17
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat bercerita adalah penyampaian sebuah cerita oleh pencerita kepada
pendengar dengan menggunakan kekuatan kata-kata, kalimat, dan bahasa tubuh yang mendukung agar dapat menampakkan gambaran yang hidup tentang cerita
tersebut di hadapan pendengar.
2.2.2 Faktor-faktor Keefektifan Bercerita
Menurut Arsjad dan Mukti 1998 tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif. Oleh karena
itu, sukses tidaknya seseorang ketika berbicara di muka umum dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan komunikasi tersebut. Tujuan komunikasi dapat
dicapai jika penyampaian informasi dilakukan secara efektif. Bercerita merupakan bagian dari aktivitas berbicara, maka dalam bercerita perlu memperhatikan faktor-
faktor yang menunjang keefektifan berbicara.
2.2.2.1 Faktor kebahasaan
Arsjad dan Mukti 1998 mengemukakan ada beberapa faktor kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam berbicara, yaitu sebagai berikut.
1 Ketepatan lafal
Ketika tampil bercerita, pencerita harus membiasakan diri mengucapkan bunti-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat,
18
dapat mengalihkan perhatian pendengar sehingga mengurangi keefektifan dalam bercerita.
2 Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam bercerita. Gahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.
Walaupun cerita yang disampaikan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan cerita menjadi menarik.
Sebaliknya, jika penyampaian cerita datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan.
3 Pilihan kata
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya adalah mudah dimengerti oleh pendengar. Pendengar akan lebih terangsang dan
akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pengengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang kalau pencerita bercerita dengan jelas
dalam bahasa yang dikuasainya. Selain itu, pilihan kata juga harus disesuaikan dengan materi cerita
4 Ketepatan sasaran
Untuk mencapai ketepatan sasaran pembicaraa, pencerita harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbukan akibat. Kalimat dikatakan efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan
19
pesan berlangsung sempurna. Kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pipkiran pendengar persis seperti apa
yang dimaksud pencerita.
2.2.2.2 Faktor nonkebahasaan
Selanjutya, Arsjad dan Mukti 1998 juga mengemukakan beberapa faktor- faktor yang menunjang keefektifan berbicara.
1 Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
Pencerita yang tenang dan tidak kaku akan memberikan kesan pertama yang manarik. Selanjutnya, kesan pertama akan menjamin kesinambungan
perhatian pendengar. Selain itu, sikap pencerita yang wajar akan memancarkan otoritas dan integritas terhadap pendengar.
2 Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara
Supaya antara pendengar dan pencerita betul-betul terjalin komunikasi, maka pandangan mata pencerita sangat membantu. Pandangan mata yang tertuju
pada satu arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Pencerita yang bercerita dengan pandangan mata ke atas, ke bawah, atau pun
tertunduk akan mengakibatkan pendengar kurang memperhatikan. 3
Gerak-gerik dan mimik yang tepat Gerak-gerik dan mimik yang tepat sangat menunjang keefektifan bercerita.
Selain menggunakan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, penyampaian
20
cerita juga perlu ditunjang dengan gerakan anggota tubuh dan ekspresi wajah. Hal tersebut akan menghidupkan komunikasi. Tetapi gerak-gerik yang berlebihan
akan mengganggu keefektifan bercerita. Perhatian pendengar akan terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan tersebut sehingga pendengar kurang
memahami isi cerita. 4
Kenyaringan suara Tingkat kenyaringan suara sangat ditentukan oleh situasi, tempat, jumlah
pendengar, dan akustis. Dengan demikian, pencerita tidak perlu berteriak, tetapi perlu memperhatikan kenyaringan suara supaya dapat didengar oleh semua
pendengar dengan jelas. Selain itu, berbagai jenis gangguan suara yang terjadi juga perlu diperhatikan.
5 Kelancaran
Seorang pencerita yang bercerita dengan lancar akan memudahkan pendengar menangkap isi cerita. Pencerita yang bercerita terputus-putus akan
mengganggu pendengar dalam menangkap isi cerita. Sebaliknya, pencerita yang bercerita terlalu cepat akan menyulitkan pendengar menangkap isi cerita.
6 Keruntutan
Antara gagasan yang satu dengan gagasan lainnya dalam sebuah cerita harus tersusun secara runtut berdasarkan kronologi cerita. Hal ini berarti
hubungan antarbagian dalam kalimat serta hubungan antarkalimat secara
21
keseluruhan harus memiliki hubungan yang logis mengikuti hukum sebab akibat rangkaian cerita.
7 Penguasaan materi
Sebelum tampil bercerita, seorang pencerita hendaknya melakukan berbagai persiapan yang diperlukan. Persiapan tersebut bertujuan supaya pencerita
dapat menguasai materi cerita dengan baik. Penguasaan materi cerita ini sangat penting karena sangat menentukan tingkat rasa percaya diri pencerita di depan
pendengar. Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam bercerita
hendaknya pencerita memperhatikan faktor-faktor penunjang keefektifan bercerita sehinga pendengar dapat memahami isi cerita seperti yang pencerita maksud.
2.2.3 Kompetensi Dasar Bercerita dalam KTSP