Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan Pustaka 1.

commit to user 4

B. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. b. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. c. Untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan kepentingan bagi lembaga terkait, antara lain : commit to user 5 1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang terkait yaitu mengenai kecerdasan spiritual dan motivasi belajar. 2. Aplikatif a. Institusi Dapat memperkaya daftar pustaka dan pengembangan bidang pengetahuan terutama tentang pengetahuan hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar. b. Profesi Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan yang positif bagi pelaksanaan proses pembelajaran. c. Mahasiswa Dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan spiritual dan motivasi belajar yang positif sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. commit to user 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Pustaka 1.

Kecerdasan Spiritual Kecerdasan merupakan sesuatu yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Kecerdasan inilah yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai- nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru Sinetar, 2001. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menyelesaikan masalah makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup alam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain Zohar dan Marshall, 2001. Pendapat lain mengatakan bahwa kecerdasan spiritual SQ merupakan kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan mengembangkan bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan yang benar serta kebijaksanaan Satiadarma dan Waruwu, 2003. Kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah yang dihadapi sehingga memberikan kemampuan seseorang untuk 6 commit to user 7 membangkitkan suatu motivasi diri merupakan kecerdasan spiritual Sukidi, 2004. Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau nilai, tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan spiritual adalah fasilitas yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan eksistensial yaitu saat seseorang secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. Kecerdasan spiritual seseorang mampu mengatasi masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut Zohar dan Marshall, 2001. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spiritual memiliki sifat yang tidak semua terlihat jelas dalam diri. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual menurut Sinetar 2001 yaitu: a. Menyadari keadaan diri self-awareness Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan spiritual. Orang yang cerdas secara spiritual memiliki kesadaran diri untuk melihat keadaan diri, memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagai makhluk, memiliki pemahaman diri yang positif, mempunyai sikap asertif, memiliki pola fikir yang positif dan berusaha untuk hidup commit to user 8 dengan penuh kearifan yang dimiliki agar kebahagiaan yang merupakan tujuan hidupnya dapat tercapai. b. Mempunyai tujuan yang diraih Kecerdasan spiritual membawa manusia untuk memiliki kemampuan dalam menentukan langkah. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan selalu berusaha semakin berkembang untuk mencapai segala memiliki tujuan dan keinginan yang diraih dalam menjalani kehidupan dengan pengalaman yang dimiliki. c. Sikap fleksibel Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk menyatukan serta menerima hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal serta menjadi penghubung kesenjangan antara diri dan orang lain. Memiliki kemampuan untuk bersikap fleksibel ditunjukkan dengan kemampuan melakukan komunikasi lisan dan tulisan dengan semua orang dengan baik, aktif dalam berbagai kegiatan, mampu beradaptasi dengan mudah, memiliki pergaulan yang luas dan memiliki sikap yang terbuka. d. Keterbukaan terhadap perbedaan Pembukaaan diri terhadap segala hal merupakan sifat mendasar yang dimiliki orang-orang yang cerdas secara spiritual. Perbedaan-perbedaan dalam segala hal tidak menjadi penghambat utama didalam kecerdasan spiritual untuk terus berkembang kearah yang lebih baik. e. Dapat melihat keterkaitan antara berbagai hal commit to user 9 Orang yang cerdas secara spiritual dapat melihat, memaknai dan mengkaitkan segala hal sehingga memiliki suatu sikap bijaksana di sepanjang kehidupannya. Manusia menentukan pilihannya sendiri membantu dirinya untuk lebih menghormati kehidupan. Harga diri akan membuat suatu tindakan, manusia tumbuh dengan kepercayaan diri yang semakin besar dalam mengatasi tugas dan persoalan hidup. f. Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru Gagasan atau ide-ide datang dari kecerdasan spiritual untuk mewujudkan sesuatu hal yang bermakna yang ditandai dengan selalu memiliki inisiatif, selalu berfikir matang dan memiliki pemikiran jauh ke depan . g. Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas untuk menghasilkan pilihan dan hasil praktis cenderung membuat orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik akan mempertanyakan segala sesuatu yang mendasar dan penting didalam kehidupannya. Orang yang cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting selalu memiliki wawasan yang luas yang ditandai oleh sikap nalar yang baik, motivasi belajar yang tinggi dan mencintai ilmu. Kecerdasan spiritual memiliki prinsip dalam membangun mental Agustian, 2001, diantaranya adalah: a. Prinsip Bintang Star Principle Manusia memiliki energi yang dahsyat dalam pikiran bawah sadar yang bisa dijadikan sebagai sumber motivasi diri. commit to user 10 b. Prinsip Pembelajaran Learning Principle Menuntun manusia untuk senantiasa mencari dan mengembangkan pengetahuan seluas-luasnya. Kecerdasan spiritual adalah pondasi bagi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual memiliki beberapa fungsi yaitu: a. Segi Perenial Kecerdasan spiritual mampu mengungkap segi perenial yaitu yang abadi, yang asasi, yang spiritual dan yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual merupakan pondasi bagi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. b. Kedamaian Spiritual Kecerdasan spiritual membimbing untuk memperoleh kedamaian hidup secara spiritual. c. Kebahagiaan Spiritual Kecerdasan spiritual merupakan suatu jenis kebahagiaan yang membuat hati dan jiwa menjadi bahagia, tenteram, dan penuh kebahagiaan Sukidi, 2004. d. Kearifan Spiritual Kecerdasan spiritual membimbing untuk bersikap arif dan bijak. Kearifan spiritual adalah sikap hidup arif dan bijak secara spiritual yang mengisi hidup dengan penuh kebenaran, keindahan dan kesempurnaan dalam kehidupan Sukidi, 2004. commit to user 11 Hambatan-hambatan dalam kecerdasan spiritual perlu diatasi dengan jalan mengembangkan kecerdasan spiritual Zohar dan Marshall, 2001 yaitu: a. Melalui jalan tugas. Mengerjakan semua tugas-tugas harian dengan dorongan motivasi yang muncul dari dalam diri. b. Melalui jalan pengasuhan. Berusaha untuk saling menghargai dan memaafkan apabila terjadi konflik satu dengan yang lain. Setiap masalah yang muncul dan menjadikannya sebagai momentum untuk bertumbuh dalam kecerdasan spiritual. c. Melalui jalan pengetahuan. Mengembangkan realisasi diri dan melatih kepekaan terhadap berbagai masalah aktual sehingga dapat merefleksikan tentang makna terhadap masalah yang dihadapi. d. Melalui jalan perubahan pribadi atau kreativitas. Menciptakan kondisi di mana daya kreativitas yang sudah ada dalam dapat diekspresikan dengan penuh makna. e. Melalui jalan persaudaraan. Berupaya untuk saling menghargai dan memahami pendapat serta perasaan orang lain dan berusaha mencari pemecahan masalah dari setiap konflik. Setiap konflik merupakan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual untuk mengelola konfliknya sendiri. f. Melalui jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian. Berusaha untuk mampu mengerti dan memahami setiap orang, melayani kepentingan orang lain dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri. commit to user 12 Kecerdasan intelektual IQ, kecerdasan emosional EQ dan kecerdasan adversity AQ bukan satu-satunya kunci yang dapat mengantar seseorang ke jenjang sukses. Kecerdasan spiritual SQ mempunyai peranan penting untuk pengembangan diri. Para psikologis mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya empat kecerdasan, yaitu Intelektual Question, Emotional Question, Adversity Question dan Spiritual Question. a. Intelektual Question IQ Kecerdasan intelektual berkaitan dengan ketrampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Kekhasan cara berpikir IQ terletak pada pemikiran rasional dan logis. IQ menjadi fakultas rasional dari manusia Waruwu dan Satiadarma, 2003. b. Emotional Question EQ Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, mengatur suasana hati, berempati dan solidaritas tinggi. Kecerdasan emosional memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif Goleman, 2005. c. Advertsity Question AQ Kecerdasan adversity adalah kesanggupan seseorang untuk melihat dan mengubah persoalan menjadi sebuah kesempatan. Kecerdasan adversity mempunyai tiga bentuk yaitu sebagai suatu kerangka kerja konseptual commit to user 13 yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua jenis kesuksesan, merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan dan merupakan serangkaian peralatan dasar yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan Stoltz, 2009. d. Spiritual Question SQ Kecerdasan spiritual SQ merupakan sesuatu yang berkait dengan masalah makna, motivasi dan tujuan hidup Zohar dan Marshall, 2001. Jika kecerdasan intelektual berperan memberikan solusi intelektual- teknikal, kecerdasan emosional meratakan jalan membangun relasi sosial, kecerdasan adversity kesanggupan melihat dan mengubah persoalan menjadi sebuah kesempatan, kecerdasan spiritual memegang peranan untuk mempertanyakan makna dan tujuan hidup seseorang. Perbedaan EQ, AQ dan SQ terletak pada daya ubahnya. Kecerdasan emosional memungkinkan untuk memutuskan dalam suatu situasi yang bagaimana dan membiarkan situasi tersebut mengarahkan diri, kecerdasan adversity memungkinkan untuk mengubah setiap persoalan dan situasi menjadi suatu kesempatan, sedangkan kecerdasan spiritual memungkinkan untuk bertanya apakah memang berada tepat pada situasi tersebut.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti menggerakkan. Motif adalah penggerak dari dalam dan di dalam commit to user 14 subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan Winkel, 1986. Motivasi sebagai suatu kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah pada tingkah laku tersebut Suciati Irawan, 2001. Pendapat lain mengatakan motivasi adalah suatu kondisi yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan perilaku dan aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya Sardiman, 2009. Stoltz 2000 membagi tipe motivasi menjadi beberapa bagian yaitu: 1 Quitters yaitu orang-orang yang mudah menyerah, sehingga kehidupan mereka semakin terpuruk dalam kemalangan. 2 Campers yaitu orang-orang yang mudah puas dengan apa yang sudah dicapai, sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja. 3 Climbers yaitu orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif dan terus bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang mereka inginkan. Klasifikasi motivasi menurut para ahli dibagi dalam beberapa golongan antara lain: 1 Sartain membagi motivasi menjadi dua golongan : a Physiological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmani. commit to user 15 b Social motivies adalah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat. 2 Woodworth mengklasifikasikan motivasi sebagai berikut: a Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan bagian dalam dari tubuh. b Motif yang timbul sekonyong-konyong emergency motivies adalah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan cepat dan kuat dari manusia, motif ini timbul bukan atas kemauan kita tetapi karena perangsangan dari luar yang menariknya. c Motif objektif adalah motif yang diarahkan ke suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri seseorang. 3 Motivasi dapat pula dibedakan sebagai berikut : a Motivasi intrinsik adalah motivasi-motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. b Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Purwanto, 2006 4 Maslow 1989, dalam Purwanto, 2006 membagi keseluruhan motif yang mendorong perbuatan individu menjadi 5 kategori yang commit to user 16 membentuk suatu tangga motif yang mendorong perbuatan individu menjadi 5 kategori yang membentuk suatu hierarki atau tangga motif dari yang terendah sampai yang tertinggi yaitu : a Motif fisiologi yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas, bergerak dan lain-lain. b Motif pengamanan yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari gangguan baik gangguan alam, binatang, iklim maupun penilaian manusia. c Motif persaudaraan atau kasih sayang yaitu motif untuk membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda. d Motif harga diri untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari orang lain. e Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilki. Kegiatan individu agar dapat memberikan hasil yang efektif, maka motivasi sangat dibutuhkan dan diperlukan usaha-usaha untuk membangkitkan motivasi. Kartawidjaja 1992, dalam Aldita, 2004 commit to user 17 menyatakan terdapat beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar yaitu: 1 Kesadaran 2 Perhatian 3 Kemauan 4 Kesenangan Gagne dan Driscoll dalam Sutarno 2006 mengemukakan model ARCS Attention, Relevance, Confidance, Satisfaction sebagai faktor untuk mencapai motivasi belajar, faktor-faktor tersebut adalah: 1 Attention perhatian Rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga mahasiswa akan memberikan perhatian dan perhatian tersebut terpelihara selama proses belajar mengajar. 2 Relevance berkaitan dengan kebutuhan Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau nbermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. 3 Confidance percaya diri Kepercayaan Diri merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan commit to user 18 pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. 4 Satisfaction rasa kepuasan Kepuasan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilakan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Unsur didalam motivasi pada hakikatnya berinteraksi dalam diri manusia Hamalik, 2003. Unsur-unsur motivasi yaitu: 1 Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dan pribadi. 2 Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bemotif. 3 Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki peranan penting dalam diri individu yaitu: 1 Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan hasil akhir. 2 Mengarahkan kegiatan belajar. 3 Membesarkan semangat belajar. 4 Motivasi mendorong siswa untuk belajar. commit to user 19 5 Motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang tepat menuju tercapainya tujuan. 6 Dengan motivasi siswa dapat melihat dan menyeleksi perbuatan yang mana yang harus dilakukan atau ditinggal sehingga pencapaian tujuan dapat direalisasikan. 7 Motivasi menentukan ketekunan belajar. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan proses belajar. Pada dasarnya belajar adalah usaha sadar dan aktif dari mahasiswa. Tanpa adanya motivasi belajar, siswa akan pasif dan proses belajar tidak akan mencapai tujuan. b. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang akrab dengan lapisan masyarakat. Tidak semua orang mengetahui makna belajar. Ada banyak ahli mengemukakan tentang pengertian belajar. Syah 2005 menjelaskan arti belajar adalah proses kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Skinner dalam Syah 2005 berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Witherington juga merumuskan tentang pengertian belajar. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksiyang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian Purwanto, 2006. commit to user 20 Kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai disebut dengan motivasi belajar menurut Kartawidjaja 1992, dalam Aldita, 2004. Individu yang memiliki rasa tanggung jawab besar dan berhasrat berprestasi tinggi dalam belajar Sardiman, 2002 memiliki ciri-ciri: 1 Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai. 2 Tidak mudah putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak sepat puas dengan prestasi yang dicapainya. 3 Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4 Lebih senang bekerja mandiri. 5 Dapat mempertahankan pendapatnya. 6 Senang mencari dan memecahkan soal-soal. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran siswa menempuh 3 fase: 1 Fase informasi tahap penerimaan materi commit to user 21 Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang dipelajari. 2 Fase transformasi tahap pengubahan materi Informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah atau ditransformasi menjadi bentuk abstrak atau konseptual. 3 Fase evaluasi tahap penilaian materi Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan yang didapat dimanfaatkan untuk memahami gejala- gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Syah 2004 dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. 1 Faktor internal faktor-faktor dalam diri individu Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut 2 aspek yaitu aspek jasmaniah dan aspek psikologi rohani. Aspek jasmaniah dari individu menggambarkan kondisi umum jasmani dan tonus otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, sedangkan aspek rohani menyangkut kesehatan psikis, kemampuan intelektual, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Faktor-faktor rohani siswa dipandang lebih esensial dalam mempengaruhi proses belajar yaitu tingkat kecerdasan siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi. commit to user 22 2 Faktor eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. 3 Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Motivasi sangat berguna bagi tindakan seseorang Hamalik, 2003 untuk: 1 Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2 Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. 3 Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian commit to user 23 filosofis yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan pengetahuan. Kemajuan alamiah menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi bermula dari perenungan, melalui pemahaman menuju kearifan. Cara memecahkan masalah apapun baik praktis maupun intelektual dengan cara yang cerdas spiritual adalah menempatkannya dalam suatu perspektif yang lebih luas, sehingga terlihat lebih jelas Zohar dan Marshal, 2001. Individu yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya pada umumnya pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti keberanian, optimisme, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan dalam menghadapi bahaya dan kesulitan terutama masalah yang terkait dengan proses pembelajaran. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar, tentu ia akan memiliki motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran, berusaha untuk dapat memecahkan beragam masalah yang dihadapi dengan kearifannya dan tidak mudah putus asa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya Sinetar, 2001. Terlihat jelas bahwa perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif khusus dalam diri manusia. Mereka terilhami, terdorong dan termotivasi untuk mengambil tanggung jawab dan prakarsa untuk belajar. 24

B. Kerangka Konsep