Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN DAIRI

TAHUN 2012

TESIS

Oleh

SANVERY PARLINDUNGAN SIHOMBING 117032035/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL DI PUSKESMAS KABUPATEN DAIRI

TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SANVERY PARLINDUNGAN SIHOMBING 117032035/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Sanvery Parlindungan Sihombing Nomor Induk Mahasiswa : 117032035

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes Ketua

) (dr. Heldy BZ, M.P.H Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah Diuji

pada Tanggal : 27 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H

2. dr. Surya Dharma, M.P.H 3. dr. Fauzi, S.K.M


(5)

SURAT PERNYATAAN

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DI PUSKESMAS KABUPATEN DAIRI

TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2014

Sanvery Parlindungan Sihombing 117032035/IKM


(6)

ABSTRAK

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mewujutkan pencapaian target Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan MDGs pada Tahun 2015. Pelaksanaan kegiatan BOK menggunakan pedoman petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dimulai dari perencanaan,penyaluran dana,pemanfaatan dana. BOK bertujuan supaya alokasi anggaran operasional di Puskesmas tersedia dalam melaksanakan upaya pelayanan promotif dan preventif serta terselenggaranya manajemen puskesmas.

Untuk mencapai tujuan BOK sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya yang ada di Puskesmas seperti tenaga, dana dan sarana penunjang .Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kesiapan sumber daya yang ada di Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan BOK.

Penelitian dilaksanakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi melalui pendekatan sistem dilihat dari input,proses dan

output .Jenis penelitian ini adalah deskriftif dengan mengggunakan desain kualitatif dan sebagai informan dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas di Kabupaten Dairi yang telah melaksanakan kegiatan BOK berturut-turut sejak tahun 2010-212 dan pengelola BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi tahun 2012.Alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara,tape recorder serta alat tulis .Cara memperoleh data melalui wawancara mendalam (indept interview) serta pemeriksaan dokumen.

Hasil Evaluasi terhadap kegiatan BOK di Puskesmas pada tahap input

meliputi unsur kebijakan, tenaga,dana,sarana penunjang. Dari segi kebijakan BOK merupakan kebijakan yang baik demi kepentingan masyarakat. Evaluasi tenaga sudah mencukupi dan memadai dalam pelaksanaan kegiatan tetapi masih ditemukan pemanfaatan tenaga oleh Kepala Puskesmas belum maksimal dalam pelaksanaan kegiatan. Evaluasi terhadap dana masih ditemukan permasalahan yaitu belum terintegrasinya sumber dana yang digunakan oleh Puskesmas.Evaluasi terhadap sarana penunjang telah memadai guna melaksanakan Standar Pelayanan Minimal . Evaluasi terhadap proses masih belum sesuai dengan pedoman petunjuk teknis program yang telah ditetapkan terutama dalam hal perencanaan Puskesmas dan pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas. Evaluasi terhadap output berupa pencapaian Standar Pelayanan Minimal telah sesuai dengan yang di harapkan.

Kata Kunci : Evaluasi, Pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi


(7)

ABSTRACT

BOK (Health Operational Aid) is the aid from the central government to local governments to realize the achievement of the target of Minimal Service Standard in Health Field and MDGs in 2015 through the improvement in performance of Puskesmas and its network, Poskesdes/Polindes, and other UKBMs in organizing promotional and preventive health service.

The achievement of BOK’s target, according to the standard guidelines is highly influenced by the availability of sources at Puskesmas, such as energy, funds, and supporting facilities. The objective of the research was to find out the readiness of human resources at Puskesmas in implementing the activities of BOK.

The research was conducted in order to evaluate the implementation of BOK activities at Puskesmas in Dairi District through systematic approach, viewed from input and output processes. The type of the research was descriptive with qualitative design. The informants were the Head of Puskesmas in Dairi District who had implemented BOK from the period of 2010-2012 consecutively and the management of BOK at the Health Service of Dairi District in 2012. The data were gathered by conducting in-depth interviews and documentary study, using tape recorder and stationery.

The result the evaluation on BOK activities at Puskesmas in the input stage included policy, energy, funds, and supporting facilities. The policy of BOK was a good policy for the sake of public interest. Energy was adequate in carrying out the activities although the use of energy by the Head of Puskesmas was not maximal in carrying out the activities. The use of the source of funds by Puskesmas was not integrated, and the supporting facilities were adequate in implementing minimal Service Standard. The process was not in line with the technical guidelines of the program which had been established in the planning of Puskesmas and the implementation of Puskesmas mini-workshop. Finally, the output which was the achievement of minimal Service Standard was in line with what had been expected.

Keywords: Evaluation, Implementation of BOK Activities in Dairi District Puskesmas


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012”, sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Minat Studi Admnistrasi dan Kebijakan Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak yang telah memberi semangat dan masukan yang sangat berarti bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(9)

5. dr. Heldy BZ, M.P.H selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. dr. Surya Dharma, M.P.H selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. dr. Fauzi, S.K.M selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Bapak Bupati Dairi yang telah memberikan ijin belajar.

9. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi Dr. Haposan Situmorang, MARS yang telah banyak memberi dukungan dan ijin dalam mengikuti pendidikan ini.

10. Seluruh Kepala Puskesmas Kabupaten Dairi yang telah meluangkan waktu atas kesediaanya pada saat melakukan telaah dokumen dan wawancara mendalam. 11. Bapak, Ibu dan teman-teman di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

atas segala dorongan dan bantuan serta doa yang diberikan.

12. Istriku tercinta Eva Yanti Situmorang,SKM; anak-anakku tersayang : Adrian Perdana Sihombing, Imanuel Juli Hardy Sihombing dan Rena Tri Aurelia Sihombing; mertua serta saudara-saudaraku yang tiada henti memberikan dorongan, semangat dan doa.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.


(10)

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya, secara khusus di Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi untuk dapat melaksanakan Program Bantuan Operasional Kesehatan dengan baik demi kemajuan pelayanan Puskesmas. Semoga Tuhan Memberkati.

Medan, Oktober 2014

Sanvery Parlindungan Sihombing 117032035/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sanvery Parlindungan Sihombing, lahir di Kabanjahe, 31 Januari 1972 beragama Kristen, penulis lahir dari orang tua Richard Sihombing dan Sainah br. Sinaga, penulis menikah dengan Evayanti Situmorang, SKM.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Masehi 3 Kabanjahe (1984), SMP Negeri 2 Kabanjahe (1987), SMA Negeri Kabanjahe (1990), Akademi Kesehatan Lingkungan Depkes RI (1993), S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2002), Penulis menempuh pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat minat studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi sebagai Kepala Sub. Bagian Program dan Pelaporan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Intervensi Kesehatan ... 8

2.2. Evaluasi Program Kesehatan ... 9

2.3. Tahapan Evaluasi Program ... 12

2.4. Manajemen Puskesmas ... 14

2.4.1. Fungsi-fungsi Manajemen ... 14

2.4.2. Model Manajemen Puskesmas ... 15

2.4.3. Perencanaan Tingkat Puskesmas ... 18

2.4.4. Sumber Pembiayaan Puskesmas ... 25

2.5. Pengertian Standar Pelayanan Minimal ... 26

2.6. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ... 29

2.6.1. Defenisi Bantuan Operasional Kesehatan ... 29

2.6.2. Tujuan ... 29

2.6.3. Dasar Hukum ... 30

2.6.4. Kebijakan Operasional BOK ... 31

2.6.5. Ruang Lingkup Kegiatan BOK ... 32

2.6.6. Kegiatan yang dapat Dibiayai BOK ... 33

2.6.7. Kegiatan yang Tidak dapat Dibiayai BOK ... 34


(13)

2.7. Penelitian Lain tentang Bantuan Operasional Kesehatan

(BOK) ... 35

2.8. Landasan Teori ... 36

2.9. Kerangka Berpikir ... 39

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 40

3.2. Lokasi Penelitian ... 40

3.3. Fokus Penelitian ... 40

3.3.1. Definisi Operasional ... 41

3.4. Sumber Data ... 49

3.4.1. Data Primer ... 49

3.4.2. Data Sekunder ... 50

3.5. Instrumen Penelitian ... 50

3.6. Metode Pengolahan Data ... 51

3.7. Teknik Analisis Data ... 51

3.8. Pengujian Keabsahan Data ... 52

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 53

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

4.2. Pelayanan Kesehatan ... 57

4.2.1. Fasilitas Kesehatan ... 57

4.3. Karakteristik Informan ... 62

4.4. Penyajian dan Analisis Data ... 65

4.4.1. Pelaksanaan Kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi ... 65

4.4.2. Penyaluran BOK ... 68

4.4.3. Masukan (Input) ... 70

4.5. Proses ... 123

4.5.1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1) ... 123

4.5.2. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) ... 124

4.5.3. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) ... 126

4.5.4. Keluaran (Output) ... 127


(14)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 143

5.1. Evaluasi Input ... 143

5.1.1. Sumber Daya Manusia Kesehatan ... 143

5.1.2. Dana BOK ... 150

5.1.3. Sarana dan Prasarana ... 156

5.2. Evaluasi Proses ... 157

5.2.1. Perencanaan (P1) ... 157

5.2.2. Penggerakan Pelaksanaan (P2) ... 160

5.2.3. Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3) ... 162

5.3. Evaluasi Output ... 163

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 181

6.1. Kesimpulan ... 181

6.2. Saran ... 186

DAFTAR PUSTAKA ... 191


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1. Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Dairi ... 54 4.2. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2012 ... 54 4.3. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin Serta Sex Ratio ... 55 4.4. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 58 4.5. Kondisi Puskesmas di Kabupaten Dairi Berdasarkan Status Pelayanan

Tahun 2012 ... 59 4.6. Kondisi Bangunan Fisik Puskesmas di Kabupaten Dairi tahun 2012 ... 60 4.7. Kertersediaan Peralatan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Dairi

Tahun 2012 ... 61 4.8. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat di Puskesmas

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 62 4.9. Karateristik Kepala Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 63 4.10 Jenis Pendidikan Kepala Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 64 4.11 Lama Masa Jabatan sebagai Kepala Puskesmas di Puskesmas

Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 65 4.12. Pendapat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tentang Pembagian

Alokasi Dana BOK ... 66 4.13. Pendapat Informan tentang Pelaksanaan Sosialisasi BOK kepada

Puskesmas ... 67 4.14. Pendapat Informan tentang Penyusunan Rencana Kerja Tahunan

Puskesmas ... 67 4.15. Pendapat Informan tentang Pelaksanaan Lokakarya Mini Puskesmas ... 68


(16)

4.16. Pendapat Informan tentang Penyampaian POA BOK ke Dinas

Kesehatan ... 68

4.17. Pendapat Informan tentang Penyampaian POA BOK ke Dinas Kesehatan ... 69

4.18. Pendapat Informan tentang Pencairan Dana BOK ke Puskesmas ... 69

4.19. Data Petugas Kesehatan di Wilayah UPT. Puskesmas Batangberuh Tahun 2012 ... 71

4.20. Jumlah Pegawai di Puskesmas Gunung Sitember ... 72

4.21. Data Ketenagaan di Puskesmas Kentara Tahun 2012 ... 73

4.22. Jumlah Pegawai di Puskesmas Tigabaru Tahun 2012 ... 74

4.23. Jumlah Tenaga di Puskesmas Pegagan Julu II Tahun 2012 ... 75

4.24 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Hutarakyat ... 76

4.25 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Silalahi ... 77

4.26 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bakal Gajah ... 78

4.27 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tigalingga ... 79

4.28 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sumbul ... 80

4.29 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sitinjo ... 81

4.30 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bunturaja ... 82

4.31 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sigalingging ... 83

4.32 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kutabuluh ... 84

4.33 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskemas Berampu ... 85

4.34 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Parongil ... 85

4.35 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskemas KM 11 ... 86


(17)

4.37 Rincian Belanja Biaya Operasional Puskemas Kabupaten Dairi Tahun

2012 ... 89

4.38 Rekapitulasi Pemanfaatan dana BOK Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012 ... 90

4.39 Rekapitulasi Pemanfaatan dan Upaya Kesehatan di puskesmas kabupaten Dairi tahun 2012 ... 90

4.40 Pemanfaatan Dana BOK di Puskemsas Batang Beruh ... 93

4.41. Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Gunung Sitember ... 94

4.42. Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Kentara Tahun 2012 ... 96

4.43. Pemanfaatan Dana BOK i di Puskesmas Tigabaru Tahun 2012 ... 97

4.44. Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Pegagan Julu II Tahun 2012 ... 98

4.45 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Hutarakyat ... 99

4.46 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Silalahi ... 100

4.47 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Bakal Gajah ... 101

4.48 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Tigalingga ... 102

4.49 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Sumbul ... 103

4.50 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Sitinjo ... 104

4.51 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Bunturaja ... 105

4.52 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Sigalingging ... 105

4.53 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Kutabuluh ... 106

4.54 Pemanfaatan Dana BOK di Puskemas Berampu ... 108

4.55 Pemanfaatan Dana BOK di Puskesmas Parongil ... 109


(18)

4.57 Pemanfaatan Dana BOK di Puskemas Sopobutar ... 110

4.58 Peralatan Esensial dalam Mendukung Pencapaian SPM Cakupan Pelayanan K4 ... 112

4.59 Peralatan Esensial untuk Pelayanan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Puskesmas ... 113

4.60 Peralatan Esensial dalam Pelayanan Nifas ... 114

4.61 Peralatan Esensial dalam Pelayanan Neonates dengan Komplikasi ... 115

4.62 Peralatan Esensial untuk Pelayanan Kunjungan Bayi ... 116

4.63 Peralatan Esensial untuk Pelayanan desa UCI/Kelurahan ... 117

4.64 Peralatan Esensial yang Diperlukan untuk Pelayanan Anak Balita ... 119

4.65 Peralatan Esensial yang Diperlukan dalam Pelayanan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat ... 120

4.66 Peralatan Esensial dalam Pelayanan Desa. Kelurahan KLB yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi<24 jam ... 121

4.67 Peralatan Esensial dalam Kegiatan Desa Siaga Aktif ... 122

4.68. Hasil Wawancara Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) ... 126

4.69 SPM Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2010-2012 ... 128

4.70 SPM Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2010-2012 ... 130

4.71 SPM Cakupan Pelayanan Nifas di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2010-2012 ... 131

4.72 SPM Cakupan Kunjungan Bayi di Puskesmas Kabupaten DAIRI Tahun 2010-2013 ... 133


(19)

4.74 SPM Cakupan Kunjungan Anak Balita di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2010-2102 ... 135 4.75 SPM Pelaksanaan Kegiatan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan di

Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2010-2012 ... 137 4.76 SPM Penjaringan Kesesehatan Siswa SD dan Setingkat di Puskesmas

Kabupaten Dairi Tahun 2010-2012 ... 138 4.77 SPM Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB yang Dilakukan

Penyelidikan Epidemiologi <24 Jam di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2010-2012 ... 139 4.78 SPM Cakupan Desa Siaga Aktif di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun


(20)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. ... C akupan K4 Puskesmas ... 193 2. ... C

akupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani ... 194 3. ... C

akupan Pelayanan Nifas ... 195 4. ... C

akupan Kunjungan Bayi ... 196 5. ... C

akupan UCI Desa ... 197 6. ... C

akupan Kunjungan Balita ... 198 7. ... C

akupan Balita Gizi Buruk yang mendapat Perawatan ... 199 8. ... C

akupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat ... 200 9. ... C

akupanDesa/kelurahan yang mengalami KLB ... 201 10. ... C

akupan Desa Siaga Aktif. ... 202 11. ... P

erhitungan Kebutuhan Pegawai dengan Model DSP ... 203 12. ... J


(22)

13. ... S urat Izin Penelitian ... 205 14. ... P

ersetujuan Penelitian ... 206 15. ... S

urat Izin Melaksanakan Penelitian ... 207 16. ... C


(23)

ABSTRACT

BOK (Health Operational Aid) is the aid from the central government to local governments to realize the achievement of the target of Minimal Service Standard in Health Field and MDGs in 2015 through the improvement in performance of Puskesmas and its network, Poskesdes/Polindes, and other UKBMs in organizing promotional and preventive health service.

The achievement of BOK’s target, according to the standard guidelines is highly influenced by the availability of sources at Puskesmas, such as energy, funds, and supporting facilities. The objective of the research was to find out the readiness of human resources at Puskesmas in implementing the activities of BOK.

The research was conducted in order to evaluate the implementation of BOK activities at Puskesmas in Dairi District through systematic approach, viewed from input and output processes. The type of the research was descriptive with qualitative design. The informants were the Head of Puskesmas in Dairi District who had implemented BOK from the period of 2010-2012 consecutively and the management of BOK at the Health Service of Dairi District in 2012. The data were gathered by conducting in-depth interviews and documentary study, using tape recorder and stationery.

The result the evaluation on BOK activities at Puskesmas in the input stage included policy, energy, funds, and supporting facilities. The policy of BOK was a good policy for the sake of public interest. Energy was adequate in carrying out the activities although the use of energy by the Head of Puskesmas was not maximal in carrying out the activities. The use of the source of funds by Puskesmas was not integrated, and the supporting facilities were adequate in implementing minimal Service Standard. The process was not in line with the technical guidelines of the program which had been established in the planning of Puskesmas and the implementation of Puskesmas mini-workshop. Finally, the output which was the achievement of minimal Service Standard was in line with what had been expected.

Keywords: Evaluation, Implementation of BOK Activities in Dairi District Puskesmas


(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujut. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010-2014 menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan prikemanusian, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta mengutamakan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia) dan keluarga miskin (Kemenkes, 2010).

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan tersebut diatas didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional dengan memperhatikan permasalahan kesehatan yang telah diidentifikasi terlebih dahulu melalui hasil review pelaksanaan pembangunan kesehatan sebelumnya. Namun untuk menjamin terlaksananya berbagai upaya kesehatan yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan melakukan upaya yang bersifat reformatif dan akseleratif. Upaya tersebut meliputi ;


(25)

Pengembangan jaminan kesehatan masyarakat, Peningkatan pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan, pelaksanaan reformasi birokrasi, pemenuhan Biaya Operasional Kesehatan (BOK), Penanganan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK), serta pengembangan pelayanan Rumah Sakit Indonesia Kelas Internasional (World Class Hospital) (Kemenkes, 2010)

Salah satu dari tujuh (7) upaya reformatif tersebut yang menjadi program unggulan Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Daerah dalam mencapai target pembangunan kesehatan nasional bidang kesehatan yang menjadi kewenangan wajib daerah adalah Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Kebijakan operasional BOK mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun 2010 untuk membantu Puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) dalam melaksanakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) menuju Millenium Development Goals (MDGs). Peluncuran skema BOK karena dinilai fungsi Puskesmas belum berjalan dengan optimal seperti fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, fungsi pusat pemberdayaan masyarakat dan fungsi pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan.

Pelaksanaan kegiatan BOK bagi puskesmas dan jaringannya telah memasuki tahun ketiga. Dalam pelaksanaan kegiatan BOK yang dimulai sejak tahun 2010 masih ditemui berbagai kendala sehingga pada tahun 2011 dilakukan perubahan mekanisme


(26)

penyaluran dana yang semula melalui mekanisme Bantuan Sosial (Bansos) diubah menjadi mekanisme Tugas Pembantuan (TP) sampai dengan saat ini. Pengelolaan BOK pada tahun 2012 juga diintegrasikan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Jampersal agar pemanfaatan dananya memberikan daya ungkit yang besar dalam pencapaian MDGs. Dari aspek pengorganisasian pada tahun 2010 Tim Koordinasi dan Tim Pengelola BOK terpisah dengan Jamkesmas, sedangkan pada tahun 2011 Tim Koordinasi dan Tim Pengelola BOK terintegrasi dengan Jamkesmas dan Jampersal (Kemenkes, 2012).

Di Kabupaten Dairi pada tahun 2012 disamping melaksanakan kegiatan BOK Puskesmas juga memiliki anggaran Operasional Puskesmas yang bersumber dari APBD Kabupaten Dairi melalui Program Upaya Kesehatan Masyarakat sebesar Rp. 1.149.615.600 yang dibagi untuk 18 Puskesmas dengan jumlah yang bervariasi sesuai dengan luas wilayah dan jumlah Desa yang ada di Puskesmas. Pada tahun 2012 Puskesmas di Kabupaten Dairi juga melaksanakan Program Jamkesmas dan Jampersal dengan alokasi dana sebesar Rp.3.500.000.000,-.

Pelaksanaan kegiatan BOK di Kabupaten Dairi di mulai dari tahun 2010 dengan dana sebesar : Rp.324.000.000 realisasi (100%), tahun 2011 sebesar : Rp. 1.350.000.000 realisasi (100%), tahun 2012 sebesar : Rp. 1.350.000.000 ,- realisasi (99,93%) yang dialokasikan kepada 18 puskesmas yang ada. Pembagian alokasi dana BOK diserahkan kepada Kabupaten/Kota disesuaikan dengan Petunjuk Teknis yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.


(27)

Melihat alokasi dana yang ada jika Puskesmas di Kabupaten Dairi memfokuskan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan akan sangat mambantu dalam upaya pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan. Pencapaian indikator SPM dapat tercapai dengan terintegrasinya sumber dana yang digunakan baik dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, Dana APBN dan sumber lainnya.

Untuk mencapai indaktor SPM tidak terlepas dari penyelenggaraan Manajemen Puskesmas dengan baik. Manajemen puskesmas yang baik adalah puskesmas yang mampu menyelenggarakan Perencanaan Tingkat Puskemas secara terpadu dan mengintegrasikan sumber dana, tenaga dan sarana prasarana yang ada . manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan,penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian. Fungsi manajemen dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. Lokakarya mini (lokmin) puskesmas merupakan bagian dari kegiatan penggerakan pelaksanan yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas supaya bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program. (Depkes, 2006)

Dari hasil survey awal penelitian kepada Pengelola Program Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi, pelaksanaan proses manajemen puskesmas belum terlaksana dengan baik, dimana dari 18 puskesmas yang dilakukan supervisi belum melaksanakan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dengan baik. Pelaksanaan lokakarya mini masih


(28)

ditemukan kurangnya pemahaman yang benar tentang pelaksanaan lokakarya mini ini. Puskesmas masih belum mempedomani secara benar pelaksanaan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor. Hal ini dapat dilihat dari dokumen yang mencatat tentang pelaksanaan lokakarya mini (notulen rapat) dan laporan lokakarya mini serta susunan acaranya.

Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang dilaksanakan di seluruh puskesmas di Kabupaten Dairi belum sesuai dengan pedoman kerja puskesmas yang mengacu kepada pedoman perencanaan tingkat puskesmas. Pelaksanaannya masih sebatas rutinitas dalam penyampaian laporan bulanan. Proses pelaksanaan lokakarya mini puskesmas dan penyusunan rencana kerja masih didominasi oleh pimpinan/kepala puskesmas. Para pengelola program kurang dilibatkan dalam penyampaian permasalahan yang dihadapi sehingga tenaga kesehatan kurang memiliki motivasi untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Pelaksanaan lokakarya mini puskesmas juga merupakan bagian dari SPM bidang kesehatan dan merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan BOK.

Menurut penjelasan dari pengelola BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi pada survey awal penelitian menunjukkan bahwa pengiriman Rencana Kerja Kegiatan/Plan Of Action (POA) bulanan dari hasil Lokakarya Mini Puskesmas yang tepat waktu baru 33,33% (tahun 2010) dan 44,44% (tahun 2011), Rencana Kegiatan bulanan yang telah disusun dalam/Rencana Kerja Kegiatan/Plan Of Action (POA) puskesmas yang diteliti dan diverifikasi oleh Tim Verifikasi BOK Kabupaten belum


(29)

mengakomodir kegiatan yang menunjang pencapaian SPM sebagai output dari pelaksanaan kegiatan program BOK.

Laporan bulanan pencapaian SPM puskesmas yang dilaporkan juga sering mangalami keterlambatan dan tidak lengkap disebabkan puskesmas kesulitan membuat laporan. Dari laporan pengelola BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten hal ini disebabkan kegiatan yang telah disusun dalam Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action (POA) bulanan tidak mengarah kepada pencapaian SPM sebagai output

kegiatan. Puskesmas yang membuat laporan dengan tepat waktu 28% (tahun 2010) dan 50% (tahun 2011).

1.2. Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi melalui pendekatan sistem dilihat dari input (masukan), proses (pelaksanaan), dan output (keluaran).


(30)

1.3.2 Tujuan Khusus

Dengan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan BOK di puskesmas Kabupaten Dairi pada tahun 2012, dapat diketahui :

1. Analisis pemanfaatan dana BOK yang terintegrasi dengan dana kesehatan bersumber pemerintah lainnya.

2. Analisis sarana dan prasarana di Puskesmas dalam pencapaian tujuan kegiatan BOK.

3. Analisis pelaksanaan kegiatan BOK oleh kepala puskesmas dan tenaga kesehatan puskesmas dalam pencapaian tujuan kegiatan BOK.

4. Pengaruh kegiatan BOK terhadap penyelenggaraan manajemen puskesmas. 5. Pengaruh kegiatan BOK terhadap pencapaian indikator SPM di puskesmas.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Masukan bagi para pengambil keputusan kebijakan di lingkungan Pemerintah Pusat,Provinsi dan Kabupaten Dairi dalam menentukan langkah dan strategi dalam pelaksanaan BOK di puskesmas.

2. Memberikan bahan masukan dan pertimbangan kepada puskesmas dalam rangka penyusunan perencanaan BOK dan dapat mengetahui penerapan perencanaan yang lebih efektif.

3. Bahan Kajian bagi peneliti yang akan membahas kajian tentang kebijakan BOK.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Intervensi kesehatan

Undang-Undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa perencanaan sebagai proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. (Kemenkes, 2010)

Dalam skala internasional dilaksanakan suatu gerakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu Millenium Development Goals (MDGs) yang diluncurkan pada tahun 2000 oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menurunkan angka kemiskinan yang merupakan lingkaran setan (Vicious circle) bagi buruknya tingkat kesehatan suatu populasi, menurunkan angka kematian anak, menurunkan angka kematian maternal, memerangi HIV/AIDS, malaria, tuberculosis, dan penyakit menular lainnya.

Menurut Murti, dkk (2006) yang mengutip pendapat Mayor (2005) menyatakan bahwa dalam target MDGs tidak akan dapat tercapai sesuai dengan waktu yang direncanakan jika skala intervensi kesehatan tidak ditingkatkan. Dengan kata lain sasaran MDGs tidak bisa dicapai dengan tingkat upaya kesehatan yang “biasa-biasa” saja (“business as usual”)


(32)

Murti, dkk (2006) yang mengutip pendapat (Johns dan Tan-Tores, 2005, Derenzio, 2005) bahwa peningkatan skala (scaling up) intervensi kesehatan mengandung arti peningkatan skala maupun lingkup (scope) cakupan pelayanan dari cakupan sekarang, sehingga dapat melayani lebih banyak individu. Peningkatan skala mencakup perluasan suplai pelayanan secara geografis dari sebuah intervensi, maupun peningkatan permintaan (demand) populasi terhadap intervensi. Disisi lain peningkatan skala tergantung dari kemampuan sistem kesehatan, ketersediaan sumber daya dan infrastruktur, serta kapasitas absorbsi pemerintah

2.2. Evaluasi Program Kesehatan

Setiap administrator yang diserahkan tanggungjawab mengelola program kesehatan selalu dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak pasti (Uncertainty) sehingga untuk menjawab ketidakpastian tersebut dapat disimpulkan ke dalam tiga macam pertanyaan yaitu; pertanyaan tentang ketepatan program, pertanyaan tentang pelaksanaan program dan pertanyaan tentang hasil yang dicapai dari pelaksanaan program. Untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut dalam bidang administrasi disebut penilaian (Evaluation).

Evaluasi sering diartikan secara sempit dan hanya memandang evaluasi berdasarkan aktifitasnya. Setiap kegiatan evaluasi biasanya dimaksudkan untuk mengembangkan kerangka berfikir rangka pengambilan keputusan. Evaluasi sangat diperlukan dalam rangka keberlanjutan (Sustainability) program yang sedang berjalan dan program yang telah selesai dilaksanakan. Azwar, (2010) mengutip pendapat


(33)

Riecken mendefenisikan penilaian adalah pengukuran terhadap akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan menurut The world Health Organization penilaian adalah suatu cara belajar yang sistematis dari pengalaman yang dimiliki untuk meningkatkan pencapain, pelaksanaan dan perencanaan suatu program melalui pemilihan secara seksama berbagai kemungkinan yang tersedia guna penerapan selanjutnya

Menurut Arikunto (2003) program adalah kegiatan yang direncanakan dengan seksama untuk dilaksanakan. Azwar (2010) mengutip pendapat Deniston menyebutkan beberapa hal yang dapat dinilai dari suatu program kesehatan adalah : a. Kelayakan program yaitu, program dinilai layak (appropriatenees) jika

program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

b. Kecukupan program, yaitu suatu program dinilai cukup (adequancy) jika program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

c. Efektifitas program, yaitu suatu program dinilai efektif (efectivness) jika program tersebut telah dapat dilaksanakan dengan hasil yang dapat menyelesaikan masalah dihadapi

d. Efesiensi, yaitu suatu program dinilai efisien (efficiency) jika program tersebut dapat dilaksanakan dengan hasil yang dapat menyelesaikan masalah dan juga waktu pelaksanaanya tidak memerlukan penggunaan sumber daya yang besar.


(34)

Munurut Azwar,(2010) yang mengutip pendapat Milton R.Roemer ruang lingkup penilaian program kesehatan terdiri dari enam macam yaitu :

a. Status kesehatan yang dihasilkan, yaitu penilaian dilakukan terhadap tingkat kesehatan (health status outcomes) yang dihasilkan dari dilaksanakannya suatu program kesehatan

b. Kualitas pelayanan yang diselenggarakan, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap kualitas pelayanan (estimated quality of services) oleh suatu program. Penilaian dilakukan dengan membandingkannya terhadap suatu tolok ukur dan ataupun kriteria yang telah ditetapkan (minimum medical standar). Program dianggap baik jika kualitas pelayanan telah sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan.

c. Kuantitas pelayan yang dihasilkan, yaitu dasar penilaian ialah adanya perbedaan pelayanan yang diselenggarakan (quantity of services provided). Jika suatu program kesehatan lebih banyak menekankan pelayanan pencegahan, maka program tersebut dianggap lebih baik dari program yang terlalu mengutamakan pelayanan pengobatan.

d. Sikap masyarakat terhadap program kesehatan, yaitu dinilai dari sikap masyarakat (attitude of recipients) yang memanfaatkan program kesehatan. Penilaian seperti ini bersifat subjektif dan karena itu sulit dipercaya

e. Sumber daya yang tersedia, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap sumber daya (resources made available) baik terhadap sumber dana, tenaga dan


(35)

ataupun sumber sarana. Jika program tersebut tersedia secara memadai, maka program tersebut dinilai cukup baik

f. Biaya yang digunakan, yaitu penilaian terhadap biaya (cost of the program)

yang digunakan oleh program. Dasar penilaian adalah melakukan perbandingan antara input dengan output. Jika perbedaannya terlalu besar maka program tersebut dinilai tidak baik.

Dapat disimpulkan evaluasi program bertujuan untuk melihat apakah program dirancang, dilaksanakan dan bermanfaat bagi pihak pihak yang terlibat dalam program. Pada pelaksanaannya evaluasi program bermaksud mencari informasi sebanyak mungkin untuk mendapatkan gambaran rancangan dan pelaksanaan program. Hasil evaluasi akan digunakan bagi pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program (Arikunto, 2003).

2.3 Tahapan Evaluasi Program

Arikunto, (2007) yang mengutip pendapat Stake, Stuffeben, Alkin mengemukakan bahwa evaluasi berfokus pada empat aspek yaitu :

a. Konteks b. Input

c. Proses implementasi d. Produk


(36)

Serta mengacu evaluasi program secara umum mengacu pada empat dimensi yaitu:

a. Indikator input, b. Indikator process, c. Indikator outputs,

d. Indikator outcomes

Evaluasi merupakan sebuah cara atau metoda untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan dari suatu pelaksanaan program dan evaluasi sering digunakan pada tahap :

a. Perencanaan, yaitu digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan.

b. Pelaksanaan, yaitu digunakan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya

c. Paska pelaksanaan, yaitu untuk melihat apakah pencapaian program mampu mengatasi masalah yang di hadapi. Dilakukan setelah program berakhir untuk menilai relevans, efektifitas, kemanfaatan dan keberlanjutan dari sebuah program.

Secara umum terdapat dua jenis penelitian evaluasi yakni evaluasi formatif

dan evaluasi summatif. Evaluasi formatif biasanya melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program tersebut. Evaluasi summatif biasanya dilaksanakan pada akhir program untuk


(37)

mengukur apakah tujuan program tersebut tercapai. Dengan evaluasi para pengambil keputusan akan dapat menentukan apakah program akan dilanjutkan, diperluas, dimodifikasi atau diberhentikan (Singarimbun, 1995)

Evaluasi program dibidang kesehatan ,pada umumnya dilakukan dengan teknik pendekatan evaluasi formal, karena lebih diprioritaskan pada evaluasi dampak program (outcome) berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.Termasuk didalamnya dengan menganalisa faktor-faktor pengganggu yang berhubungan atau berpengaruh kepada keberhasilan program tersebut. Teknik evaluasi yang dipilih dilanjutkan dengan menentukan rancangan studi evaluasi.

2.4 Manajemen Puskesmas 2.4.1 Fungsi-Fungsi Manajemen

Manajemen puskesmas didefenisikan sebagai rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi-fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban. Semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan .Fungsi manajemen yang digunakan oleh puskesmas diadaptasi dari fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Terry (Endang S, 2011) yang terdiri dari ;


(38)

1. Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang harus dimulai dengan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

2. Organizing (pengorganisasian) adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki puskesmas dan memanfaatkan secara efesien untuk mencapai tujuan puskesmas.

3. Actuating (penggerakan pelaksanaan) adalah proses pembimbingan kepada staf agar mampu dan mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta dukungan sumber daya yang tersedia.

4. Controling (pengawasan/pembimbingan) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai rencana yang sudah disusun dan mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.

5. Evaluating (penilaian) adalah proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan serta memberikan saran-saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program ( Azwar,2010)

2.4.2 Model Manajemen Puskesmas

Untuk dapat mewujutkan visi,misi dan tujuan Puskesmas diperlukan model manajemen yang cocok dan efektif untuk Puskesmas. Menurut Endang S (2010)


(39)

Beberapa model manajemen Puskesmas antara lain Model Manajemen ARRIF, Model Manajemen ERIIME, Model Majemen POAC/E dan Model Manajemen P1-P2-P3.

Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan dalam manajemen Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3 (Kementerian Kesehatan, 2012). Manajemen Puskemas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan,Pengendalian dan Penilaian).

a. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas

Microplanning puskesmas adalah penyusunan rencana lima tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun ditingkat puskesmas. Tujuan umum microplanning

puskesmas adalah meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi puskesmas. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) Mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB Kesehatan di desa-desa wilayah kerja Puskemas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. (2) Meningkatkan peran serta mayarakat dalam pelayanan kesehatan dan (3) meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam berfikir secara analitik dan mendorong untuk berinisiatif untuk mengembangkan ,kreasi dan motivasi (Depkes, 1989)


(40)

b. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)

Tujuan penggerakan dan pelaksanaan puskesmas adalah meningkatkan fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga puskesmas untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas sektor. Komponen P2 Puskesmas dilakukan melalui lokakarya mini puskesmas yang terdiri dari empat komponen yang meliputi :

(1) Penggalangan kerja sama tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun sekali di dalam rangka meningkatkan kerja sama antara petugas puskesmas untuk meningkatkan fungsi puskesmas, melalui suatu proses dinamika kelompok yang diikuti dengan analisis beban kerja masing-masing tenaga yang dikaitkan dengan berbagai kelemahan penampilan kerja puskesmas menurut hasil Stratifikasi Puskesmas.

(2) Penggalangan kerja sama lintas sektor yaitu dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor terkait melalui suatu pertemuan lintas sektor setahun sekali.

(3) Rapat kerja tribulanan lintas sektor, sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas sector untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama dan memecahkan masalah yang dihadapi

(4) Lokakarya mini bulanan puskesmas yaitu pertemuan antar tenaga puskesmas pada setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja bulan yang lalu dan membuat rencana kegiatan di bulan yang akan datang.


(41)

Adapun tujuan Lokakarya mini puskesmas adalah

(a) Disampaikannnya hasil rapat dari tingkat kabupaten, kecamatan dan lain sebagainya.

(b) Diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan puskesmas bulan yang lalu

(c) Diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu (d) Dirumuskannya cara pemecahan masalah

(e) Disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan yang akan datang

(f) Diberikannya tambahan pengetahun baru bagi pesrta rapat

(g) Disusunnya Plan of Action (POA) baik POA tahunan maupun bulanan (h) Diketahuinya masalah di Puskesmas berdasarkan hasil stratifikasi puskesmas

(Endang S, 2011)

c. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) : Stratifikasi Puskesmas

Stratifikasi puskesmas adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja Puskesmas dengan mengelompokkan puskesmas dalam tiga strata puskesmas yaitu puskesmas dengan prestasi kerja baik (strata I), puskesmas dengan prestasi kerja cukup (Strata II), puskesmas dengan prestasi kerja kurang (strata III)

2.4.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas

Sesuai dengan pedoman perencanaan tingkat puskesmas (Depkes, 2006) penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empat) tahap sebagai berikut :


(42)

2.4.3.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :

1. Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas

2. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas

3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.

2.4.3.2Tahap Analisis Situasi

Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan pengumpulan data. yaitu data umum dan data khusus.

1. Data Umum

a. Peta wilayah kerja serta fasilitas pelayanan. Data wilayah mencakup luas wilayah, jumlah desa.

b. Data sumber daya (Puskesmas,termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa) yang mencakup : Ketenagaan, Obat dan bahan habis pakai,


(43)

peralatan, sumber pembiayaan (pusat, daerah, masyarakat dan sumber lainnya) dan sarana dan prasarana.

c. Data Peran Serta Masyarakat

Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.

d. Data Penduduk dan Sasaran Program e. Data Sekolah

f. Data Kesehatan Lingkungan

2. Data Khusus (Hasil Penilaian Kinerja Puskesmas) a. Status Kesehatan terdiri dari :

b. Kejadian Luar Biasa (KLB)

c. Cakupan program pelayanan kesehatan 1 (satu) tahun terkhir dari setiap desa (dapat dilihat dari laporan kinerja puskesmas)

d. Hasil Survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh puskesmas atau pihak lain.

2.4.3.3Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang bermasalah. 2. Menyusun rencana kegiatan yang baru yang disesuaikan kondisi kesehatan


(44)

Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.

1. Analisa Masalah

Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun perencanaan tingkat puskesmas dan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun puskesmas melalui tahapan :

a. Identifikasi Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan .Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program,cakupan,mutu, ketersediaan sumber daya.

b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah

Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi masalah sekaligus ketidak tersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan keriteria lain. Dalam penentuan prioritas dapat mempergunakan berbagai macam metode seperti USG, MCUA, Hanlon, CARL dan sebagainya. Penetapan metode diserahkan dan disesuaikan dengan kemampuan pemahaman petugas, situasi dan kondisi puskesmas.


(45)

c. Merumuskan Masalah

Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana masalah itu terjadi (What, Who, When, Where and How)

d. Mencari Akar Penyebab Masalah

Mencari akar penyebab masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode

1. Diagram sebab akibat dari ishikawa (fishbone) 2. Pohon masalah (problem trees)

e. Menetapkan Pemecahan Masalah

Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan di antara tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalah. Brain storming (curah pendapat) adalah suatu metoda untuk dapat membangkitkan ide/gagasan /pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap anggota tim dalam periode waktu yang singkat dan bebas dari kritik.

2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang yang meliputi :

a. Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan program hasil analisis masalah).


(46)

b. Kebutuhan sumber daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada tahun sekarang.

c. Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK puskesmas.

Rencana usulan kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional, maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas.

1. RUK Upaya Kesehatan Wajib

a. Menyusun RUK Upaya kesehatan wajib ke dalam matriks

b. Mengajukan RUK Upaya kesehatan wajib ke Dinas Kesehatan Kabupaten untuk mendapat pembahasan pembiayaannya. Apabila sumber pembiayaan berasal dari non pemerintah maka diusulkan kepada yang bersangkutan.

c. Waktu penyusunan RUK dilaksanakan dengan memperhatikan siklus perencanaan Kabupaten. RUK harus sudah selesai atau sudah diterima Dinas Kesehatan sebelum dilakukan pembahasan anggaran dengan Tim Anggaran Kabupaten.

2. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan

a. Identifikasi Upaya kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan dapat dipilih dari daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada atau dapat berupa inovasi yang dikembangkan


(47)

sesuai dengan permasalahan kesehatan yang terjadi diwilayah kerja puskesmas.

Apabila puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dapat dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung dilapangan dengan metoda Survey Mawas Diri (SMD). Tetapi jika kemampuan tidak dimiliki oleh puskesmas maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas.

Dari hasil identifikasi ini kemungkinan akan muncul usulan puskesmas yang sangat beragam. Dengan pertimbangan kondisi sumber daya yang ada, baik tenaga, sarana maupun biaya maka perlu dibuat penyusunan prioritas.

b. Menyusun RUK Upaya Kesehatan Pengembangan dalam bentuk matriks c. Mengajukan RUK Upaya Kesehatan Pengembangan

RUK upaya pengembangan diajukan ke Dinas Kesehatan kabupaten bersama dengan RUK upaya kesehatan wajib untuk dibahas pembiayaannya di Kabupaten. Puskesmas dapat melibatkan potensi yang ada di wilayahnya untuk ikut serta dalam pembiayaan kesehatan. Penggalangan dana dapat dilakukan kepada masyarakat, perusahaan, swasta atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melalui advokasi dan sosialisasi rencana kegiatan yang telah disusun dengan didukung oleh


(48)

data yang telah diolah, sehingga dapat dipahami oleh masyarakat dan mitra kerja puskesmas.

2.4.3.4Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Tahap penyusunan RPK baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan. Langkah langkah penyusunan RPK adalah :

1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang telah disetujui

2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK

3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan.

4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK. Penyusunan RPK tahunan dilaksanakan pada awal bulan pertama tahun berjalan 5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks

2.4.4 Sumber Pembiayaan Puskesmas

Anggaran yang dialokasikan ke puskesmas terdiri dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), subsidi Pusat kepada Pemerintah Daerah, dan Bantuan Luar Negri (BLN). Masing-masing sumber tersebut mempunyai rincian kegiatan yang harus dipertanggungjawabkan. Alokasi anggaran tersebut dalam implementasinya menjadi terkotak-kotak (fragmented), karena anggaran yang sudah ditetapkan untuk


(49)

suatu program tidak dapat dialihkan untuk program lain meskipun kebutuhan program tersebut sangat mendesak. Kondisi ini menyebabkan penggunaan anggaran menjadi tidak fleksibel dan tidak efisien.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memperlihatkan bahwa sebagian besar urusan Pemerintahan telah diserahkan kepada Daerah termasuk Bidang Kesehatan. Konsekuensi logis dari penyerahan ini adalah segala sesuatu yang menyangkut perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. (Bappenas,2012)

2.5. Pengertian Standar Pelayanan Minamal (SPM) Bidang Kesehatan

SPM sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa untuk mendukung penerapan SPM, Menteri yang bersangkutan menyusun petunjuk teknis yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Dalam hal penerapan SPM pasal 9 ayat (1) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah menerapkan SPM sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri. Ayat (2) SPM yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah untuk penyusunan perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Ayat (3) Pemerintah Daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat


(50)

target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Peraturan Menteri.(Bappenas,2012)

SPM bidang kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Diterapkan pada urusan wajib.

2. Diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten /kota

3. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu dan mempunyai dampak luas pada masyarakat (Positive Health Externality) 4. Merupakan indikator kinerja bukan sekedar standar teknis, dikelola dengan

manajerial professional sehingga tercapai efesiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya

5. Bersifat dinamis

6. Ditetapkan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar

Beberapa pendapat ahli seperti (Schroeder,1994, Moss & Barrch 2002; Reason,2002) yang dikutip oleh Aditama (2010) menyatakan bahwa manfaat standar dalam pelayanan adalah mengurangi variasi proses, dasar untuk mengukur mutu dan kinerja, keamanan/kesalamatan klien (client safety) dan petugas penyedia pelayanan.

SPM yang digunakan oleh Departemen Kesehatan (2008) diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 pada Bab II pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa Kabupaten /Kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai SPM kesehatan. Ayat (2) SPM kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target Tahun 2010-Tahun 2015;


(51)

a. Pelayanan Kesehatan Dasar;

1. Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95% pada tahun 2015

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% pada tahun 2015

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90% pada tahun 2015

4. Cakupan nifas 90% pada tahun 2015

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80% pada tahun 2010 6. Cakupan kunjungan bayi 90% pada tahun 2010

7. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 100% pada tahun 2010

8. Cakupan pelayanan anak balita 90% pada tahun 2010

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 100% pada tahun 2010

10.Cakupan balita gizi buruk mendapat Perawatan 100% pada tahun 2010

11.Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% pada tahun 2010

12.Cakupan peserta KB aktif 70% pada tahun 2010

13.Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 100% pada tahun 2010

14.Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 100% pada tahun 2015


(52)

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 100% pada tahun 2015

2. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kabupaten/kota 100% pada tahun 2015

c. Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa/KLB. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam 100% pada tahun 2015.

d. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Cakupan Desa Siaga Aktif 80% pada tahun 2015

2.6 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

2.6.1 Defenisi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Sesuai dengan Petunjuk Teknis Nomor : 2556/Menkes/Per/XII/2011 BOK (Kemenkes, 2012) adalah bantuan dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai SPM kesehatan menuju Millenium Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

2.6.2 Tujuan

a. Tujuan umum adalah meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat utamanya kegiatan promotif dan preventif untuk mewujutkan


(53)

pelayanan kesehatan sesuai SPM bidang kesehatan dengan fokus pencapaian target millenniumDevelopment goals (MDGs) pada tahun 2015.

b. Tujuan khusus adalah ;

- Meningkatnya cakupan puskesmas dalam pelayanan yang bersifat promotif dan preventif

- Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat

- Terselenggaranya proses lokakarya mini di puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

2.6.3 Dasar Hukum

Dasar Hukum pelaksanaan kegiatan BOK adalah : 1. UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

2. UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

3. UU No 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara 4. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

5. UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

6. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(54)

8. PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota

9. PP No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

10. PP No 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

11. Perpres No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014

12. Peraturan Presiden No 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011

13. Permenkes RI No.2556/Menkes/Per/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2012

2.6.4 Kebijakan Operasional BOK

Kebijakan Operasional Pelaksanaan kegiatan BOK adalah sebagai berikut : 1. Bantuan Pemerintah untuk pelayanan kesehatan, diutamakan upaya promotif

dan preventif.

2. Merupakan APBN Kementerian Kesehatan, penyalurannya melalui mekanisme Tugas Pembantuan ke Kabupaten/Kota.

3. Pemerintah Daerah tidak mengurangi alokasi APBD untuk Puskesmas. 4. Alokasi dana BOK kabupaten/Kota ditetapkan SK Menteri Kesehatan.

5. Dana BOK terdiri dari manajemen kabupaten/kota dan Operasional Puskesmas. 6. Alokasi Dana BOK per puskesmas ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan


(55)

7. Dana BOK dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan puskesmas dan jaringannya (Poskesdes dan Posyandu)

8. Pemanfaatan dana BOK didasarkan pada hasil rencana aksi yang disepakati dalam lokakarya mini puskesmas yang diselenggarakan secara periodik (bulanan dan tribulanan)

9. Besaran satuan biaya mengacu pada standar biaya tahun berjalan

10. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas berpedoman pada prinsip keterpaduan, kewilayahan, efisien dan efektif

2.6.5 Ruang Lingkup Kegiatan BOK

Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Tahun 2012 (Kementerian Kesehatan, 2012) ruang lingkup kegiatan BOK adalah sebagai berikut :

a. Upaya Kesehatan yang meliputi :

1. Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana 2. Imunisasi

3. Perbaikan Gizi Masyarakat 4. Promosi Kesehatan

5. Kesehatan Lingkungan 6. Pengendalian Penyakit

b. Penunjang pelayanan kesehatan yang meliputi : 1. Pembelian Bahan Kontak


(56)

3. Rapat Koordinasi dengan lintas sektor/tokoh masyarakat/tokoh agama/ kader kesehatan

4. Operasional Posyandu dan Poskesdes

c. Penyelenggaraan manajemen kesehatan, meliputi :

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas berupa penyusunan kegiatan rencana kegiatan secara terpadu dengan mengintegrasikan berbagai sumber dana yang ada

2. Lokakarya mini puskesmas berupa kegiatan penyusunan rencana aksi bulanan (POA bulanan) termasuk kegiatan kegiatan yang dibiayai dari BOK

3. Evaluasi berupa kegiatan penilaian pencapaian program dan kegiatan puskesmas dalam kurun waktu satu tahun dari yang direncanakan

d. Pemeliharaan ringan yaitu dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas, maksimal 5 % dari total dana BOK puskemas dapat dimanfaatkan untuk pemeliharaan ringan di puskesmas dan jaringannya.

2.6.6 Kegiatan yang dapat Dibiayai BOK Kegiatan yang dapat dibiayai yaitu :

1. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita, kasus resiko tinggi, rumah tangga, siswa, sekolah, pasangan usia subur, wanita usia subur, tempat-tempat umum, dll)

2. Surveilens

3. Kunjungan rumah/lapangan 4. Pelayanan di Posyandu


(57)

5. Kegiatan sweeping, penjaringan dan penemuan kasus 6. Pengambilan spesimen

7. Pengendalian dan pemberantasan vektor 8. Kegiatan Promosi kesehatan

9. Kegiatan pemantauan 10.Pengambilan vaksin

11.Rujukan dari Poskesdes ke Puskesmas dan atau dari Puskesmas ke Rumah Sakit terdekat untuk kasus KIA resiko tinggi dan komplikasi kebidanan bagi peserta jampersal

12.PMT penyuluhan dan PMT untuk balita 6-59 bulan dengan gizi kurang 2.6.7 Kegiatan yang tidak Dapat Dibiayai BOK

Kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari kegiatan BOK adalah : 1. Upaya kuratif dan rehabilitatif

2. Gaji, uang lembur, insentif 3. Pemeliharaan gedung 4. Pemeliharaan kenderaan 5. Biaya listrik, telepon dan air

6. Pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan 7. Biaya konsumsi untuk penyuluhan

8. Pencetakan


(58)

2.6.8 Mekanisme Pendanaan

Dana BOK bersumber dari dana APBN adalah merupakan dana Tugas Pembantuan (TP). Dalam penggunaan uang ada beberapa koridor bahwa dana BOK tidak boleh digunakan untuk membiayai beberapa hal seperti: Upaya kuratif dan rehabilitatif, gaji,uang lembur, insentif, pemerliharaan gedung (sedang dan berat), pemeliharaan kenderaan, biaya listrik, telepon dan air. Pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan. Penggunaan dana sesuai dengan Standar Biaya Umum (SBU) yang berlaku. Bila tidak ada dalam standar biaya umum maka dapat digunakan besaran satuan biaya sesuai dengan kebutuhan real cost, atau mengacu pada Plan Of Action

(POA) yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan membuat Surat Pernyataan Tanggung jawab Mutlak (SPTJM).

Anggaran Pembangunan Daerah (APBD) membiayai kegiatan yang tidak masuk dalam lingkup kegiatan BOK .Dana BOK, APBD dan sumber lainnya harus harus saling mengisi/sinergi untuk mendukung kegiatan puskesmas.

2.7 Penelitian lain tentang Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Penelitian dengan judul Evaluasi implementasi kebijakan BOK di 3 Puskesmas Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2011.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi kebijakan BOK di 3 puskesmas di Kabupaten Ende. Hasil dari penelitian ini bahwa dana BOK di puskesmas dimanfaatkan sesuai juknis BOK yakni untuk kesehatan promotif dan preventif secara administratif, dimana pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan


(59)

dengan pertanggungjawabannya disesuaikan dengan juknis BOK. Dana terlambat diterima di puskesmas tetap terlaksana dengan menggunakan sistem pinjam ataupun hutang. Peran kepala puskesmas dalam sosialisasi dan monitoring serta peran staf dalam pelaksanaan kebijakan BOK belum optimal di puskesmas. Cakupan program yang dibiayai BOK tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan yang disebabkan terbatasnya SDM dan kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan BOK.

2.8. Landasan Teori

Menurut Azwar (2010) kecukupan dana mempunyai korelasi yang positif dengan pelayanan kesehatan, selain itu mekanisme pengelolaan dana juga dipandang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Semantara itu menurut Muninjaya (2004) pembiayaan kesehatan akan berhasil apabila didukung oleh beberapa faktor yaitu kecukupan dana, mekanisme pengelolaan, sumber daya manusia dan pengawasan.

Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi pencapaian SPM kesehatan dari pelaksanaan kegiatan BOK di puskesmas Kabupaten Dairi penulis melakukan pendekatan sistem yang didasarkan pada suatu anggapan bahwa seluruh rangkaian kegiatan untuk pelaksanaan pencapaian indikator keberhasilan kegiatan BOK yaitu SPM sebagai sistem.

Endang S (2011) ciri-ciri sebuah sistem adalah bahwa didalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan , dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan. Fungsi yang diperankan oleh


(60)

masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu kesesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut semuanya bekerja sama secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah direncanakan. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu bukan berarti tertutup terhadap lingkungan.

Menurut Endang S (2011) Elemen sistem manajemen dikelompokkan dalam tujuh unsur yaitu :

1. Masukan (input) yakni bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Masukan manajemen berupa sumber daya manajemen yang terdiri atas man (ketenagaan), money (dana/biaya)

material (bahan,sarana dan prasarana) machine (mesin,peralatan/teknologi) untuk mengubah masukan menjadi keluaran, method (metode) market dan marketing

(pasar dan pemasaran), minute/time (waktu) dan information (informasi) yang disingkat 7M+1 I

2. Proses (process) yakni bagian atau elemen dari sistem yang berfungsi melakukan transformasi/konversi yakni mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan

3. Hasil antara (output) yakni bagian atau elemen dari sistem yang dihasilkan dari berlangsungnya proses transformasi /konversi dalam sistem

4. Hasil akhir (outcome) yakni hasil yang dicapai dari suatu program berupa indikator keberhasilan suatu program


(61)

5. Manfaat dan dampak (impact) yakni efek langsung atau tidak langsung atau konsekuensi yang diakibatkan dari pencapaian tujuan suatu program berupa manfaat dan dampak dari program tersebut.

6. Lingkungan (environment) yaitu bagian dari luar sistem yang tidak dikelola sistem tetapi mempunyai pengaruh terhadap sistem.

7. Umpan balik (feed back) yakni bagian atau elemen dari sistem yang merupakan hasil antara dan hasil akhir dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut serta informasi yang diterima dari lingkungan organisasi.

Pemikiran manajemen yang paling cocok untuk manajemen pelayanan kesehatan seperti puskesmas adalah pemikiran manajemen sistem terbuka. Puskesmas merupakan bagian dari lingkungan, sehingga ia berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungannya dan puskesmas perlu beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah agar dapat bertahan hidup dan berkembang. Pemikiran manajemen sistem menjelaskan bahwa kegiatan bagian manapun dari sebuah organisai mempengaruhi kegiatan dari setiap bagian yang lain. Untuk mempertautkan bagian-bagian organisasi secara keseluruhan atau sebagai suatu kesatuan, pimpinan harus berkomunikasi dan dengan para pegawai dan unit-unit kerja serta dengan organisasi lain dan lingkungannya.


(62)

2.9 Kerangka Berfikir

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka berfikir dalam penelitian ini : adalah :

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian INPUT

1. SDM Puskesmas 2. Dana BOK 3. Sarana/Prasarana

Penunjang di Puskesmas

OUT PUT Tercapainya Tujuan BOK yaitu meningkatnya

cakupan Pencapaian Standart Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

Kesehatan PROSES

1. Perencanaan Tingkat

Puskesmas (P1) 2. Penggerakan

Pelaksanaan(P2) 3. Pengawasan

Pengendalian Penilaian (P3)


(63)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriftif dengan menggunakan desain penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu program di semua aspeknya. Sehingga diharapkan akan diperoleh data dan gambaran yang lebih lengkap mengenai evaluasi pelaksanaan kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Dairi sebanyak 18 Puskesmas. Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2013.

3.3. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data sehingga tidak terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan pemahaman maka penulis akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan fokus penelitian terhadap penelitian ini. Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka pikir. Adapun dalam penelitian ini, pengukuran evaluasi yang akan diukur dengan pendekatan yang berorientasi pada input yang digunakan, proses kegiatan dan output berupa pencapaian SPM dari pelaksanaan BOK. Unit analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(64)

a. Unit analisis input : SDM/Tenaga pengelola program puskesmas, pembiayaan Puskesmas berupa/Dana pelaksanaan kegiatan BOK dari Pusat, dan sarana dan prasarana penunjang pencapaian indikator kegiatan BOK

b. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3) terhadap pelaksanaan kegiatan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

c. Unit analisis output: laporan pencapaian SPM Puskesmas tahun 2012 3.3.1 Defenisi Operasional

Berdasarkan fokus penelitian pada unit analisis disusun defenisi operasional penelitian dengan ketentuan seperti berikut ini;

a. Tenaga

Tenaga adalah pegawai atau petugas kesehatan yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan kegiatan yang mendukung pencapaian SPM. Sesuai dengan Juknis BOK ada 6 upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas yaitu program kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, program imunisasi, program perbaikan gizi masyarakat, program promosi kesehatan, program kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indept interview), pemeriksaan dan telaah dokumen


(65)

b. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah sarana dan prasarana penunjang yang ada di puskesmas dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai SPM (Kemenkes, 2010) yang terdiri dari :

1. Cakupan kunjungan ibu hamil k-4 (kunjungan sebanyak 4 kali (1 x pada trisemester I, 2x pada trisemester II dan 1x pada trisemester III dengan pelayanan 5T (Timbang badan, Tinggi fundus, Tensi,Tablet besi dan TT). Perlengkapan alat yang menunjang pencapaian adalah Timbangan badan, Tensi meter, Microtoise, Stetoskop, Meja Gyn, Alat Ukur LILA, Alat Ukur

Midle, Hb Sahli, Buku Kohort, Buku Register, Alat Peraga Penyuluhan,

Termometer dan Sterilisator. Yang paling esensial adalah Tensimeter,

Steteskop laenec dan Hb Sahli.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen dan barang

Informan : Kepala Puskesmas.

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. Komplikasi yang ditangani antara lain kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Perlengkapan alat penunjang adalah Formulir rujukan, Partus set, Infus set, Tabung Oksigen dan Manometer set, Ambulans, Sungkup, Inkubator dan Slem secher (penyedot lendir). Berkaitan dengan ketersediaan alat jenis yang paling esensial adalah : Formulir rujukan, Partus set, infus set.


(66)

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dan telaah dokumen

Informan : Kepala puskesmas.

3. Cakupan Pelayanan Nifas, yaitu pelayanan sebanyak minimal 3 kali paska persalinan, diminggu ke 3 dan minggu ke 6 meliputi pemberian Vit A dan pelayanan KB. Perlengkapan alat untuk menunjang pencapaian cakupan adalah Trocart, Inserter, Speculum, Bisturi, Clem U, Form pencatatan dan pelaporan, Vaccin Carier (Cold Chain) ,Spuit dan Timbangan.Yang paling esensial untuk mendukung pencapaian ada 2 jenis yaitu; klem U dan Vaccine Carier (cold chain).

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen dan Barang.

Informan : Kepala Puskesmas.

4. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, yaitu neonatus dengan penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan kematian, kecacatan atau kesakitan. Peralatan yang menunjang adalah Formulir register kematian dan formulir Rujukan, yang paling esensial adalah form rujukan.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepthh interview), pemeriksaan dokumen


(67)

5. Cakupan kunjungan bayi, yaitu kunjungan bayi usia 29 hari-11 bulan yang mendapat pelayanan kesehatan oleh petugas yang mempunyai kompetensi klinis sebanyak 4 kali dalam suatu waktu tertentu.Peralatan penunjang adalah

refrigator, Cold Chain, Alat Peraga SD/TK, Kohort bayi, Buku KIA, KMS Alat Peraga Penyuluhan Perawatan Kesehatan Bayi, Formulir AMP dan PMT, berkaitan dengan alat yang paling esensial untuk mendukung pencapaian adalah sarana cold chain dan KMS (Kartu Menuju Sehat).

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen

Informan : Kepala puskesmas.

6. Cakupan desa/kelurahan dengan Universal Child Imunization (UCI), yaitu desa/kelurahan dimana ≤ 80% dari jumlah bayi di desa telah mendapat imunisasi dasar dalam jangka waktu satu tahun.Perlengkapan alat penunjang adalah Form pemantauan dan penanganan, register imunisasi, juknis imunisasi, register pelatihan petugas, dan form pelacakan kasus KIPI. Berkaitan dengan ketersediaan alat, jenis alat yang paling esensial adalah Register Imunisasi dan Formulir Pelacakan kasus KIPI.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen.


(68)

7. Cakupan pelayanan anak balita, yaitu cakupan pelayanan anak balita (usia 12-56 bulan) yang mendapatkan pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Perlengkapan alat untuk menunjang pencapaian cakupan yang diidentifikasi adalah buku register balita, buku KIA, KMS dan skrining kit

SDIDTK. Jenis alat yang paling esensial untuk mendukung pencapain cakupan adalah KMS dan Alat Skrining Kit SDIDTK.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen

Informan : Kepala puskesmas.

8. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat. Perlengkapan alat penunjang adalah UKS Kit, Dental Kit, kursi gigi dan formulir pemantauan kantin sekolah. Jenis alat yang paling esensial adalah UKS Kit dan Dental Kit. Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview),

pemeriksaan dokumen Informan : Kepala puskesmas.

9. Cakupan penyelidikan dan Penanggulangan kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu cakupan desa/kelurahan KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi 100% <24 jam. Kelengkapan peralatan penunjang adalah Formulir KLB, alat untuk pembuatan peta wilayah KLB,komputer, alat presentasi, Juklak/Juknis KLB, formulir monitoring dan evaluasi, dan alat peraga pelatihan pencegahan dan pengendalian. Peralatan yang paling esensial adalah Formulir KLB, alat pembuatan peta wilayah KLB dan Juklak-Juknis KLB.


(69)

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen

Informan : Kepala puskesmas.

10.Cakupan desa siaga aktif, yaitu terlaksananya kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Kelangkapan peralatan yang dibutuhkan adalah alat peraga penyuluhan dan formulir pendataan desa siaga, yang paling esensial adalah alat peraga penyuluhan.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen

Informan : Kepala puskesmas. c. Dana

Dana adalah Dana kesehatan bersumber pemerintah (APBN, APBD) yang diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat dana di alokasikan kepada puskesmas untuk digunakan sesuai dengan POA bulanan yang telah ditetapkan. Alokasi dana digunakan oleh puskesmas dalam bentuk bantuan transport petugas dalam mendukung kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas guna pencapaian SPM

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dan telaah dokumen


(70)

d. Perencanaan Tingkat Puskesmas

Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah suatu kegiatan yang sistematis untuk menyusun kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas pada awal tahun untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kesehatan setempat. proses penyusunan rencana kegiatan puskesmas yang dilakukan Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab program untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh BOK dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap analisa situasi, tahap penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) dan tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan. (RPK).

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen

Informan : Kepala puskesmas. e. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah Pengaturan pelaksanaan BOK berupa Buku pedoman dan petunjuk teknis program BOK serta penanggung jawab terhadap pelaksanaan program BOK.

Cara memperoleh data : Wawancara mendalam (indepth interview), pemeriksaan dokumen


(1)

(2)

(3)

Lampiran 9. Cakupan Desa /kelurahan mengalami KLB yang dilakukan

penyelidikan epidemiologi <24 Jam


(4)

(5)

Lampiran 11

Perhitungan Kebutuhan Pegawai dengan Model DSP

No Nama

Puskesmas Jumlah Penduduk Out Put Puskesmas (O) Daya guna Staf / Hari =5 Jumlah Tenaga yg dibutuhkan (N) = O/300X5 Jumlah Tenaga yang Ada Ket

1

Batang beruh

23.600 41.300 5 28 21 Kurang

2

Hutarakyat

24.075 42.131 5 28 54 Lebih

3

Sitinjo

11.686 20.451 5 14 21 Lebih

4

Berampu

8.029 14.051 5 9 16 Lebih

5

Sigalingging

21093 36.931 5 25 13 Kurang

6

Sumbul

19.779 34.631 5 23 24 Lebih

7

Pegagan Julu II

17.558 30.727 5 20 26 Kurang

8

Silalahi

4.473 7.828 5 5 10 Lebih

9

Parongil

6.880 12.040 5 8 14 Lebih

10

Bakal gajah

9.932 17.381 5 12 22 Lebih

11

Kentara

13.574 23.755 5 16 18 Lebih

12

KM 11

17.989 31.481 5 21 16 Kurang

13

Bunturaja

17.673 30.728 5 21 19 Kurang

14

Sopobutar

10.429 18.251 5 12 13 Lebih

15

Tigalingga

21.456 37.548 5 25 32 Lebih

16

Gunung

Sitember

9.094 15.915 5 11 15 Lebih

17

Tigabaru

14.748 25.809 5 17 17 Cukup

18

Kutabuluh

20.265 35.464 5 24 28 Lebih

Sumber : Data Hasil olahan Peneliti

Langkah awal penyusunan DSP adalah menghitung produktivitas Puskesmas secara

kolektif dengan menggunakan rumus


(6)

Lampiran 12

Jenis Tenaga Model DSP Puskesmas Pedesaan

No Jenis Kegiatan Jenis Tenaga Jumlah Keterangan 1 Kepala Puskesmas Dokter/Sarjana Kesehatan

lain yang terdidik dalam public health

1

2 Kepala Tata Usaha SKM 1

Unit Tata Usaha ( Administrasi)

3 RR/Perencana/EV Perawat 1

4 Bendahara dan Urusan Umum

SMEA/SMA

1

5 Supir SLTP 1

6 Penjaga Puskesmas SD 1

7 Poliklinik Umum Dokter Umum

1 Bisa dirangkap Kapus

8 Poliklinik Umum Perawat 1

9 Poliklinik Umum Pekarya 1

10 Poliklinik Gigi Dokter Gigi 1

11 Poliklinik Gigi Perawat Gigi 1

12 Bagian Kartu Pekarya 1

13 KIA & KB Bidan 1

14 Kesehatan Gizi Keluarga Akademi Gizi 1

15 Puskesmas Bidan 1

16 Peran Serta Masyarakat Bidan 1

17 Kesling dan Penyuluhan Sanitarian 1

18 Laboratorium Analis Kimia 1

19 Apotik Ass.Apoteker 1

20 Surveilens Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Sanitarian Perawat

1 1

21 Imunisasi Perawat 1

22 UKGS/UKS Drg dan Perawat Gigi

-

Tugas Rangkap/Peraw

at Terlatih

23 JPKM Perawat/D3 Askes 1

24 Setiap Pustu Perawat 1

25 Setiap Bidan Desa Bidan 1

Jumlah 23*)