6
4. Penyakit Penyerta Non Infeksi
Penyakit penyerta non infeksi pada 59 pasien demam tifoid meliputi: hipertensi, skhizofrenia, stroke, gagal ginjal, dan hepatitis yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Pasien Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014 Berdasarkan Penyakit Penyerta Non Infeksi
Penyakit Penyerta Non Infeksi Jumlah Pasien
Persentase
Hipertensi 1
2 Skhizofrenia
1 2
Stroke 1
2 Hepatitis
1 2
Komplikasi yang sering dijumpai pada demam tifoid adalah hepatitis, perdarahan gastrointestinal, perforasi usus, serta gangguan pada sistem tubuh lainnya Nelwan, 2012.
A. Karakteristik Obat
1. Terapi Antibiotik
Antibiotik yang diberikan secara tepat dan efektif untuk pasien demam tifoid akan berperan penting dalam kesembuhan penyakit. Antibiotik yang diberikan untuk pasien
demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 bervariasi dari berbagai macam antibiotik. Jenis antibiotik yang digunakan dapat dikelompokkan
berdasarkan nama antibiotik dan golongan antibiotik, yaitu flouroquinolon siprofloksasin dan levofloksasin, golongan sefalosporin generasi ketiga seftriakson, dan golongan
penicilim Amoksisilin. Antibiotik diberikan kepada pasien melalui iv agar antibiotik memberikan efek yang cepat bagi tubuh. Jenis antibiotik yang digunakan pasien demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Karakteristik Obat Untuk Pasien Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014 Berdasarkan Terapi Antibiotik
Nama Antibiotik Golongan
Jumlah Peresepan Terhadap Jumlah Pasien
Siprofloksasin Flouroquinolon
9 15
Levofloksasin 5
9 Seftriakson
Sefalosporin 45
76
Jumlah 59
100
Berdasarkan data pada Tabel 4 antibiotik yang paling banyak digunakan untuk pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 adalah
golongan sefalosporin generasi ketiga sebanyak 45 peresepan 76. Seftriakson sefalosporin generasi ketiga menurunkan suhu tubuh hingga normal secara signifikan
sehingga dapat menjadi obat pilihan untuk pasien demam tifoid. Hammad et al., 2011. Siprofloksasin memiliki tingkat keberhasilan klinis mendekati 100 dalam pengobatan
7 untuk infeksi yang disebabkan oleh Salmonella typhi Parry et al., 2007. Levofloksasin
memiliki khasiat klinis 100 untuk pengobatan demam tifoid Nelwan et al., 2006.
2. Terapi Non Antibiotik
Pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 selain mendapatkan terapi antibiotik juga mendapatkan non antibiotik. Menurut Depkes RI
2006, pasien demam tifoid perlu mendapat terapi penunjang terapi simtomatik dan terapi suportif. Terapi simtomatik untuk penghilang gejala penyakit demam tifoid yang timbul,
sedangkan terapi suportif untuk mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
Terapi non antibiotik untuk pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 dikelompokkan menjadi cairan infus, analgetik antipiretik,
antitukak, antiemetik, dan suplemen IONI, 2008.
Tabel 5. Karakteristik Obat Untuk Pasien Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Pada Tahun 2014 Berdasarkan Terapi Non Antibiotik
Kelompok Terapi menurut IONI,2008
Nama Generik Jumlah
Peresepan Terhadap Jumlah
Pasien
Cairan Infus Inf. RL, Inf. NaCl 0,09
59 100
Analgetik,Antipiretik Paracetamol 59
100 Antitukak
Ranitidin, Antasid 59
100 Antiemetik
Ondansetron, Metoklopramid, 43
73 Suplemen
Vitamin B Complex 35
56 Antiinflamasi
Triamcinolone Acetonide 1
2 Psikotropika
Benzodiazepin 1
2 Antihipertensi
Nifedipine 1
2 Hepatitis
Telbivudin 1
2 Nootropik
Piracetam 1
2
Jumlah Pasien 59
Pasien demam tifoid umumnya mengalami dehidrasi ditandai dengan haus, badan lemas, mata cekung, bibir kering, dan tubuh terasa panas, gangguan keseimbangan cairan
tubuh, dan penurunan nafsu makan sehingga kesulitan untuk mendapat nutrisi makanan. Cairan infus diberikan karena pasien harus mendapat cairan yang cukup melalui oral atau
parenteral. Cairan parenteral digunakan untuk pasien dengan penyakit berat, komplikasi, penurunan kesadaran, dan sulit untuk makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan
kalori yang optimal Depkes RI, 2006. Hasil penelitian terhadap 59 pasien 100 cairan infus diberikan kepada seluruh pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr.
Moewardi pada tahun 2014. Berdasarkan Tabel 5, Sebanyak 59 pasien menggunakan terapi antipiretik-analgetik.
Antipiretik-analgetik yang digunakan untuk pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 adalah parasetamol. Antipiretik-analgetik
8 digunakan pada pasien demam tifoid karena untuk mengatasi demam yang dialami oleh
pasien Tjay dan Rahardja, 2002. Pasien demam tifoid instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014
mendapat terapi dengan antitukak sebanyak 59 pasien. Antitukak diberikan pada pasien demam tifoid untuk mengurangi gejala dispepsia yang dialami pasien demam tifoid
Berardy Lynda., 2005. Antiemetik diberikan kepada pasien demam tifoid karena untuk mengurangi gejala
mual, muntah, dan perut kembung yang dialami oleh pasien Rampengan, 2007. Sebanyak 43 pasien 73 mendapatkan terapi dengan antiemetik seperti ondansetron dan
metoklopramid Tabel 5. Suplemen atau vitamin diberikan untuk perbaikan keadaan umum pasien demam tifoid
Depkes RI, 2006. Hasil penelitian pada pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 sebanyak 33 pasien 56 mendapat suplemen atau
vitamin. Suplemen atau vitamin yang digunakan untuk pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 adalah vitamin B complex dan curcuma.
B. Analisis Ketepatan Antibiotik
Antibiotik yang diberikan secara tepat dan efektif pada pasien demam tifoid berperan penting dalam kesembuhan penyakit. Ketepatan antibiotik yaitu pengobatan yang
dilakukan dapat tercapai, efektif, dan aman. Perhitungan persentase ketepatan antibiotik dilakukan pada 59 kasus pasien selama menjalani rawat inap di instalasi rawat inap RSUD
Dr. Moewardi pada tahun 2014. Analisis ketepatan antibiotik pada pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD
Dr. Moewardi pada tahun 2014 meliputi: tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan tepat pasien yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis Ketepatan Antibiotik Analisis Ketepatan
Jumlah Kasus Persentase
Tepat indikasi 59
100 Tepat obat
54 92
Tepat dosis 30
51 Tepat pasien
59 100
1. Tepat Indikasi
Tepat indikasi adalah ketepatan pemberian obat sesuai dengan diagnosis penyakit yang diderita oleh pasien. Penegakan diagnosis demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD
Dr. Moewardi berdasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Sebanyak 59 pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2014 tepat
9 indikasi karena seluruh pasien demam tifoid mendapat terapi dengan antibiotik, antara lain:
siprofloksasin, levofloksasin, dan seftriakson. Hasil penelitian sesuai dengan standar Depkes RI tahun 2006, antibiotik segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah
ditegakkan. Antibiotik digunakan untuk pengobatan demam tifoid karena patofisiologi infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan bakteriemia Merdjani., 2008.
2. Tepat Obat