Hasil dan Analisis Data

commit to user 67 terbesar terjadi pada tahun 1998 yang menurun sebesar 239 unit jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.7 Perkembangan Jumlah Perusahaan di Jawa Tengah Tahun 1985-2009 Dalam Unit Tahun Perusahaan Persentase Tahun Perusahaan Persentase 1985 2271 1998 3646 -6 1986 2200 -3 1999 3744 3 1987 2140 -3 2000 3715 -1 1988 2473 16 2001 3572 -4 1989 2457 -1 2002 3537 -1 1990 2548 4 2003 3399 -4 1991 2729 7 2004 3476 2 1992 2873 5 2005 3544 2 1993 2914 1 2006 5537 56 1994 3140 8 2007 5168 -7 1995 3765 20 2008 4678 -9 1996 3946 5 2009 4892 5 1997 3885 -2 Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 1985-2010

C. Hasil dan Analisis Data

1. Uji Pemilihan Model Untuk menentukan model yang akan digunakan apakah model linier atau log-linier dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji penilaian model. Dalam penelitian ini digunakan Mac Kinnan, White and Davidson MWD test untuk menentukan model yang sebaiknya digunakan. Hasil uji MWD adalah: a. Model Linier Dari hasil uji MWD Linear yang terlihat dalam tabel 1 dapat kita lihat bahwa Z1 tidak signifikan secara statistik, hal ini ditunjukkan dengan nilai commit to user 68 Probabilitas Z1 = 0,9427. Hal tersebut berarti model yang digunakan dapat menggunakan model linear. Tabel 4.8 Hasil Uji MWD Linier Variabel Independen Notasi Koefisien Regresi t hitung Standar Error Probabilitas Konstanta positif -74065415 -3,359272 22048058 0,0033 Jumlah ekspor positif -0,000816 -0,43321 0,001883 0,6697 Jumlah pasar positif 1158,813 0,92253 1256,124 0,3678 Jumlah penduduk positif 2,775822 3,570157 0,777507 0,0020 Jumlah perusahaan positif 2484,566 2,677488 927,9463 0,0149 Z1 negatif -2,30E+07 -1,551736 1,48E+07 0,1372 Standar error of estimate 1074737. Adjusted R- squared 0,975240 R-squared 0,9804 F-ratio 190,063 F-prob 0,00000 Durbin- Warson test 1,22927 b. Model Log-Linier Dari hasil uji MWD Log-linier seperti yang terlihat dalam tabel 2 di bawah ini, didapatkan nilai Z2 tidak signifikan secara statistik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas Z2 = 0,7304. Dengan melihat nilai Z2, berarti model Log-linear diterima dan dapat digunakan dalam penelitian. commit to user 69 Tabel 4.9 Hasil Uji MWD Log-Linier Variabel Independen Notasi Koefisien Regresi t hitung Standar Error Probabilitas Konstanta Positif -35,58331 -2,2284 15,96792 0,0388 Jumlah Ekspor Positif 0,204734 1,78888 0,114448 0,0905 Jumlah Pasar Positif 0,120903 1,49615 0,080809 0,1519 Jumlah Penduduk Positif 2,58339 2,54106 1,016659 0,0205 Jumlah Perusahaan Positif 0,337779 2,35375 0,143506 0,0301 Z2 Negatif -1,03E-08 -0,35 2,93E-08 0,7304 Standar Error of Estimate 0,05509 Adjusted R- squared 0,98203 R-squared 0,98594 F-ratio 252,362 F-prob 0,00000 Durbin- Warson test 1,13033 Dari uji MWD di atas diketahui bahwa Z1 dan Z2 sama-sama tidak signifikan, maka dalam pemilihan model, yang digunakan dalam penelitian adalah dipilih nilai R-square yang paling tinggi. Sehingga model Log-linier ditrerima dan digunakan dalam penelitian, karena nilai R-square = 0,985935, lebih tinggi dari nilai R-square model linier yaitu 0,980399. 2. Uji Stasioneritas a. Uji Akar-akar Unit Unit Root Test Uji akar unit dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisienkoefisien tertentu dari model autoregresif yang ditaksir memiliki nilai satu atau tidak. Untuk memenuhi keshahihan analisis ECM, maka semua variabel yang commit to user 70 diteliti harus memiliki sifat stasioner pada derajat yang sama. Pengujian stasioneritas data terhadap semua variabel didasarkan pada Dickey Fuller DF Test dan Augmented Dickey Fuller ADF Test. Untuk uji akar unit ini, apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih kecil daripada nilai kritis mutlak MacKinnon maka data tersebut belum stasioner. Sebaliknya jika nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih besar daripada nilai kritis MacKinnon, maka data sudah stasioner. Hasil uji stasioneritas data dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.10 Nilai Uji Stasioneritas dengan Metode DF dan ADF Pada Ordo 0[I0] Variabel Nilai Hitung Multak Nilai Kritis Multak ADF DF ADF DF LX1 -1,43 -1,19 -2,63 -3,24 LX2 -2,79 -3,07 -2,63 -3,24 LX3 -2,28 -1,50 -2,63 -3,24 LX4 -2,45 -1,01 -2,63 -3,24 LY -1,34 -1,53 -2,63 -3,24 Sumber:hasil olah data eviews 5.0 Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode DF dan ADF pada ordo 0 [I0] belum semua variabel memiliki nilai hitung mutlak yang lebih kecil daripada nilai kritis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel belum stasioner. Dengan demikian variabel perlu distasionerkan terlebih dahulu untuk menghindari korelasi lancung. Untuk mendapatkan semua variabel yang stasioner, harus dilakukan pengujian lebih lanjut. Uji selanjutnya adalah uji derajat integrasi, yaitu commit to user 71 dengan memasukkan ordoderajat integrasi sampai data yang diteliti stasioner. b. Uji Derajat Integrasi Uji derajat integrasi digunakan untuk mengetahui pada derajat berapa data yang diamati stasioner. Apabila data belum stasioner pada derajat satu maka pengujian harus dilanjutkan pada derajat berikutnya sampai data yang diamati stasioner. Hasil dari uji DF dan uji ADF pada ordo 1 [I1] dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.11 Nilai Uji Stasionerias dengan Metode DF dan ADF pada Ordo 1 [I1] Variabel Nilai Hitung Multak Nilai Kritis Multak ADF DF ADF DF LX1 -8,48 -6,81 -3,29 -2,63 LX2 -6,30 -5,85 -3,29 -2,63 LX3 -4,88 -4,82 -3,29 -2,63 LX4 -4,86 -4,97 -3,29 -2,63 LY -3,52 -3,38 -3,29 -2,63 Sumber: Hasil olah data eviews 5.0 Dari tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode DF maupun ADF semua variabel memiliki nilaihitung mutlak yang lebih besar dari nilai kritis mutlak 10. Dengan demikian variabel Ekspor LnX1, Pasar LnX2, Penduduk LnX sudah stasioner pada derajat integrasi 2[I2]. Karena semua variabel sudah stasioner, maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. commit to user 72 3. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi merupakan langkah berikutnya setelah uji akar unit dan uji derajat integrasi. Uji kointegrasi dapat dilakukan jika variabelvariabel yang diteliti sudah memiliki derajat integrasi yang sama. Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui parameter jangka panjang, apakah residual regresi yang dihasilkan stasioner atau tidak. Jika variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang, sebaliknya jika tidak stasioner maka tidak terdapat hubungan dalam jangka panjang. Metode pengujian yang biasa digunakan dalam uji kointegrasi adalah Cointegrating Regression Durbin-Watson CRDW, uji Dickey Fuller DF dan uji Augmented Dickey Fuller ADF. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi yang digunakan adalah metode Engel-Granger dengan memakai uji statistik DF dan ADF untuk melihat apakah residual kointegrasi stasioner atau tidak. Tabel 4.12 Nilai Uji Kointegrasi dengan Metode DF dan ADF pada ordo I[II] Variabel Nilai Hitung Multak Nilai Krtis Multak 5 DF ADF DF ADF Residu -4,52 -4,51 -2,99 -3,24 Sumber: Hasil olah data eviews 5.0 Dari hasil uji kointegrasi di atas, terlihat bahwa nilai hitung mutlak dengan metode DF dan ADF lebih besar daripada nilai kritis mutlak pada tingkat α 5. Ini berarti bahwa nilai residu tersebut sudah stasioner pada ordo derajat 1[I1]. Dengan demikian dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu melakukan estimasi dengan menggunakan Oridinary Least Square OLS. commit to user 73 4. Estimasi Model Kuadrat Terkecil OLS Untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model persamaan regresi double-log. Variabel dependen meliputi jumlah konsumsi listrik sedangkan variabel independennya terdiri dari PDRB per kapita, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah di Kabupaten Purworejo. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, peneliti menggunakan model analisis dengan persamaan sebagai berikut: Y = f X1, X2, X3, X4 Model analisis regresi linear double-log yang dibentuk dari persamaan adalah sebagai berikut: Log Y t = log β + β 1 log X1 t + β 2 X2 t + β 3 X3 t + β 4 X4 t + µ t Yang mana : Log X1 = Jumlah Ekspor US Log X2 = Jumlah Pasar unit Log X3 = Jumlah Penduduk Jawa Tengah dalam ribu Log X4 = Jumlah Perusahaan unit Log Y = PDRB Sub Sektor Perdagangan Jawa Tengah β 1 , β 2 , β 3 , β 4 = Koefisien regresi β = Konstanta µ = Variabel pengganggu t = Tahun per bulanan commit to user 74 Hasil estimasi variabel dependen Y terhadap variabel independen X1, X2, X3 dan X4 dengan menggunakan OLS secara lengkap disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.13 Estimasi Data dengan Model Regresi Linear Sederhana dengan Metode Kuadrat Terkecil OLS Variabel Independen Notasi koefisien regresi t hitung standar error Probabilitas Konstanta Positif -26,66258 -1,9328 13,79519 0,0676 Jumlah Ekspor Positif 0,22571 2,19008 2,190083 0,0405 Jumlah Pasar Positif 0,151200 2,59681 2,596812 0,0172 Jumlah Penduduk Positif 2,046858 2,31209 2,312099 0,0315 Jumlah Perusahaan Positif 0,276249 2,08963 2,08963 0,0496 Standar error of estimate 0,05145 Adjusted R- squared 0,98394 R-squared 0,98662 F-ratio 368,637 F-prob 0,000000 Durbin- Warson test 1,13362 Sumber: Hasil analisis regresi Dari hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel di atas, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Log Y = -26,66258 + 0,225710 log X1 + 0,151200 log X2 + 2,047858 Log X3 + 0,276249 Log X4 Setelah diketahui hasil dari regresi, selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik: commit to user 75 5. Uji Statistik Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya. Apabila koefisien persamaan regresi tersebut telah signifikan maka persamaan regresi yang diperolah dapat digunakan sebagai dasar analisis secara ekonomi mengenai Ekspor, Jumlah Pasar, Jumlah penduduk, dan Jumlah Perusahaan di Provinsi Jawa Tengah. a. Uji F Uji secara bersama-sama Uji F adalah uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil olah data, diperoleh nilai probabilitas signifikansi dari uji F adalah sebesar 0,0000 lebih kecil dari probabilitas signifikansi α 5. F tabel pada derajat signifikansi 5 dan n-k : k-1 25;5 adalah sebesar 2,76. Nilai F hitung 368,6370 lebih besar dari F tabel 2,76 maka berarti secara keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen pada derajat signifikansi sebesar 5. Dengan demikian variabel Ekspor, Jumlah Pasar, Jumlah Penduduk, dan Jumlah perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB Sub Sektor Perdagangan di Provinsi Jawa Tengah. commit to user 76 b. Koefisien determinasi R 2 Besarnya nilai determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai R 2 adalah sebesar 0,986618 yang berarti 98,77 variasi perubahan variabel Produk Domestik Regional Bruto Sub sektorPerdagangan dapat dijelaskan oleh variasi perubahan variabel Ekspor, Jumlah Pasar, Jumlah Penduduk, dan Jumlah perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 1,33 dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. c. Uji t t-test Uji t adalah uji secara individual dari semua koefisien regresi two tail . Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel secara individu terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen lainny konstan. Untuk mengetahui pengaruh variabel secara individu dilakukan dengan cara membandingkan uji t hitung dengan uji t tabel. Cara lain untuk menguji signifikan tidaknya koefisien regresi yaitu dengan melihat probabilitasnya. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat secara lengkap sebagai berikut: 1 Variabel Ekspor X1 mempunyai nilai t hitung sebesar 2,190083 dengan probabilitas tingkat signifikan 0,0405. Pada tingkat sign ifikansi α = 5 dan n 25 dan k=5 , df = 20 nilai t tabel yang diperoleh adalah 1,725. Maka nilai dari t hitung variabel X1 -t tabel 2,190083 1,725. Dengan commit to user 77 asumsi variabel lain konstan, maka Ekspor X1 secara statistik berpengaruh berpengaruh terhadap variabel dependen PDRB Sub sektor Perdagangan Jawa Tengah. 2 Variabel Jumlah Pasar X2 mempunyai nilai t hitung sebesar 2,596812 dengan probabilitas tingkat signifikan 0,0172 . Pada tingkat signifikansi α = 5 dan dan n 25 dan k=5 , df = 20 nilai t tabel yang diperoleh adalah 1,325. Maka nilai dari t hitung variabel X2 -t tabel 2,596812 1,325. Dengan asumsi variabel lain konstan, maka Pasar X2 secara statistik berpengaruh berpengaruh terhadap variabel dependen PDRB Sub Sektor Perdagangan Jawa Tengah. 3 Variabel Jumlah Penduduk X3 mempunyai nilai t hitung sebesar 2,312099 dengan probabilitas tingkat signifikan 0,0315. Pada tingkat signifikansi α = 5 dan n 25 dan K=5 , df = 20 nilai t tabel yang diperoleh adalahk 1,725. Maka nilai dari t hitung variabel X1 -t tabel 2,312099 1,725. Dengan asumsi variabel lain konstan, maka Penduduk X3 secara statistik berpengaruh berpengaruh terhadap variabel dependen PDRB Sub sektorPerdagangan Jawa Tengah. 4 Variabel Jumlah Perusahaan X4 mempunyai nilai t hitung sebesar 2,089630 dengan probabilitas tingkat signifikan 0,0496. Pada tingkat signifikansi α = 5 dan n 25 dan k=5 , df = 20 nilai t tabel yang diperoleh adalah 1,725. Maka nilai dari t hitung variabel X1 -t tabel 2,089630 1,725. Dengan asumsi variabel lain konstan, maka commit to user 78 Penduduk X3 secara statistik berpengaruh berpengaruh terhadap variabel dependen PDRB Sub Sektor Perdagangan Jawa Tengah. 6. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik merupakan salah satu langkah penting untuk menghindari penyimpangan dalam asumsi klasik yang akan mempengaruhi hasil analisis. Untuk menghindari adanya penyimpangan tersebut maka dalam uji asumsi klasik akan dilakukan tiga jenis uji yaitu, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas muncul apabila adanya hubungan linear diantara variabel independen yang digunakan dalam model. Multikolinieritas menunjukkan adannya korelasi antara variabel independent yang satu dengan variabel independen yang lain. Konsekuensi dari adanya multikolinearitas adanya koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Untuk dapat mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari hasil regresi dengan metode Koutsonyiannis, yaitu dengan jalan membandingkan nilai R 2 a pada estimasi persamaan regresi awal dengan R 2 hasil estimasi regresi variabel bebas. Apabila R 2 a R 2 berarti tidak ada gejala multikolinieritas dan apabila R 2 a R 2 berarti ada gejala multikolinieritas. Hasil uji multikoninieritas disajikan dalam tabel 4.14: commit to user 79 Tabel 4.14 Tabel Hasil Uji Multikilinieritas dengan Metode Koutsonyiannis. Variabel R 2 R 2 a Kesimpulan Log Y – Log X1 0.974954 0.986618 Tidak terjadi multikolinieritas Log Y – Log X2 0.775822 0.986618 Tidak terjadi multikolinieritas Log Y – Log X3 0.941567 0.986618 Tidak terjadi multikolinieritas Log Y – Log X4 0.874652 0.986618 Tidak terjadi multikolinieritas Sumber: Data Sekunder Diolah lihat lampiran Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R 2 dari masing-masing variabel bebas ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai R 2 a hasil perhitungan regresi awal, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi yang ditaksir tidak terdapat masalah multikolinieritas. b. Uji Heteroskedastisitas Heterokesdastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya Hanke dan Reitsch dalam Mudrajad Kuncoro, 2001:112. Artinya setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Untuk pengujian ada-tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empirik dapat dilakukan dengan Uji White. Dalam program olah data Eviews, uji white membandingkan nilai OBSR 2 dengan χ 2 tabel dengan df jumlah regresor dan derajat signifikansi. Jika nilai OBSR 2 χ 2 maka tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak. commit to user 80 Begitu pula sebaliknya, bila nilai OBSR 2 χ 2 maka signifikan secara statistik berarti model empirik terdapat masalah heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White No Cross Term White Heteroskedasitasticity Test F-Test 1,864666 Probabilitas 0,116692 ObsR-squared 10,85816 Probabilitas 0,127636 Sumber: Data Sekunder Diolah lihat lampiran Diketahui jumlah regresor df = 7 dengan derajat signifikansi 5 menghasilkan nilai χ 2 =12.76 lebih besar dari nilai alfa . Hasil dari uji white dapat dilihat nilai ObsR-squared sebesar 10,85816. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa nilai OBSR 2 χ 2 14,07 10,85816 maka tidak signifikan secara statistik. Berarti semua variabel independen tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi antara unsur- unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan uji Durbin- Watson. Dari hasil uji statistik Durbin-Watson diperoleh d sebesar 1.0943. Dengan menggunakan derajat keyakinan 5, jumlah sampel n 25 dan variabel independen tetentu tidak termasuk konstanta n 5, maka diperoleh nilai dL= 1,038 ; dU = 1,767 ; 4-dU =2,233; dan 4-dL = 2,962. commit to user 81 Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson DW test. Kriteria pengujian sebagai berikut : 1 Jika DW dL atau DW 4-dL, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat autokorelasi. 2 Jika DU DW 4-dU, maka Ho diterima yang berarti tidak ada autokorelasi. 3 Jika dL DW dU atau 4-dU DW 4-dL, maka uji DW tidak dapat menghasilkan kesimpulan yang pasti inconclusive. Gambar 4.1 Durbin Waston Test 1,038 2,962 4 1,767 2,233 Besarnya nilai koefisien DW dari hasil pengujian sebesar 1,133622 terletak diantara batas dL sebesar 1,038 dan dU sebesar 1,767. Sehingga tidak dapat disimpulkan apakah ada atau tidak ada masalah autokorelassi positif maupun negatif dari model regresi yang akan digunakan.

D. Interpretasi Ekonomi

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batu Bara

1 42 75

Analisa Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Dairi

1 27 80

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KAWASAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Di Kawasan Subosukowonosraten Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,Karanganyar, Wonogiri, S

1 2 13

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 1988-2012.

0 0 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN ASAHAN.

0 1 29

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERDAGANGAN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2005-2009.

0 0 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 1988 - 2007.

0 3 11

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN 1985 – 2005.

0 0 10

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) DI INDONESIA TAHUN 1978 – 2004.

0 1 11

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Industri di Provinsi Jawa Barat Tahun 2002-2016

0 0 13