Aturan Perpajakan PEMANFAATAN DANA

Petunjuk Teknis Keuangan BOS 58 2. Seluruh pembayaran yang terkait dengan honorarium honor pengurus, kepanitiaan, pengawas, narasumber, dll harus ditetapkan dalam sebuah Surat Keputusan SK oleh Tim Manajemen BOS pada tingkat di mana pembayaran dilakukan.

B. Aturan Perpajakan

Ketentuan perpajakan untuk program BOS mengacu pada peraturan Kementerian Keuangan sebagai berikut: 1. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS untuk pembelian ATKbahanpenggandaan dan lain-lain pada kegiatan penerimaan siswa baru, kesiswaan, ulangan harian, ulangan umum, ujian madrasah dan laporan hasil belajar siswa; pembelian bahan-bahan habis pakai, seperti buku tulis, kapur tulis, pensil dan bahan praktikum; pengembangan profesi guru; pembelian bahan-bahan untuk perawatanperbaikan ringan gedung madrasah; dan pembelian peralatan ibadah oleh pesantren salafiyah: Bagi bendaharawanpengelola dana BOS pada Madrasah Negeri atas penggunaan dana BOS sebagaimana tersebut di atas adalah: a. Tidak mempunyai kewajiban memungut PPh Pasal 22, karena pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOS dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22. 1 b. Memungut dan menyetor PPN sebesar 10 untuk nilai pembelian lebih dari Rp 1.000.000,- satu juta rupiah atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah. Namun untuk nilai pembelian ditambah PPN-nya jumlahnya tidak melebihi Rp 1.000.000,- satu juta rupiah dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah-pecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum 2 . Pemungut PPN dalam hal ini bendaharawan pemerintah tidak perlu memungut PPN atas pembelian barang dan atau jasa yang dilakukan oleh bukan Pengusaha Kena Pajak PKP. 3 2. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS untuk pembelianpenggandaan Buku teks pelajaran danatau mengganti buku teks yang telah rusak: Bagi bendaharawanpengelola dana BOS pada Madrasah Negeri atas penggunaan dana BOS untuk pembelianpenggandaan buku tes pelajaran dan atau mengganti buku teks yang telah rusak: a. Tidak mempunyai kewajiban memungut PPh Pasal 22, karena pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana BOS dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22. b. Atas pembelian buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama, PPN yang terutang dibebaskan. c. Memungut dan menyetor PPN sebesar 10 untuk nilai pembelian lebih dari Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa buku-buku yang bukan buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama. Namun untuk nilai pembelian ditambah PPN- nya jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah-pecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah. 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154PMK.032010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain 2 Undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tahun 1983 terakhir dengan Undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas Undang Undang nomor 8 tahun 1983 tentang PPN barang dan jasa dan PPnBM serta KMK5632003 tentang penunjukkan bendaharawan pemerintah untuk memnungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM beserta tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporannya. 3 Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-382PJ2002 tentang pedoman pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPNBm bagi pemungut PPN dan Pengusaha Kena Pajak Rekanan 3 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-382PJ2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPN dan PPnBM bagi pemungut PPN dan Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah Petunjuk Teknis Keuangan BOS 59 3. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS dalam rangka pemberian honor pada kegiatan penerimaan siswa baru, kesiswaaan, pengembangan profesi guru, dan penyusunan laporan BOS. Semua bendaharawanpenanggung jawab dana BOS, baik pada Madrasah Negeri maupun Madrasah Bukan Negeri: a. Atas pembayaran honor kepada guru non PNS, harus dipotong PPh Pasal 21 dengan menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar 5 dari jumlah bruto honor. b. Atas pembayaran honor kepada guru PNS Golongan III, harus dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final sebesar 5 dari jumlah bruto honor. c. Atas pembayaran honor kepada guru PNS Golongan I dan II tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21. 4. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS dalam rangka membayar honorarium guru dan tenaga kependidikan honorer madrasah yang tidak dibiayai dari Pemerintah Pusat dan atau Daerah yang dibayarkan bulanan diatur sebagai berikut: a. Penghasilan rutin setiap bulan untuk guru tidak tetap GTT Tenaga Kependidikan Honorer, dan Pegawai Tidak Tetap PTT, untuk jumlah sebulan sampai dengan Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah tidak terhutang PPh Pasal 21. b. Untuk jumlah lebih dari itu, PPh Pasal 21 dihitung dengan menyetahunkan penghasilan sebulan. Dengan perhitungan sebagai berikut: 1 Penghasilan sebulan XX 2 Dikurangi biaya jabatan 5, maks Rp 500.000 sebulan XX 3 Penghasilan neto sebulan XX 4 Penghasilan neto setahun X 12 XX 5 Dikurangi PTKP XX 6 Penghasilan Kena Pajak XX 7 PPh Pasal 21 terutang setahun 5 jumlah s.d. Rp 50 juta dst XX 8 PPh Pasal 21 sebulan :12 XX Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP adalah: a. Status sendiri Rp 15,840.000 b. Tambahan status kawin Rp 1,320.000 c. Tambahan tanggungan keluarga, maksimal 3 orang Rp 1,320.000 5. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS pada Madrasah Negeri, untuk membayar honor kepada tenaga kerja lepas orang pribadi yang melaksanakan kegiatan perawatan atau pemeliharaan madrasah harus memotong PPh Pasal 21 dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima tidak melebihi Rp 150.000,- seratus lim puluh ribu rupiah dan jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan belum melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong; b. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima tidak melebihi Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah, namun jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka pada saat jumlah seluruh upah telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah Petunjuk Teknis Keuangan BOS 60 harus dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 atas jumlah bruto upah setelah dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang sebenarnya; c. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima lebih dari Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah dan jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan belum melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka harus dipotong PPh Pasal 21 sebesar 5 dari jumlah upah harian atau rata-rata upah harian di atas Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah; d. Jika upah harian atau rata-rata upah harian yang diterima lebih dari Rp 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah dan jumlah seluruh upah yang diterima dalam bulan takwim yang bersangkutan telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, maka pada saat jumlah seluruh upah telah melebihi Rp 1.320.000,- satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah, harus dihitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong dengan menerapkan tarif 5 atas jumlah bruto upah setelah dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang sebenarnya. CONTOH PERHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK HONOR GTTPTT Seorang guru tidak tetap di madrasah A memperoleh honor bulanan sebesar Rp. 1.500.000,- perbulan, dia memiliki istri, maka perhitungan PPh Pasal 21 adalah sbb: 1 Penghasilan sebulan Rp. 1.500.000,- 2 Penghasilan netto setahun x12 Rp. 18.000.000,- 3 Dikurangi PTKP a. Guru non PNS Rp. 15.840.000,- b. Istri Rp. 1.320.000,- Jumlah PTKP Rp. 17.160.000,- 4 Penghasilan Kena Pajak Rp. 18.000.000,- – Rp. 17.160.000,- = Rp. 840.000,- 5 PPh Pasal 21 terutang setahun 5 x Rp.840.000,- = Rp. 42.000,- 6 PPh Pasal 21 sebulan :12 Rp. 3.500,-bulan Petunjuk Teknis Keuangan BOS 61

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN