1 Rencana pengelolaan dan dokumen pendukung harus memberikan informasi tentang:

menunj ukkan nilai yang j elas di dalamnya. Masalahnya adalah sat u dari keseimbangan ant ara kinerj a, dokument asi dan sist em, dan dalam sist em penilaian Smart Wood, kinerj a lapangan dipert imbangkan sebagai yang t erpent ing. Smart Wood berharap bahwa rencana pengelolaan unt uk perusahaan yang lebih besar akan lebih det il dan sist emat is dibandingkan dengan yang skala kecil, karena kendala f inansial dan resiko relat if dari dampak negat if pada lingkungan hidup karena perbedaan skala perusahaan. Belakangan pemahaman t ent ang pent ingnya pert imbangan biologi pada level landscape semaking besar dan pent ingnya hal t ersebut menj adi t opik ut ama selama penilaian Smart Wood, khususnya unt uk perusahaan besar, swast a at aupun publik. Pert imbangan t ent ang pemilik lahan yang berada di sekit ar perusahaan j uga pent ing, apapun skala perusahaannya, t et api harapan dalam hal proses-proses konsult asi lokal, selama dan set elah proses perencanaan awal lebih t inggi unt uk perusahaan besar. Beberapa aspek int eraksi masyarakat t ent ang perencanaan pengelolaan dibahas dalam Bagian 6. 0. Dalam pemilihan sist em pengelolaan hut an, Smart Wood t idak mempromosikan pendekat an silvikult ur apapun, misal, kelas umur sama vs kelas umur t idak sama, pemilihan pohon t unggal vs pohon lindung dsb. Namun, pengelola hut an bersert if ikat diharapkan dapat menyeimbangkan t uj uan produksi dan lingkungan hidup, menimbang keunt ungan dan kerugian dari set iap pendekat an pengelolaan hut an, dan memilih t eknik yang menj aga at au memulihkan ekosist em sement ara pada saat yang sama memberikan respon pada kenyat aan sosial dan ekonomi. Set iap t eknik dapat digunakan dengan baik at au disalahgunakan. Akhirnya, dari perspekt if sert if ikasi dan pengelolaan hut an berkelanj ut an, pengalaman menunj ukkan bahwa sangat pent ing unt uk mempunyai sist em monit oring int ernal yang memberikan kont rol yang berkualit as unt uk pelaksanaan pengelolaan hut an, mengident if ikasi t ant angan operasional dan melaporkan keberhasilan at au kegagalan dari int ervensi pengelolaan unt uk menyelesaikan masalah. Bagian ini j uga berf okus pada klarif ikasi kont rol int ernal yang t elah dikembangkan dal am pelaksanaan pengelolaan hut an unt uk menj amin kualit as kont rol.

7. 1 Rencana pengelolaan dan dokumen pendukung harus memberikan informasi tentang:

a Tuj uan pengelolaan b Penj elasan t ent ang sumberdaya hut an yang akan dikelola, bat asan-bat asan lingkungan, st at us t at a guna lahan dan kepemilikan, kondisi sosial ekonomi dan prof il lahan- lahan di dekat nya. c Penj elasan t ent ang sist em silvikult ur at au pengelolaan berdasar pada ekologi hut an yang bersangkut an dan inf ormasi yang dikumpulkan melalui invent arisasi sumberdaya. d Dasar keput usan unt uk t ingkat t ebangan t ahunan dan pemilihan seleksi. e Persyarat an unt uk monit ori ng pert umbuhan dan dinamika hut an. f Perlindungan lingkungan hidup berdasar pada penilaian lingkungan hidup. g Rencana unt uk ident if ikasi dan perl indungan spesies langka, t erancam dan rawan. h Pet a yang menggambarkan dasar sumberdaya hut an yang meliput i kawasan lindung, akt if it as pengelolaan yang direncanakan dan kepemilikan lahan. i Penj elasan dan pembenaran t eknik penebangan dan perlengkapan yang akan digunakan. • Rencana pengelolaan at au lampiran meliput i penj elasan t ent ang komponen-komponen berikut ini: • Tuj uan pengelolaan, • Kepemilikan lahan dan st at us kepemilikan, • Penj elasan t ent ang sumberdaya hut an kayu dan non kayu, t ipe hut an, spesies t anaman dan sat wa yang meliput i kuant it as dan kuali t as, • Kondisi lingkungan umum dan t at a guna lahan saat ini, • Rekomendasi pengelolaan hut an dan dasar keput usan unt uk silvikult ur dan ekologi, • Tingkat dan kuant it as pemanenan produk hut an kayu at au non kayu, t ermasuk JTT, • Pet a yang menggambarkan kondisi hut an yang meliput i t ipe hut an, pet ak, j alan dan j alan sarad, penyimpanan log dan t empat pengolahan, kawasan lindung, zone riparian, sumberdaya biologi at au budaya yang unik dan rencana kegiat an pengelolaan lainnya. • Penj elasan dan alasan penerapan t eknik penebangan dan perlengkapan yang berbeda, • Pengolahan produk dan prosedur at au rencana pemasara, dan • Rencana unt uk monit oring dan pelaporan. • Rencana t ersebut bagus secara t eknis dan cukup mendet il melihat ukuran unit pengelolaan sert a kompleksit as dan int ensit as kegiat an hut annya. • Alasan dibalik met ode silvilkult ur yang di gunakan harus t erdokument asi dengan baik, berdasar dat a lapangan at au analisis ekologi hut an at au silvikult ur lokal dan perat uran pemerint ah. • Pet a yang digunakan harus berkualit as t inggi dan cukup sebagai pet unj uk unt uk kegiat an lapangan; • Rencana pengelolaan, at au rencana operasi at au penebangan t ahunan harus t ersedia unt uk st af dan digunakan di lapangan. • P1. 2 Perencanaan dan pelaksanaan klasif ikasi hut an didasarkan pada f ungsi dan t ipe hut an t ersebut • P1. 4 Sist em pengel olaan kebakaran hut an • P1. 5 Pemilihan dan pelaksanaan sist em silvikult ur disesuaikan dengan ekosist em hut an set empat • P1. 6 Terj aminnya keberadaan macam hasil hut an non kayu • P3. 3 Sist em inf ormasi manaj emen • P1. 2, P2. 1 – P2. 3, E. 1. 1, E1. 2 lihat di at as 7. 2 Rencana pengelolaan harus secara periodik direvisi untuk memasukkan hasil monitoring atau informasi ilmiah dan teknis yang baru dan j uga untuk memberikan respon pada berubahnya situasi lingkungan, sosial dan ekonomi. • Harus ada j adwal wakt u yang secara t eknis baik dan realist is di lihat dari segi f inansial unt uk revisi pengat uran rencana pengel olaan t ersebut . • Revisi at au pengat uran rencana pengelolaan dilakukan t epat wakt u dan konsist en. • Revisi rencana pengelolaan memasukkan berubahnya kondisi silvkult ur, lingkungan hidup, sosial dan ekonomi. • Tidak ada dalam Krit eria dan Indikat or LEI 7. 3 Pekerj a hutan harus menerima pelatihan dan supervisi yang cukup untuk menj amin pelaksanaan rencana pengelolaan dengan baik. • Bukt i dari pelat ihan f ormal at au inf ormal ada di lapangan. • Unt uk unit pengelolaan yang besar, harus ada rencana pelat ihan f ormal. • P3. 4 Ket ersediaan t enaga prof esional unt uk perencanaan, perlindungan, produksi, pembinaan hut an dan pengelolaan bisnis 7. 4 Dengan tetap menghormati kerahasiaan informasi, pengelola hutan harus menyediakan untuk publik ringkasan rencana pengelolaan hutan dengan informasi seperti yang digambarkan dalam Kriteria 7. 1 • Unit pengelolaan bersedia memberikan ringkasan publik t ent ang kegiat an pengelolaan hut an berdasar persyarat an Smart Wood at au FSC. • Tidak ada dalam Krit eria dan Indikat or LEI PRINCIPLE 8: MONITORING DAN EVALUASI Monit oring harus dilakukan – sesuai dengan skala dan int ensit as kegiat an pengelolaan hut an – unt uk menilai kondisi hut an, hasil dari produk hut an, lacak balak, kegiat an pengelolaan dan dampaknya t erhadap kondisi sosial dan lingkungan hidup. Bagian ini berf okus pada monit oring, kemudian lacak balak – yait u bagaimana perusahaan dapat menj aga aliran invent arisasi produk dan penangannya hingga para penj ualan at au pengangkut an produk ke pihak lain di luar hut an. Dalam pedoman umum ini, Smart Wood memberikan penj elasan cukup det il sehingga perusahaan mampu mendapat kan sert if ikat unt uk pengelolaan hut an dan lacak balak berdasar persyarat an Smar t Wood dan FSC. Pedoman ini cukup det il kecuali unt uk kondisi berikut ini: 1. Unit pengelolaan mempunyai pabrik di lapangan yang mengkombinasikan penggunaan bahan bersert if ikat dan non sert if ikat . 2. Unit pengelolaan mempunyai banyak t empat , divisi dan berj arak j auh secara geograf is, kapasit as produksi dan pengolahan. 3. Ada permasalahan at au resiko COC lacak balak unt uk mult iproduk yang sangat rumit yang kemudian memerlukan perlakuan yang in-dept h. Jika salah sat u kondisi t ersebut di at as t erj adi, Pedoman Lacak Balak yang lebih det il harus digunakan unt uk proses penilaian COC. Keput usan akan dibuat oleh pimpinan t im penilai, set elah ada input dari kant or pusat Smart Wood dan konsult asi dengan unit pengelolaan. Jika ada pert anyaan t ent ang masalah ini dapat menghubungi kant or pusat Smart Wood. 8. 1 Frekuensi dan intensitas monitoring harus ditentukan berdasar skala dan intensitas kegiatan pengelolaan hutan dan j uga kompleksitas relatif dan rawannya lingkungan yang terkena dampak. Prosedur monitoring harus konsisten dan dapat diulang untuk mendapatkan perbandingan hasil dan perubahan penilaian. • Laporan monit oring menunj ukkan bagaimana arahan pengelolaan harus dirubah berdasarkan pada inf ormasi baru t ent ang ekologi, silvikult ur at au pasar. • Laporan monit oring harus akurat dan menf asilit asi audit ing dan sert if ikasi oleh pihak ket iga secara ef isien dan ef ekt if . • Tidak ada dalam Krit eria dan Indikat or LEI 8. 2 Pengelolaan hutan harus meliputi penelitian dan pengumpulan data yang diperlukan untuk memonitor, paling tidak, beberapa indikator berikut ini: a Hasil produk hut an yang dipanen. b Tingkat pert umbuhan, regenerasi dan kondisi hut an. c Komposisi dan perubahan yang diamat i dalam f lora dan f auna. d Dampak sosial dan lingkungan hidup dari pemanenan dan kegiat an lain. e Biaya, produkt if it as, dan ef isiensi pengelolaan hut an. • Harus ada rencana dan rancangan unt uk monit oring dan pelaporan secara berkala. • Rencana monit oring secara t eknis harus bagud dan bisa mengident if ikasi perubahan yang diamat i dalam hal: • Silvikult ur t ingkat pert umbuhan, regenerasi dan kondisi hut an • Lingkungan hidup perubahan lingkungan hidup yang mempengaruhi sumberdaya f lora, f auna, t anah dan air; dan, • Aspek sosial ekonomi biaya pengelolaan hut an, hasil dari semua produk dan perubahan pada kondisi masyarakat dan hubungan dengan pekerj a. • P2. 2, P2. 4, P2. 5, P2. 9, P3. 3, E1. 4 – E1. 10, S4. 1 lihat di at as 8. 3 Dokumentasi harus diberikan oleh pengelola hutan untuk menfasilitasi organisasi monitoring dan sertifikasi untuk menelusuri setiap produk hutan dari asalnya, sebuah proses yang disebut sebagai “ lacak balak. • Dat a volume dan sumber unt uk muat an bahan baku log at au papan bersert if ikat t ersedia yang dit imbang, diinvent arisasi, dan di ukur dalam hut an, dalam pengangkut an dan t empat penimbunan kayu sement ara TPK, pengolahan dan pusat -pusat dist ribusi yang dikendalikan oleh unit pengelolaan. • Invoice, bills of lading, sert if ikat asal misal, Formulir A dari GATT dan dokument asi lain yang berlaku yang berhubungan dengan pengiriman at au pengangkut an hasil hut an disimpan dalam lokasi t ersendiri dan mudah t ersedia unt uk pemeriksaan. • Produk hut an bersert if ikat harus dibedakan secara j elas dari produk non bersert if ikat melalui t anda at au label, penyimpanan dokumen yang t erpisah, dan invoice sert a bills of lading yang t erpisah j uga. Penandaan at au indent if ikasi yang unik unt uk produk bersert if ikat harus ada di semua t ahap pengolahan dan dist ribusi hingga penj ualan at au pengangkut an baik ke luar hut an yait u, sampai di gerbang hut an at au hingga ke pihak ket iga. • P2. 6 Keabsahan sist em lacak balak dalam hut an

8. 4 Hasil monitoring harus dimasukkan dalam pelaksanaan dan revisi rencana pengelolaan.