Evaluasi 1. Hasil yang Ingin Dicapai

Berdasarkan kerangka kerja teoritik, dapat diketahui bahwa konseli sebenarnya memelihara unfinised bussiness. Konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkap seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, dan sebagainya. Bilamana urusan yang tak selesai membentuk pusat keberadaan seseorang, maka semangat pemikiran orang itu menjadi terhambat, maka dapat diselesaikan dengan teknik tetap dengan perasaan. Unfinished bussiness adalah perasaan- perasaan yang tidak dapat diekspresikan pada masa lalu seperti kesakitan, kecemasan, perasaan bersalah, kemarahan, dan sebagainya. Hal ini karena perasaan tidak dapat di ekspresikan dan terus mengganggu kehidupan masa sekarang, dan membuat individu tidak dapat melakukan kontak dengan orang lain dengan autentik. Unfinished bussiness memiliki efek yang dapat mengganggu individu, seperti kecemasan yang berlebihan sehingga individu tidak dapat memperhatikan hal penting lain, tingkah laku yang tidak terkontrol, terlalu berhati-hati, dan menyakiti diri sendiri.

E. Prognosis

Sejalan dengan terapi Gestalt, masalah yang dihadapi konseli akan dapat diatasi melalui bantuan konselor dengan membentuk tujuan hidup yang diinginkan konseli.

F. Fokus Perhatian atau sasaran Konselor dalam Membantu Konseli

Disini konselor membantu untuk memandirikan konseli agar dapat menemukan solusi yang terbaik dalam memecahkan masalahnya.

G. Tujuan Konseling

Tujuan Utama: Membantu konseli berani menghadapi tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi. Konselor harus berubah dari ketergantungan terhadap lingkungan orang lain menjadi percaya diri, dapat berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kebermaknaan hidupnya. Tujuan Spesifik: 1. Membantu konseli agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas. 2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain yang mengatur diri sendiri. 4. Meningkatkan kesadaran individu agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah unfinised business yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik. H. Layanan Konseling 1. Pendekatan yang Digunakan Menggunakan pendekatan Gestalt. Gestalt adalah teori yang mengajarkan konselor dan konseli metode fenomonologi, yaitu bagaimana individu memahami, merasakan, dan bertindak serta membedakannya dengan interprestasi terhadap suatu kejadian dan pengalaman masa lalu. Teori ini juga dianggap teori yang hidup dan mempromosikan pengalaman langsung, bukan sekedar membicarakan permasalahan dalam konseling. Oleh karena itu, teori ini disebut juga experimental, dimana konseli merasakan apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan lakukan pada saat konseli berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu konselor memilih pendekatan Gestalt karena pendekatan ini mengutamakan masa sekarang, segala sesuatu tidak ada kecuali yang ada pada masa sekarang, karena masa lalu telah berlalu dan masa depan belum sampai, hanya masa sekarang yang penting.

2. Teknik yang Digunakan

Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan dan sebagainya. Bilamana urusan yang tak selesai membentuk pusat keberadaan seseorang, maka semangat pemikiran orang itu menjadi terhambat, maka dapat diselesaikan dengan teknik tetap dengan perasaan. Teknik ini dapat digunakan untuk konseli yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan dan ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong konseli untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Kebanyakan konseli ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menhgindari perasaan- perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong konseli untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong konseli untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu. Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya tersebut.

3. Langkah- langkah Konseling

a. Konselor mengawali dengan salam dan attending. b. Konselor menggunakan metode fenomonologi untuk meningkatkan kesadaran konseli, menciptakan hubungan dan menstimulasi konseli untuk mengembangkan dukungan pribadi. c. Proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik. Konseli mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business. Disini peran konselor secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian konseli mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosi-emosinya dalam rangka katarsis dan menawarkan konseli untuk meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribadi dan memahami unfinished business. d. Ditandai dengan aktivitas yang dilakukan konseli dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam. Konseli menghadapi kecemasan-kecemasannya sendiri, selain itu konseli menghadapi perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan yang hilang harapan untuk hidup yang lebih mapan. Konselor memberikan dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya. e. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri. f. Konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervisi konselor.

4. Pelaksanaan Konseling

Hari tanggal : Senin, 1 September 2014 Waktu : 11.45 – 12.15 Istirahat ke 2 Tempat : Ruang BK

I. Evaluasi

1. Hasil yang Ingin Dicapai

Es menginginkan kakak kelasnya atau DT Dewan Tonti biasa saja terhadap Es. Tidak menyindir secara terus menerus.

2. Hasil yang Telah Dicapai

Es mampu menghadapi tantangan dan kenyataan, serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

J. Rencana Tindak Lanjut

Melaksanakan konseling individu lanjutan apabila diperlukan. Yogyakarta, 2 September 2014 Mengetahui,