Shahrom menemukan bahwa sifat darah ada yang masih basah, telah beku atau kering maupun telah berubah warna perlu diperiksa. Darah yang masih basah
menunjukkan perdarahan baru terjadi. Setitik darah yang membeku dan menjadi kering dapat terjadi lebih kurang dalam waktu setengah hingga satu jam pada
cuaca biasa di Malaysia. Darah yang kering pada pakaian yang terkena noda menjadikan pakaian itu keras. Apabila dilipat, beberapa serpihan darah kering
kelihatan gugur dari pakain. Darah kering masih berwarna merah dalam masa lebih kurang 12 jam, bertukar menjadi warna coklat pekat dalam masa lebih
kurang 24 jam, dan menjadi hitam dalam masa beberapa hari hingga beberapa tahun. Pertukaran warna terjadi karena pertukaran hemoglobin bertukar menjadi
methemoglobin dan hematin mengikuti masa. Dokter hanya boleh memberi pendapat sama ada kesan darah itu sangat baru jika masih basah, masih baru
jika kering berwarna merah atau telah lama jika kering berwarna hitam. Darah yang kering berwarna hitam sukar untuk dikesan dengan mata pada pakaian
berwarna gelap. Walau bagaimanapun, dokter tidak perlu bimbang akan hal ini karena ahli ilmu forensik mempunyai fungsi tersendiri untuk mempelajari bercak
darah serta sifat – sifatnya yang lain seperti golongan darah, jenis hemoglobin, penentuan jenis kelamin dari pada sempel darah dan sebagainya pada pakaian.
5
Stuart H James yang tergabung dalam IABPA International Association of Bloodstain Pattern Analysists pada tahun 1999 juga pernah melakukan
penelitian mengenai interpretasi warna bercak darah yang ditemukan di tempat kejadian perkara di Amerika. Namun Stuart hanya meneliti warna bercak darah
pada saat bercak darah tidak mengalami perubahan lagi.
6
Dari itu saya ingin melakukan penelitian mengenai umur bercak darah manusia berdasarkan perubahan warnanya, sesuai dengan jam yang telah
ditentukan.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Dapatkah umur bercak darah manusia ditentukan berdasarkan perubahan warna?
1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk melihat apakah umur bercak darah manusia dapat ditentukan berdasarkan perubahan warna yang terjadi.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui warna apa saja yang timbul pada bercak darah manusia sesuai dengan jam yang telah ditentukan.
2. Membuat kartu standar perubahan warna bercak darah manusia yang dapat
dibawa ke TKP Tempat Kejadian Perkara.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.
Digunakan oleh para dokter di Indonesia, khususnya dikalangan dokter ahli Forensik sebagai salah satu bahan masukan dalam menentukan waktu
terjadinya suatu peristiwa kekerasan fisik yang mengakibatkan korban terluka dan meninggalkan bercak-bercak darah yang ditemukan di tempat
kejadian perkara TKP.
Universitas Sumatera Utara
2. Digunakan oleh para penyidik dan para ahli laboratorium forensik sebagai
salah satu bahan masukan dalam menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa kekerasan fisik yang mengakibatkan korban terluka dan
meninggalkan bercak-bercak darah yang ditemukan di tempat kejadian perkara TKP.
3. Digunakan sebagai rujukan pada penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang primitif sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam
pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme
hemostasis.
7
Pembentukan sel darah HemopoesisHematopoiesis Hemopoesis atau hematopoiesis ialah proses pembentukan darah. Tempat
hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur : a
Janin : umur 0-2 bulan kantung kuning telur
umur 2-7 bulan hati, limpa umur 5-9 bulan sumsum tulang
b Bayi
: Sumsum tulang c
Dewasa. : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum
dan pelvis, ujung proksimal femur.
8
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1. Sel induk hemopoetik hematopoietic stem cell
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah, termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam
sumsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent totipotent stem cell.
Sel induk pluripotent mempunyai sifat :
Universitas Sumatera Utara
a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak
akan pernah habis meskipun terus membelah; b.
Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri; c.
Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-fungsi tertentu.
9
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi :
a. Pluripotent totipotentstem cell : sel induk yang mempunyai yang
mempunyai kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk
berdiferensiasi melalui salah satu garis turunan sel cell line. Sel induk yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel
induk limfoid. c.
Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa jenis sel. Misalnya CFU-GM colony
forming unit-granulocytelmonocyte yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang
menjadi satu jenis sel saja. Contoh CFU-E colony forming unit- erythrocyte hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G colony forming
unit-granulocyte hanya mampu berkembang menjadi granulosit. 2.
Lingkungan mikro microenvirontment sumsum tulang Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan
sel induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b Sel-sel stroma :
i. Sel endotel
ii. Sel lemak
iii. Fibroblast
iv. Makrofag
v. Sel reticulum
c Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen,
dan proteoglikan.
Universitas Sumatera Utara
Gbr 1. Fisiologi dan Patologi Haemopoesis Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand,
edisi ke-2, London 2005, hal 8
Universitas Sumatera Utara
Lingkungn mikro sangat penting dalam hemopoesis karena berfungsi untuk :
a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh
peredaran darah mikro dalam sumsum tulang. b.
Komunikasi antar sel cell to cell communication, terutama ditentukan oleh adanya adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic
growth factor, cytokine, dan lain-lain. 3. Bahan-bahan pembentuk darah
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah : 1.
Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
2. Besi : sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin.
3. Cobalt, magnesium, Cu, Zn.
4. Asam amino.
5. Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain
10
4. Mekanisme regulasi Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh
dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan ataupun kekurangan defisiensi sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang
berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah : a.
Faktor pertumbuhan hemopoesis hematopoietic growth factor :
Universitas Sumatera Utara
i. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor GM-CSF
ii. Granulocyte colony stimulating factor G-CSF
iii. Macrophage-colony stimulating factor M-CSF
iv. Thrombopoietin
v. Burst promoting activity BPA
vi. Stem cell factor kit ligand
b. Sitokon Cytokine seperti misalnya IL-3 interleukin-3, IL-4, IL-5, IL-7,
IL-8, IL-9, IL-9, IL-10. Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah
sendiri, seperti limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel- sel penunjang, seperti fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang
pertumbuhan sel induk stimulatory cytokine, sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk inhibitory cytokine. Keseimbangan kedua jenis
sitokin ini sangat menentukan proses hemopoesis normal. c.
Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
i. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
ii. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
iii. Glukokortikoid.
iv. Growth hormon
v. Hormone tiroid
Universitas Sumatera Utara
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika
tubuh kekurangan komponen darah positive loop atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu negative
loop.
11
Gbr 2. Diagram tabung yang berisi darah dengan plasma darah
A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2
nd
Edition, by Blackwell Publishing Ltd, 2004, halaman 2
ERITROSIT
Eritrosit membawa hemoglobin didalam sirkulasi. Ia merupakan cakram bikonkaf yang dibentuk dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan
intinya sebelum memasuki sirkulasi. Untuk mengangkut hemoglobin agar berkontak erat dengan jaringan dan agar pertukaran gas berhasil, eritrosit yang
berdiameter 8 µm harus dapat secara berulang melalui mikrosirkulasi yang diameter minimumnya 3,5 µm, untuk mempertahankan hemoglobin dalam
keadaan tereduksi ferro dan untuk mempertahankan keseimbangan osmotik walaupun konsentrasi protein hemoglobin tinggi dalam sel. Perjalanan secara
keseluruhan selama masa hidupnya yang 120 hari diperkirakan sepanjang 480 km 300 mil. Untuk memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang
Universitas Sumatera Utara
fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energy sebagai adenosin trifosfat ATP melalui jalur glikolisis anaerob Embden-meyerhof dan menghasilkan
kekuatan pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotinamida adenine dinukleotida fosfat tereduksi NADPH melalui jalur pintas heksosa
monofosfat.
12
Gbr.3 gambar eritrosit normal A Beginner’s Guide to Blood Cells, oleh Barbara J Bain, 2
nd
Edition, by Blackwell Publishing Ltd, 2004, halaman 3
Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit eritropoiesis merupakan suatu mekanisme umpan balik. Ia dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang
oleh anemia. Ia juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein
bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang terutama disekresikan oleh ginjal.
13
Setiap orang memproduksi sekitar 10
12
eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan
dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan
sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang sedikit
Universitas Sumatera Utara
menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini
juga mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak yang berwarna merah muda dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan
hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam
sumsum tulang dan menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.
14
Gbr. 4. Gambar sel-sel darah dalam hematopoiesis Colour Atlas of Hematology, Practical Microscopic and Clinical Diagnosis, oleh Harald
Theml,M.D.Professor,Newyork 2004, hal 2-3 Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari
dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit
matur berwarna merah muda seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti
Universitas Sumatera Utara
normoblas tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang eritropoiesis ekstramedular dan juga terdapat pada beberapa penyakit
sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
15
Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis lipid bilayer, protein membran integral, dan suatu rangka membrane. Sekitar 50 membran adalah
protein, 40 lemak, dan 10 karbohidrat. Karbohidrat hanya terdapat pada permukaan luar sedangkan protein dapat diperifer atau integral, menembus lipid
dua lapis.
15
HEMOGLOBIN
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakan hemoglobin, suatu protein dengan berat molekul 64.450. Hemoglobin suatu
molekul globin yang dibentuk 4 subunit. Tiap subunit mengandung suatu gugus hem yang dikonjugasi ke suatu poplipeptida. Hem merupakan turunan porfirin
yang mengandung besi. Polipeptida dinamai secara bersama-sama sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap molekul
hemoglobin, 2 subunit mengandung satu jenis polipeptida dan 2 mengandung lainnya. Pada hemoglobin manusia dewasa normal hemoglobin A, 2 jenis
polipeptida dinamai rantai α, masing-masingnya mengandung 141 gugusan asam
amino dan rantai β, yang masing-masingnya mengandung 146 gugusan asam
amino. Sehingga hemoglobin A dinamai α
2
β
2
. Tidak semua hemoglobin dalam darah dewasa normal merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5 hemoglobin
merupakan hemoglobin A
2
, tempat rantai β digantikan oleh δ α
2
δ
2
. Rantai δ
juga mengandung 146 gugusan asam amino, tetapi 10 gugusan tersendiri berbeda dari yang dalam rantai
β.
16
Universitas Sumatera Utara
Ada sejumlah kecil dari rantai 3 turunan hemoglobin A yang berhubungan erat dengan hemoglobin A yang diglikolisasi. Salah satu dari ini, hemoglobin A
1c
HbA
1c
, mempunyai suatu glukosa yang dilekatkan ke valin terminal dalam tiap rantai
β dan mempunyai minat khusus karena jumlah dalam darah meningkat didalam diabetes mellitus terkontrol buruk.
17
Hemoglobin mengikat O
2
untuk membentuk oksihemoglobin, O
2
yang melekat ke Fe
2+
didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O
2
dipengaruhi oleh pH, suhu, dan dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat 2,3-DPG. 2,3-DPG dan H
+
bersaing denganO
2
dalam pengikatan ke hemoglobin di deoksigenasi, yang menurunkan afinitas hemoglobin bagi O
2
dengan memindahkan posisi 4 rantai polipeptida struktur kuatener.
18
Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi lain in vitro atau in vivo, maka besi fero Fe
2+
dalam molekul diubah ke ion feri Fe
3+
, yang membentuk methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia ada
didalam jumlah besar didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaan kulit berwarna kehitaman yang menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlah
oksidasi hemoglobin ke methemoglobin, tetapi system enzim didalam eritrosit, system NADH-methemoglobin reduktase, mengubah methemoglobin kembali ke
hemoglobin.
19
Gbr. 5. Hemoglobin dewasa normal. Haematology at a Glance, oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 10
Universitas Sumatera Utara
Karbon monoksida bereaksi dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksi hemoglobim karboksihemoglobin. Afinitas hemoglobin bagi O
2
jauh lebih rendah dibandingkan afinitasnya bagi karbon monoksida, yang akibatnya menggeser O
2
dari hemoglobin, yang mengurangi kapasitas darah membawa oksigen.
20
Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 gdl pada pria dan 14 gdl pada wanita, yang semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kg
ada sekitar 900 g hemoglobin serta 0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesis setiap jam. Bagian hem dari molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan
suksinil-KoA.
21
Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam system retikuloendotel, maka bagian globin molekul hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin. Pada manusia,
kebanyakan biliverdin diubah ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu. Besi dari hem digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin; jika darah hilang
dari badan dan defisiensi besi tidak dikoreksi, maka timbul anemia defisiensi besi.
22
Struktur 3-dimensi hemoglobin
Haematology at a Glance,
Universitas Sumatera Utara
oleh Victor Hoffbrand, edisi ke-2, London 2005, hal 11
Pemberi warna merah pada darah
Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, serta
fotosintesis. Gugus prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yang
jejaring ekstensifnya terdiri atas ikatan rangkap terkonjugasi, yang menyerap cahaya pada ujung bawah spektrum visibel sehingga membuatnya berwarna
merah gelap. Senyawa tetrapirol terdiri atas 4 molekul pirol yang dihubungkan dalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-
α. Substituen β menentukan bentuk sebagai heme atau senyawa lain. Terdapat 1 atom besi fero Fe2+ pada pusat
cincin planar, yang bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.
22
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian