Teori Tentang Putusan Hakim

12 BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN

1.1. Kajian Teori

1. Teori Tentang Putusan Hakim

a. Pengertian Putusan Hakim Putusan hakim adalah pernyataan hakim sebagai pejabat negara pada MA RI atau sebagai pejabat kekuasaan kehakiman pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman yang diberi wewenang untuk itu diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk menyelesaikan suatu sengketa perkara 11 . b. Legal ReasoningExamination Berkaitan dengan hal itu, untuk menganalisis varian pertimbangan hakim terkait dengan kasus perkawinan antar pemeluk yang berbeda agama, landasan teori yang digunakan sebagai pendekatan approach adalah Teori Argumentasi Hukum Legal Reasoning. Legal Reasoning menurut fungsi memberi makna dalam dua frase bahasa Inggris, yakni legal = hukum, dan reasoning = pertimbangan atas hukum. Jadi pengertian legal reasoning adalah pertimbangan atas hukum yang dijadikan patokan stelling atau padanan onderstelling, oleh aparatur institusi hukum dalam suatu kasus bagi kepentingan penuntutan dan putusan hakim 11 R Soeparmono. 2000. Hukum Acara Perdata. Semarang: Mandar Maju. hal 115-117. 13 pengadilan berdasarkan hukum 12 . Berdasarkan makna pengertian legal reasoning, maka teori argumentasi dalam putusan hakim terdapat dalam kekuatan putusan hakim. Menurut Subekti dalam bukunya yang berjudul Hukum Acara Perdata menyebutkan bahwa suatu putusan mempunyai tiga macam kekuatan, yaitu: 1 Kekuatan untuk dapat dipaksakan dengan bantuan kekuatan umum terhadap pihak yang mentaatinya secara sukarela. Kekuatan ini dinamakan kekuatan eksekutorial. 2 Putusan hakim itu sebagai dokumen merupakan suatu akta otentik menurut pengertian undang-undang, sehingga ia tidak hanya mempunyai kekuatan pembuktian mengikat antara pihak yang berperkara, tetapi juga kekuatan “ke luar”, artinya terhadap pihak ke tiga dalam hal membuktikan bahwa telah ada suatu perkara antara pihak-pihak yang disebutkan dalam putusan itu mengenai perkara sebagaimana diuraikan pula di situ dan dijatuhkanya putusan sebagaimana dapat dibaca dari amar putusan tersebut. 3 Kekuatan untuk “menangkis” suatu gugatan baru mengenai hal yang sama, yaitu bedasarkan asas “ne bis in idem” yang berati bahwa tidak boleh dijatuhkan putusan lagi dalam perkara yang sama. Agar supaya “tangkisan” atau “eksepsi” tersebut berhasil dan diterima oleh hakim, adalah agar perlu perkara yang baru itu akan berjalan antara pihak- pihak yang sama dan mengenai hal atau hal-hal yang sama pula dengan 12 Abraham Amos, Legal Opinion Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007, hlm. 22. 14 yang dahulu sudah diperiksa dan diputus oleh hakim dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap itu 13 . Kekuatan putusan hakim ada tiga macam, yaitu: 1 Kekuatan mengikat bindende kracht Putusan hakim yang dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa perkara dan menetapkan hak atau hukum atas dasar permohonan pihak untuk diselesaikan perkaranya di pengadilan. Oleh karenanya, pihak-pihak harus taat dan tunduk pada putusan, harus dihormati dan dijalankan sebagaimana mestinya. Jadi mempunyai kekuatan mengikat bindende kracht. Suatu putusan hakim yang tidak bisa ditarik kembali walaupun ada verset, banding atau kasasi berarti putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap pasti, jadi sudah menimbulkan teori-teori yang mencoba memberi dasar-dasar kekuatan mengikat pada putusan itu. 2 Kekuatan pembuktian bewijzende kracht Putusan hakim dituangkan dan dibuat dalam bentuk “akta otentik”. Maksudnya untuk bukti pembuktian dan sekalipun undang-undang tidak menyebut pihak ketiga, tetapi dalam yurisprudensi berlaku pula pada pihak ke tiga dari yang kalah, sedang tentang kekuatan pembuktianya memang mempunyai, yaitu mempunyai kekuatan bukti terhadap pihak ketiga pihak luar. 3 Kekuatan eksekutorial executoriale kracht Putusan hakim yang telah mempunyai alas hak titel eksekutorial demi hukum otomatis menjadi sita eksekutorial. Sedangkan putusan itu 13 R Subekti. 1989. Hukum Acara Perdata. Bandung : Badan Pembinaan Hukum Nasional hal 128 15 maksudnya menyelesaikan sengketa perkara dan menetapkan hak atau hukumnya, lain daripada itu juga realisasinya pelaksanaan eksekusinya dilasanakan secara paksa. Kekuatan mengikat saja belum cukup, jadi dapat dieksekusi, harus mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu : Kekuatan untuk dilaksakanya apa-apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara 14 .

2. Perkawinan