Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

(1)

Chapman, Stephan J. 2005. Electric Machinery Fundamentals.Edisi ke-4. New York: McGraw-Hill

Harahap Rusli, “Mesin-mesin Listrik Mesin Arus Searah”, Balai Penerbit dan Humas ISTN, Jakarta, 1988.

Hardi Supri, “Seminar Sains dan Teknologi : Penambahan Induktor Secara Seri dengan Eksitasi Kapasitor pada Generator Induksi Sekaligus Meredam

Harmonisa”, Medan.

Hunt, Brian R, dkk. 2006. A Guide to MATLAB for Beginners and Experienced

Users. Edisi ke-2. New York: Cambrige University Press

Karim, Mohamed Zaid A, dan A.Hakim Saeed Noman. 2014. Wind-Driven SEIG

Systems: A Comparison Study. International Journal of Engineering (IJE)

Lister Eugene, “Mesin dan Rangkaian Listrik”, edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1984.

Ma, Dandan. 2012. Self-excited Induction Generator – A Study Based on Nonlinear Dynamic Methods. Newcastle University

Muhariadi M, “Analisis Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri tanpa Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan

dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi”, Repository USU, Medan, 2008.

Padiyar, K.R. 2007. FACTS Controllers in Power Transmission and Distribution. New Delhi: New Age International Publishers

Staff of Festo Didactic. 2012. Static Synchronous Compensator (STATCOM). Quebec: Festo Didactic Ltd

Zuhal. 1993. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(2)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan disetujui. Lama penelitian direcanakan selama 2 (dua) bulan.

3.2.Bahan & Peralatan

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah : 1. Motor Induksi tiga phasa

Tipe : rotor belitan Spesifikasi :

- AEG Typ C AM 112MU 4RI - Δ / Υ 220/ 380 V ; 10,7/ 6,2 A - 2,2 Kw, cos ϕ 0,67

- Kelas Isolasi : B 2. Mesin DC

Spesifikasi :

-G-GEN Typ G1 110/ 140 - 220 V

- 2 Kw

- 1500 rpm, 50 Hz - Kelas Isolasi B 3. Amperemeter

4. Voltmeter

5. Power Suplai ( AC dan DC ) 6. Tachometer


(3)

8. Kapasitor sebagai kompensasi 20 µF 9. Induktor sebagai kompensasi

3.3.Variabel yang diamati

Pada pengujian ini variable yang diamati adalah :

1. Arus,Tegangan dan Daya pada sumber dan beban pada saat motor induksi sebagai generator induksi.

2. Arus,Tegangan dan Daya pada sumber dan beban dengan menggunakan kapasitor kompensasi.

3. Arus, Tegangan dan Daya pada sumber dan beban dengan menggunakan penambahan induktor.

3.4.Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini, ada beberapa percobaan yang dilakukan, adapun prosedur pengambilan data dalam setiap percobaan adalah sebagai berikut :

3.4.1. Percobaan Untuk Mendapatkan Parameter – Parameter Motor Induksi Tiga Fasa

Untuk menjalankan Motor Induksi sebagai Generator Induksi, dibutuhkan beberapa parameter-parameter motor induksi untuk diketahui. Ada 3 percobaan yang dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter motor induksi, yaitu sebagai berikut :

1.1 Percobaan Beban Nol - Rangkaian percobaan


(4)

- Prosedur Percobaan

 Saklar 1 terbuka, pengatur tegangan pada posisi minimum

 Saklar 1 kemudian ditutup, PT AC1 dinaikkan perlahan – lahan sampai tegangan 380 Volt.

 Ketika tegangan 380 Volt, dicatat besar pembacaan alat ukur.  Percobaan selesai.

1.2 Percobaan Rotor Tertahan (Block Rotor) - Rangkaian Percobaan

Gambar 3.2 Percobaan rotor tertahan (Block Rotor) - Prosedur Percobaan

 Motor induksi dikopel dengan mesin DC

 Semua saklar dalam keadaan terbuka, pengatur tegangan dalam kondisi minimum.

 Saklar 1 ditutup, PT AC1 dinaikkan sehingga motor induksi mulai berputar perlahan.

 Saklar 3 kemudian ditutup, PT DC1 dinaikkan sampai penunjukan amperemeter A3 mencapai harga arus penguat nominal mesin arus searah.

 Saklar 2 kemudian ditutup, PT DC2 dinaikkan sehingga mesin arus searah memblok putaran motor induksi dan putaran berhenti.

 Penunjukan alat ukur A1, V1, dan W dicatat


(5)

1.3 Percobaan Pengukuran Tahanan Stator (test DC) - Rangkaian Percobaan

Gambar 3.3 Rangkaian percobaan tahanan stator (test DC) - Prosedur Percobaan

 Hubungan belitan stator dibuat hubungan Y, yang akan diukur adalah dua dari ketiga belitan stator, yaitu (U-V)

 Rangkaian belitan stator dihubungkan dengan suplai tegangan DC  PTDC dinaikkan sampai terukur pada amperemeter nilai arus

nominal mesin induksi.

 Ketika arus sudah menunjukkan pada besaran nominalnya, penunjukan alat ukur voltmeter dicatat.

 Lakukan prosedur 1 sampai 4 untuk mengukur belitan (V-W) dan (U-W).

 Lakukan percobaan sebanyak 3 kali.  Percobaan selesai.

3.4.2. Percobaan Motor Induksi Sebagai Generator

Setelah parameter motor induksi didapatkan, dilakukan percobaan motor induksi sebagai generator untuk mengetahui tegangan yang dihasilkan oleh motor induksi ketika digunakan sebagai generator induksi.


(6)

- Rangkaian percobaan

Gambar 3.4 Rangkaian percobaan motor induksi sebagai generator. - Prosedur percobaan

 Motor induksi dikopel dengan motor DC, kemudian rangkaian pengukuran disusun seperti gambar 3.4

 Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi minimum, sedangkan posisi beban maksimum.

 Switch S1 ditutup, pengatur PT AC1dinaikkan sampai dengan tegangan 380 Volt.

 Switch S2 ditutup, hingga kapasitor mencharge dengan sendirinya. Hal ini dibiarkan hingga beberapa menit.

 Switch S4 ditutup, pengatur PT DC1 dinaikkan hingga putaran motor DC sama dengan putaran sinkron motor induksi (nr = ns).

 Pengatur PT AC1 diturunkan dan Switch S1 dilepas, sehingga yang bekerja menyuplai daya reaktif ke motor induksi adalah kapasitor.

 Kecepatan putaran motor DC dinaikkan hingga melewati putaran sinkron motor induksi (nr > ns).

 Swich S3 ditutup.

 Catat penunjukan nilai pada alat ukur.  Percobaan selesai.


(7)

3.4.3. Percobaan Motor Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi

Motor induksi sebagai generator induksi tidak dapat diatur tegangan keluarannya sehingga tegangan yang dihasilkan tidak stabil. Salah satu cara megatasinya ialah dengan menambahkan kapasitor kompensasi sebagai penstabil tegangan ketika tegangan yang dihasilkan dibawah tegangan yang diinginka, kapasitor kompensasi membangkitkan daya reaktif untuk menstabilkan tegangannya. Kapasitor kompensasi ini dipasang pada jaringan menuju beban.

- Rangkaian percobaan.

Gambar 3.5 Rangkaian percobaan motor induksi sebagai generator induksi dengan penambahan kapasitor kompensasi.

- Prosedur percobaan

 Motor induksi dikopel dengan motor DC, kemudian rangkaian pengukuran disusun seperti gambar 3.5

 Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi minimum, sedangkan posisi beban maksimum.

 Switch S1 ditutup, pengatur PT AC1 dinaikkan sampai dengan tegangan 380 Volt.

 Switch S2 ditutup, hingga kapasitor mencharge dengan sendirinya. Hal ini dibiarkan hingga beberapa menit.

 Switch S4 ditutup, pengatur PT DC1 dinaikkan hingga putaran motor DC sama dengan putaran sinkron motor induksi (nr = ns).


(8)

 Pengatur PT AC1 diturunkan dan Switch S1 dilepas, sehingga yang bekerja menyuplai daya reaktif ke motor induksi adalah kapasitor.  Kecepatan putaran motor DC dinaikkan hingga melewati putaran

sinkron motor induksi (nr > ns).

 Swich S3 ditutup, pada jaringan menuju beban telah terpasang kapasitor kompensasi yang diserikan terhadap beban.

 Catat penunjukan nilai pada alat ukur.  Percobaan selesai.

3.4.4. Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Penambahan induktor.

Dengan menambahkan induktor yang diserikan dengan kapasitor kompensasi pada jaringan menuju beban dapat berfungsi sebagai filter. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menstabilkan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator induksi menuju beban. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan kapasitor kompensasi yang dibantu oleh induktor lebih baik atau cukup hanya dengan kapasitor kompensasi untuk menstabilkan tegangan keluaran yang dihasilkan oleh generator induksi.

- Rangkaian Percobaan

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor.

- Prosedur Percobaan

 Motor induksi dikopel dengan motor DC, kemudian rangkaian pengukuran disusun seperti gambar 3.6


(9)

 Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam posisi minimum, sedangkan posisi beban maksimum.

 Switch S1 ditutup, pengatur PT AC1 dinaikkan sampai dengan tegangan 380 Volt.

 Switch S2 ditutup, hingga kapasitor mencharge dengan sendirinya. Hal ini dibiarkan hingga beberapa menit.

 Switch S4 ditutup, pengatur PT DC1 dinaikkan hingga putaran motor DC sama dengan putaran sinkron motor induksi (nr = ns).

 Pengatur PT AC1 diturunkan dan Switch S1 dilepas, sehingga yang bekerja menyuplai daya reaktif ke motor induksi adalah kapasitor.

 Kecepatan putaran motor DC dinaikkan hingga melewati putaran sinkron motor induksi (nr > ns).

 Swich S3 ditutup, pada jaringan menuju beban telah terpasang kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor yang diserikan terhadap beban.

 Catat penunjukan nilai pada alat ukur.  Percobaan selesai.


(10)

3.5. Pelaksanaan Penelitian 3.5.1. Proses Pengumpulan Data.

Adapun proses pengumpulan data, ditunjukkan oleh diagram alur pada gambar 3.7

Gambar 3.7 Skematik diagram alur pengumpulan data.

3.5.2. Analisa Data Terhadap Data yang Telah Diperoleh

Data yang telah diperoleh dari hasil percobaan kemudian dianalisa untuk mengetahui regulasi tegangan yang lebih baik dari generator induksi apakah dengan menggunakan kapasitor kompensasi atau dengan penambahan induktor.


(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang telah banyak digunakan dalam pembangkitan listrik mikro hidro. Hal ini dikembangkan karena motor induksi sangat mudah dalam pengoperasiannya maupun dalam perawatannya, disamping itu motor induksi juga lebih murah dibandingkan generator DC dari segi ekonomisnya.

Namun, dalam pengoperasiannya tegangan keluaran motor induksi masih kurang stabil. Ada beberapa cara untuk memperbaiki tegangan keluaran motor induksi menjadi lebih stabil, salah satunya ialah dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penggabungan kapasitor dan induktor kompensasi sebagai filter tegangan keluarannya.

Dalam bab ini, akan dibahas tentang parameter-parameter mesin induksi untuk mengoperasikannya sebagai generator induksi, regulasi tegangan motor induksi sebagai generator induksi, regulasi tegangan generator induksi dengan menambahkan kapasitor kompensasi dan regulasi tegangan generator induksi dengan menambahkan kapasitor dan induktor kompensasi sebagai filter daya.

4.2. Data Percobaan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU, diperoleh data dari beberapa pengujian, yaitu sebagai berikut :

4.2.1. Percobaan untuk Mencari Parameter - Parameter Motor Induksi

Untuk mengetahui parameter motor induksi, ada 3 percobaan yang dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik FT USU, yaitu percobaan beban nol, percobaan rotor tertahan (block rotor) dan percobaan pengukuran tahanan stator (test DC).


(12)

1. Percobaan Beban Nol

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Beban Nol

V0 (Volt) P0 (Watt) I0 (Ampere)

380 200 2,45

2. Percobaan Rotor Tertahan (Block Rotor)

Tabel 4.2 Tabe Hasi Pengukuranl Percobaan Rotor Tertahan (Block Rotor)

VBR (Volt) IBR ( Ampere) PBR (Watt)

71 2.9 340

3. Percobaan Pengukuran Tahanan Stator (test DC)

Tabel 4.3 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Tahanan Stator (test DC)

Fasa V (Volt) I ( Ampere)

U-V

7,1 7,1 7,1

2,9 2,9 2,9

V-W

7,3 7,3 7,3

2,9 2,9 2,9

U-W

7,1 7,1 7,2

2,9 2,9 2,9

4.2.2. Percobaan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi

Percobaan ini dilakukan untuk mencari regulasi tegangan motor induksi sebagai generator induksi tanpa adanya alat untuk memperbaiki kestabilan tegangan keluaran. Tujuan percobaan ini ialah untuk membandingkan regulasi tegangan yang dihasilkan dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan


(13)

menggunakan penambahan induktor. Adapun hasil pengukuran yang didapat ialah:

Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi

Rpm VL(fasa-netral) Volt

IL(line-line) Ampere

VC(perfasa) Volt

IXC(perfasa) Ampere

Pout Watt

200 128,7 0,44 184 2,2 88,25

400 157 0,46 227 2,26 112,26

600 184,3 0,49 268 2,33 139,96

800 208,4 0,51 305 2,38 164,76

1000 231,8 0,54 347 2,43 197,4

1200 258,5 0,55 389 2,47 224,3

1400 284,5 0,57 430 2,50 255,95


(14)

4.2.3. Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kapasitor kompensasi terhadap regulasi tegangan generator induksi agar dapat dibandingkan dengan regulasi tegangan dengan menambahkan induktor. Adapun hasil pengukuran yang didapat ialah :

Tabel 4.5 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi.

Rpm VL(fasa-netral) Volt

IL(line-line) Ampere

VC(perfasa) Volt

IXC(perfasa) Ampere

Pout Watt

200 145 0.35 184 2.1 69,84

400 175 0,4 227 2,14 97,2

600 206 0,45 268 2,2 128,07

800 233 0,5 305 2.27 161,14

1000 261 0,54 347 2,33 197,01

1200 291 0,6 389 2,4 244,52

1400 312 0,66 430 2,46 296,46

1600 340 0.7 468 2.51 341,37

4.2.4. Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan dengan penambahan Induktor

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kapasitor kompensasi dengan menambahkan induktor terhadap regulasi tegangan generator induksi agar dapat dibandingkan dengan regulasi tegangan yang dipengaruhi oleh penambahan kapasitor kompensasi dan mengetahui adakah efek penambahan induktor dalam perbaikan regulasi tegangan atau cukup dengan kapasitor kompensasi saja. Adapun hasil pengukuran yang didapat ialah :


(15)

Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor

Rpm VL(fasa-netral) Volt

IL(line-line) Ampere

VC(perfasa) Volt

IXC(perfasa) Ampere

Pout Watt

200 152 0,37 184 2,15 73,98

400 185 0,44 227 2,21 107,2

600 216 0,5 268 2,25 142,57

800 243 0,56 305 2,28 180,64

1000 273 0,61 347 2,32 222,67

1200 303 0,67 389 2,36 273,05

1400 334 0,73 430 2,4 327,8

1600 360 0,78 468 2,43 380,2

4.3. Analisa dan Perhitungan Data

Untuk mengetahui besar nilai perbandingan regulasi tegangan generator induksi dengan mnggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor, maka pertama dilakukan perhitungan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium konversi energi listrik departemen teknik elektro, Fakultas Teknik USU. Adapun analisa data yang dihitung adalah sebagai berikut :

4.3.1. Menghitung kapasitor Eksitasi yang diperlukan Generator Induksi

Tipe : Rotor Belitan

- ∆EG Typ C AM 112 MU 4RI - ∆/Y 220/380 ; 10,7/6,2 A - 2,2 Kw , Cos θ = 0,67 - 1410 rpm, 50 Hz - Kelas Isolasi : B

Langkah awal yang harus dilakukan ialah mencari besarnya daya reaktif yang dibutuhkan oleh mesin induksi.


(16)

Cos θ = 0,67

= � � = , = , ��

θ = arc Cos θ = 480

Sin θ = 0,74

Q = S x Sin θ = 3283,6 x 0,74 = 2437,6 var

= = , = ,

Selanjutnya ialah mencari besarnya arus yang mengalir pada mesin induksi. Vphase = 220 V

Iphase = ℎ�

� ℎ� = ,

= , �

Besarnya kapasitansi kapasitor tiap fasa untuk kapasitor hubungan bintang menggunakan persamaan 2.8 ialah

Cs= �

� �= ,

. , × × = 53,6 µF

Dengan menggunakan persamaan 2.14, maka besarnya kapasitansi kapasitor eksitasi untuk hubungan delta ialah

�∆ = C = , = 17,87 µF

Maka, dengan menghitung kapasitansi minimum untuk jenis motor induksi yang digunakan, nilai kapasitor eksitasi yang diperlukan adalah 20 µF

4.3.2. Menghitung Nilai – Nilai Parameter Motor Induksi

4.3.2.1. Percobaan Beban Nol

Pada percobaan beban nol, tegangan drop di R1 dan X1 adalah sangat kecil terhadap Rm dan Xm, sehingga :


(17)

� = � √

Cos θo =

√ . × , = ,

θo = cos-1 (0,124) = 82,8750

RC = � /√

I × � =

/√

, × , = , Ω

Xm = � /√

I ×�� � = /√

, × , = , Ω

4.3.2.2. Percobaan Rotor Tertahan (Block Rotor)

Percobaan rotor tertahan (block rotor) dilakukan untuk mencari besar nilai dari X1, X2’, dan R2’. Berikut ini adalah gambar rangkaian ekivalen motor induksi dalam keadaan rotor tertahan.

Reki =

× I = × , = 13,5 Ω

Zeki = V

√ ×I = √ × , = , �

Xeki = √ ���� = √ , − , = 4,206 Ω

Reki = R1 + R2’

Kelas mesin induksi yang digunakan adalah kelas B, sehingga : X1 = 0,4.Xeki= 0,4.4,206= 1,68 Ω

X2’ = 0,6.Xeki= 0,6.4,206= 2,524 Ω

4.3.2.3. Percobaan Pengukuran Tahanan Stator (Test DC)

Percobaan pengukuran tahanan statir (test DC) dilakukan untuk mencari besar nilai RDC, R1, dan R2’.


(18)

Tabel 4.7 Tabel perhitungan rata-rata tahanan DC stator Fasa VDC (Volt) IDC (Ampere) RDC (Ω) ṜDC (Ω)

U-V 7,1 7,1 7,1 2,9 2,9 2,9 2,45 2,45 2,45 2,45 V-W 7,3 7,3 7,3 2,9 2,9 2,9 2,52 2,52 2,52 2,52 U-W 7,1 7,1 7,2 2,9 2,9 2,9 2,45 2,45 2,48 2,46

Karena stator terhubung Y, maka :

RU = (RUW + RUV – RVW) = (2,46 + 2,45 – 2,52) = 1,195 Ω RV = ( RUV + RVW – RUW) = (2,45 + 2,52 – 2,46) = 1,255 Ω RW = (RVW + RUW – RUV) = ( 2,52 + 2, 46 – 2,45) = 1,265 Ω

Ṝstator DC = R +R +R = , + , + , = , Ω R1 = Rstator AC = 1,2 × Ṝstator DC = 1,2 × 1,238 = 1,49 Ω Reki = R1 + R2’

Maka :

R2’ = Reki – R1 = 13,5 –1,49 = 12,01 Ω Impedansi mesin adalah


(19)

4.3.3. Analisa dan Perhitungan Regulasi Tegangan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi

Pada bab ini, dihitung regulasi tegangan ketika motor induksi sebagai generator induksi. Tujuannya adalah untuk membandingkan nilai regulasi tegangannya terhadap percobaan dengan menggunakan perbaikan tegangan generator baik dengan menggunakan kapasitor kompensasi maupun dengan penambahan induktor.

Regulasi Tegangan VR = E −V

V × %

Nilai regulasi tegangan kita hitung dari hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium. Perhitungan nilai regulasi tegangan motor induksi sebagai generator induksi adalah sebagai berikut :

1. Saat rpm 200

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,2 × √ = 3,81 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,44 + 3,81 = 4,25 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 115,79×√ = , � � Dengan besar V1 = 128,7 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %


(20)

2. Saat rpm 400

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,26 × √ = 3,91 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,46 + 3,91 = 4,37 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 140,9×√ = , � � Dengan besar V1 = 157 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 55,44% 3. Saat rpm 600

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,33 × √ = 4,04 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,49 + 4,04 = 4,53 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�


(21)

Dengan besar V1 = 184,3 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %

= 54,98 % 4. Saat rpm 800

IXC(line-line) = IXC(perfasa)×√ = 2,38 × √ = 4,12 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,51 + 4,12 = 4,63 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 186,51×√ = . � � Dengan besar V1 = 208,4 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %

= 55,01 % 5. Saat rpm 1000

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,43 × √ = 4,2 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,54 + 4,2 = 4,74 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a


(22)

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 211,03×√ = , � � Dengan besar V1 = 231,8 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %

= 57,68 % 6. Saat rpm 1200

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,47 × √ = 4,28 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,54 + 4,28 = 4,82 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 235,43×√ = , � � Dengan besar V1 = 258,5 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %

= 57,76 % 7. Saat rpm 1400

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,5 × √ = 4,33 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,57 + 4,33 = 4,9 A


(23)

Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 259,29×√ = , � � Dengan besar V1 = 284,5 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %

= 57,85 % 8. Saat rpm 1600

IXC(line-linne) = IXC(perfasa)×√ = 2,54 × √ = 4,4 A I1 = Il(line-line) + IXC(line-line) = 0,6 + 4,4 = 5 A Nilai Z1 mesin = 1,49 + j1,68 , sehingga E0 : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + × , = , � � /�

E0(line-line) = 281,45×√ = , � � Dengan besar V1 = 310,2 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − ,

, × 100 %


(24)

Maka, VR rata-rata untuk percobaan motor induksi sebagai generator induksi adalah : VR rata-rata = V +V +V +V +V +V +V +V

= , + , + , + , + , + , + , + , = 56,465 %

Gambar 4.1 Kurva tegangan vs kecepatan motor induksi sebagai generator induksi yang dihasilkan

4.3.4. Analisa dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi

Perbaikan tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi prinsip kerjanya adalah ketika tegangan keluaran generator dibawah nilai nominal tegangan yang diinginkan, kapasitor membangkitkan daya reaktif untuk menaikkan tegangan sehingga tegangan keluaran generator induksi mendekati tegangan nominal. 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Te g a n g a n (V o lt ) Kecepatan (rpm)

Kurva Kecepatan-Vs-Tegangan Motor Induksi

Sebagai Generator

Tegangan Keluaran Generator Induksi Tegangan ke Beban


(25)

Regulasi tegangan generator induksi dihitung dari hasil data percobaan yang telah dilakukan dari percobaan pada laboratorium. Tujuan menghitung regulasi tegangannya adalah untuk mengetahui besar regulasi tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan membandingkannya dengan regulasi tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi yang ditambahkan dengan induktor.

Adapun nilai regulasi tegangan yang dapat dihitung dari data hasil percobaan pada tabel 4.5 adalah sebagai berikut :

1. Saat rpm 200

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,1×√ = 3,64 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,35 + 3,64 = 3,99 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 115,2 × √ = 199,54 Volt Dengan besar V1 = 145 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 37,61 % 2. Saat rpm 400

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,14×√ = 3,71 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,4 + 3,71 = 4,11 A


(26)

E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 140,3 × √ = 243 Volt Dengan besar V1 = 175 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= − × 100 % = 38,86 % 3. Saat rpm 600

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,2×√ = 3,81 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,45 + 3,81 = 4,26 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 164,32 × √ = 284,6 Volt Dengan besar V1 = 206 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 38,16 % 4. Saat rpm 800


(27)

I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,5 + 3,93 = 4,43 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 186,06 × √ = 322,26 Volt Dengan besar V1 = 233 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 38,31 % 5. Saat rpm 1000

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,33×√ = 4,04 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,54 + 4,04 = 4,58 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 210,64 × √ = 364,83 Volt Dengan besar V1 = 261 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 39,78 %


(28)

6. Saat rpm 1200

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,4×√ = 4,16 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,6 + 4,16 = 4,76 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 235,29 × √ = 407,54 Volt Dengan besar V1 = 291 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 40,05 % 7. Saat rpm 1400

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,46×√ = 4,26 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,66 + 4,26 = 4,92 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�


(29)

Dengan besar V1 = 312 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 43,97 % 8. Saat rpm 1600

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,51×√ = 4,35 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,7 + 4,35 = 5,05 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 281,56 × √ = 487,68 Volt Dengan besar V1 = 340 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 43,44 %

Maka, VR rata-rata untuk percobaan motor induksi sebagai generator induksi adalah : VR rata-rata = V +V +V +V +V +V +V +V

= , + , + , + , + , + , + , + , = 40,02 %


(30)

Gambar 4.2 Kurva tegangan vs kecepatan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi

4.3.5. Analisa dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor dan Induktor Kompensasi

Perbaikan tegangan keluaran generator induksi dengan menggunakan Kapasitor kompensasi daninduktor prinsip kerja nya ialah sebagai filter. Ketika tegangan keluaran generator dibawah nilai nominal tegangan yang diinginkan, kapasitor membangkitkan daya reaktif untuk menaikkan tegangan sehingga tegangan keluaran generator induksi mendekati tegangan nominal. Ketika tegangan keluaran generator induksi diatas nilai nominal tegangan yang diinginkan, induktor akan menyerap daya reaktif generator induksi sehingga tegangan keluaran generator induksi mendekati tegangan nominal.

Regulasi tegangan generator induksi dihitung dari hasil data percobaan yang telah dilakukan dari percobaan pada laboratorium. Tujuan menghitung regulasi tegangannya adalah untuk mengetahui besar regulasi tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor untuk

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

T e g a n g a n (V o lt ) Kecepatan (rpm)

Kurva Kecepatan-Vs-Tegangan Generator

Induksi dengan Menggunakan Kapasitor

Kompensasi

Tegangan Keluaran Generator Induksi Tegangan Menuju Beban


(31)

dibandingkan dengan regulasi tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi.

Adapun nilai regulasi tegangan yang dapat dihitung dari data hasil percobaan pada tabel 4.6 adalah sebagai berikut :

1. Saat rpm 200

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,15×√ = 3,55 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,37 + 3,55 = 3,92 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 115,05 × √ = 199,28 Volt Dengan besar V1 = 152 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 31,1 % 2. Saat rpm 400

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,21×√ = 3,83 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,44 + 3,83 = 4,27 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =


(32)

E0(line-line) = 140,66 × √ = 243,63 Volt Dengan besar V1 = 185 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 31,69 % 3. Saat rpm 600

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,25×√ = 3,9 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,5 + 3,9 = 4,4 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 164,62 × √ = 285,14 Volt Dengan besar V1 = 216 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 32 % 4. saat rpm 800

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,28×√ = 3,95 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,56 + 3,95 = 4,51 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a


(33)

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 186,24 × √ = 322,57 Volt Dengan besar V1 = 243 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 32,75 % 5. saat rpm 1000

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,32×√ = 4,02 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,61 + 4,02 = 4,63 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 210,75 × √ = 365,04 Volt Dengan besar V1 = 273 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 33,71 % 6. saat rpm 1200

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,36×√ = 4,09 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,67 + 4,09 = 4,76 A


(34)

E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 235,29 × √ = 407,54 Volt Dengan besar V1 = 303 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 34,5 % 7. saat rpm 1400

IXC(line-line) = IXC(perfasa) × √ = 2,4×√ = 4,16 A I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,73 + 4,16 = 4,89 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 259,26 × √ = 449,05 Volt Dengan besar V1 = 334 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 34,44 % 8. saat rpm 1600


(35)

I1 = IL(line-line) + IXC(line-line) = 0,78 + 4,2 = 4,98 A

Nilai Z1 mesin adalah Z1 = 1,46 + j1,68 sehingga E0 adalah : E0 = V p a a

√ + I × √ , + ,

E0 =

√ + , × , = , � � /�

E0(line-line) = 281,4 × √ = 487,4 Volt Dengan besar V1 = 360 Volt, maka : VR = E −V

V × %

= , − × 100 % = 35,4 %

Maka, VR rata-rata untuk percobaan motor induksi sebagai generator induksi adalah : VR rata-rata = V +V +V +V +V +V +V +V

= , + , + + , + , + , + , + , = 33,21 %


(36)

Gambar 4.3 Kurva tegangan vs kecepatan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan penambahan induktor

Berdasarkan perhitungan analisa data yang diperoleh, maka rata-rata regulasi tegangan motor induksi sebagai generator induksi adalah 56,465 %, rata-rata regulasi tegangan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi adalah 40,02 % dan rata-rata regulasi tegangan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor adalah 33,21 %.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

T e g a n g a n (V o lt ) Kecepatan (rpm)

Kurva Kecepatan-Vs-Tegangan Generator

Induksi dengan Menggunakan Kapasitor

dan Induktor Kompensasi

Tegangan keluaran generator induksi Tegangan menuju beban


(37)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menghitung data, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dengan membandingkannya terhadap teori yang mendukung. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : 1. Agar motor induksi dapat bekerja sebagai generator induksi, maka diperlukan

daya mekanis untuk memutar rotornya searah medan putar melebihi kecepatan medan putar statornya.

2. Dari analisa data, diketahui bahwa regulasi tegangan generator induksi penguatan sendiri dapat diperbaiki dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan menambahkan induktor.

3. perbaikan regulasi tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi dengan penambahan induktor lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kapasitor kompensasi saja.

4. terbukti bahwa perbaikan regulasi tegangan dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor dapat membuat tegangan menuju beban lebih stabil.

5.2. Saran

Saran penulis untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut untuk kedepannya adalah sebagai berikut :

1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan menganalisis perbaikan regulasi tegangan dengan memparalelkan kapasitor kompensasi dengan induktor.

2. Dalam penelitian ini, generator induksi dianalisis dengan hubungan short shunt, dalam penelitian selanjutnya disarankan menggunakan hubungan long shunt.


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Mesin Induksi

Mesin induksi ialah mesin listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Mesin induksi bekerja berdasarkan perbedaan kecepatan putar antara stator dan rotor. Apabila kecepatan putar stator sama dengan kecepatan putar rotor ( = ), maka tidak ada tegangan yang terinduksi baik ke stator maupun ke rotor. Apabila kecepatan putar stator lebih besar daripada kecepatan rotor ( > ), maka tegangan akan terinduksi ke rotor sehingga mesin induksi beroperasi sebagai motor listrik. Apabila kecepatan putar rotor lebih besar daripada kecepatan putar rotor ( > ), maka tegangan akan terinduksi ke stator sehingga mesin induksi akan beroperasi sebagai generator listrik. Perbedaan kecepatan putar antara stator dan rotor dinamakan slip (S). Slip dinyatakan dengan:

S = ( - )/ (2.1)

2.1.1.Karakteristik Mesin Induksi

Mesin induksi memiliki karakteristik sebagai berikut


(39)

Dari Gambar 2.1 dapat dijelaskan karakteristik dari mesin induksi. Mesin induksi beroperasi sebagai motor atau generator dapat dilihat dari kecepatan rotornya terhadap kecepatan sinkronnya. Kecepatan sinkron ialah kecepatan medan putar yang terjadi pada statornya. Apabila kecepatan mesin induksi lebih kecil dari kecepatan sinkronnya maka mesin induksi akan beroperasi sebagai motor listrik. Pada keadaan ini maka mesin induksi akan mempunyai nilai torsi yang positif sebanding dengan kecepatan motor induksi. Motor induksi dapat berputar sampai kecepatan maksimum mendekati kecepatan sinkronnya dengan nilai torsi yang dihasilkan semakin besar pula. Namun apabila pada kecepatan maksimum mendapatkan bantuan putaran eksternal berupa prime mover sehingga kecepatannya melebihi kecepatan sinkronnya, pada saat itu generator induksi akan beroperasi sebagai generator. Semakin besar torsi yang yang diberikan semakin besar pula daya yang dihasilkan. Torsi maksimum yang dapat diberikan pada generator induksi dinamakan torka pushover. Apabila torsi yang diberikan lebih besar dari torka pushover maka generator induksi akan mengalami overspeed.

2.1.2.Konstruksi Mesin Induksi

Mesin induksi terdiri dari tiga bagian utama yaitu stator, rotor dan celah udara. Stator adalah bagian yang diam dan rotor adalah bagian yang bergerak dalam bentuk putaran.Celah udara berada diantara stator dan rotor yang merupakan tempat terjadinya proses induksi elektromagnetik.

(a) (b)


(40)

Konstruksi dari mesin induksi diperlihatkan secara jelas pada Gambar 2.2 baik itu dalam konstruksi sebenarnya maupun konstruksi sederhananya. Berikut adalah penjelasan dari bagian-bagian konstruksi yang terdapat pada mesin induksi.

 Stator

Gambar 2.3 Konstruksi stator mesin induksi

Stator adalah bagian terluar dari mesin yang merupakan gulungan kawat yang disusun sedemikian rupa dan ditempatkan pada alur-alur inti besi. Bagian stator dipisahkan dengan bagian rotor oleh celah udara yang sempit (air gap). Bagian stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat belitan dililitkan yang berbentuk silinder. Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas, tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi. Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Kawat belitan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapisi dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silinder.

Konstruksi stator terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1. Rumah stator (rangka stator)


(41)

3. Alur, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan stator).

4. Belitan (kumparan) stator.

Rangka stator mesin induksi ini didesain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:

1. Menutupi inti dan kumparannya.

2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka (cuaca luar).

3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator didesain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.

4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif.

 Rotor

Rotor adalah bagian dari mesin induksi yang bergerak dalam bentuk putaran. Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Mesin induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage). 2. Mesin induksi dengan rotor belitan (wound rotor).

(a) (b)


(42)

Rotor sangkar atau rotor kurungan (Squirrel Cage) adalah konstruksi dari inti berlapis dengan konduktor dipasang paralel dengan poros dan mengelilingi permukaan inti. Konduktornya tidak terisolasi dari inti karena arus motor secara alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil yaitu konduktor rotor. Pada setiap ujung rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkat dengan cincin ujung. Konduktor rotor dan cincin ujung serupa dengan sangkar tupai yang berputar sehingga dinamakan demikian.

Pada rotor ini terdapat juga alur-alur yang bentuknya lebih dalam daripada alur-alur pada rotor sangkar. Dalam alur-alur terdapat kawat yang dibelitkan pada sebuah rotor dengan hubungan bintang ataupun hubungan segitiga seperti belitan kawat pada stator. Dengan adanya hubungan ini, maka belitan-belitan pada rotor mempunyai tiga ujung. Ujung belitan rotor dihubungkan dengan suatu tahanan awal melalui tiga buah cincin geser yang ada pada poros. Kemudian melalui cincin geser ini ujung-ujung kumparan jangkar dihubungkan dengan tahanan luar atau dihubung singkat.

Konstruksi rotor mesin induksi terdiri atas beberapa bagian yaitu: 1. Inti rotor

2. Alur, Alur merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor. 3. Belitan rotor.

4. Poros atau as.  Celah udara

Diantara stator dan rotor terdapat ruang yang disebut celah udara. Pada celah udara ini tempat berlangsungnya proses pengkonversian energi dalam bentuk induksi elektromagnetis. Celah udara sangat mempengaruhi efesiensi dari mesin induksi. Apabila celah udara besar, maka efisiensinya akan berkurang karena proses induksi listrik membutuhkan energi yang besar. Apabila celah udara sangat kecil, maka akan mengganggu perputaran rotor secara mekanis. Untuk itu celah udara antara stator dan rotor harus diatur sedemikian rupa agar mesin induksi dapat bekerja secara optimum


(43)

 Terminal box

Terminal box ialah tempat dihubungkannya mesin induksi dengan power

suplay (kondisi sebagai motor) atau tempat dihubungkannya mesin induksi

dengan beban (kondisi sebagai generator).  Kipas rotor

Pada saat mesin induksi beroperasi, mesin induksi menghasilkan rugi-rugi yaitu energi yang terbuang dalam bentuk panas. Semakin lama mesin induksi bekerja maka panas yang dihasilkan juga semakin besar. Hal itu akan mengganggu kinerja dari mesin induksi dan dapat menimbulkan kerusakan pada mesin induksi. Untuk itu pada rotor terdapat kipas yang dipasang seporos dengan rotor. Jadi pada saat mesin induksi beroperasi dalam bentuk putaran maka kipaspun akan berputar sehingga kipas dapat mengurangi panas yang ditimbulkan dari mesin induksi.

2.2.Generator Induksi

Generator induksi adalah mesin induksi yang bekerja sebagai generator, dimana rotor yang digerakkan dalam bentuk putaran oleh penggerak mula berputar lebih cepat daripada kecepatan medan putar pada stator ( > ) untuk menghasilkan daya. Generator induksi digunakan untuk melayani beban listrik yang kecil, umumnya dioperasikan sebagai generator pada pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan yang dioperasikan pada daerah terpencil dimana kebutuhan listrk masih sedikit dan belum terdapat jaringan listrik. Hal itu dikarenakan generator induksi masih dapat bekerja sebagai generator untuk membangkitkan tegangan walaupun kecepatan penggerak mulanya tidak tetap dan masukan daya reaktif yang diperlukannya tidak tetap.

Generator induksi memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan generator yang lain, yaitu mudah ditemukan dipasaran, konstruksinya yang sederhana, biaya mesin yang murah, mudah dalam perawatan dan mudah dalam pengoprasian. Generator induksi juga memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah setiap perubahan pembebanan dan perubahan kecepatan putarnya akan berpengaruh terhadap keluaran generator induksi tersebut. Untuk mengatasi


(44)

permasalahan itu maka diperlukan adanya sebuah sistem kontrol yang bertujuan untuk mengatur tegangan dan frekuensi hasil keluaran dari generator induksi.

2.2.1.Jenis Generator Induksi

Generator induksi tidak dapat membangkitkan tegangan jika tidak mendapatkan suplai daya reaktif untuk eksitasinya. Eksitasi dibutuhkan untuk menghasilkan medan magnet pada kumparan rotor yang nantinya akan menginduksikan tegangan pada stator untuk menghasilkan energi listrik. Selain itu eksitasi juga dibutuhkan untuk mengkompensasi daya reaktif yang diperlukan generator untuk membangkitkan tegangan listrik. Generator induksi tidak dapat memproduksi daya reaktifnya sendiri, untuk itu generator induksi akan menyerap daya reaktif dari sistem jaringan listrik. Namun, mesin induksi biasanya dioperasikan di daerah terpencil dimana di daerah seperti itu tidak terdapat jaringan listrik. Oleh karena itu, generator induksi harus dapat memenuhi daya reaktifnya sendiri untuk keperluan eksitasinya.

Berdasarkan eksitasinya tersebut generator induksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:

Generator induksi masukan ganda (Double Fed Induction Generator (DFIG)) Eksitasi pada generator induksi masukan ganda didapatkan dari jaringan sistem yang telah terpasang. Generator jenis ini menyerap daya reaktif dari jaringan listrik untuk memenuhi medan magnet yang dibutuhkan untuk membangkitkan tegangan. Pada terminal generator ini dihubungkan dengan inverter yang untuk selanjutnya akan dihubungkan langsung pada kumparan rotor dari generator. Skema dari generator induksi masukan ganda ditunjukkan pada Gambar 2.5.


(45)

Gambar 2.5 Generator induksi masukan ganda

Pada Gambar 2.5 ini menunjukkan aplikasi penggunaan generator induksi masukan ganda yang diputar oleh penggerak mula berupa turbin angin. Pada generator jenis ini, digunakan inverter untuk proses eksitasi. Pada inverter inidigunakan dua konverter yaitukonverter AC-DC dan konverter DC-AC. Kedua konverter ini saling terhubung dan dihubungkan dengan sumber arus searah yang didapatkan dari kapasitor. konverter DC-AC (konverter pada sisi jaringan) dihubungkan pada terminal generator yang juga terhubung pada jaringan sistem. konverter ini bekerja pada frekuensi sistem yang berguna untuk menyerap daya reaktif yang dibutuhkan oleh generator. konverter AC-DC (Konverter pada sisi rotor) dihubungkan langsung pada kumparan rotor untuk prosses eksitasinya. Konverter ini berfungsi untuk menyalurkan daya reaktif pada frekuensi yang sesuai dengan frekuensi putaran dari rotor. Proses eksitasi seperti ini, daya reaktid yang dibutuhkan dapat diatur sesuai dengan daya yang akan dibangkitkan.

Keuntungan menggunakan generator jenis ini ialah tegangan dan frekuensinya akan tetap besarnya walaupun kecepatan putar penggerak mulanya berubah-ubah. Namun pada generator jenis ini hanya dapat digunakan pada mesin induksi dengan rotor belitan karena eksitasinya dihubungkan langsung pada kumparan rotornya. Hal itu sangat mustahil bila menggunakan mesin induksi dengan rotor sangkar tupai. Sehingga mesin induksi jenis yang lain tidak dapat digunakan untuk generator induksi jenis ini. Generator jenis ini juga harus terhubung dengan sistem dan membutuhkan inverter untuk dapat memenuhi kebutuhan eksitasinya.


(46)

Generator induksi berpenguatan sendiri (Self Excitation Induction Generator (SEIG))

Pada generator induksi berpenguatan sendiri, proses eksitasinya didapatkan dari kapasitor bank yang dihubungkan paralel pada terminal keluarannnya. Skema dari generator induksi berpenguatan sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Generator induksi berpenguatan sendiri

Dari gambar 2.6 diperlihatkan bahwa kapasitor tiga fasa yang terhubung delta dihubungkan pada terminal keluaran dari generator induksi. Kapasitor ini akan menyalurkan daya reaktif pada generator untuk proses eksitasi. Proses eksitasi yang terhubung pada terminalnya, mesin induksi rotor sangkar dan mesin induksi rotor belitan dapat digunakan untuk generator induksi berpenguatan sendiri. Generator induksi jenis ini dapat beroperasi sendiri tanpa jaringan listrik dan dapat juga beroperasi bersama sistem jaringan listri. Hal ini membuat generator jenis ini lebih fleksibel untuk digunakan. Keuntungan lain dari generator ini ialah harga yang murah, perawatannya yang mudah, desainnya yang sederhana dan proses instalasinya yang tidak rumit.

Namun generator jenis ini memiliki kekurangan berupa tegangan keluaran yang tidak stabil pada putaran yang titak tetap dan pada beban yang berubah-ubah khususnya pada beban induktif. Untuk itu diperlukan adanya pengaturan tegangan untuk menjaga stabilitas dari tegangan keluaran dari generator jenis ini.


(47)

2.2.2.Rangkaian Ekivalen

Rangkaian ekivalen dari generator induksi dipandang dari sisi statornya ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen generator induksi

Dimana:

= Resistansi stator

� = Reaktansi stator = Resistansi rotor

� = Resistansi rotor

� = Reaktansi magnetisasi = Resistansi magnetisasi = Slip

2.2.3.Kelebihan dan Kekurangan Generator Induksi

Kelebihan dari generator induksi ialah sebagai berikut: a. Ketersediaan

Motor induksi dapat ditemukan dengan mudah di pasaran dibandingkan dengan generator sinkron. Motor induksi inilah digunakan sebagai generator induksi


(48)

dan dalam beberapa kasus, mesin induksi bekas dapat digunakan kembali untuk mengurangi biaya.

b. Harga

Generator induksi yang dilengkapi dengan kapasitor eksitasinya jauh lebih murah dibandingkan dengan generator sinkron. Khususnya untuk rating daya yang kecil. Contohnya 10 kW generator induksi, harganya hanya setengah dari generator sinkron

c. Ketahanan

Mesin induksi sangat kuat dan konstruksinya yang simpel. Tidak memerlukan dioda atau slip ring pada rotornya. Kokoh sehingga dapat menahan peristiwa

overspeed. Mesin induksi sendiri dapat beroperasi secara kontinu untuk

keadaan sesulit apapun.

Kekurangan dari generator induksi ialah sebagai berikut: a. Rating tegangan

Mesin induksi tidak selalu tersedia dengan tegangan yang diinginkan untuk digunakan sebagai generator. Modifikasi pada koneksi belitannya atau menggulung ulang belitannya diperlukan

b. Diperlukan perhitungan

Generator dapat langsung digunakan, sementara generator induksi memerlukan kapasitor eksitasi agar dapat beroperasi dan hal itu membutuhkan perhitungan terlebih dahulu untuk dapat menemukan nilai kapasitansi kapasitor eksitasi yang tepat

c. Start motor

Motor lebih mudah distart dengan menggunakan generator sinkron dibandingkan dengan generator induksi.

2.3.Generator Induksi Berpenguatan Sendiri

Pada generator induksi berpenguatan sendiri, proses eksitasinya didapatkan dari kapasitor bank yang dihubungkan paralel pada terminal


(49)

keluarannnya. Skema dari generator induksi berpenguatan sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.6 sebelumnya

Dari gambar 2.6 tersebut diperlihatkan bahwa kapasitor tiga fasa yang terhubung delta dihubungkan pada terminal keluaran dari generator induksi. Kapasitor ini akan menyalurkan daya reaktif pada generator untuk proses eksitasi. Proses eksitasi yang terhubung pada terminalnya, mesin induksi rotor sangkar dan mesin induksi rotor belitan dapat digunakan untuk generator induksi berpenguatan sendiri. Generator induksi jenis ini dapat beroperasi sendiri tanpa jaringan listrik dan dapat juga beroperasi bersama sistem jaringan listrik. Hal ini membuat generator jenis ini lebih fleksibel untuk digunakan. Keuntungan lain dari generator ini ialah harga yang murah, perawatannya yang mudah, desainnya yang sederhana dan proses instalasinya yang tidak rumit.

Namun generator jenis ini memiliki kekurangan berupa tegangan keluaran yang tidak stabil pada putaran yang titak tetap dan pada beban yang berubah-ubah khususnya pada beban induktif. Untuk itu diperlukan adanya pengaturan tegangan untuk menjaga stabilitas dari tegangan keluaran dari generator jenis ini.

Generator induksi berpenguatan sendiri menggunakan kapasitor bank sebagai penyuplai daya reaktif yang dibutuhkan generator untuk membangkitkan tegangan. Generator induksi berpenguatan sendiri mempunyai cara kerja yang hampir sama seperti cara kerja mesin induksi yang beroperasi pada daerah saturasi hanya saja terdapat kapasitor pada terminal.

2.3.1.Rangkaian Ekivalen

Rangkaian ekivalen generator induksi berpenguatan sendiri hampir sama dengan rangkaian ekivalen generator tanpa penguatan, hanya saja ada penambahan kapasitor pada sisi statornya. Rangkaian ekivalen generator induksi berpenguatan sendiri ditunjukkan pada Gambar 2.9.


(50)

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen generator induksi berpenguatan sendiri

Dimana:

= Resistansi stator

� = Reaktansi stator = Resistansi rotor

� = Resistansi rotor

� = Reaktansi magnetisasi = Resistansi magnetisasi

� = Reaktansi kapasitor eksitasi = Slip

2.3.2.Prinsip Kerja

Prinsip kerja generator induksi berpenguatan sendiri dapat dijelaskan dengan melihat Gambar 2.8. Seperti yang terlihat pada gambar tersebut, generator induksi menggunakan kapasitor bank menyuplai daya reaktif yang dibutuhkan generator.

Kapasitansi dari kapasitor harus sesuai dengan daya reaktif yang dibutuhkan. Besarnya daya reaktif yang dibutuhkan generator dapat ditinjau dari


(51)

besar arus magnetisasi (� ) untuk proses eksitasi. Arus magnetisasi (� ) yang dibutuhkan dapat dicari dengan mengoperasi mesin induksi sebagai motor induksi pada keadaan tanpa beban dan mengukur tegangan statornya sebagai fungsi tegangan terminal generator. Penentuan nilai kapasitansi minimum yang dibutuhkan generator akan dijelaskan pada bab berikutnya. Kurva magnetisasi mesin induksi ditunjukkan pada gambar 2.9. Kurva magnetisasinya ini merupakan plot tegangan terminal generator induksi sebagai fungsi arus magnetisasi. Untuk mencapai level tegangan yang diinginkan, maka kapasitor sebagai penyuplai daya reaktifnya harus dapat menyuplai arus magnetisasi yang dibutuhkan pada level tegangan tersebut.

Gambar 2.9 Kurva tegangan terminal generator induksi berpenguatan sendiri

Arus reaktif yang dihasilkan oleh sebuah kapasitor berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan padanya, Untuk itu semua kemungkinan kombinasi tegangan dan arus yang melalui kapasitor berupa garis lurus. Seperti pada Gambar 2.9. Semakin besar kapasitansinya, maka semakin besar pula arus kapasitifnya (�) pada tegangan yang sama. Arus ini mendahului tegangan fasa (leading) sebesar 90°.

Jika sekelompok kapasitor tiga fasa dihubungkan kepada terminal generator induksi, tegangan tanpa beban generator induksi adalah perpotongan kurva magnetisasi generator dengan garis beban kapasitor. Jadi, tegangan keluaran


(52)

dari generator induksi dengan penguatan sendiri berupa kapasitor bank tiga fasa untuk tiga kelompok kapasitor dengan besar yang berbeda-beda diperlihatkan pada Gambar 2.9. Tegangan terminal tanpa beban generator induksi berpenguatan sendiri dapat diperoleh dengan memplot bersama-sama kurva magnetisasi sebagai fungsi tegangan terminal generator dan kurva tegangan-arus kapasitor. Perpotongan kedua kurva adalah titik dimana daya reaktif yang dibutuhkan oleh genarator induksi. Dan titik ini juga merupakan besar tegangan yang dibangkitkan oleh generator dalam keadaan tanpa beban.

Ketika generator induksi pertama kali diputar, magnet sisa pada kumparan medan yang ada pada rotor akan menghasilkan tegangan yang kecil. Timbulnya tegangan ini memicu kapasitor untuk mengalirkan arus reaktif kapasitif sehingga tegangan terminal menjadi naik. Tegangan yang makin besar memicu kembali kapasitor mengalirkan arus kapasitif yang semakin besar pula. Begitu seterusnya sampai tegangan generator induksi terbangkit sepenuhnya.

Namun proses itu dapat terjadi jika pada kumparan medan generator induksi terdapat magnet sisa. Jika tidak terdapat magnet sisa maka generator induksi harus dioperasikan sebagai motor terlebih dahulu. Ketika mesin induksi dioperasikan sebagai motor, maka mesin induksi akan menginduksikan gaya gerak listrik pada rotor. Gaya gerak listrik yang terinduksi pada rotor akan mengalirkan arus pada kumparan medan sehingga terbentuk medan magnet dan akhirnya motor berputar. Prinsip kerja motor induksi tidak dijelaskan secara detail disini.

Ketika motor telah beroperasi, maka kecepatan putar rotor akan lebih kecil dari kecepatan sinkronnya. Pada saat kecepatan motor sudah tinggi maka penggerak mula dinyalakan. Ketika penggerak mula dinyalakan, kecepatan penggerak mula harus lebuh besar dari kecepatan sinkronnya. Pada saat itu pula suplai daya yang diberikan untuk mengoperasikan motor dimatikan, dan pada terminal langsung dihubungkan pada beban. Putaran penggerak mula harus searah dengan arah putaran motor induksi. Ketika suplai daya dimatikan, maka kapasitor akan bekerja untuk menyalurkan daya reaktif dan menjaga kecepatan sinkronnya.


(53)

Suplai daya reaktif yang disalurkan harus tepat untuk dapat membangkitkan tegangan yang ditentukan.

2.4.Kapasitor Eksitasi

Dalam proses eksitasinya generator induksi membutuhkan daya reaktif untuk membangkitkan tegangannya. Jika generator induksi terhubung dengan sistem tenaga listrik maka daya reaktif yang dibutuhkan akan disuplai langsung oleh sistem. Tetapi jika generator induksi tidak terhubung dengan sistem atau bekerja sendiri maka generator induksi membutuhkan sumber daya reaktif untuk menyuplai kebutuhan daya reaktifnya. Untuk itu dipasang kapasitor sebagai penyuplai daya reaktifnya yang dipasang pada terminal generator.

2.4.1.Penggunaan Kapasitor Eksitasi

Kapasitor eksitasi dipasang untuk dapat menyuplai daya reaktif yang diperlukan generator induksi. Kapasitor ini dipasang paralel pada terminal keluaran generator induksi. Eksitasi dibutuhkan untuk dapat membangkitkan tegangan listrik. Dengan adanya eksitasi yang mencukupi, juga akan menambah efesiensi dan faktor daya, regulasi tegangan yang kecil dan akan meningkatkan perfomansi dari generator induksi.

2.4.2.Kapasitansi Minimum

Besarnya kapasitansi dari kapasitor eksitasi sangat berpengaruh pada proses pembangkitan tegangan pada generator induksi. Untuk dapat membangkitkan tegangan, nilai dari kapasitor harus lebih besar dari nilai kapasitansi minumum dari generator induksi untuk proses eksitasinya. Apabila kapasior yang dipasang lebih kecil dari kapasitansi minimumnya maka tegangan tidak dapat dibangkitkan.

Cara menentukan kapasitansi minimum dari generator induksi ialah dengan menggunakan karakteristik magnetisasi dari mesin induksi saat beroperasi sebagai motor induksi. Karakteristik magnetisasi ini didapat dengan mengoperasikan motor induksi pada kondisi beban nol. Pada kondisi beban nol, arus yang mengalir pada kapasitor (�) akan sama dengan arus magnetisasi (� ).


(54)

Tegangan (V) yang dihasilkan akan meningkat secara linier hingga titik saturasi dari magnet inti tercapai. Sehingga dalam kondisi stabil

� = � (2.1)

�� =

�� (2.2)

� = � (2.3)

Dalam kondisi beban nol motor induksi, dapat dihitung besar nilai reaktansi magnetisasi (� ) dengan memberikan catu daya pada (V) kemudian mengukur besar arus magnetisasinya

� = �

�� (2.4)

� = � =

� (2.5)

Subtitusikan persamaan 2.4 ke dalam persamaan 2.5.

�� =

� = �

I = ���V C = �

� � (2.6)

Persamaan 2.6 ialah nilai masing-masing kapasitansi apabila kapasitor eksitasi dihubungkan secara bintang atau star.

�� = � �� (2.7)

Pada sistem tiga fasa, kapasitor eksitasi dapat dihubungkan secara bintang atau secara delta. Hubungan bintang tidak dianjurkan untuk dihubungkan dengan generator karena hubungan bintang memiliki titik netral yang akan meningkatkan rugi-rugi.


(55)

Gambar 2.10 Hubungan bintang dan delta kapasitor eksitasi

Hubungan antara hubungan bintang dan delta adalah sebagai berikut:

= √ � (2.8)

= � /√ (2.9)

= � ∆

= � /√√ �

=

= 3� (2.10)

Besarnya kapasitansi dapat dirumuskan sebagai berikut C =

�� (2.11)

� =

� (2.12)

Subtitusikan persamaan 2.12 pada persamaan 2.10

=3�

∆� = 3 ( �


(56)

Dari persamanaan diatas kita dapat menentukan nilai kapasitansi minimum dari generator induksi. Namun perlu diperhatikan ialah pada saat kondisi beban nol arus magnetisasi (� ) yang terukur masih dipengaruhi oleh reaktansi magnetisasi stator (� ) dan tahanan kumparan stator. Untuk itu diperlukan percobaan lain untuk mendapatkan nilai reaktansi magnetisasi (� ) yang lebih presisi. Percobaan yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan percobaan hubung singkat dan percobaan arus searah.

2.5.Metode Pengaturan Tegangan

Generator induksi berpenguatan sendiri memiliki kelemahan berupa tegangan keluarannya yang tidak stabil. Pada generator induksi berpenguatan sendiri tegangan keluarannya dipengaruhi oleh kecepatan penggerak mula memutar generator, beban dan kapasitansi dari kapasitor yang dipasang pada terminalnya. Pada kondisi generator induksi beroperasi pada kecepatan putar dari penggerak mula yang tidak tetap, menyebabkan tegangan keluaran yang dibangkitkan juga tidak tetap. Begitu juga dengan perubahan beban yang bervariasi menyebabkan naik turunnya tegangan, apalagi jika dihubungkan dengan beban induktif, akan mengalami penurunan tegangan yang drastis. Hal itu akan mengurangi kualitas daya yang dihasilkan generator induksi. Untuk itu generator induksi harus dibantu dengan pengaturan daya reaktif untuk mengatur tegangan keluarannya.

Penggunaan kapasitor bank saja tidak cukup untuk dapat mengatur tegangan keluarannya. Karena besar kapasitansi yang tetap maka penyaluran daya reaktif dari kapasitor bank juga tetap. Kapasitansi dari kapasitor bank hanya menyalurkan daya reaktif untuk dapat membangkitkan tegangan generator pada saat keadaan tanpa beban. Apabila terjadi perubahan kecepatan putar atau perubahan beban, maka tegangan keluarannya juga ikut berubah.

Ada banyak cara untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada kapasitor bank. Salah satu caranya ialah dengan menambahkan kapasitor kompensasi pada bagian saluran distribusi menuju beban atau dengan cara menambahkan induktor kompensasi yang diserikan terhadap kapasitor


(57)

kompensasi tersebut sehingga bekerja sebagai filter tegangan menuju ke beban agar tegangan yang dihasilkan lebih stabil.

2.5.1. Kapasitor Kompensasi

Kapasitor merupakan suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Pada umumnya beban pada jaringan listrik adalah beban induktif. Contoh beberapa beban induktif yang ada di sebuah jaringan listrik, seperti heater, neon, motor listrik, dan lain lain. Sehingga beban listrik kebanyakan adalah beban inductive.Untuk menghilangkan/ mengurangi komponen daya inductive ini diperlukan kompensator yaitu capacitor/ capacitor bank. Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang bersifat kapasitif sebagai penyeimbang sifat induktif.

Gambar 2.11 Konstruksi kapasitor

Dasar perhitungan besarnya nilai kapasitor kompensasi ditentukan berdasarkan data name plate motor induksi tiga fasa, yaitu daya, tegangan, arus, factor daya, dan besar putaran (Wasimudin Surya S).

= √ × � × � × � � (2.14)

= √ × � × � (2.15)

= √ − (2.16)

Daya reaktif untuk perhitungan per phasa = Qc/3


(58)

� = .�. .�� (2.18)

Dimana :

Xc = Reaktansi yang diperlukan C = Kapasitor yang diperlukan F = Frekuensi yang dibutuhkan

2.5.2. Induktor Kompensasi

Sebuah induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif (kebanyakan berbentuk torus) yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat di dalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik.Sebuah induktor ideal memiliki induktansi, tetapi tanpa resistansi atau kapasitansi, dan tidak memboroskan daya. Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. Pada suatu frekuensi, induktor dapat menjadi sirkuit resonansi karena kapasitas parasitnya. Selain memboroskan daya pada resistansi kawat, induktor berinti magnet juga memboroskan daya di dalam inti karena efek histeresis, dan pada arus tinggi mungkin mengalami nonlinearitas karena penjenuhan.

Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :

 Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya  Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula


(59)

 Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun Ferit.

 Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi induktansinya.

Jenis-jenis Induktor (Coil)

Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :

 Air Core Inductor – Menggunakan Udara sebagai Intinya  Iron Core Inductor – Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya  Ferrite Core Inductor – Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya

 Torroidal Core Inductor – Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk Donat)

 Laminated Core Induction – Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan logam diberikan Isolator.

 Variable Inductor – Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.

Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya

Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC), meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan tegangan.

Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :  Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi

 Transformator (Transformer)  Motor Listrik


(60)

 Relay  Speaker  Microphone

Gambar 2.12 Symbol induktor

Reaktansi filter L yang kita pilih adalah nilai yang tertinggi dari pengukuran nilai harmonisa. Besar nilai reaktansi induktif filter yaitu :

�� = ��. (2.19)

Besar nilia L yaitu :


(61)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Generator induksi merupakan motor induksi yang dioperasikan sebagai generator induksi.Namun karena generator induksi tidak mampu mengendalikan tegangan dan frekuensi pada kondisi berbeban dan kecepatan putaran yang berubah, maka generator sinkron yang digunakan pada unit-unit pembangkit listrik.Keuntungan dari mesin induksi ini adalah harganya lebih murah konstruksinya yang kokoh, biaya pemeliharan yang rendah dan tidak membutuhkan penguatan. Hal ini menjadi pertimbangan sehingga mulai dikembangkan generator induksi penguatan sendiri sebagai pembangkit tenaga listrik. Sekarang ini, generator induksi banyak digunakan sebagai pembangkit mikro untuk membangkitkan daya yang mampu membantu ketersediaan kekurangan daya untuk konsumen.

Eksitasi generator induksi penguatan sendiri dapat diperoleh dari kapasitor yang dihubungkan dengan terminal stator generator. Kapasitor ini berfungsi untuk membangkitkan daya reaktif untuk menghasilkan fluksi magnetisasi. Jadi tanpa adanya daya reaktif untuk kebutuhan arus eksitasi, kerja mesin induksi sebagai generator tidak mungkin terlaksana, sehingga digunakan kapasitor eksitasi sebagai penguatan untuk memperbaiki daya reaktifnya.

Pembebanan pada generator induksi penguatan sendiri akan mengakibatkan drop tegangan pada generator tersebut sehingga penyaluran tegangan terhadap beban tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dengan penambahan kapasitor kompensasi diharapkan memperbaiki regulasi tegangan pada generator induksi, namun hal ini tidak memperbaiki nilai harmonisa tegangan dan arus yang disebabkan oleh kumparan generator induksi. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian pada generator induksi penguatan sendiri dan menganalisa besarnya jatuh tegangan apabila menggunakan kapasitor kompensasi dan membandingkannya apabila dilakukan penelitian dengan


(62)

penambahan inductor kompensasi. Sehingga diketahui regulasi tegangan yang terbaik.

1.2. Perumusan Masalah

Generator Induksi menghasilkan tegangan yang tidak stabil, sementara generator induksi harus melayani beban dengan tegangan yang tetap. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan tegangan agar kualitas listriknya menjadi lebih stabil. Ada beberapa cara untuk melakukan pengaturan tegangan pada generator induksi, salah satunya ialah dengan penambahan kapasitor dan induktor.

Sebagaimana yang diketahui fungsi dari kapasitor ialah sebagai penyimpan tegangan dan induktor sebagai penyimpan arus. Dengan menambahkan kapasitor dan induktor pada jaringan menuju beban, tegangan dari generator induksi dapat di filter sehingga tegangan menuju beban lebih stabil. Kapasitor akan membangkitkan daya reaktif ketika tegangan dari generator induksi lebih rendah dari tegangan nominal, sedangkan Induktor akan menyerap daya reaktif ketika tegangan dari generator induksi lebih tinggi dari tegangan nominalnya.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh kapasitor kompensasi terhadap tegangan pada generator induksi penguatan sendiri.

2. Untuk mengetahui pengaruh kapasitor kompensasi dengan penambahan inductor terhadap tegangan pada generator induksi penguatan sendiri. 3. Mengetahui perbandingan regulasi tegangan yang terbaik diantara

penambahan 2 komponen tersebut.

Manfaat dari penulisan akhir ini ialah untuk dapat memperbaiki kualitas tegangan yang dihasilkan oleh generator induksi.

1.4. Batasan Masalah

Agar pembahasan Tugas Akhir ini terfokus pada pembahasan judul yang telah disebutkan di atas, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas. Adapun batasan masalahnya adalah :


(63)

1. Hanya menganalisa perbandingan regulasi tegangan generator induksi penguatan sendiri dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor.

2. Analisa dilakukan pada keadaan steady state. 3. Rugi-rugi inti, gesek dan angin diabaikan.

4. Tidak membahas gangguan yang terjadi pada generator induksi. 5. Kapasitor eksitasi yang digunakan adalah hubungan delta (∆).

6. Kapasitor kompensasi yang dianalisa hanya menggunakan hubungan short shunt.

7. Perhitungan dan analisa rugi-rugi harmonis tidak dibahas.

1.5..Metode Penulisan

Adapun metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Studi lapangan, yaitu pengambilan data spesifikasi dan data parameter mesin induksi yang akan disimulasi.

2. Studi literatur, yaitu buku referensi, jurnal, artikel dari internet, dan bahan kuliah yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Metode diskusi, yaitu berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing, asisten Laboratorium Konversi Energi Listrik Departemen Teknik Elektro dan teman-teman sesama mahasiswa mengenai masalah-masalah yang timbul selama penulisan tugas askhir ini berlangsung.

4. Menganalisa hasil perhitungan.


(64)

1.6.Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini ditulis dan disusun berdasarkan sistematika yang benar. Adapun sistematika dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori umum dan prinsip kerja generator induksi berpenguatan sendiri, penentuan kapasitansi kapasitor eksitasi, dan teori umum tentang penggunaan kapasitor kompensasi serta penambahan induktor

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode yang digunakan serta peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian percobaan pengaruh tahanan rotor tidak seimbang terhadap tegangan yang dihasilkan generator induksi.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil pengukuran dan pembahasan dari hasil pengukuran yang telah dilakukan serta analisa dari setiap percobaan untuk menjawab tujuan penulisan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil simulasi dan dari analisa data yang telah dilakukan.


(65)

ABSTRAK

Eksitasi generator induksi penguatan sendiri dapat diperoleh dari kapasitor yang dihubungkan dengan terminal stator generator. Kapasitor ini berfungsi untuk membangkitkan daya reaktif untuk menghasilkan fluksi magnetisasi. Jadi tanpa adanya daya reaktif untuk kebutuhan arus eksitasi, kerja mesin induksi sebagai generator tidak mungkin terlaksana, sehingga digunakan kapasitor eksitasi sebagai penguatan untuk memperbaiki daya reaktifnya.

Pembebanan pada generator induksi penguatan sendiri akan mengakibatkan drop tegangan pada generator tersebut sehingga penyaluran tegangan terhadap beban tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dengan penambahan kapasitor kompensasi diharapkan memperbaiki regulasi tegangan pada generator induksi, namun hal ini tidak memperbaiki nilai harmonisa tegangan dan arus yang disebabkan oleh kumparan generator induksi. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian pada generator induksi penguatan sendiri dan menganalisa besarnya jatuh tegangan apabila menggunakan kapasitor kompensasi dan membandingkannya apabila dilakukan penelitian dengan penambahan inductor kompensasi. Sehingga diketahui regulasi tegangan yang terbaik.

Berdasarkan perhitungan analisa data yang diperoleh, maka rata-rata regulasi tegangan motor induksi sebagai generator induksi adalah 56,465 %, rata-rata regulasi tegangan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi adalah 40,02 % dan rata-rata regulasi tegangan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor adalah 33,21 %.

Kata Kunci :Generator Induksi, Kapasitor Kompensasi, Induktor kompensasiRegulasi Tegangan.


(66)

MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN

DENGAN PENAMBAHAN INDUKTOR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Oleh

EDY PERSADANTA SEMBIRING 100402071

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(67)

(68)

ABSTRAK

Eksitasi generator induksi penguatan sendiri dapat diperoleh dari kapasitor yang dihubungkan dengan terminal stator generator. Kapasitor ini berfungsi untuk membangkitkan daya reaktif untuk menghasilkan fluksi magnetisasi. Jadi tanpa adanya daya reaktif untuk kebutuhan arus eksitasi, kerja mesin induksi sebagai generator tidak mungkin terlaksana, sehingga digunakan kapasitor eksitasi sebagai penguatan untuk memperbaiki daya reaktifnya.

Pembebanan pada generator induksi penguatan sendiri akan mengakibatkan drop tegangan pada generator tersebut sehingga penyaluran tegangan terhadap beban tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dengan penambahan kapasitor kompensasi diharapkan memperbaiki regulasi tegangan pada generator induksi, namun hal ini tidak memperbaiki nilai harmonisa tegangan dan arus yang disebabkan oleh kumparan generator induksi. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian pada generator induksi penguatan sendiri dan menganalisa besarnya jatuh tegangan apabila menggunakan kapasitor kompensasi dan membandingkannya apabila dilakukan penelitian dengan penambahan inductor kompensasi. Sehingga diketahui regulasi tegangan yang terbaik.

Berdasarkan perhitungan analisa data yang diperoleh, maka rata-rata regulasi tegangan motor induksi sebagai generator induksi adalah 56,465 %, rata-rata regulasi tegangan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi adalah 40,02 % dan rata-rata regulasi tegangan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan induktor adalah 33,21 %.

Kata Kunci :Generator Induksi, Kapasitor Kompensasi, Induktor kompensasiRegulasi Tegangan.


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 2

1.5.. Metode Penulisan ... 3

1.6. Sistematika Penulisan... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Mesin Induksi ... 5

2.1.1. Karakteristik Mesin Induksi ... 5

2.1.2. Konstruksi Mesin Induksi ... 6

2.2. Generator Induksi ... 10

2.2.1. Jenis Generator Induksi ... 11

2.2.2. Rangkaian Ekivalen ... 14

2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Generator Induksi ... 14

2.3. Generator Induksi Berpenguatan Sendiri ... 15


(2)

v

2.3.2. Prinsip Kerja... 17

2.4. Kapasitor Eksitasi ... 20

2.4.1. Penggunaan Kapasitor Eksitasi ... 20

2.4.2. Kapasitansi Minimum ... 20

2.5. Metode Pengaturan Tegangan ... 23

2.5.1. Kapasitor Kompensasi ... 24

2.5.2. Induktor Kompensasi ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Tempat dan Waktu... 28

3.2. Bahan & Peralatan ... 28

3.3. Variabel yang diamati ... 29

3.4. Prosedur Penelitian ... 29

3.4.1. Percobaan Untuk Mendapatkan Parameter – Parameter Motor Induksi Tiga Fasa ... 29

3.4.2. Percobaan Motor Induksi Sebagai Generator ... 31

3.4.3. Percobaan Motor Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi ... 33

3.4.4. Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Penambahan induktor. ... 34

3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 36

3.5.1. Proses Pengumpulan Data. ... 36

3.5.2. Analisa Data Terhadap Data yang Telah Diperoleh ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Umum ... 37

4.2. Data Percobaan ... 37

4.2.1. Percobaan untuk Mencari Parameter - Parameter Motor Induksi .... 37

4.2.2. Percobaan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi ... 38

4.2.3. Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi ... 40


(3)

4.2.4. Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan dengan penambahan Induktor ... 40

4.3. Analisa dan Perhitungan Data ... 41

4.3.1. Menghitung kapasitor Eksitasi yang diperlukan Generator Induksi 41

4.3.2. Menghitung Nilai – Nilai Parameter Motor Induksi ... 42

4.3.3. Analisa dan Perhitungan Regulasi Tegangan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi ... 45

4.3.4. Analisa dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi ... 50

4.3.5. Analisa dan Perhitungan Regulasi Tegangan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan dengan Penambahan Induktor 56

BAB V

PENUTUP ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 63


(4)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik kurva karakteristik mesin induksi 5 Gambar 2.2 Konstruksi mesin induksi : (a) Sebenarnya (b) sederhana 6 Gambar 2.3 Konstruksi stator mesin induksi 7 Gambar 2.4 Konstruksi rotor mesin induksi:

(a) rotor belitan (b) rotor sangkar 8 Gambar 2.5 Generator induksi masukan ganda 12 Gambar 2.6 Generator induksi berpenguatan sendiri 13 Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen generator induksi 14 Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen generator induksi

berpenguatan sendiri 17 Gambar 2.9 Kurva tegangan terminal generator induksi

berpenguatan sendiri 18 Gambar 2.10 Hubungan bintang dan delta kapasitor eksitasi 22 Gambar 2.11 Konstruksi kapasitor 24 Gambar 2.12 Symbol inductor 27 Gambar 3.1 Percobaan beban nol 29 Gambar 3.2 Percobaan rotor tertahan (Block Rotor) 30 Gambar 3.3 Rangkaian percobaan tahanan stator (test DC) 31 Gambar 3.4 Rangkaian percobaan motor induksi sebagai generator 32 Gambar 3.5 Rangkaian percobaan motor induksi sebagai generator

induksi dengan penambahan kapasitor kompensasi. 33


(5)

Gambar 3.6 Rangkaian percobaan generator induksi dengan menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan

penambahan inductor 34 Gambar 3.7 Skematik diagram alur pengumpulan data 36 Gambar 4.1 Kurva tegangan vs kecepatan motor induksi sebagai

generator induksi yang dihasilkan 50 Gambar 4.2 Kurva tegangan vs kecepatan generator induksi dengan

menggunakan kapasitor kompensasi 56 Gambar 4.3 Kurva tegangan vs kecepatan generator induksi dengan

menggunakan kapasitor kompensasi dan penambahan


(6)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Beban Nol 38 Tabel 4.2 Tabe Hasi Pengukuranl Percobaan Rotor Tertahan

(Block Rotor) 38

Tabel 4.3 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Tahanan Stator (test DC) 38 Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Motor Induksi Sebagai

Generator Induksi 39

Tabel 4.5 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Generator Induksi dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi 40 Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengukuran Percobaan Generator induksi dengan

menggunakan kapasitor kompensasi dan dengan penambahan

inductor 41

Tabel 4.7 Tabel perhitungan rata-rata tahanan DC stator 44


Dokumen yang terkait

Analisa Perbandingan Pengaruh Nilai Kapasitor Eksitasi Terhadap Regulasi Dan Efisiensi Pada Motor Induksi Sebagai Generator ( MISG ) Penguatan Sendiri

0 28 79

Pengaruh Pembebanan Terhadap Frekuensi Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kompensasi Tegangan Menggunakan Kapasitor ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

0 48 67

Pengaruh Pembebanan Terhadap Regulasi Tegangan Dan Efisiensi Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kompensasi Tegangan Menggunakan Kapasitor

2 52 98

Analisis Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Tanpa Menggunakan Kapasitor Kompensasi Dan Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

5 42 79

PENGARUH KOMPENSASI KAPASITOR TERHADAP TEGANGAN KELUARAN GENERATOR INDUKSI PENGARUH KOMPENSASI KAPASITOR TERHADAP TEGANGAN KELUARAN GENERATOR INDUKSI.

0 2 19

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 11

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 1

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 4

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 23

Analisa Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi dan Dengan Penambahan Induktor

0 0 1