ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA BAWAHAN STUDI EMPIRIS PADA
PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA SEMARANG
Untung Widodo
9 7
oleh Darwin Cartwrigt Alvin Zander. Hasilnya studi ini memperkenalkan Managerial Grid Grafik manajerial. Grafik ini menjelaskan gaya kepemimpinan lewat perhatian
leader terhadap dua dimensi 1 perhatian terhadap produksi dan 2 perhatian terhadap orang.
c. Penelitian Rensis Likert. Likert meneliti perilaku leader dengan melihat dua dimensi, yaitu: 1 berorientasi pada bawahan dan 2 berorientasi pada tugas. Hasil penelitiannya
menghasilkan empat sistem manajemen: 1 ExplorativeAuthorotative, 2 Benevalent Authoritative, 3 Consultative 4 Partisipative.
Sistem manajemen Explorative authoritative: leader bersifat mengeksploitasi dan menguasai bawahan, dengan mengambil keputusan dan menentukan standar kerja secara
otoriter dan memberikan ancaman dan hukuman terhadap bawahan yang tidak sukses dalam tugas. Sistem ini menimbulkan suasana kerja saling curiga dan tidak mendorong
upaya pengembangan dan produktivitas.
Sistem manajemen benevolent authoritative: menurut sistem ini leader memberikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas bawahan dan bawahan
diberi keleluasaan untuk berpendapat, mengkritik, tetapi harus melaksanakan tugas dalam batasan dan prosedur yang ditentukan leader. Sistem ini terkesan agar longgar
dibandingkan sistem pertama dan dapat menciptakan suasana kerja yang cukup baik.
Sistem manajemen Consultative: leader memberikan kesempatan secara terbuka kepada bawahan untuk saling berdiskusi, bawahan diberikan kekuasaan mengambil
keputusan sampai batasbatas tertentu, shingga terjadi hubungan dua arah. Sistem ini menciptakan hubungan bawahan dan atasan yang baik dan mendorong produktivitas
secara lebih baik.
Sistem manajemen partisipative: leader dan bawahan secara bersamasama menentukan tujuan, leader memperhatikan masukanmasukan bawahan dalam
pengambilan keputusan. Sistem ini menciptakan hubungan kerja penuh persahabatan dan saling percaya. Sistem manajemen partisipative dinilai paling efektif untuk
mendorong perkembangan dan produktivitas.
1.2.3 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan suatu tinjauan yang penting bagi dunia usaha dan karyawan selaku individu. Dalam dunia usaha peranan kepuasan kerja akan mengarah pada bagaimana
perusahaan melihat dan menganalisa perilaku karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan serta faktorfaktor apakah yang pengaruhnya dominan terhadap tingkat kepuasan kerja yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Bagi individu, kepuasan kerja akan menjadi ukuran terpenuhi atau tidaknya kebutuhan para karyawan yang tidak hanya bersumber dari
lingkungan kerja maupun lingkungan keluarga dan masyarakat namun juga kebutuhan diri.
Beberapa definisi dari berbagai sumber yang menjelaskan pengertian kepuasan kerja adalah sebagai berikut: Menurut Wexley dan Yulk 1977 dikutip oleh As’ad 1998 yang disebut kepuasan
kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan seseorang memiliki arti yang berbeda bagi masingmasing individu. Rasa memiliki dan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan ditentukan oleh piskologis sseorang dalam memandang pekerjaan tersebut,
Fokus Ekonomi
Vol. 1 No. 2 Desember 2006 : 92 108
9 8
sedangkan menurut Tiffin 1958 yang dikutip oleh As’ad 1998 berpendapat bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja,
kerjasama antara atasan dengan sesama karyawan.
Dari batasanbatasan tersebut, kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu
yang dihadapi di lingkungan kerjanya Handoko,1996. Manfaat kepuasan kerja terkait dengan prestasi kerja yang dihasilkan para karyawan dan
pada akhirnya pada kinerja yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi prestasi yang dicapai karyawan, maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan menjadi milik perusahaan. Kepuasan kerja juga
mengarah pada pembentukan perilaku yang timbul dalam lingkungan perusahaan. Tindakan undisipliner berkurang sebagai akibat telah terpenuhinya kebutuhan dan adanya sikap loyal terhadap
perusahaan. Kepuasan kerja dapat merangsang semangat kerja dan loyalitas karyawan, sebaliknya tanpa ada kepuasan kerja maka karyawan akan cepat mengalami kebosanan, tidak bersemangat
dalam bekerja, dan pindah pekerjaan Robbins,1998.
Pendekatan studi kepuasan kerja merupakan bagian dari teori motivasi yanh menjelaskan dan menentukan faktorfaktor yang terdapat dalam diri individu yang menggerakkan, mengarahkan,
mendukung, dan menghentikan perilaku.
1.2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Bawahan