1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam berkomunikasi sosial, penting bagi penutur dan lawan tutur saling memahami isi tuturannya. Berbicara secara langsung, apa adanya tanpa ada basa-
basi merupakan faktor yang dapat membuat tuturan menjadi tidak sopan. Oleh karena itu, penutur cenderung membungkus tuturannya menggunakan implikatur
percakapan. Implikatur percakapan merupakan makna tersirat atau ungkapan- ungkapan maksud hati yang tersembunyi Grice, 1975
Grice 1975:41-47 dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan bahwa hubungan antara tuturan sesungguhnya dengan maksud yang dituturkan
dalam implikatur percakapan bersifat tidak mutlak. Implikatur percakapan muncul akibat terjadinya pelanggaran pada maksim kerja sama. Maksim kerja sama harus
dilakukan agar komunikasi antara penutur dengan lawan tutur berjalan secara lancar. Namun penutur tidak dapat menaati maksim kerja sama karena suatu hal
tertentu, seperti suatu tuturan yang lebih panjang cenderung lebih sopan dibandingkan tuturan yang pendek. Wijana 1996:55 mengatakan bahwa maksim
kerja sama tidak dapat terlaksana dengan baik karena tuturan yang selalu sesuai dengan konteks, jelas dan tepat pada persoalan straight forward dianggap
sebagai kesalahan sosial dan ketidaksopanan. Contohnya, a ‘Kamu ini bodoh ya’ dengan b ‘Aduh kamu ini pintar sekali, saya baru tahu kalau ibu kota
Amerika itu Bangkok’ yang saling memiliki maksud merendahkan kemampuan lawan tuturnya. Tuturan a merupakan tuturan pendek yang secara
langsung merendahkan dan tidak sopan, sementara tuturan b yang lebih panjang telah menunjukkan maksud kesantunan dalam tuturan tersebut. Oleh karena itu,
implikatur percakapan membuat tuturan dipandang lebih halus. Implikatur percakapan terjadi bukan hanya di dunia nyata, melainkan
dituangkan ke dalam karya sastra. Hal ini terlihat pada percakapan yang terjadi di dalam komik, novel, ataupun buku pelajaran. Fenomena kebahasaan di atas,
terjadi pada dialog yang diambil dari cuplikan percakapan antara Miller dan Ogawa Sachiko dalam dialog yang terdapat pada buku Minna no Nihongo Shokyu
II. Contoh:
小川幸子:息子 英語
教え い
せ 夏休
オースト ア
ホー ステイ
行 す
会話 い
す ー
:教え あ
い す
っ 時間
… 小川幸子:
茶 飲
し し
い せ
ー :うー
出張 多いし
うす 日本語の試験
あ し
… そ
今 教え
あ せ
… の日本語初級II
, 2012:19 Ogawa Sachiko : Musuko ni eigo wo oshiete itadakemasenka. Natsu
yasumi ni oosutoraria e hoomusutei ni ikun desuga, kaiwa ga dekinaindesuyo.
Miller : O
shiteagetaindesuko, chotto jikan ga… Ogawa Sachiko : Ochademo nominagara oshaberishite itadakemasenka.
Miller
: Un, shucchou mo ooishi, mousugu nihon go no shiken Mo
arushi… Sore ni ima demo oshieta koto ga arimasenkara
minna no nihongo shokyuu II, 2012:19 Ogawa Sachiko
: ‘Maukah anda mengajarkan bahasa Inggris kepada putra saya? Dia akan pergi ke Australia dan homestay
disana saat liburan musim panas, tetapi ia tidak bisa berbahasa Inggris’
Miller : ‘Saya mau mengajar, tetapi waktunya….’ Ogawa Sachiko : ‘Maukah anda ngobrol dengannya sambil minum teh?’
Miller :
‘Emh… Saya banyak dinas keluar kota, dan tak lama lagi akan ada ujian bahasa Jepang. Dan lagi
saya belum pernah mengajar’
minna no nihongo shokyuu II, 2012:19
Konteks tuturan pada data 1 adalah Sachiko yang meminta bantuan kepada Miller untuk mengajarkan putranya bahasa Inggris karena akan pergi ke
Australia untuk melakukan homestay. Namun Miller terlihat keberatan karena ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengajar, sedangkan Sachiko berusaha
keras membujuknya agar mau membantu mengajarkan anaknya bahasa Inggris. Miller pun menyatakan beberapa alasan seperti dalam waktu dekat banyak
melakukan dinas keluar kota, mengikuti tes bahasa Jepang, dan tidak pernah mengajar bahasa Jepang. Tuturan Miller, ‘Un, shucchou mo ooishi, mousugu
nihon go no shiken mo arushi….Sore ni ima demo oshieta koto ga arimasenkara….’, melanggar maksim dari maksim kerja sama yang dikemukakan
oleh Grice yaitu maksim relevansi karena Miller tidak memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah yang dibicarakan oleh Sachiko. Tuturan Miller yang
melanggar maksim kerja sama diatas telah menimbulkan terjadinya implikatur percakapan. Implikatur percakapan tersebut memiliki makna bahwa Miller
menolak secara halus permintaan Sachiko dan implikatur yang terjadi termasuk ke dalam tindak tutur ilokusi ekspresif yang menunjukkan sikap psikologis Miller
terhadap kondisinya yang tidak memiliki waktu untuk mengajarkan putra Sachiko bahasa Inggris.
Alasan dipilihnya komik Kimi ni Todoke sebagai objek penelitian, karena komik ini merupakan best seller di Jepang, berdasarkan Oricon Style Ranking
yaitu ranking dari penjualan album, penyanyi dan komik yang terdapat dalam website yang dimiliki oleh perusahaan Jepang Oricon pada 7 April 2014. Komik
ini pun memiliki tema tentang kehidupan sekolah dan percintaan. Pada umumnya, tuturan anak muda cenderung melanggar maksim kerja sama yang menimbulkan
terjadinya implikatur. Data yang dibutuhkan dalam komik ini juga mencukupi untuk digunakan sebagai bahan penelitian. Berdasarkan pertimbangan yang telah
dikemukakan di atas maka komik Kimi ni Todoke karya Shiina Karuho dipilih sebagai objek penelitian khususnya tentang implikatur yang terjadi pada tuturan
yang terdapat dalam komik tersebut.
1.2 Rumusan Masalah