Fokus Ekonomi
Vol. 1 No. 2 Desember 2006 : 92 108
9 8
sedangkan menurut Tiffin 1958 yang dikutip oleh As’ad 1998 berpendapat bahwa kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja,
kerjasama antara atasan dengan sesama karyawan.
Dari batasanbatasan tersebut, kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu
yang dihadapi di lingkungan kerjanya Handoko,1996. Manfaat kepuasan kerja terkait dengan prestasi kerja yang dihasilkan para karyawan dan
pada akhirnya pada kinerja yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi prestasi yang dicapai karyawan, maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan menjadi milik perusahaan. Kepuasan kerja juga
mengarah pada pembentukan perilaku yang timbul dalam lingkungan perusahaan. Tindakan undisipliner berkurang sebagai akibat telah terpenuhinya kebutuhan dan adanya sikap loyal terhadap
perusahaan. Kepuasan kerja dapat merangsang semangat kerja dan loyalitas karyawan, sebaliknya tanpa ada kepuasan kerja maka karyawan akan cepat mengalami kebosanan, tidak bersemangat
dalam bekerja, dan pindah pekerjaan Robbins,1998.
Pendekatan studi kepuasan kerja merupakan bagian dari teori motivasi yanh menjelaskan dan menentukan faktorfaktor yang terdapat dalam diri individu yang menggerakkan, mengarahkan,
mendukung, dan menghentikan perilaku.
1.2.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja Bawahan
Organisasi akan selalu membutuhkan seorang pemimpin untuk keberhasikan organisasi. Pengaruh kepemimpinan akan sangat menentukan pekerjaan bawahan, dimana pekerjaan bawahan
tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya kepemimpinan dan partisipasi bawahan. Seorang pemimpin harus mempunyai kapasitas untuk menciptakan suatu visi yang dapat membawa orang
kesesuatu yang baru dan mampu menterjemahkan visi tersebut ke dalam kenyataan. Kepemimpinan harus memberikan pengarahan terhadap usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan organisasi.
Oleh karena itu kepemimpinan sangat diperlukan bila organisasi ingin sukses.
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh terhadap kinerja bawahan untuk memiliki kinerja melebihi apa yang seharusnya atau melebihi level minimun
organisasi. Gaya kepemimpinan yang efektif akan tercermin pada tinggi rendahnya kinerja bawahan bawahannya.
Hasil penelitian Suharto Cahyono 2005 dan Suranta 2003 menampakkan bahwa kepemimpinan memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja bawahan. Dan
dalam penelitian kali ini peneliti mencoba menghubungkan antara kepemimpinan dengan kinerja bawahan kembali dengan populasi yang berbeda yaitu Perguruan Tinggi Swasta.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1 : Gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
bawahan pada Perguruan Tinggi Swasta di Semarang.
ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA BAWAHAN STUDI EMPIRIS PADA
PERGURUAN TINGGI SWASTA DI KOTA SEMARANG
Untung Widodo
9 9 1.2.5 Pengaruh Kepuasan Kerja dengan Kinerja Bawahan
Kepuasan kerja telah diidentifikasi sebagai variabel yang paling banyak dipelajari dalam penelitian organisasi. Konsep tersebut telah menjadi sasaran pengamatan karena hipotesis hubungan
antara kepuasan kerja dan kinerja secara intuintif saling berkaitan dan merupakan hal yang dapat dimanipulasi untuk keuntungan organisasi maupun perseorangan.
Robbins 1996 menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya peduli terhadap tingkat kepuasan kerja dalam perusahaan mereka karena halhal berikut.
1 Ada bukti jelas bahwa karyawan atau bawahan yang tak terpuaskan akan lebih sering melewatkan kerja.
2 Karyawan terpuaskan mempunyai kesehatan yang lebih baik dan usia panjang. 3 Kepuasan pada pekerjaan akan dibawa ke kehidupan karyawan diluar pekerjaan.
Dampak kepuasan kerja terhadap kinerja dapat dinilai antara lain dari produktivitas yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi atau kinerja karyawan. Kepuasan kerja antara lain
mempunyai pengaruh peran untuk mencapai produktivitas dan kualitas standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemangkiran, membangun kekuatan yang lebih stabil serta penggunaan
SDM yang lebih efisien.
Selanjutnya Robbins juga menyatakan bahwa pekerja yang merasa puas dapat menyesuaikan dengan baik untuk bersedia bekerja guna memenuhi tujuan organisasi dan memberikan pelayanan
mereka sepenuh hati pada organisasi dan karenanya akan mendukung efektivitas organisasional dibandingkan pekerja yang tidak puas.
Sedangkan menurut Guritno Waridin 2005 kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja bawahan, artinya kinerja manajer akan meningkat ketika kepuasan kerja dari para manajer berada
pada posisi yang tinggi. Penelitian yang menjelaskan hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja adalah penelitian
Maryani Supomo 2001, dalam penelitiannya tentang pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja bawahan menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap
kinerja bawahan.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja bawahan
pada Perguruan Tinggi Swasta di Semarang. 1.3 Kerangka Pemikiran
Seperti telah diungkapkan di atas bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang
lain. Gaya kepemimpinan yang tepat akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berprestasi. Dengan tercapainya prestasi menunjukkan bahwa kinerja bawahan akan meningkat.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan kinerja bawahan pada dasarnya masih menjadi perdebatan para peneliti. Penelitian ini hanya akan memfokuskan pada hubungan antara kinerja
bawahan sebagai akibat dari kepuasan kerja. Dari beberapa peneliti terdahulu mengatakan bahwa kinerja bawahan dipengaruh oleh kepuasan kerja. Logikanya bahwa ketika seseorang puas pada
pekerjaannya maka mereka akan memiliki tingkat kinerja yang lebih tinggi dibanding mereka yang tidak puas terhadap organisasi.
Fokus Ekonomi
Vol. 1 No. 2 Desember 2006 : 92 108
100
Sehingga berdasarkan kerangka diatas dapat digambarkan hubungan antara gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan kinerja bawahan sebagai berikut:
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran
1.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.4.1 Kinerja bawahan