Hakikat Peta Pikiran Landasan Teoretis

23 Hal selanjutnya yang harus diperhatikan siswa saat bercerita yaitu penggunaan gestur dan mimik yang tepat. Selain menggunakan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, penyampaian cerita juga perlu ditunjang dengan gerakan anggota tubuh dan ekspresi wajah. Hal tersebut akan menghidupkan komunikasi. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan bercerita. Perhatian pendengar akan terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan tersebut sehingga pendengar kurang memahami isi cerita. Jadi kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diangkat dalam penelitian ini adalah siswa diharapkan mampu bercerita secara runtut dan dengan suara nyaring, serta dengan lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat sehingga ia dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan baik.

2.2.4 Hakikat Peta Pikiran

Peta pikiran mind map bertolak dari temuan bahwa otak manusia terbagi atas dua belahan, yaitu belahan kanan dan kiri. Belahan kanan bersifat acak nonlinear sedangkan belahan kiri bersifat teratur linear. Dalam hal ini, bahasa merupakan tanggung jawab otak kiri. Akan tetapi, walaupun tuturan keluar secara berurut dan teratur sesuai dengan otak kiri, proses dalam menghasilkan tuturan dalam otak adalah tidak berurut dan tidak teratur sesuai dengan otak kanan. Makin optimal kerja sama kedua belah otak, makin optimal pula tuturan yang 24 dihasilkan. Di sinilah manfaat adanya peta pikiran, yaitu sebagai katalisator pemicu kerja sama kedua belahan otak DePorter dan Hernacki 1999. DePorter dan Hernacki 1999 lebih lanjut berpendapat bahwa peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam pola dan ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan sehingga mudah diungkapkan kembali. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional konvensional karena peta pikiran mengaktifkan kedua belah otak. Oleh karena itu, pemetaan pikiran disebut dengan istilah “pendekatan keseluruhan otak” Pageyasa 2004 Menurut Michalko dalam Buzan 2006: 1 peta pikiran adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Peta pikiran menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut. Oleh karena itu, peta pikiran merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Menurut Buzan 2006: 8-9 otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual, dan bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Inilah sebabnya orang cenderung akan lebih mengingat informasi jika informasi tersebut disajikan menggunakan gambar. Peta pikiran menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, peta pikiran lebih 25 merangsang secara visual dari pada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Peta pikiran menjadi cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran. Beberapa kelebihan peta pikiran yaitu: 1 peta pikiran memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas; 2 peta pikiran memungkinkan penggunanya untuk merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui sedang berada di mana dan ke mana akan pergi; 3 peta pikiran mengumpulkan sejumlah data besar di satu tempat yaitu dalam selembar kertas; 4 peta pikiran mendorong pemecahan masalah dengan melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru; dan 5 peta pikiran menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat. Sebagai sebuah catatan, peta pikiran memiliki tiga ciri pokok, yaitu 1 menggunakan warna; 2 memiliki struktur alami yang memancar dari pusat; dan 3 mengunakan garis lengkung, simbol, kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Selanjutnya, daftar informasi yang panjang dapat dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Untuk membuat peta pikiran hanya memerlukan selembar kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna. Selanjutnya adalah giliran otak yang bekerja dengan sedikit imajinasi. Buzan 2006: 15-16 mengemukakan langkah-langkah pembuatan peta pikiran sebagai berikut. 26 1 Peta pikiran dimulai dari tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. 2 Peta pikiran dibuat menggunakan gambar, simbol atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu sangat membantu dalam menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat tetap terfokus, membantu berkonsentrasi dan mengaktifkan otak. 3 Peta pikiran dibuat menggunakan berbagai warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. 4 Cabang-cabang utama dihubungkan ke gambar pusat. Kemudian, ranting- ranting dihubungkan ke cabang dan seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, atau tiga atau empat hal sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan, maka akan lebih mudah dimengerti dan diingat. Penghubungan cabang-cabang utama akan menciptakan dan menetapkan struktur dasar atau arsitektur pikiran. Ini serupa dengan pohon mengaitkan cabang-cabangnya yang menyebar dari cabang utama 5 Membuat garis hubung yang melengkung bukan garis lurus sebagai penghubung. Garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata. 27 6 Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran. Setiap kata tunggal atau gambar adalah seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan hubungannya sendiri. Penggunaan kata tunggal dimaksudkan agar setiap kata ini akan lebih bebas dan karenanya lebih bisa memicu ide dan pikiran baru. Kalimat atau ungkapan cenderung menghambat efek pemicu ini. Peta pikiran yang memiliki lebih banyak kata kunci seperti tanganyang semua sendi jarinya bekerja. 7 Setiap garis juga menggunakan gambar. Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata. Jadi bila hanya terdapat 10 gambar di dalam peta pikira, peta pikiran sudah setara dengan 10.000 kata catatan. Berikut ini adalah cotoh sebuah peta pikiran. Sumber: http:www.pkab.wordpress.com 28

2.2.5 Media Foto

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi Melalui Media Foto dengan Menggunakan Metode Peta Pikiran pada Siswa Kelas VIIH SMP Negeri 3 Kudus

0 11 178

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Teknik Kata Kunci melalui Media Foto Siswa Kelas VII SMP Islam Al Munawaroh Banjarnegara

0 9 167

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA FOTO IDOLA PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Foto Idola Pada Siswa Kelas VII.8 SMP Negeri 2 Masaran.

0 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA FOTO IDOLA PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Media Foto Idola Pada Siswa Kelas VII.8 SMP Negeri 2 Masaran.

0 4 17

(ABSTRAK) Peningkatan keterampilan Menulis Pengalaman Pribadi Melalui Media Foto dengan Menggunakan Metode Peta Pikiran pada Siswa Kelas VIIH SMP Negeri 3 Kudus.

0 0 2

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BUKU HARIAN DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN MELALUI MEDIA FOTO PADA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 KUDUS TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BUKU HARIAN DENGAN TEKNIK PETA PIKIRAN MELALUI MEDIA FOTO PADA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 KUDUS TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 0 214

Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita dengan Metode Peta Pikiran melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 36 Semarang.

0 0 2

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Media Foto Dengan Model Pembelajaran ARCS Pada Siswa Kelas V MI AL-Islam Mangunsari 02 Semarang.

0 6 251

Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Media Kaset Cerita Religi Anak pada Siswa Kelas II B MI Al Iman Banaran Gunungpati Semarang.

0 0 136