengan mengacu pada prediksi yang dibuat.

Menurut Suwardjono (2003) relevansi adalah informasi bernilai tinggi, yang terkandung dalam laporan keuangan, yang berkaitan dan dapat membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan. Perbedaan dalam pengambilan keputusan dapat terjadi apabila informasi yang ada dapat membantu pemakai untuk memprediksi dengan pasti akibat dari peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa datang. Bastian (2005:99) pun mengungkapkan hal yang serupa. Menurutnya informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

Hal serupa juga digambarkan dalam Standar Akuntansi Keuangan mengenani kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (IAI, 2009). Menurut SAK, suatu informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka


(36)

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Peran informasi dalam meramalkan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Contohnya, informasi mengenai besarnya aset bermanfaat bagi pengguna ketika pengguna berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi ketika berada dalam situasi merugikan. Di sisi lain, informasi tersebut juga berfungsi memberikan

penegasan (confirmatory role) atas prediksi masa lalu, misal tentang

bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau hasil dari operasi yang telah direncanakan.

Secara lebih ringkas Epstein (2001:14) mengungkapkan, bahwa relevansi adalah informasi yang memiliki nilai prediksi, nilai konfirmasi, atau keduanya. Dengan kata lain, informasi tersebut berguna untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemberi modal. Relevansi suatu informasi keuangan disebabkan oleh sifat dasar dan materialitasnya.

Suwardjono (2003) mengungkapkan dalam kaitannya mengenai relevansi, bahwa akuntansi menghasilkan informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan atau statemen keuangan. Informasi itu sendiri adalah data atau fakta yang diolah dan disajikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai makna bagi yang berkepentingan. Untuk menjadi informasi, sebuah data harus diproses untuk disajikan sesuai dengan kebutuhan pemakai. Agar data dapat disebut informasi untuk pemakai, informasi tersebut harus bermanfaat. Sederhananya, untuk menjadi informasi suatu data harus mempunyai nilai informasi dan kualitas tertentu.


(37)

Nilai informasi hanya dapat dinilai secara relatif dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan. Informasi dikatakan memiliki nilai dalam pengambilan keputusan jika informasi dapat menambah pengetahuan pengambil keputusan (masa kini dan lalu), dapat mengurangi ketidakpastian, dapat mengubah keputusan atau menyebabkan perubahan perilaku. Sementara kualitas informasi berkaitan dengan seberapa sering/tinggi suatu informasi digunakan untuk pengambilan keputusan. Kualitas informasi bergantung pada kebutuhan pemakai (relevansi) dan proses penyediaan informasi (reliabilitas) (Suwardjono, 2003).

SAK memberikan banyak penjelasan mengenai relevansi mengenai laporan keuangan. Menurut SAK informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk mempredikasi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pengguna. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.

Relevansi dipengaruhi oleh hakikat (relevansi itu sendiri) dan materialitas. Contohnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa harus memandang materialitas hasil yang dicapai segmen baru pada tahun itu. Namun, ada pula saat hakikat dan materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan dalam perusahaan. Informasi yang material adalah informasi yang bila salah/lalai dicantumkan dapat mempengaruhi


(38)

keputusan ekonomi pengguna. Karenanya, materialitas berkaitan erat dengan relevansi, tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai karakteristik kualitatif melainkan sebagi titik pemisah yang harus dimiliki agar suatu informasi dianggap berguna (IAI,2009).

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar informasi yang terkandung dalam laporan keuangan memiliki nilai relevansi. Menurut Suwardjono (2003) agar relevan suatu informasi harus memenuhi tiga syarat. Syarat pertama adalah nilai prediktif (predictive value). Kualitas ini terletak pada kemampuan informasi dalam membantu pemakai mempredisi hasil atau akibat suatu peristiwa masa lalu, sekarang, dan yang akan terjadi. Syarat yang kedua adalah nilai balikan (feedback value). Informasi dikatakan memiliki nilai balikan apabila informasi dapat membantu pemakai meyakini bahwa harapan-harapan sebelumnya telah tercapai atau menyimpang dari kenyataan. Dengan demikian pemakai dapat memperbaiki harapan terhadap peristiwa yang serupa di masa datang. Syarat yang ketiga adalah ketepatwaktuan (timeliness). Suatu informasi dikatakan tepat waktu apabila informasi tersebut ada pada waktu dibutuhkan. Ketepatwaktuan informasi maksudnya informasi tersebut disajikan sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam pengambilan keputusan. Tepat waktu menjadi penting karena informasi yang bernilai prediksi tinggi pun akan menjadi tidak bermanfaat bila tidak ada saat diperlukan.


(39)

Kriteria sebuah informassi dikatakan relevan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah berikut ini.

1. Informasi memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Maksudnya,

informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

2. Informasi memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat

membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

3. Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna

dalam pengambilan keputusan.

4. Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,

yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

Di SAK juga diungkapkan bahwa informasi yang relevan dan handal menemui beberapa kendala. Kendala yang pertama adalah ketepatan waktu. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan maka informasi akan kehilangan relevansinya. Maksudnya demikian, saat pemenuhan tepat waktu ingin dilakukan, aspek dan transaksi lainnya belum diketahui sehingga pemenuhan kehandalan tidak terpenuhi. Jika ingin memenuhi aspek kehandalan, maka pelaporan menjadi tidak tepat waktu dan kehilangan aspek relevansinya. Usaha untuk menyeimbangkan antara relevansi dan keandalan ditentukan oleh kebutuhan pengambil keputusan.


(40)

Kendala yang lain adalah keseimbangan antara biaya dan manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya penyusunannya. Perusahaan akan memiliki banyak pertimbangan dalam mengevaluasi biaya dan manfaat untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Sama halnya dengan keseimbangan keandalan dan relevansi yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam pelaporan, diantara karakteristik kualitatif yang lain pun perlu dipertimbangkan keseimbangannya (IAI,2009).

Sejalan dengan SAK, FSAB menyatakan bahwa materialitas berkaitan erat dengan relevansi. Apabila suatu informasi dihilangkan atau dilaporkan salah dapat mempengaruhi keputusan pengguna, maka informasi tersebut dikatakan material. Informasi yang material juga dapat mempengaruhi keputusan pengguna apabila dihilangkan atau salah lapor, maka materialitas tidak dapat dipisahkan dari relevansi. Materialitas adalah salah satu aspek dalam relevansi (FASB,2010).

C. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan layanan sosial masyarakat wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak.

Dalam instansi pemerintahan pengukuran kinerja tidak dapat diukur dengan rasio-rasio yang biasa di dapatkan dari sebuah laporan keuangan dalam suatu perusahaan seperti, Return Of Investment. Hal ini disebabkan


(41)

karena sebenarnya dalam kinerja pemerintah tidak ada "Net Profit".

Kewajiban pemerintah untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok-kelompok masyarakat yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.

Pelaporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada pertanggungjawaban apakah sumber yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian pelaporan keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi pemerintah saat itu.

Salah satu alat untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melaksanakan analisis rasio terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Hasil analisis rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolok ukur berikut ini.

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelengggaraan

otonomi daerah.

2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan

daerah.

3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan

pendapatan daerahnya.

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendaptan dalam pembentukan pendapatan daerah.


(42)

5. Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehinggga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi keuangan pemerintah daerah tersebut terhadap pemerintah daerah lainnya.

D. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan adalah upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas tertentu yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan keuangan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Bahkan melalui analisis laporan keuangan juga kemungkinan dapat diketahui adanya kesalahan proses akuntansi. Dengan demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan atas data atau informasi yang tersedia sehingga pengambilan keputusannya menjadi lebih akurat. Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak kejadian atau transaksi masa lalu sekaligus untuk meramalkan prospek keuangan di masa


(43)

mendatang (memiliki karakteristik memuat implikasi dan prediksi). Analisis laporan keuangan pemerintah juga dapat menilai kinerja keuangan pemerintah dalam suatu tahun anggaran.

Ada keterbatasan dalam teknik-teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah, khususnya analisis perbandingan atau rasio dibandingkan dengan penggunaan di sektor swasta. Keterbatasannya adalah belum adanya nama dan kaidah pengukuran yang seragam atas teknik analisis laporan keuangan pemerintah daerah karena belum didukung oleh pembahasan dan teori analisis laporan keuangan yang memadai. Menurut Widodo dalam Modul Analisis Laporan Keuangan Daerah (2007:73-74) hal itu disebabkan oleh a d a n y a k eterbatasan karena sifat dan cakupannya berbeda dengan laporan keuangan oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial. Kedua, penyusunan APBD sebagian masih dilakukan berdasarkan pertimbangan

incremental budget (seharusnya disusun berdasarkan pendekatan kinerja sebagaimana tersebut dalam pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000), yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan belanja dihitung dengan meningkatkan persentase tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inflasi). Karena disusun dengan pendekatan secara incremental, maka sering kali mengabaikan rasio keuangan dalam APBD. Ketiga, penilaian keberhasilan APBD lebih ditekankan pada pencapaian target, sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada komposisi ataupun struktur APBDnya.

Analisis rasio keuangan merupakan metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi keuangan perusahaan secara


(44)

keseluruhan. Menurut Usman dalam Hapsari (2007), analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal.

Penelitian ini akan menggunakan analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan. Teknik analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan satu atau beberapa pos dengan satu atau beberapa pos lainnya dalam satu periode. Tujuan analisis ini antara lain untuk menilai kondisi atau kinerja keuangan pemerintah daerah. Perbandingan pos-pos laporan keuangan sering disebut dengan istilah rasio keuangan. Dibandingkan dengan teknik analisis keuangan lainnya, analisis rasio keuangan memiliki keunggulan, antara lain, berikut ini. Pertama, rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. Kedua, rasio merupakan pengganti (yang lebih sederhana) dari informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan (yang rinci dan rumit). Ketiga, standarisasi unit-unit pengukuran komponen keuangan pemerintah daerah. Keempat, lebih mudah memperbandingkan kondisi keuangan pemerintah daerah dengan pemerintah daerah lain atau melihat perkembangan pemerintah daerah secara periodik. Kelima, lebih mudah melihat perkembangan pemerintah daerah serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.


(45)

Dari data APBD yang dikembangkan oleh Widodo dalam Halim (2007:232-234), antara lain terdapat perhitungan berikut ini.

1. Kemandirian Keuangan Daerah

Perbandingan ini digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam hal pendanaan sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi yang berperan sebagai sumber pendapatan. Kemandirian ditunjukkan dari besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan total pendapatan yang diterima. Pendapatan lain di luar PAD (bantuan pemerintah pusat maupun pinjaman) ditambah PAD merupakan kompenen pembentuk total penadapatan. Rasio kemandirian menggambarkan, semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah untuk mendanai sendiri aktivitasnya. Semakin tinggi rasio kemadirian juga menunjukkan semakin tinggi kesejahteraan masyarakat karena kemampuan membayar pajak dan retribusi yang tinggi. Berikut adalah cara perhitungan rasio kemandirian.

2. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

Perbandingan ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan


(46)

dengan target yang ditetapkan (berdasarkan potensi riil daerah). Kemampuan daerah dalam menjalankan kewajibannya dikatakan efektif apabila rasio yang dicapat minimal sebesar satu atau 100%. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin tinggi kemampuan daerahnya.

3. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Perhitungan ini menggambarkan perbandingan antara besarnya realisasi pengeluaran (output) dengan realisasi penerimaan (input) yang diterima.

E. Pengembangan Hipotesis

Ruslina Nadeak (2003) mengemukakan rasio efisiensi pemungutan PAD Kab. Maluku Tenggara selama lima tahun anggaran yaitu dari tahun anggaran 1998/1999 sampai dengan 2002 rata-rata sebesar 3,27% dan setiap tahun anggaran mengalami penurunan sebesar 0,1%. Hal ini menunjukkan bahwa pemungutan PAD Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun ke tahun semakin efisien karena biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD semakin proposional dengan realisasi PAD yang didapatkan. Hal ini menunujukkan kinerja pemerintah daerah yang semakin baik.

Menurut Suprapto (2006) tingkat kemandirian daerah Kab. Sleman setiap tahun anggaran mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah telah berusaha mandiri dalam mengelola keuangan


(47)

daerahnya. Sementara itu, rasio efektivitas pendapatan daerah Kab. Sleman selama lima tahun anggaran (tahun anggaran 2000-2004) rata-rata sebesar 117,65% dengan peningkatan setiap tahunnya sebesar 4,16% setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah yang baik, karena setiap tahunnya target PAD yang ingin dicapai selalu terealisasikan sesuai dengan target. Sedangkan untuk rasio efisiensi pemungutan PAD Kabupaten Sleman selama lima tahun anggaran yaitu dari tahun anggaran 2000-2004 semakin efisien karena biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD semakin proposional dengan realisasi PAD yang didapatkan. Dengan demikian kinerja Pemerintah Daerah Kab. Sleman dalam mengelola keuangan darahnya semakin baik.

Penelitian-penelitian terdahulu mengungkapkan adanya kenaikan rasio kemandirian, efektivitas dan penurunan rasio efisiensi menunjukkan adanya perbaikan kinerja keuangan di masing-masing daerah. Adanya peningkatan kinerja dapat dinyatakan bila diperbandingkan dengan kinerja keuangan tahun anggaran yang telah berlalu dan dimungkinkan terjadi bila manajemen pemerintah menggunakan dan memperhatikan laporan keuangan dan kinerja tahun lalu. Secara singkat dapat dikatakan laporan keuangan memiliki nilai relevansi dalam upaya perbaikan kinerja keuangan pemerintah daerah. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis berikut.

Ha1: Rasio efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang.

Ha2: Rasio efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang.


(48)

Ha3: Rasio tingkat kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio tingkat kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang.

F. Kerangka Pemikiran

BAB III

METODE PENELITIAN

Tahun Lalu

Kinerja Keuangan :

Rasio Efektivitas Rasio

Efisiensi

Rasio Tingkat Kemandirian

Kinerja Keuangan

Tahun ini / 

akan datang 

Rasio Efektivitas Rasio

Efisiensi

Rasio Tingkat Kemandirian

Ha1  Ha2  Ha3 

GAMBAR II.1


(49)

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data sekunder dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah diaudit oleh auditor pemerintah, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah auditan yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun anggaran 2005-2009. Dari data tersebut kemudian akan diukur apakah rasio-rasio keuangan (yang menjadi parameter kinerja keuangan) tahun lalu mempengaruhi kinerja tahun ini / yang akan datang.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006:121). Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah seluruh Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia sejak tahun anggaran 2005 - 2009.

2. Sampel

Sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi (Sekaran, 2006:123). Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling


(50)

dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria untuk sampel dalam penelitian ini adalah berikut ini.

a. Provinsi/Kabupaten/Kota yang tersedia laporan keuangan auditannya selama kurun waktu penelitian (2005-2009). b. Provinsi/Kabupaten/Kota yang menyediakan secara konsisten

data yang diperlukan untuk penghitungan rasio keuangan selama kurun waktu penelitian.

c. Provinsi/Kabupaten/Kota yang secara konsisten selama kurun waktu penelitian tidak mendapatkan opini disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan.

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data sekunder dari Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang telah diaudit oleh auditor pemerintah, Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah auditan yang digunakan adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun 2009. Untuk rasio keuangan, tidak seluruh daerah mengungkapkan rasio keuangannya secara eksplisit. Daerah yang tidak melaporkan rasio secara eksplisit menggunakan data mentah yang tertuang dalam laporan keuangan pemerintah daerah kemudian melalui pengolahan untuk menjadi data siap pakai.


(51)

Bertitik tolak pada jenis penelitian untuk melihat pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah tahun lalu pada kinerja keuangan pemerintah tahun ini / tahun yang akan datang, maka variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah berikut ini.

1. Variabel Independen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan tahun lalu yang ditunjukkan dengan parameter rasio efisiensi, rasio efektivitas, dan rasio tingkat kemandirian.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan tahun ini / tahun yang akan datang yang ditunjukkan dengan parameter rasio efisiensi, rasio efektivitas, dan rasio tingkat kemandirian.

Pengukuran rasio efisiensi, efektivitas, dan tingkat kemandirian sebagai parameter kinerja keuangan adalah berikut ini.

a. Efisiensi

Efisiensi menggambarkan perbandingan antara output (realisasi

penerimaan) dengan input (realisasi pengeluaran) (Bastian, 2005:280). Pada sektor publik, pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan baik dengan pengorbanan seminimal mungkin. Menurut Suprapto (2006), kinerja pemerintah Daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien, apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100 persen.


(52)

Semakin kecil rasio efisien berarti kinerja pemerintah semain baik (Halim, 2007:234). Rasio Efisiensi diukur dengan cara:

b. Efektivitas

Efektivitas adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut berjalan dengan efektif (Bastian, 2005:280). Rasio Efektivitas diukur dengan:

 

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen (Suprapto, 2006). Namun demikian semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik (Halim, 2007:234).

c. Tingkat Kemandirian

Menurut Halim (2007:233) gambaran citra kemandirian daerah dalam berotonomi dapat diketahui melalui beberapa besar kemampuan sumber daya keuangan untuk daerah tersebut, agar mampu membangun daerahnya disamping mampu pula untuk bersaing secara sehat dengan kabupaten lainnya dalam mencapai otonomi yang sesungguhnya. Upaya nyata didalam mengukur tingkat kemandirian


(53)

yaitu dengan membandingkan besarnya realisasi PAD dengan total pendapatan daerah, yaitu:

E. Metode Analisis Data

1. Model Analisis

Penelitian ini menggunakan model regresi linier. Regresi linier adalh studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dan variabel independen (variabel penjelas/ bebas), dengan tujuan mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati dalam Ghozali, 2006). Model yang digunakan adalah berikut.

Keterangan Persamaan Regresi Linier

Simbol Keterangan

X Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (parameter: rasio

efisisiensi, efektivitas, dan kemandirian)

a Koefisien

b Koefisien Regresi

t tahun

2. Teknik Analisis

Peneliti akan menggunakan software SPPS for windows 11.5

untuk melakukan analisis data. Untuk memastikan apakah dalam praktiknya saat menganalisis tidak mendapati suatu masalah dan untuk mendapatkan suatu model yang baik maka


(54)

perlu dilaukakn pengujian asumsi klasik (Kuncoro, 2007:90). Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah berikut ini.

a. Uji multikolonieritas

Uji ini mempunyai tujuan untuk mendeteksi apakah ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Uji multikolonieritas ini bertujuan juga untuk menjegah terjadinya bias dalam pengambilan kesimpulan.

b. Uji Normalitas

Untuk menguji data yang berdistribusi normal akan

digunakan alat uji normalitas, yaitu one sample

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi variabel dependen memiliki nilai signifikansi lebih dari 5%. Data penelitian yang baik adalah yang berdistribusi secara normal (Ghozali, 2006:110).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji dalam model regresi apakah ada korelasi antara kesalahan yang mengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode sebelumnya atau t-1 (Ghozali, 2006:95).


(55)

TABEL III.1

TABEL NILAI DURBIN-WATSON

Nilai DW Kesimpulan

Kurang dari 1,10 1,10 sampai 1,54 1,55 sampai 2,46 2,47 sampai 2,90 Lebih dari 2,91

Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi

Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Untuk menentukan heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot, titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105).

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk menguji kesesuaian teori dengan hasil regresi. Secara statistik hal ini dapat diukur dari nilai statistik t, koefisien determinasi, dan nilai statistik F. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan saat nilai uji statistiknya berada pada daerah dimana H0 diterima (Kuncoro, 2007:81). Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut ini.


(56)

Ha1: Rasio efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang.

Ha2: Rasio efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio

efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang.

Ha3: Rasio tingkat kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio tingkat kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang.

Uji statistik t menujukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel terikat.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perkembangan Populasi dan Sampel Penelitian

Hasil pengumpulan data dari populasi, mengalami beberapa kendala. Pertama, selama kurun waktu 2005-2009 ada beberapa kabupaten/kota yang mengalami pemekaran. Kabupaten/kota baru tersebut tidak diikutsertakan dalam penelitian untuk menjaga konsistensi. Kedua, penelitian ini menggunakan laporan keuangan auditan BPK mulai dari pemeriksaan semester 1 tahun 2006 (tahun anggaran 2005) hingga semester 1 tahun 2010 (tahun anggaran 2009), hal tersebut mengakibatkan adanya daerah yang tidak masuk daftar penelitian, karena itu penelitian ini mengikutsertakan daerah yang konsisten ada dari pemeriksaan semester 1 tahun 2005 - pemeriksaan semester 1 tahun 2010.

Kendala yang ketiga adalah tidak lengkapnya laporan keuangan tahun 2007 yang diterima peneliti. Beberapa daerah (yang tidak tersedia laporan keuangan tahun 2007) pada tahun 2008 melampirkan kembali data laporan keuangannya. Permasalahnya adalah tidak semua daerah yang pada tahun 2007 tidak tersedia laporannya menyertakan kembali laporannya di tahun 2008. Selain itu, daerah yang meyertakan kembali tidak menyertakan seluruh data (untuk pengolahan ketiga rasio) yang


(58)

dibutuhkan. Hal itulah yang menyebabkan adanya perbedaan jumlah daerah pada ketiga rasio.

2. Deskripsi Data

Obyek penelitian ini adalah pemerintah daerah yang laporan keuanganya telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan yang mendapatkan opini selain tidak menyatakan pendapat tahun anggaran 2005-2009. Dari 484 populasi (setiap tahunnya), data yang terkumpul untuk tahun 2005 sebanyak 360, tahun 2006 sebanyak 334, tahun 2007 sebanyak 201, tahun 2008 sebanyak 484 dan tahun 2009 sebanyak 350. Pada awal penelitian (pada bab 3) sudah ditetapkan beberapa kriteria untuk sampel yang akan diambil. Oleh karena itu maka data yang digunakan untuk penelitian adalah sebanyak 139 untuk rasio efisiensi, 158 untuk efektivitas, dan 166 untuk rasio kemandirian.

3. Pengujian Data a. Uji Normalitas

Untuk menguji data yang berdistribusi normal akan digunakan alat uji normalitas, yaitu one sample Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas data memberikan hasil seperti tabel IV.1.

TABEL IV.1

UJI NORMALITAS DATA

Variabel Notasi p-value Critical Value (α) Interpretasi

Efisiensi X1-1 0,103 0,05 Normal

Efektivitas X2-1 0,123 0,05 Normal


(59)

Hasil uji Kolmogrov-Smirnov pada tabel IV.1 menujukkan bahwa efisiensi, efektivitas, dan kemandirian (tahun lalu) berdistribusi normal karena memiliki p-value di atas 0,05.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas

Metode untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai

Tolerance. Besarnya VIF dan tolerance dari hasil analisis dapat dilihat pada tabel IV.2 sebagai berikut ini.

TABEL IV.2

UJI MULTIKOLINEARITAS Variabel Tolerance VIF Interpretasi

X1-1 1,000 1,000 Tidak terjadi

multikolinearitas

X2-1 1,000 1,000 Tidak terjadi

multikolinearitas

X3-1 1,000 1,000 Tidak terjadi

multikolinearitas

Keterangan :

X1-1 Efisiensi (2005-2008)

X2-1 Efektivitas (2005-2008)

X3-1 Kemandirian (2005-2008)

Hasil output SPSS di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel independen mempunyai nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan bahwa model tersebut bebas dari multikolinearitas.


(60)

2) Uji Autokorelasi

Cara untuk mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Pengujian Durbin-Watson menyajikan hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.3 berikut.

TABEL IV.3 UJI AUTOKORELASI

Dari hasil pengujian tersebut, nilai Durbin-Watson menunjukkan angka sebesar 1,274 untuk model pertama – rasio efisiensi, menujukkan angka 1,569 untuk model rasio efektivitas dan 1,847 untuk model rasio tingkat kemandirian. Ketiga angka untuk model-model tersebut memenuhi syarat Durbin-Watson yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu diantara 1,55 sampai 2,46. Hal itu berarti dalam model tidak terjadi autokorelasi.

3) Uji Hetroskedastisitas

Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada

suatu model dapat dilihat dari scatterplot. Gambar

scatterplot menunjukkan pola berikut ini.

Model R R2

Adjusted R2

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 0,728 0,530 0,529 0,5384 1,274

2 0,642 0,412 0,411 0,1860 1,569

3 0,971 0,943 0,943 3,4530E-02 1,847


(61)

Scatterplot

Dependent Variable: X1

Regression Standardized Predicted Value

10 8 6 4 2 0 -2 R egres s ion S tude nt iz ed R es idua l 6 4 2 0 -2 -4   GAMBAR IV.1 Ket.: variabel dependen efisiensi (2006-2009)

Scatterplot

Dependent Variable: X2

Regression Standardized Predicted Value

20 10 0 -10 R egr e s s ion S tud ent iz ed R e s idu al 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 GAMBAR IV.2

Ket.: Variabel dependen efektivitas (2006-2009) Scatterplot

Dependent Variable: X3

Regression Standardized Predicted Value

5 4 3 2 1 0 -1 R eg res s ion S tude nti z ed R es idua l 10 0 -10   GAMBAR IV.3


(62)

Output SPSS pada gambar scatterplot menunjukkan penyebaran titik-titik data adalah berikut ini.

1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar, kemudian menyempit, dan melebar kembali.

4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

c. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah pengujan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis dalam penelitian. Hasil dari uji hipotesis dan regresi yang telah dilakukan dapat dilihat dalam tabel IV.4, IV.5, dan IV.6sebagai berikut.

TABEL IV.4

HASIL UJI Ha1

Keterangan t p-value

Koefisien 5,211 0,000

X1-1 24,712 0,000

Adjusted R2 0,529

F hitung 610,702

p-value 0,000

Variabel dependen : efisiensi X1 (2006-2009) Sumber : Data yang diolah

Keterangan:


(63)

TABEL IV.5

HASIL UJI Ha2

Keterangan t p-value

Koefisien 16,215 0,000

X2-1 20,850 0,000

Adjusted R2 0,411

F hitung 434,717

p-value 0,000

Variabel dependen : Efektivitas X2 (2006-2009) Sumber : Data yang diolah

Keterangan:

X2-1 : Efektivitas (2005-2008) TABEL IV.6

HASIL UJI Ha3

Keterangan t p-value

Koefisien 2,368 0,018

X3-1 93,271 0,000

Adjusted R2 0,943

F 8699,554

p-value 0,000

Variabel dependen : Kemandirian (2006-2009) Sumber : Data yang diolah

Keterangan:

X3-1 : Kemandirian (2005-2008)

1) Uji Statistik F dan Uji Statistik t a) Hasil uji Ha1

Ha1: Rasio efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio

efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang.

Hasil uji hipotesis dan regresi dari tabel IV.4 menunjukkan p-value t dan p-value F sebesar 0,000. P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant

yang ditentukan (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis diterima. Dari sana maka dapat diambil kesimpulan bahwa rasio efisiensi tahun lalu mempengaruhi rasio efisiensi tahun ini / tahun yang akan datang.


(64)

b) Hasil uji Ha2

Ha2: Rasio efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio

efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang.

Hasil uji hipotesis dan regresi dari tabel IV.5 menunjukkan p-value t dan p-value F sebesar 0,000. P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant

yang ditentukan (0,05), hipotesis dapat diterima. Sehingga, dapat disimpulkan rasio efektivitas tahun lalu mempengaruhi rasio efektivitas tahun ini / tahun yang akan datang.

c) Hasil uji Ha3

Ha3: Rasio tingkat kemandirian tahun lalu

mempengaruhi rasio tingkat kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang.

Hasil uji hipotesis dan regresi dari tabel IV.6 menunjukkan p-value t dan p-value F sebesar 0,000. P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant

yang ditentukan (0,05), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis diterima. Jadi rasio kemandirian tahun lalu mempengaruhi rasio kemandirian tahun ini / tahun yang akan datang.


(65)

2) Koefisien Determinasi (R2)

Tabel IV.4 menunjukkan nilai koefisien determinasi

yang sudah disesuaikan (Adjusted R2) sebesar 0,529.

Artinya, 52,9% variabel dependen efisiensi X1 (2006-2009) dijelaskan oleh variabel independen efisiensi X1-1. Sisanya sebesar 47,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.

Tabel IV.5 menunjukkan nilai koefisien determinasi

yang sudah disesuaikan (Adjusted R2) sebesar 0,411.

Artinya, 41,1% variabel dependen efektivitas X2 (2006-2009) dijelaskan oleh variabel independen efektivitas X2-1. Sisanya sebesar 58,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.

Tabel IV.6 menunjukkan nilai koefisien determinasi

yang sudah disesuaikan (Adjusted R2) sebesar 0,943.

Artinya, 94,3% variabel dependen kemandirian X3 (2006-2009) dijelaskan oleh variabel independen kemandirian X3-1. Sisanya sebesar 5,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan.


(66)

d. Uji Regresi

Dari persamaan regresi yang telah disebutkan pada bab 3, masing-masing variabel dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap rasio tahun ini/ yang akan datang sebagai berikut ini.

1)

Efisiensi (2005-2008) atau efisiensi tahun lalu memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,309. Hal ini mengandung arti apabila efisiensi (2005-2008) atau efisiensi tahun lalu naik sebesar 1% akan menaikkan efisiensi tahun ini/akan datang (2006-2009) sebesar 0,309 atau 30,9%.

2)

Efektivitas (2005-2008) / efektivitas tahun lalu memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,547. Hal ini mengandung arti bahwa bila efektivitas tahun lalu mengalami perubahan sebesar 1% akan berpengaruh atas efektivitas tahun ini/akan datang (2006-2009) sebesar 0,547 atau 54,7%.

3)

Kemandirian tahun lalu memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,963. Hal tersebut dapat diartikan, bila terjadi perubahan sebesar 1% pada


(67)

kemandirian tahun lalu, hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan sebesar 0,963 atau 96,3%.

B. Pembahasan

1. Efisiensi tahun lalu dengan efisiensi tahun ini / akan datang

Variabel efisiensi tahun lalu mempengaruhi efisiensi tahun ini/tahun yang akan datang. Hasil uji F yang telah dilakukan menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen, efisiensi tahun lalu berpengaruh terhadap efisiensi tahun ini/tahun yang akan datang. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa 52,9% variabel dependen efisiensi tahun ini/akan datang dijelaskan oleh variabel independen efisiensi tahun lalu. Sisanya, sebesar 47,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakkan.

Variabel efisiensi tahun lalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi tahun ini / akan datang. Hasil tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Nadeak (2003) menyatakan bahwa pemungutan PAD Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun ke tahun semakin efisien, hal ini menunujukkan kinerja pemerintah daerah yang semakin baik.

2. Efektivitas tahun lalu dengan efektivitas tahun ini / akan datang

Variabel efektivitas tahun lalu mempengaruhi efektivitas tahun ini/tahun yang akan datang. Hasil uji F yang telah dilakukan


(68)

menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen, efektivitas tahun lalu berpengaruh terhadap efektivitas tahun ini/tahun yang akan datang. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa 41,1% variabel dependen efektivitas tahun ini/akan datang dijelaskan oleh variabel independen efektivitas tahun lalu. Sisanya, sebesar 58,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakkan.

Variabel efektivitas tahun lalu berpengaruh signifikan terhadap efektivitas tahun ini/akan datang. Hal tersebut mendukung penelitan yang

dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Rasio efektivitas

pendapatan daerah Kab. Sleman selama lima tahun anggaran (tahun anggaran 2000-2004) mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 4,16 %. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah yang baik, karena setiap tahunnya target PAD yang ingin dicapai selalu terealisasikan sesuai dengan target.

3. Kemandirian tahun lalu (2005-2008) dengan Kemandirian tahun ini / akan datang (2006-2009)

Variabel kemandirian tahun lalu mempengaruhi kemandirian tahun ini/tahun yang akan datang. Hasil uji F yang telah dilakukan menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen, kemandirian tahun lalu berpengaruh terhadap kemandirian tahun ini/tahun yang akan datang. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa 94,3% variabel dependen


(1)

kemandirian tahun lalu, hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan sebesar 0,963 atau 96,3%.

B. Pembahasan

1. Efisiensi tahun lalu dengan efisiensi tahun ini / akan datang

Variabel efisiensi tahun lalu mempengaruhi efisiensi tahun ini/tahun yang akan datang. Hasil uji F yang telah dilakukan menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen, efisiensi tahun lalu berpengaruh terhadap efisiensi tahun ini/tahun yang akan datang. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa 52,9% variabel dependen efisiensi tahun ini/akan datang dijelaskan oleh variabel independen efisiensi tahun lalu. Sisanya, sebesar 47,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakkan.

Variabel efisiensi tahun lalu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi tahun ini / akan datang. Hasil tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Nadeak (2003) menyatakan bahwa pemungutan PAD Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun ke tahun semakin efisien, hal ini menunujukkan kinerja pemerintah daerah yang semakin baik.

2. Efektivitas tahun lalu dengan efektivitas tahun ini / akan datang

Variabel efektivitas tahun lalu mempengaruhi efektivitas tahun ini/tahun yang akan datang. Hasil uji F yang telah dilakukan


(2)

menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen, efektivitas tahun lalu berpengaruh terhadap efektivitas tahun ini/tahun yang akan datang. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa 41,1% variabel dependen efektivitas tahun ini/akan datang dijelaskan oleh variabel independen efektivitas tahun lalu. Sisanya, sebesar 58,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakkan.

Variabel efektivitas tahun lalu berpengaruh signifikan terhadap efektivitas tahun ini/akan datang. Hal tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Rasio efektivitas pendapatan daerah Kab. Sleman selama lima tahun anggaran (tahun anggaran 2000-2004) mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 4,16 %. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah yang baik, karena setiap tahunnya target PAD yang ingin dicapai selalu terealisasikan sesuai dengan target.

3. Kemandirian tahun lalu (2005-2008) dengan Kemandirian tahun ini / akan datang (2006-2009)

Variabel kemandirian tahun lalu mempengaruhi kemandirian tahun ini/tahun yang akan datang. Hasil uji F yang telah dilakukan menunjukkan bahwa p-value sebesar 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen, kemandirian tahun lalu berpengaruh terhadap kemandirian tahun ini/tahun yang akan datang. Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa 94,3% variabel dependen


(3)

kemandirian tahun ini/akan datang dijelaskan oleh variabel independen kemandirian tahun lalu. Sisanya, sebesar 5,7% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakkan.

Variabel kemandirian tahun lalu berpengaruh signifikan terhadap kemandirian tahun ini/akan datang. Hasil tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Tingkat kemandirian daerah setiap tahun anggaran mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah telah berusaha mandiri dalam mengelola keuangan daerahnya.

Dari ketiga model yang diuji memiliki hasil yang signifikan. Rasio efisiensi, efektivitas, dan kemandirian merupakkan komponen dari kinerja keuangan. Dari ketiga model di atas, dapat dimbil kesimpulan bahwa kinerja keuangan tahun lalu dapat mempengaruhi kinerja keuangan tahun ini/tahun yang akan datang. Berarti dapat dipastikan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah memiliki nilai relevansi karena laporan keuangan tahun lalu dapat digunakan untuk memprediksi tahun ini / yang akan datang. Adanya nilai relevansi dalam laporan keuangan pemerintah daerah memungkinkan pemerintah daerah menggunakan laporan keuangan tahun lalu untuk memperbaiki kinerja di tahun lalu, agar meningkat di tahun yang akan datang.


(4)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Rasio efisiensi tahun lalu (2005-2008) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio efisiensi tahun ini / akan datang (2006-2009). Hasil tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Nadeak (2003) menyatakan bahwa pemungutan PAD Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun ke tahun semakin efisien, hal ini menunujukkan kinerja pemerintah daerah yang semakin baik.

Rasio efektivitas tahun lalu (2005-2008) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio efektivitas tahun ini / akan datang (2006-2009). Hasil tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Rasio efektivitas pendapatan daerah Kab. Sleman selama lima tahun anggaran (tahun anggaran 2000-2004) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah daerah yang baik, karena setiap tahunnya target PAD yang ingin dicapai selalu terealisasikan sesuai dengan target.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa rasio kemandirian tahun lalu (2005-2008) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio kemandirian tahun ini / akan datang (2006-2009). Hasil tersebut mendukung penelitan yang dilakukan oleh Suprapto (2006) dan Nadeak (2003). Tingkat kemandirian daerah setiap tahun anggaran mengalami


(5)

peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah telah berusaha mandiri dalam mengelola keuangan daerahnya.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya menganalisis laporan realisasi anggaran. Oleh karena itu, hanya ada rasio yang bersumber dari laporan realisasi anggaran saja.

2. Tidak lengkapnya data yang didapatkan mengakibatkan penelitian tidak dapat mencakup seluruh provinsi/kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Selain itu karena selama periode penelitian (2005-2009) terdapat pemekaran daerah, daerah-daerah baru tidak dapat diikutsertakan karena tidak konsisten dengan periode penelitian.

3. Adanya laporan keuangan pemerintah daerah yang tidak disertakan dalam pengujian karena mendapatkan opini disclaimer untuk laporan keuangannya.

C. IMPLIKASI DAN SARAN

Disebabkan karena keterbatasan di atas maka peneliti memberikan saran yang dapat disampaikan sebagai berikut ini.

1. Melakukan penelitian dengan data yang lengkap sehingga dapat dilihat relevansi keuangan pemerintah daerah di Indonesia secara menyeluruh dan mempertimbangkan juga memperhatikan adanya daerah-daerah baru pada periode penelitian.


(6)

2. Melakukan penelitian dengan menambah jenis rasio yang tidak hanya bersumber dari laporan realisasi anggaran saja.