4.1.1.6. Refleksi Siklus I 52
4.1.2. Hasil Penelitian Siklus II 53
4.1.2.1. Permasalahan Siklus I I 53
4.1.2.2. Perencanaan Tindakan Siklus II 54
4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II 55
4.1.2.4. Pengamatan Siklus II 57
4.1.2.5. Analisis Data Siklus II 57
4.1.2.5.1. Analisis Data Hasil Observasi II 57
4.1.1.6. Refleksi Siklus II 61
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64
5.1. Kesimpulan 64
5.2. Saran 66
DAFTAR PUSTAKA
67
DAFTAR TABEL
Halaman Table 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning
18 Tabel 3.1 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Aktivitas Guru
40 Tabel.3.2. Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Siswa
41 Tabel 3.3 Tabel Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi
43 Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Observasi Guru Mengelola Pelajaran
48 Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
49 Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
50 Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Guru Mengelola Pelajaran
58 Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
59 Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
61
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Ilustrasi Pecahan pada Persegi dan Garis
24 Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
33 Gambar 1. Peneliti Berada di Lokasi Penelitian
135 Gambar. 2 Peneliti Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
dan Memotivasi Siswa 135
Gambar 3. Mengorientasikan siswa pada masalah 136
Gambar 4. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar 136
Gambar 5. Membimbing penyelidikan kelompok 137
Gambar 6. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 137
Gambar 7. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 138
Gambar 8. Dua orang observer aktivitas belajar siswa 138
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP I Siklus I 70
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP II Siklus I 74
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP I Siklus II 78
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP II Siklus II 82
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I LAS I 86
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II LAS II 89
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa III LAS III 92
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa IV LAS IV 95
Lampiran 9 Tes Awal 99
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 100
Lampiran 11 Kisi-kisi Tes Awal 101
Lampiran 12 Pedoman Penskoran Tes Awal 102
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I
104 Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan II 107
Lampiran 15 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I
110 Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan II 113
Lampiran 17 Pedoman Skala Penilaian Observasi Aktivitas Belajar Siswa 116 Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus I
118 Lampiran 19 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Siklus II
120 Lampiran 20 Deskripsi Aktivitas Siswa Siklus I dan II
122 Lampiran 21 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
123 Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian
124
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna
mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang- Undang Sistem
Pendikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan
yang berkualitas bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas
pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan
kualitas pembelajaran karena muara dari berbagai program pendidikan adalah terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Salah satu aspek pendidikan yang turut menentukan kualitas
pendidikan adalah pendidikan matematika. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran matematika diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
Tinggi. Abdurahman 2009:253 mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan:
“ 1 sarana berpikir yang jelas dan logis; 2 sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; 3 sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman; 4 sarana mengembangkan kreativitas; dan 5 sarana
meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya”.
Namun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit dan merupakan momok yang menakutkan bagi siswa. Kesulitan
yang dirasakan pada siswa terhadap matematika disebabkan ilmunya yang dianggap abstrak dan kompleks terutama pada materi yang memerlukan keterampilan
pemahaman berbahasa seperti yang dikemukakan oleh Bambang dalam http:rbaryans.wordpress.com2008 bahwa :
”Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika
karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”. Untuk mempelajari matematika secara mendalam, seseorang perlu memahami
pengetahuan dasar matematika. Salah satunya materi pecahan yang merupakan suatu komponen penting dan modal untuk persiapan dalam memahami kompetensi dasar
pecahan matematika pada jenjang pendidika selanjutnya. Simanjuntak dalam http:www.majalahpendidikan.com201110kesulitan-belajar-siswa-sd-pada-
materi.html bahwa: “Hendaknya sejak dini konsep- konsep matematika itu dapat diajarkan
oleh guru dengan metode penyampaian yang tepat sehingga siswa diharapkan dapat menguasai dengan baik suatu materi matematika yang
selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi selanjutnya yang lebih sukar.
” Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk
dikuasai sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bahan bukan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak
siswa baik di Sekolah Dasar SD maupun di SMP dan SMA mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya, dan banyak guru menyatakan mengalami
kesulitan untuk mengajarkan pecahan. Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat, dan
diterapkan. Perubahan cara mengajar tidak banyak dilakukan oleh para guru karena