perasaan terancam yang kuat disertai dengan perasaan yang hilang harapan untuk hidup yang lebih mapan. Konselor memberikan
dukungan dan motivasi berusaha memberikan keyakinan ketika konseli cemas dan ragu-ragu menghadapi masalahnya.
e. Konseli telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya
sendiri. f. Konseli siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa
supervisi konselor.
4. Pelaksanaan Konseling
Hari tanggal : Senin, 1 September 2014
Waktu : 11.45
– 12.15 Istirahat ke 2 Tempat
: Ruang BK
I. Evaluasi
1. Hasil yang Ingin Dicapai
Es menginginkan kakak kelasnya atau DT Dewan Tonti biasa saja terhadap Es. Tidak menyindir secara terus menerus.
2. Hasil yang Telah Dicapai
Es mampu menghadapi tantangan dan kenyataan, serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri.
J. Rencana Tindak Lanjut
Melaksanakan konseling individu lanjutan apabila diperlukan.
Yogyakarta, 2 September 2014
Mengetahui,
LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL K.
Identitas Konseli
1. Nama : DV Disamarkan
2. Umur : 16 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki 4. Siswa Kelas
: X MIA 2 5. Pendidikan
: Pelajar
L. Deskripsi Masalah yang Dikeluhkan
Dv adalah salah satu pelajar SMA N 2 Bantul kelas X MIA 2. Dv berusia 16 tahun. Dv mengeluhkan tentang permasalahannya. Permasalahan yang
dialami konseli adalah bahwa konseli ingin pindah ke Bogor ikut dengan orang tuanya. Di Jogja konseli tinggal bersama neneknya. Dv tinggal bersama
neneknya sejak Dv SMP. Dv ingin pindah ke Bogor ikut orang tuanya, namun Dv tidak berani mengatakan kepada neneknya. Karena pada pengalaman
sebelumnya nenek Dv hampir tertipu. Ada orang yang mengatakan kepada nenek Dv, Dv mengalami kecelakaan. Mendengar berita tersebut nenek Dv
sampai pingsan. Semenjak saat itu, Dv tidak berani mengatakan kepada neneknya kalau Dv ingin pindah ke Bogor ikut orangtuanya. Dv takut kalau
sampai mengatakan hal tersebut neneknya akan jatuh sakit karena memikirkannya. Sampai sekarang Dv merasa kebingungan harus bagaimana
menyelesaikan permasalahannya tersebut.
M. Kerangka Kerja Teoritik
Konseli mempunyai permasalahan tentang kepercayaan dirinya. Konseli kurang percaya diri untuk mengatakan kepada neneknya bahwa konseli ingin
pindah ke Bogor ikut orangtuanya. Konseli cenderung pesimis dan takut jika neneknya tidak menyetujui keinginan konseli.
Dalam pendekatan
person centered
terjadi pengupayaan konselor untuk membina konseli secara integral dan mandiri sehingga konseli mampu
mengeksplorasi dirinya sendiri. Jadi, dalam masalah yang dialami oleh konseli selama proses konseling, konseli di dorong untuk mempu menganalisis
terhadap persepsi dirinya dan pengalaman riilnya. Konseli dibantu untuk mencermati
real-self
keadaan individu saat ini dan
ideal self
apa yang ingin dicapai
N. Diagnosis
Berdasarkan kerangka kerja teoritik, dapat diketahui konseli memiliki keperibadian kurang percaya diri untuk mengatakan keinginannya pindah ke
Bogor kepada neneknya. Kurang percaya diri ini membuat konseli takut dengan hasil yang akan di dapatkan jika konseli tetap memaksakan diri untuk
mengatakan kepada neneknya. Kurang percaya diri yang dialami konseli disebabkan oleh pikiran konseli yang merasa takut jika mengatakan hal