Ellyzabeth Sukmawati

(1)

commit to user

Diajukan Untuk Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Program Studi

Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Ellyzabeth Sukmawati

R 1108035

PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(2)

commit to user

iv

 


(3)

commit to user

ii

HALAMAN VALIDASI

Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi

Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Nama Peneliti : Ellyzabeth Sukmawati

NIM : R 1108035

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal : 7 Agustus 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jarot Subandono, dr, M.Kes Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST NIP.132230853

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Dr. Mochammad Arief Tq, M.S., PHK NIP.19009131980031002


(4)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah : Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi

Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Nama Peneliti : Ellyzabeth Sukmawati

NIM : R 1108035

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal : 12 Agustus 2009

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Jarot Subandono, dr, M.Kes Agus Eka Nurma Yuneta, S.ST NIP.132230853

Penguji Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi. C, S.Kep, Ns. Dr. Mochammad Arief Tq, M.S.,PHK NIP.132309895 NIP.19009131980031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIV Kebidanan

H. Tri Budi Wiryanto, dr. SpOG (K) NIP.195104211980111002


(5)

commit to user

iv

MOTTO

Don’t Give Up !!!!

Aku lebih suka mensyukuri apa yang bisa kulakukan,bukannya meratapi apa yang tidak bisa kulakukan

-Lena Maria-

Anak-Ku,,jangan mau dikalahkan oleh keadaan,,tetapi kalahkan keadaaan !! Anak-Ku,,jangan sakit hati ketika kau ditegur,

Meskipun kau merasa sudah mengerjakan yang terbaik. Masa depan mu ada ditangan mu


(6)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis ini spesial untuk :

1. Papa Jesus Christ yang sangat baik dalam kasih karunia dan anugerahNya yang selalu melimpah didalam kehidupanku dan keluargaku.

2. Papah dan Mamah ku tercinta, terimakasih atas segala kasih, dorongan dan bimbingannya baik jasmani maupun rohani sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih atas doa yang tak pernah terhenti untuk masa depanku.

3. Kakak dan adikku atas dukungan dan motivasi yang diberikan untukku.

4. Nenda yang selalu menemani hari-hariku beberapa tahun ini dan telah

memberi inspirasi serta semangat didalam kehidupanku. Terima kasih untuk pengertian, kesabaran dan do’anya selama ini.

5. Sahabat terbaikku dwi, susy, helmy, yuli yang selalu menemaniku baik suka dan duka selama setahun ini, semoga persahabatan kita tidak akan pernah berakhir.

6. Teman-teman satu angkatan 2008 dalam Program Studi D4 Kebidanan Jalur Transfer atas waktu dan kebersamaannya dalam berteman dan bersahabat.


(7)

commit to user

vi

ABSTRAK

Ellyzabeth Sukmawati, R 1108035, Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Kesuksesan dan keberhasilan manusia lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan. Sebagian penelitian membuktikan bahwa 80% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan spiritual yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional akan berfungsi efektif jika dikendalikan oleh kecerdasan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

Kecerdasan spritual adalah kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah yang dihadapi sehingga memampukan seseorang untuk membangkitkan suatu motivasi diri. Motivasi Belajar adalah kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif khusus dalam diri mahasiswa terutama motivasi beajar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar, penetapan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan estimasi besar sampel sejumlah 93 reponden. Instumen yang digunakan untuk mengukur kecerdasan spiritual dan motivasi belajar adalah angket dengan skala ordinal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data digunakan rumus Kendall Tau.

Hasil penelitian menunjukan kecerdasan spiritual pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar tergolong sedang dengan proporsi sebanyak 53 responden (57%), motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar tergolong baik dan sedang dengan proporsi sebanyak 46 responden (49,5%) dan ada hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.


(8)

commit to user

vii

Kata kunci: Kecerdasan Spiritual, Motivasi Belajar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala anugerah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar” selesai tepat pada waktunya.

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai langkah awal penyusunan Karya Tulis Ilmiah sebagai tugas akhir mahasiswa Program Studi DIV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membentu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang semuanya memberi semangat, menambah pengetahuan, pemahaman dan kemampuan penulis yang sangat berarti bagi terselesaikannya proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr, dr, Much. Syamsulhadi, Sp. KJ. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Tri Budi Wiryanto, dr, SP.OG (K), selaku Ketua Program Studi DIV

Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Mochammad Arief Tq, dr., M.S, PHK, selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah 4. Jarot Subandono, dr, M.Kes, selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar,

bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau untuk memberikan bimbingan sehingga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Agus Eka, SST, selaku Pembimbing Pendamping yang banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Erindra Budi. C, S.Kep, Ns, selaku Penguji yang telah memberikan banyak


(9)

commit to user

viii

7. Rekan- rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan penelitian ini.

Harapan peneliti ada hikmah dan manfaat yang dapat diambil dari sebuah upaya kecil, serta akan ada penelitian yang melakukan penelitian lebih lanjut dengan kualitas dan manfaat yang lebih baik.

Surakarta, 7 Agustus 2009


(10)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN VALIDASI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Kecerdasan Spiritual ... 6

2. Motivasi Belajar ... 13

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar ... 22

B. Kerangka Konsep ... 24

C. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26


(11)

commit to user

x

1. Populasi Target ... 27

2. Populasi Aktual ... 27

D. Sampel dan Teknik Sampling ... 27

1. Teknik Sampling... 27

2. Estimasi Besar Sampel. ... 27

E. Kriteria Restriksi ... 28

1. Kriteria Inklusi ... 28

2. Kriteria eksklusi ... 28

F. Definisi Operasional ... 29

1. Variabel Bebas ... 29

2. Variabel Terikat ... 30

G. Instrumentasi ... 31

1. Angket ... 31

2. Skoring Angket ... 31

H. Rencana Analisis Data ... 32

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

2. Pengolahan Data ... 34

3. Analisis Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Kecerdasan Spiritual ... 38

B. Motivasi Belajar ... 39

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 47

A. Kecerdasan Spiritual ... 44

B. Motivasi Belajar ... 45

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar ... 46

BAB VI PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(12)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual ... 30

Tabel 3.2 Penskoran Dengan Skala Likert ... 32

Tabel 4.1 Rentang Klas Interval Kecerdasan Spiritual ... 39

Tabel 4.2 Distribusi responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual ... 39

Tabel 4.3 Rentang Klas Interval Motivasi Belajar ... 40

Tabel 4.4 Distribusi responden Berdasarkan Motivasi Belajar ... 41

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan spiritual Terhadap Motivasi Belajar ... 42

Tabel 4.6 Uji Korelasi Kendall Tau Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi Belajar ... 43


(13)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR


(14)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 55

Lampiran 2. Surat Permohonan ... 56

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden... 57

Lampiran 4. Angket Penelitian ... 58

Lampiran 5. Angket Penelitian Sebelum Uji Validitas dan reliabilitas ... 68

Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Kecerdasan Spiritual ... 72

Lampiran 7. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 76

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ... 81


(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient) dekade terakhir ini sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan dan parameter keberhasilan manusia telah digugurkan oleh munculnya konsep kecerdasan emosional (Emotional Quotient) dan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Kecerdasan spiritual diyakini sebagai puncaknya kecerdasan karena tidak hanya mengandalkan penalaran maupun emosi, tetapi juga menekankan aspek spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan dalam menjalani hidup (Sukidi, 2004).

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menyelesaikan masalah makna dan nilai yaitu kecerdasan dalam menempatkan perilaku dan hidup ke dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).

Kesuksesan dan keberhasilan manusia lebih terkait dengan beberapa jenis kecerdasan. Hasil penelitian membuktikan bahwa 80% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosional dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya. Pusat kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional adalah kecerdasan spiritual sehingga kecerdasan spiritual yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan seseorang. Kecerdasan intelektual


(16)

commit to user

2

dan kecerdasan emosional akan berfungsi efektif jika dikendalikan oleh kecerdasan spiritual (Hakim, 2008).

Orang-orang yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya, pada umumnya pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti keberanian, optimisme, ketulusan, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan dalam menghadapi bahaya dan kesulitan (Sinetar, 2001).

Zaman sekarang telah terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa. Penyebab seseorang dapat terhambat kecerdasan spiritualnya, yaitu tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sendiri sama sekali, telah mengembangkan beberapa bagian, namun tidak proporsional dan bertentangannya hubungan antara bagian-bagian (Zohar dan Marshall, 2001).

Nilai spiritual saat ini semakin memburuk dan menghilang dari watak dasar manusia yang ditandai dengan adanya materialisme, egoisme diri yang sempit, kesombongan, kehilangan makna dan komitmen. Manusia tidak mengetahui bagaimana harus mengenali diri sendiri dan menjalani kehidupan di dunia secara benar dan bermakna (Sinetar, 2001).

Hasan (2006) mengatakan bahwa orang yang cerdas secara spiritual mempunyai motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran. Kecerdasan spiritual disinyalir mampu menghidupkan motivasi dalam diri (Sukidi, 2004).


(17)

commit to user

Motivasi sangat dibutuhkan sebagai tenaga penggerak yang ada dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dalam hal ini yaitu belajar (Kusdinar dan Rusyan, 2000).

Goleman (2005) menjelaskan bahwa motivasi membentuk cara pandang manusia terhadap dunia. Seseorang yang termotivasi untuk berhasil akan berusaha menemukan cara-cara untuk bekerja lebih baik, untuk belajar dan berusaha membuat inovasi atau menemukan keunggulan kompetitif.

Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan selalu berusaha secara terus-menerus untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai minat belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran untuk giat belajar (Risma, 2001).

Akademi Kebidanan Mitra Husada merupakan salah satu Akademi Kebidanan yang terletak di wilayah Karanganyar. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa mahasiswa di Akbid Mitra Husada Karanganyar memiliki motivasi belajar baik (Sandhawati, 2007).

Berdasarkan keterkaitan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar”.


(18)

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

“Adakah hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada mahasiswa

semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

b. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

c. Untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan spiritual dengan

motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diarahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut dan kepentingan bagi lembaga terkait, antara lain :


(19)

commit to user

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang terkait yaitu mengenai kecerdasan spiritual dan motivasi belajar.

2. Aplikatif a. Institusi

Dapat memperkaya daftar pustaka dan pengembangan bidang pengetahuan terutama tentang pengetahuan hubungan antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar.

b. Profesi

Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan yang positif bagi pelaksanaan proses pembelajaran.

c. Mahasiswa

Dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan spiritual dan motivasi belajar yang positif sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.


(20)

commit to user

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

A. Tinjauan Pustaka 1. Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan merupakan sesuatu yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Kecerdasan inilah yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai-nilai-nilai baru (Sinetar, 2001).

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menyelesaikan masalah makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup alam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2001).

Pendapat lain mengatakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan mengembangkan bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan yang benar serta kebijaksanaan (Satiadarma dan Waruwu, 2003).

Kemampuan seseorang dalam memberikan makna dari setiap masalah yang dihadapi sehingga memberikan kemampuan seseorang untuk


(21)

commit to user

membangkitkan suatu motivasi diri merupakan kecerdasan spiritual (Sukidi, 2004).

Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau nilai, tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Kecerdasan spiritual adalah fasilitas yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam memecahkan persoalan eksistensial yaitu saat seseorang secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan. Kecerdasan spiritual seseorang mampu mengatasi masalah hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut (Zohar dan Marshall, 2001).

Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spiritual memiliki sifat yang tidak semua terlihat jelas dalam diri. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual menurut Sinetar (2001) yaitu:

a. Menyadari keadaan diri (self-awareness)

Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan spiritual. Orang yang cerdas secara spiritual memiliki kesadaran diri untuk melihat keadaan diri, memiliki sikap dan perilaku yang baik sebagai makhluk, memiliki pemahaman diri yang positif, mempunyai sikap asertif, memiliki pola fikir yang positif dan berusaha untuk hidup


(22)

commit to user

8

dengan penuh kearifan yang dimiliki agar kebahagiaan yang merupakan tujuan hidupnya dapat tercapai.

b. Mempunyai tujuan yang diraih

Kecerdasan spiritual membawa manusia untuk memiliki kemampuan dalam menentukan langkah. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi akan selalu berusaha semakin berkembang untuk mencapai segala memiliki tujuan dan keinginan yang diraih dalam menjalani kehidupan dengan pengalaman yang dimiliki.

c. Sikap fleksibel

Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk menyatukan serta menerima hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal serta menjadi penghubung kesenjangan antara diri dan orang lain. Memiliki kemampuan untuk bersikap fleksibel ditunjukkan dengan kemampuan melakukan komunikasi lisan dan tulisan dengan semua orang dengan baik, aktif dalam berbagai kegiatan, mampu beradaptasi dengan mudah, memiliki pergaulan yang luas dan memiliki sikap yang terbuka.

d. Keterbukaan terhadap perbedaan

Pembukaaan diri terhadap segala hal merupakan sifat mendasar yang dimiliki orang-orang yang cerdas secara spiritual. Perbedaan-perbedaan dalam segala hal tidak menjadi penghambat utama didalam kecerdasan spiritual untuk terus berkembang kearah yang lebih baik.


(23)

commit to user

Orang yang cerdas secara spiritual dapat melihat, memaknai dan mengkaitkan segala hal sehingga memiliki suatu sikap bijaksana di sepanjang kehidupannya. Manusia menentukan pilihannya sendiri membantu dirinya untuk lebih menghormati kehidupan. Harga diri akan membuat suatu tindakan, manusia tumbuh dengan kepercayaan diri yang semakin besar dalam mengatasi tugas dan persoalan hidup.

f. Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru

Gagasan atau ide-ide datang dari kecerdasan spiritual untuk mewujudkan sesuatu hal yang bermakna yang ditandai dengan selalu memiliki inisiatif, selalu berfikir matang dan memiliki pemikiran jauh ke depan.

g. Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting

Pandangan pragmatis dan efisien tentang realitas untuk menghasilkan

pilihan dan hasil praktis cenderung membuat orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik akan mempertanyakan segala sesuatu yang mendasar dan penting didalam kehidupannya. Orang yang cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting selalu memiliki wawasan yang luas yang ditandai oleh sikap nalar yang baik, motivasi belajar yang tinggi dan mencintai ilmu.

Kecerdasan spiritual memiliki prinsip dalam membangun mental (Agustian, 2001), diantaranya adalah:

a. Prinsip Bintang (Star Principle)

Manusia memiliki energi yang dahsyat dalam pikiran bawah sadar yang bisa dijadikan sebagai sumber motivasi diri.


(24)

commit to user

10

b. Prinsip Pembelajaran (Learning Principle)

Menuntun manusia untuk senantiasa mencari dan mengembangkan

pengetahuan seluas-luasnya.

Kecerdasan spiritual adalah pondasi bagi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Kecerdasan spiritual memiliki beberapa fungsi yaitu: a. Segi Perenial

Kecerdasan spiritual mampu mengungkap segi perenial yaitu yang abadi, yang asasi, yang spiritual dan yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual merupakan pondasi bagi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.

b. Kedamaian Spiritual

Kecerdasan spiritual membimbing untuk memperoleh kedamaian hidup secara spiritual.

c. Kebahagiaan Spiritual

Kecerdasan spiritual merupakan suatu jenis kebahagiaan yang membuat hati dan jiwa menjadi bahagia, tenteram, dan penuh kebahagiaan (Sukidi, 2004).

d. Kearifan Spiritual

Kecerdasan spiritual membimbing untuk bersikap arif dan bijak. Kearifan spiritual adalah sikap hidup arif dan bijak secara spiritual yang mengisi hidup dengan penuh kebenaran, keindahan dan kesempurnaan dalam kehidupan (Sukidi, 2004).


(25)

commit to user

Hambatan-hambatan dalam kecerdasan spiritual perlu diatasi dengan jalan mengembangkan kecerdasan spiritual (Zohar dan Marshall, 2001) yaitu:

a. Melalui jalan tugas. Mengerjakan semua tugas-tugas harian dengan

dorongan motivasi yang muncul dari dalam diri.

b. Melalui jalan pengasuhan. Berusaha untuk saling menghargai dan

memaafkan apabila terjadi konflik satu dengan yang lain. Setiap masalah yang muncul dan menjadikannya sebagai momentum untuk bertumbuh dalam kecerdasan spiritual.

c. Melalui jalan pengetahuan. Mengembangkan realisasi diri dan melatih kepekaan terhadap berbagai masalah aktual sehingga dapat merefleksikan tentang makna terhadap masalah yang dihadapi.

d. Melalui jalan perubahan pribadi atau kreativitas. Menciptakan kondisi di mana daya kreativitas yang sudah ada dalam dapat diekspresikan dengan penuh makna.

e. Melalui jalan persaudaraan. Berupaya untuk saling menghargai dan

memahami pendapat serta perasaan orang lain dan berusaha mencari pemecahan masalah dari setiap konflik. Setiap konflik merupakan kesempatan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual untuk mengelola konfliknya sendiri.

f. Melalui jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian. Berusaha untuk

mampu mengerti dan memahami setiap orang, melayani kepentingan orang lain dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.


(26)

commit to user

12

Kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan adversity (AQ) bukan satu-satunya kunci yang dapat mengantar seseorang ke

jenjang sukses. Kecerdasan spiritual (SQ) mempunyai peranan penting untuk pengembangan diri. Para psikologis mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya empat kecerdasan, yaitu Intelektual Question, Emotional Question, Adversity Question dan Spiritual Question.

a. Intelektual Question (IQ)

Kecerdasan intelektual berkaitan dengan ketrampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Kekhasan cara berpikir IQ terletak pada pemikiran rasional dan logis. IQ menjadi fakultas rasional dari manusia (Waruwu dan Satiadarma, 2003).

b. Emotional Question (EQ)

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, mengatur suasana hati, berempati dan solidaritas tinggi. Kecerdasan emosional memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif (Goleman, 2005). c. Advertsity Question (AQ)

Kecerdasan adversity adalah kesanggupan seseorang untuk melihat dan mengubah persoalan menjadi sebuah kesempatan. Kecerdasan adversity mempunyai tiga bentuk yaitu sebagai suatu kerangka kerja konseptual


(27)

commit to user

yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua jenis kesuksesan, merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan dan merupakan serangkaian peralatan dasar yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan (Stoltz, 2009).

d. Spiritual Question (SQ)

Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan sesuatu yang berkait dengan masalah makna, motivasi dan tujuan hidup (Zohar dan Marshall, 2001). Jika kecerdasan intelektual berperan memberikan solusi intelektual-teknikal, kecerdasan emosional meratakan jalan membangun relasi sosial,

kecerdasan adversity kesanggupan melihat dan mengubah persoalan

menjadi sebuah kesempatan, kecerdasan spiritual memegang peranan untuk mempertanyakan makna dan tujuan hidup seseorang.

Perbedaan EQ, AQ dan SQ terletak pada daya ubahnya. Kecerdasan emosional memungkinkan untuk memutuskan dalam suatu situasi yang bagaimana dan membiarkan situasi tersebut mengarahkan diri, kecerdasan adversity memungkinkan untuk mengubah setiap persoalan dan situasi

menjadi suatu kesempatan, sedangkan kecerdasan spiritual memungkinkan untuk bertanya apakah memang berada tepat pada situasi tersebut.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti


(28)

commit to user

14

subyek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan (Winkel, 1986). Motivasi sebagai suatu kondisi yang menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah pada tingkah laku tersebut (Suciati & Irawan, 2001).

Pendapat lain mengatakan motivasi adalah suatu kondisi yang mampu menimbulkan dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan dan mengarahkan untuk melakukan perilaku dan aktifitas tertentu guna mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Sardiman, 2009).

Stoltz (2000) membagi tipe motivasi menjadi beberapa bagian yaitu:

1) Quitters yaitu orang-orang yang mudah menyerah, sehingga

kehidupan mereka semakin terpuruk dalam kemalangan.

2) Campers yaitu orang-orang yang mudah puas dengan apa yang

sudah dicapai, sehingga kehidupan mereka biasa-biasa saja.

3) Climbers yaitu orang-orang yang selalu optimis, berpikir positif

dan terus bersemangat kerja sampai benar-benar mendapatkan yang mereka inginkan.

Klasifikasi motivasi menurut para ahli dibagi dalam beberapa golongan antara lain:

1) Sartain membagi motivasi menjadi dua golongan :

a) Physiological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat


(29)

commit to user

b) Social motivies adalah dorongan-dorongan yang berhubungan

dengan manusia dalam masyarakat.

2) Woodworth mengklasifikasikan motivasi sebagai berikut:

a) Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang berhubungan

dengan kebutuhan bagian dalam dari tubuh.

b) Motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motivies)

adalah motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan cepat dan kuat dari manusia, motif ini timbul bukan atas kemauan kita tetapi karena perangsangan dari luar yang menariknya.

c) Motif objektif adalah motif yang diarahkan ke suatu objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri seseorang.

3) Motivasi dapat pula dibedakan sebagai berikut :

a) Motivasi intrinsik adalah motivasi-motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b) Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya rangsangan dari luar. (Purwanto, 2006)

4) Maslow (1989, dalam Purwanto, 2006) membagi keseluruhan motif yang mendorong perbuatan individu menjadi 5 kategori yang


(30)

commit to user

16

membentuk suatu tangga motif yang mendorong perbuatan individu menjadi 5 kategori yang membentuk suatu hierarki atau tangga motif dari yang terendah sampai yang tertinggi yaitu :

a) Motif fisiologi yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi

kebutuhan jasmaniah, seperti kebutuhan akan makan, minum, bernafas, bergerak dan lain-lain.

b) Motif pengamanan yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga

atau melindungi diri dari gangguan baik gangguan alam, binatang, iklim maupun penilaian manusia.

c) Motif persaudaraan atau kasih sayang yaitu motif untuk

membina hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda.

d) Motif harga diri untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari orang lain.

e) Motif aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualkan semua potensi yang dimilki.

Kegiatan individu agar dapat memberikan hasil yang efektif, maka motivasi sangat dibutuhkan dan diperlukan usaha-usaha untuk membangkitkan motivasi. Kartawidjaja (1992, dalam Aldita, 2004)


(31)

commit to user

menyatakan terdapat beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar yaitu:

1) Kesadaran

2) Perhatian

3) Kemauan

4) Kesenangan

Gagne dan Driscoll dalam Sutarno (2006) mengemukakan model ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Satisfaction) sebagai faktor untuk mencapai motivasi belajar, faktor-faktor tersebut adalah:

1) Attention (perhatian)

Rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan sehingga mahasiswa akan memberikan perhatian dan perhatian tersebut terpelihara selama proses belajar mengajar.

2) Relevance (berkaitan dengan kebutuhan)

Relevan menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau nbermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.

3) Confidance (percaya diri)

Kepercayaan Diri merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan


(32)

commit to user

18

pribadi siswa bahwa dirinya memiliki untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil.

4) Satisfaction (rasa kepuasan)

Kepuasan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilakan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.

Unsur didalam motivasi pada hakikatnya berinteraksi dalam diri manusia (Hamalik, 2003). Unsur-unsur motivasi yaitu:

1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dan pribadi.

2) Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal. Mula-mula merupakan ketegangan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bemotif.

3) Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki peranan penting dalam diri individu yaitu: 1) Menyadarkan kedudukan pada awal, proses dan hasil akhir. 2) Mengarahkan kegiatan belajar.

3) Membesarkan semangat belajar.


(33)

commit to user

5) Motivasi dapat memberikan arah kegiatan yang tepat menuju

tercapainya tujuan.

6) Dengan motivasi siswa dapat melihat dan menyeleksi perbuatan

yang mana yang harus dilakukan atau ditinggal sehingga pencapaian tujuan dapat direalisasikan.

7) Motivasi menentukan ketekunan belajar.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motivasi merupakan faktor penentu keberhasilan proses belajar. Pada dasarnya belajar adalah usaha sadar dan aktif dari mahasiswa. Tanpa adanya motivasi belajar, siswa akan pasif dan proses belajar tidak akan mencapai tujuan. b. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang akrab dengan lapisan masyarakat. Tidak semua orang mengetahui makna belajar. Ada banyak ahli mengemukakan tentang pengertian belajar. Syah (2005) menjelaskan arti belajar adalah proses kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Skinner dalam Syah (2005) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Witherington juga merumuskan tentang pengertian belajar. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksiyang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (Purwanto, 2006).


(34)

commit to user

20

Kondisi psikologis yang merupakan penggerak dalam diri seseorang untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai disebut dengan motivasi belajar menurut Kartawidjaja (1992, dalam Aldita, 2004).

Individu yang memiliki rasa tanggung jawab besar dan berhasrat berprestasi tinggi dalam belajar (Sardiman, 2002) memiliki ciri-ciri:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai).

2) Tidak mudah putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar

untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak sepat puas dengan prestasi yang dicapainya.

3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Dapat mempertahankan pendapatnya.

6) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Proses pembelajaran siswa menempuh 3 fase:


(35)

commit to user

Dalam fase ini seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang dipelajari.

2) Fase transformasi (tahap pengubahan materi)

Informasi yang telah diperoleh dianalisis, diubah atau ditransformasi menjadi bentuk abstrak atau konseptual.

3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan yang didapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Syah (2004) dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.

1) Faktor internal (faktor-faktor dalam diri individu)

Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor tersebut menyangkut 2 aspek yaitu aspek jasmaniah dan aspek psikologi (rohani). Aspek jasmaniah dari individu menggambarkan kondisi umum jasmani dan tonus otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, sedangkan aspek rohani menyangkut kesehatan psikis, kemampuan intelektual, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu. Faktor-faktor rohani siswa dipandang lebih esensial dalam mempengaruhi proses belajar yaitu tingkat kecerdasan siswa, sikap, bakat, minat dan motivasi.


(36)

commit to user

22

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.

3) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Setiap motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan dan cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Motivasi sangat berguna bagi tindakan seseorang (Hamalik, 2003) untuk:

1) Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi sebagai penggerak. Besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami

perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.

3. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian


(37)

commit to user

filosofis yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan pengetahuan. Kemajuan alamiah menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi bermula dari perenungan, melalui pemahaman menuju kearifan. Cara memecahkan masalah apapun baik praktis maupun intelektual dengan cara yang cerdas spiritual adalah menempatkannya dalam suatu perspektif yang lebih luas, sehingga terlihat lebih jelas (Zohar dan Marshal, 2001).

Individu yang mencapai keberhasilan dimasa dewasanya pada umumnya pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual seperti keberanian, optimisme, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan dalam menghadapi bahaya dan kesulitan terutama masalah yang terkait dengan proses pembelajaran. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dalam belajar, tentu ia akan memiliki motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran, berusaha untuk dapat memecahkan beragam masalah yang dihadapi dengan kearifannya dan tidak mudah putus asa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya (Sinetar, 2001).

Terlihat jelas bahwa perkembangan spiritual menghidupkan motif-motif khusus dalam diri manusia. Mereka terilhami, terdorong dan termotivasi untuk mengambil tanggung jawab dan prakarsa untuk belajar.


(38)

24

B. Kerangka Konsep

24

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Faktor Yang Mempengaruhi :

- Kesadaran

- Perhatian

- Kemauan

- Kesenangan

Motivasi Belajar Kecerdasan Spiritual :

1) Menyadari keadaan diri

2) Mempunyai tujuan yang ingin diraih 3) Sikap Fleksibel

4) Keterbukaan terhadap perbedaan 5) Dapat melihat keterkaitan antara

berbagai hal

6) Mempunyai gagasan atau ide-ide yang baru

7) Cenderung mempertanyakan sesuatu yang mendasar dan penting

(Sinetar, 2001)

Baik

Sedang Kurang

Baik

Sedang Kurang

Karakteristik Motivasi:

1) Quitters 2) Campers 3) Climbers


(39)

commit to user

25 Keterangan :

= Diteliti

= Tidak Diteliti

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil yang belum teruji secara empiris (Arief, 2004). Sehubungan dengan pernyataan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar?”


(40)

commit to user

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu rencana struktur dan strategi penelitian untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dengan melakukan pengendalian berbagai variabel yang berpengaruh terhadap penelitian itu (Arief, 2004).

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik. Sifat penelitian ini adalah explanatory yaitu menjelaskan hubungan antara variable-variable

penelitian melalui pengujian hipotesa. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah cross sectional untuk mendapatkan gambaran yang senyatanya dari responden pada saat dilakukannya penelitian (Sugiyono, 2005).

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Pemilihan tempat penelitian dilakukan dengan berbagai pertimbangan yaitu aspek keterjangkauan untuk penelitian dan tersedianya jumlah sampel yang memadai untuk penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus Akbid Mitra Husada Karanganyar dan pengalokasian waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli tahun 2009.


(41)

commit to user

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002).

1. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir dan parameternya akan diketahui melalui penelitian (Arief, 2004). Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akbid Mitra Husada Karanganyar.

2. Populasi Aktual

Populasi aktual adalah populasi yang secara riil dijadikan dasar dalam penentuan sampel dan secara langsung menjadi lingkup sasaran keberlakuan simpulan (Sukmandinata, 2006). Populasi aktual dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar berjumlah 121 orang. Pemilihan populasi pada semester II karena ketersediaan sampel.

D. Teknik Sampling dan Estimasi Besar Sampel

1. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling

dengan menggunakan random sampling dimana sampel yang diambil berdasarkan atas pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri yaitu sesuai dengan kriteria retriksi yang telah ditetapkan (Notoatmodjo, 2002).


(42)

commit to user

28

2. Estimasi Besar Sampel

Sampel pada populasi < 1000, maka digunakan rumus (Nursalam, 2008):

r = N 1 + N (d²) R = 121 1+ 121 (0,05²) = 93 responden Keterangan:

R = Estimasi Besar Sampel N = Jumlah Populasi

D = Tingkat Signifikasi (d = 0,05)

E. Kriteria Restriksi

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).

Kriteria dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar berjumlah 93 orang.

2. Kriteria eksklusi

Adalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).


(43)

commit to user

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada yang tidak bersedia

menjadi responden dalam penelitian.

b. Mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada yang tidak hadir pada saat dilakukan penelitian.

F. Definisi Operasional

1. Variabel bebas : Kecerdasan Spiritual

a. Definisi : Kemampuan seseorang dalam memberikan makna

dari setiap masalah yang dihadapi sehingga memberikan kemampuan seseorang untuk membangkitkan motivasi diri.

b. Alat ukur : Angket kecerdasan spiritual berdasarkan skala Likert yang disusun oleh peneliti. Uji validitas

angket dilakukan dengan N=25 dan taraf kesalahan 5% didapat harga rtabel=0,396 dan diperoleh hasil

terdapat item yang gugur (tidak valid) sebanyak 7 item yaitu item 6, 13, 19, 26 32, 38 dan 45 sehingga didapat 38 pertanyaan yang memenuhi standar validitas dengan koefesien reliabilitas angket sebesar rxy=0,906.


(44)

commit to user

30

d. Cara mengukur : Memberikan angket tentang kecerdasan spiritual kepada responden untuk diisi kemudian dinilai dengan memberikan skor. Skala nilai terdiri 38 pernyataan berdasarkan ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual:

1) Baik : 116-152

2) Sedang : 77-115 3) Kurang : 38-76

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Spiritual

NO Karakteristik

Nomor Item

Jumlah

Favorable Unforable

1 Menyadari Keadaan diri 1,2,3,4 5,7,8 7

2

Mempunyai tujuan yang ingin diraih

9,10,11,12 14,15,16 7

3 Fleksibel 17,18 20,21,22 5

4

Bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal

23,24,25 27,28 5

5 Terbuka terhadap perbedaan 29,30,31 33,34 5

6

Mempunyai gagasan ide-ide yang segar

35,36,37 39,40 5


(45)

commit to user

yang mendasar dan pokok

Jumlah Total 22 16 38

2. Variabel terikat : Motivasi belajar

a. Definisi : Kondisi psikologis yang merupakan penggerak

dalam dari mahasiswa untuk memulai suatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

b. Alat ukur : Angket motivasi belajar berdasarkan skala Likert

yang disusun oleh Abdullah (1977, dalam

Wigunantiningsih, 2006) dengan koefesien reliabilitas angket sebesar rxy=0,86

c. Skala : Ordinal

d. Cara mengukur : Dengan cara memberikan angket tentang motivasi belajar kepada responden untuk diisi kemudian dinilai dengan memberikan skor. Skala nilai terdiri dari 38 pernyataan berdasarkan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi:

1) Baik : 116-152

2) Sedang : 77-115


(46)

commit to user

32

G. Instrumen Penelitian

1. Angket

Dalam penelitian ini pengambilan datanya menggunakan metode angket langsung dan tertutup. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 macam angket yaitu angket Kecerdasan Spiritual dan angket Motivasi Belajar.

2. Skoring Angket

Penyusunan angket dengan menggunakan Skala Linkert dengan 4 jenjang jawaban yang terdiri atas:

a. Sangat Sesuai (SS) b. Sesuai (S)

c. Tidak Sesuai (TS)

d. Sangat Tidak Sesuai (STS)

Alternatif jawaban ini didasarkan pada aspek yang muncul. Pemberian skor angket dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penskoran Dengan Skala Likert

Pilihan Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3


(47)

commit to user

H. Analisis Data

Angket dalam penelitian ini dirancang oleh peneliti sendiri dan sebelum diedarkan pada responden telah dilakukan uji validitas dan reabilitas terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat itu benar untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002).

Teknik analisis yang digunakan untuk uji validasi adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus product moment.

)

(

)

(

(

)

{

2 2

}

{

2

(

)

2

}

∑ ∑

− − = Y Y N X X N Y X Y X N R Keterangan :

R : Koefisien kolerasi item dengan skor total

X : Skor pertanyaan

Y : Skor total

N : Jumlah Responden

XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total

(Arikunto, 2002) Angket dikatakan valid apabila mampu mengukur dan mengungkapkan data secara tepat. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan r tabel dengan r hitung untuk degree of freedom (df)= n-2. Jika pada uji signifikansi ada item pertanyaan yang tidak memenuhi taraf signifikansi maka item pertanyaan tersebut dihilangkan (Notoatmodjo, 2002).


(48)

commit to user

34

Perhitungan validitas angket dengan menggunakan program komputer SPSS version 16.0 for Windows.

Reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui bahwa kuesioner tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur penelitian (Notoatmodjo, 2002). Untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan dengan Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − =

=

2

1 2 1 11 1 1 α σ α k k r Keterangan :

r 11 : reliabitas instrumen

k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

α : jumlah varians butir

2

α : varian total

(Sugiyono, 2005) Data dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60. Apabila

nilai yang diperoleh dibawah angka kritis, maka kesioner tersebut tidak reliabel sebagai alat ukur (Ghozali, 2001).

Perhitungan reliabilitas kuesioner dengan menggunakan program komputer SPSS version 16.0 for Windows.

Untuk kuesioner motivasi belajar tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena sudah terdapat skala baku tentang pengukuran motivasi belajar. Pengukuran skala motivasi belajar tersebut disusun oleh


(49)

commit to user

Abdullah (1977, dalam Wigunantiningsih, 2006) yaitu disusun berdasarkan batasan tentang motif berprestasi dan ciri-ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Dengan menggunakan pendekatan Spit Half, Abdullah melaporkan bahwa koefesien reabilitas angket ini

adalah sebesar rxy = 0,86.

2. Pengolahan data

Pengolahan data dari hasil pengisian angket dilakukan dengan cara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk persentase dan narasi. Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Editing

Proses editing dilakukan untuk memeriksa data yang sudah

terkumpul dan jika ada kekurangan langsung dilengkapi tanpa dilakukan penggantian atas jawaban responden.

b. Coding

Pada tahap ini dilakukan dengan memberi kode pada semua variabel agar mempermudah dalam pengolahan data.

c. Tabulating

Tabulasi adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini tabel selesai diproses dehingga harus segera disusun ke dalam suatu pola format yang telah direncanakan.


(50)

commit to user

36

3. Analisis data

Dari hasil pengisian angket dilakukan analisis dengan menggunakan tabel distribusi yang akan disajikan dalam bentuk prosentase dan narasi (Nursalam, 2008).

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data Kendall Tau. Korelasi Kendall Tau ini digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau ranking (Riwidikdo, 2008)

τ = 2 ) 1 ( − −

N N B A Keterangan :

τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1)

A = Jumlah rangking atas

B = Jumlah rangking bawah N = Jumlah anggota sampel

Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, karena distribusinya mendekati distribusi normal. Rumusnya adalah sebagai

berikut: z =

) 1 ( 9 ) 5 2 ( 2 − + N N N τ Keterangan:

z = Uji Signifikansi Koefisien Korelasi


(51)

commit to user

N = Jumlah anggota sampel

Perhitungan uji statistik dengan menggunakan program komputer SPSS version 16.0 for Windows.

Pengambilan keputusan dilakukan dari hasil perhitungan secara statistik menggunakan rumus tersebut dan dengan menggunakan taraf kesalahan 5%. Hasil z hitung kemudian dikonsultasikan dengan z tabel. Apabila didapatkan hasil dimana z hitung lebih besar dari z tabel maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini berarti ada hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar.


(52)

commit to user

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada pada tanggal 17 Juli 2009 di Akbid Mitra Husada Karanganyar tahun akademik 2008/2009 yang berjumlah 93 orang. Pengumpulan data dilakukan, dengan hasil sebagai berikut:

A. Kecerdasan Spiritual

Penelitian ini diperoleh responden dengan tingkatan kecerdasan spiritual dalam tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Pembagian kecerdasan spiritual dalam tiga kategori berdasarkan perhitungan dari nilai maksimal dikurangi nilai minimal dibagi tiga, yaitu:

152-38 = 38 3

Sehingga dari hasil diatas dapat diperoleh rentang nilai untuk menentukan kategori kecerdasan spiritual adalah 38, dari rentang tersebut kecerdasan spiritual dapat dibagi dalam tiga kategori seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Rentang Klas Interval Kecerdasan Spiritual

No Skala Klas Interval

1. 116-152 Baik

2. 77-115 Sedang

3. 38-76 Kurang


(53)

commit to user

Data responden mengenai kecerdasan spiritual diperoleh melalui angket yang dibagikan dan diisi oleh mahasiswa, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kecerdasan Spiritual Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

No Kecerdasan Spiritual Klas Interval Cakupan

Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 116-152 37 39,8

2. Sedang 77-115 53 57

3. Kurang 38-76 3 3,2

Sumber: data primer Juli 2009

Hasil penelitian kecerdasan spiritual berdasarkan tabel di atas dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data kecerdasan spiritual dengan kategori kecerdasan spiritual sedang sebanyak 53 responden (57%), sehingga secara keseluruhan didapatkan responden dengan kategori kecerdasan spiritual baik sebanyak 37 responden (39,8%) dan kategori kecerdasan spiritual rendah sebanyak 3 responden (3,2%).

Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil kesimpulan tergolong dalam kecerdasan spiritual kategori sedang, yang berarti kecerdasan spiritualnya cukup baik.

B. Motivasi Belajar

Penelitian ini diperoleh responden dengan tingkatan motivasi belajar dalam tiga kategori, yaitu baik, sedang dan kurang. Pembagian motivasi


(54)

commit to user

40

belajar dalam tiga kategori berdasarkan perhitungan dari nilai maksimal dikurangi nilai minimal dibagi tiga, yaitu:

152-38 = 38 3

Tabel 4.3 Rentang Klas Interval Motivasi Belajar

No. Skala Klas Interval

1. Baik 116-152

2. Sedang 77-115

3. Kurang 38-76

Data responden mengenai motivasi belajar diperoleh melalui angket yang dibagikan dan diisi oleh mahasiswa, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

No Motivasi Belajar Klas Interval Cakupan

Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 116-152 46 49,5

2. Sedang 77-115 46 49,5

3. Kurang 38-76 1 1,1

Sumber: data primer Juli 2009

Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan tabel di atas dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data motivasi belajar


(55)

commit to user

sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang sebanyak 1 responden (1,1%).

Motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar berdasarkan data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tergolong kategori sedang dan baik, yang berarti kecerdasan baik akan menghasilkan motivasi belajar baik pula.

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

skala motivasi belajar

Total

1 2 3

skala kecerdasan spiritual 1 1 2 0 3

2 0 36 17 53

3 0 8 29 37

Total 1 46 46 93

Hasil penelitian pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 1 responden (1,1%).

2. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 2 mahasiswa (2,2%).


(56)

commit to user

42

3. Kecerdasan spiritual kurang dengan motivasi belajar baik sebanyak 0 mahasiswa (0%).

4. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar kurang sebanyak 0 mahasiswa (0%).

5. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar sedang sebanyak 36 mahasiswa (38,7%).

6. Kecerdasan spiritual sedang dengan motivasi belajar baik sebanyak 17 mahasiswa (18,3%).

7. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar kurang sebanyak 0 mahasiswa (0%).

8. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar sedang sebanyak 8 mahasiswa (8,6%).

9. Kecerdasan spiritual baik dengan motivasi belajar baik sebanyak 29

mahasiswa (31,2%).

Setelah data tersebut diolah dengan uji korelasi Kendall Tau dengan bantuan SPSS version 16.0 for Windows diperoleh hasil sebagai berikut:


(57)

commit to user

Tabel 4.6 Uji Korelasi Kendall Tau Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar

kecerdasan spiritual

motivasi belajar Kendall's tau_b kecerdasan

spiritual

Correlation

Coefficient 1.000 .456

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 93 93

motivasi belajar

Correlation

Coefficient .456

**

1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 93 93

**. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji signifikansi koefisien korelasi menggunakan rumus z, sebagai berikut:

z = ) 1 ( 9 ) 5 2 ( 2 − + N N N τ Keterangan:

z = Uji Signifikansi Koefisien Korelasi

τ = Koefisien Korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) N = Jumlah anggota sampel

Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan:

z = 1) -9x93x(93 5) 93 x 2 ( 2 456 , 0 +


(58)

commit to user

44

= 77004

382 456 , 0

= 070 , 0

456 , 0

= 6,514

Harga z hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga z tabel. Untuk uji dua pihak maka taraf kesalahan 5% dibagi 2, sehingga menjadi 2,5%. Selanjutnya harga z dapat dilihat pada kurva normal dengan z=0,4975. Berdasarkan angka tersebut maka harga z = 2,79. Ternyata z hitung lebih besar dari z tabel (6,514 > 2,79). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar sebesar 0,456.


(59)

commit to user

BAB V PEMBAHASAN

A. Kecerdasan Spiritual

Hasil penelitian kecerdasan spiritual berdasarkan perhitungan persentase dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data kecerdasan spiritual dengan kategori kecerdasan spiritual sedang yang berarti kecerdasan spiritualnya cukup baik.

Hasil penelitian kecerdasan spiritual ini sesuai dengan pendapat Zohar dan Marshall (2001) yang membahas tentang adanya kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh setiap manusia, yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan. Prinsip dalam kecerdasan spiritual adalah jalan pengetahuan yaitu merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian filosofis yang paling dalam akan kebenaran hingga pencarian spiritual akan pengetahuan. Kecerdasan spiritual pada mahasiswa dikembangkan melalui jalan pengetahuan yaitu proses pembelajaran materi yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari atau hal lain yang akan membawa pemahaman mereka ke arah pemahaman yang lebih bermakna.

Kohlberg (2000) mengungkapkan bahwa remaja pada tahapan perkembangan moral ada pada tahapan konvensional, artinya pada tahapan ini remaja sudah mulai mengerti bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Responden penelitian terlihat berada pada rentang usia remaja, sehingga hasil penelitian


(60)

commit to user

46

yang dihasilkan kecerdasan spiritual berada pada kategori cukup baik. Tahap remaja merupakan tahapan ketika terjadi proses kebermaknaan dan pernyataan tersebut cukup signifikan dengan beberapa aspek yang ada pada kecerdasan spiritual. Eliawati (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki makna dalam hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki kualitas "menjadi" yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan lingkungan untuk membangkitkan suatu motivasi dalam diri.

B. Motivasi Belajar

Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan persentase dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data motivasi belajar sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang sebanyak 1 responden (1,1%). Penelitian motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil kesimpulan bahwa tergolong kategori sedang dan baik. Responden telah memiliki motivasi belajar untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Kartawidjaja, 1992, dalam Aldita, 2004).


(61)

commit to user

Motivasi merupakan disposisi yang mendorong seseorang untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang memiliki intensif baginya. Motivasi yang berasal dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses belajar guna meraih hasil yang terbaik. Keadaan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suryabrata (2000) yang menyatakan bahwa motivasi bersal dari kata “motif” yang berarti keadaan pribadi yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu. Motif adalah penggerak atau pendorong dari dalam dan luar subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai signifikasi dengan menggunakan rumus z hitung = 6,514 dan dengan nilai korelasi Kendall Tau 0,456. Dari hasil perhitungan didapatkan z hitung lebih besar daripada z tabel (6,514>2,79) setelah dibandingkan dengan z tabel untuk taraf kesalahan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 92 diperoleh harga z= 2,79, sehinggga hipotesis diterima dan nilai z ditetapkan dalam tabel koefesien korelasi tergolong kuat.

Bukti di atas secara nyata menjelaskan bahwa terdapat hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar. Keadaan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sukidi (2004) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual disinyalir mampu menghidupkan motivasi mahasiswa


(62)

commit to user

48

dalam belajar sehingga membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki kecerdasan spiritual cukup baik akan menghasilkan motivasi belajar baik pula. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi dianggap sebagai orang-orang yang memiliki motivasi (Hakim, 2008).  

Orang yang cerdas secara spiritual mempunyai motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran (Hasan, 2006). Risma (2006) berpendapat bahwa individu yang mempunyai semangat belajar yang tinggi akan selalu berusaha secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai kecerdasan secara spiritual yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran untuk giat belajar. 

Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku akibat pengalaman yang diperoleh atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya maka motivasi untuk belajar akan terus tumbuh dalam diri tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(63)

commit to user

Mahasiswa semester II merupakan mahasiswa dengan keadaan psikologis yang jauh lebih matang dan kemampuan berpikir jauh lebih rasional sehingga mengharuskan mahasiswa untuk dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi sesuai dengan keadaan mahasiswa itu sendiri. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan kreativitas media pembelajaran yang memanfaatkan audiovisual (animasi dan video). Subandono (2007) menyatakan bahwa belajar dengan mengoptimalkan otak kiri dan otak kanan dengan metode loci dapat meningkatkan daya ingat seseorang yang selanjutnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Sardiman (2002) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi keadaan fisik secara umum, sedangkan psikologi meliputi variabel kognitif termasuk didalamnya adalah motivasi.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami

perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan psikologis peserta didik. Bagi peserta didik yang telah matang kondisi fisik, psikologis dan kemampuan rasionalnya, motivasi cenderung lahir pada sisi menyadari keadaan diri dan kemampuan kemandirian peserta didik (Dimyati dan Mujiono, 2006). Menyadari keadaan diri merupakan salah satu ciri-ciri kecerdasan spiritual. Perkembangan spiritual terlihat telah menghidupkan motif-motif khusus dalam diri manusia. Mereka terilhami, terdorong dan termotivasi untuk mengambil tanggung jawab dan prakarsa untuk belajar. 


(64)

commit to user

50

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai “Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar”, maka dapat disimpulkan:

1. Kecerdasan spiritual pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar tergolong sedang dengan proporsi sebanyak 53 responden (57%).

2. Motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar tergolong baik dan sedang dengan proporsi sebanyak 46 responden (49,5%).

3. Ada hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada

mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. Terbukti dengan hasil analisa data korelasi Kendall Tau sebesar 0,456 dengan menggunakan rumus z hitung = 6,514. Dari hasil perhitungan didapatkan z hitung lebih besar daripada z tabel (6,514>2,79) setelah dibandingkan dengan z tabel untuk taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 92 diperoleh harga z= 2,79 sehinggga nilai z ditetapkan dalam tabel koefesien korelasi tergolong kuat.


(65)

commit to user

B. Saran

1. Bagi Mahasiwa

a. Hendaknya menambah pemahaman serta pengetahuan tentang hal-hal

yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kecerdasan spiritual dan motivasi belajar.

b. Hendaknya mahasiswa dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan

spiritual dan motivasi belajar yang positif dehingga diharapkan mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Bagi Pendidik dan Orang Tua

Hendaknya memberi dorongan moral dan spiritual kepada anak didik dan anaknya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan motivasi belajar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hendaknya peneliti selanjutnya menambah variabel menjadi lebih

komplek, sehingga memperoleh informasi dan data yang lebih luas yang dapat menjawab tujuan dari penelitian yang ingin dicapai.

b. Hendaknya peneliti selanjutnya dapat mengantisipasi pembuatan

angket tidak bersifat self inventory agar responden dapat mengisinya

sesuai fakta yang sesungguhnya dan tidak berdasarkan

kesimpulan.

c. Diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan untuk

menghasilkan ide-ide yang kreatif dan dapat mengadakan peneliti lanjutan tentang kecerdasan spiritual dengan motivasi.


(1)

commit to user

yang dihasilkan kecerdasan spiritual berada pada kategori cukup baik. Tahap remaja merupakan tahapan ketika terjadi proses kebermaknaan dan pernyataan tersebut cukup signifikan dengan beberapa aspek yang ada pada kecerdasan spiritual. Eliawati (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki makna dalam hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki kualitas "menjadi" yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan lingkungan untuk membangkitkan suatu motivasi dalam diri.

B. Motivasi Belajar

Hasil penelitian pada motivasi belajar berdasarkan persentase dapat diketahui klas interval dengan proporsi terbanyak dari data motivasi belajar sedang dan baik sebanyak 46 responden (49,5%), sehingga secara keseluruhan didapatkan responden dengan kategori motivasi belajar kurang sebanyak 1 responden (1,1%). Penelitian motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar dapat diambil kesimpulan bahwa tergolong kategori sedang dan baik. Responden telah memiliki motivasi belajar untuk memulai sesuatu kegiatan khususnya aktifitas belajar atas kemauan sendiri, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat dan menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai (Kartawidjaja, 1992, dalam Aldita, 2004).


(2)

commit to user

47

Motivasi merupakan disposisi yang mendorong seseorang untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang memiliki intensif baginya. Motivasi yang berasal dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses belajar guna meraih hasil yang terbaik. Keadaan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suryabrata (2000) yang menyatakan bahwa motivasi bersal dari kata “motif” yang berarti keadaan pribadi yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu. Motif adalah penggerak atau pendorong dari dalam dan luar subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

C. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh nilai signifikasi dengan menggunakan rumus z hitung = 6,514 dan dengan nilai korelasi Kendall Tau 0,456. Dari hasil perhitungan didapatkan z hitung lebih besar daripada z tabel (6,514>2,79) setelah dibandingkan dengan z tabel untuk taraf kesalahan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 92 diperoleh harga z= 2,79, sehinggga hipotesis diterima dan nilai z ditetapkan dalam tabel koefesien korelasi tergolong kuat.

Bukti di atas secara nyata menjelaskan bahwa terdapat hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar. Keadaan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sukidi (2004) yang menyatakan bahwa kecerdasan spiritual disinyalir mampu menghidupkan motivasi mahasiswa


(3)

commit to user

dalam belajar sehingga membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang memiliki kecerdasan spiritual cukup baik akan menghasilkan motivasi belajar baik pula. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi dianggap sebagai orang-orang yang memiliki motivasi (Hakim, 2008).  

Orang yang cerdas secara spiritual mempunyai motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran (Hasan, 2006). Risma (2006) berpendapat bahwa individu yang mempunyai semangat belajar yang tinggi akan selalu berusaha secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup kuat untuk setiap persoalan. Individu yang mempunyai kecerdasan secara spiritual yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran untuk giat belajar. 

Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku akibat pengalaman yang diperoleh atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya maka motivasi untuk belajar akan terus tumbuh dalam diri tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(4)

commit to user

49

Mahasiswa semester II merupakan mahasiswa dengan keadaan psikologis yang jauh lebih matang dan kemampuan berpikir jauh lebih rasional sehingga mengharuskan mahasiswa untuk dapat menumbuhkan dan meningkatkan motivasi sesuai dengan keadaan mahasiswa itu sendiri. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan kreativitas media pembelajaran yang memanfaatkan audiovisual (animasi dan video). Subandono (2007) menyatakan bahwa belajar dengan mengoptimalkan otak kiri dan otak kanan dengan metode loci dapat meningkatkan daya ingat seseorang yang selanjutnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Sardiman (2002) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi keadaan fisik secara umum, sedangkan psikologi meliputi variabel kognitif termasuk didalamnya adalah motivasi.

Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami

perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan psikologis peserta didik. Bagi peserta didik yang telah matang kondisi fisik, psikologis dan kemampuan rasionalnya, motivasi cenderung lahir pada sisi menyadari keadaan diri dan kemampuan kemandirian peserta didik (Dimyati dan Mujiono, 2006). Menyadari keadaan diri merupakan salah satu ciri-ciri kecerdasan spiritual. Perkembangan spiritual terlihat telah menghidupkan motif-motif khusus dalam diri manusia. Mereka terilhami, terdorong dan termotivasi untuk mengambil tanggung jawab dan prakarsa untuk belajar. 


(5)

commit to user

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai “Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar”, maka dapat disimpulkan:

1. Kecerdasan spiritual pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar tergolong sedang dengan proporsi sebanyak 53 responden (57%).

2. Motivasi belajar pada mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar tergolong baik dan sedang dengan proporsi sebanyak 46 responden (49,5%).

3. Ada hubungan kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar pada

mahasiswa semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. Terbukti dengan

hasil analisa data korelasi Kendall Tau sebesar 0,456 dengan

menggunakan rumus z hitung = 6,514. Dari hasil perhitungan didapatkan z hitung lebih besar daripada z tabel (6,514>2,79) setelah dibandingkan dengan z tabel untuk taraf kesalahan 5% dan derajat kebebasan (dk) = 92 diperoleh harga z= 2,79 sehinggga nilai z ditetapkan dalam tabel koefesien korelasi tergolong kuat.


(6)

commit to user

51

B. Saran

1. Bagi Mahasiwa

a. Hendaknya menambah pemahaman serta pengetahuan tentang hal-hal

yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan kecerdasan spiritual dan motivasi belajar.

b. Hendaknya mahasiswa dapat menumbuhkan tingkat kecerdasan

spiritual dan motivasi belajar yang positif dehingga diharapkan mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Bagi Pendidik dan Orang Tua

Hendaknya memberi dorongan moral dan spiritual kepada anak didik dan anaknya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan motivasi belajar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Hendaknya peneliti selanjutnya menambah variabel menjadi lebih

komplek, sehingga memperoleh informasi dan data yang lebih luas yang dapat menjawab tujuan dari penelitian yang ingin dicapai.

b. Hendaknya peneliti selanjutnya dapat mengantisipasi pembuatan

angket tidak bersifat self inventory agar responden dapat mengisinya

sesuai fakta yang sesungguhnya dan tidak berdasarkan

kesimpulan.

c. Diharapkan dapat lebih meningkatkan pengetahuan untuk

menghasilkan ide-ide yang kreatif dan dapat mengadakan peneliti lanjutan tentang kecerdasan spiritual dengan motivasi.