Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perlindungan Hukum Bagi Pemeluk Ajaran Kepercayaan Marapu T1 312007081 BAB II

(1)

24

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PERLINDUNGAN HUKUM

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.13 Perlindungan hukum yang di maksud adalah suatu bentuk kepastian, kejelasan, jaminan yang di berikan oleh hukum yang berlaku kepada para masyarakat untuk dilindungi/diperhatikan kepentingan-kepentingannya dan hak-haknya sepanjang tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pengertian perlindungan hukum dapat ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini pengertiannya juga mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.Tetapi dalam arti sempit, perlindungan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.14

13 www.google.com perlindungan hukum?


(2)

25 Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum

1. Peraturan.

Peraturan merupakan bentuk tertulis dari hukum itu sendiri yang mengatur hubungan antara masyarakat dengan masyarakat dan dengan negaranya. 2. Pelaksanaan peraturan.

Pelaksanaan peraturan merupakan pelaksanan dari peraturan-peraturan yang telah ada oleh aparatur negara terkhusunya aparatur hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan terlaksananya peraturan-peraturan untuk terciptanya perlindungan hukum, apabila di perlukan,aparatur penegak hukum itu di perkenankan untuk menggunakan daya paksa agar tegaknya suatu keadilan.

Para pendiri Bangsa ini telah menyatakan dengan tegas bahwa Negara Indonesia merupakan negara Hukum dan bersifat Demokratis.negara tidak dapat sewenang-wenang dengan rakyatnya dan begitu pun sebaliknya, karena adanya pembatasan-pembatasan oleh hukum itu sendiri.

Perlindungan hukum bagi masyarakat adalah prinsip pengakuan perlindungan terhadap harkat dan martabat yang berdasarkan pancasila. Maka prinsip didahulukan karna atas dasar prinsip, baru di bentuk saranya karena tanpa dilandaskan pada prinsip, pembentukan sarana menjadi tanpa arah. Dalam merumuskan prinsip-prinsip


(3)

26

perlindungan hukum bagi rakyat(di Indonesia), landasan pijak adalah pancasila sebagai dasar ideology dan dasar falsafah Negara.15

Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat bersumber pada konsep-konsep pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan konsep-konsep recthsstaat dan the rule of law. Konsep pengakuan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia memberikan isinya dan konsep recthsstaat dan the rule of law.

Konsepsi recthsstaat maupun rule of law menempatkan hak-hak asasi manusia sebagai salah satu cirri khas pada Negara yang disebut recthsstaat atau menjunjung tinggi the rule of law. Bagi suatu Negara demokrasi pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan salah satu ukuran tentang baik buruknya pemerintahan.

Perlindungan hukum yang dimaksud bagi pemeluk aliran kepercayaan Marapu adalah dalam tegaknya peraturan-peraturan itu sendiri dalam pengurusan kartu tanda penduduk, akta perkawinan dan pendidikan.


(4)

27

B. KONSEP KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN

Negara Indonesia merupakan negara yang beranekaragam (pluralitas) dari sisi etnisitas, budaya, bahasa dan agama, menjadi titik tolak keragaman yang tidak terbantahkan. Kebebasan beragama merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga harus dipahami makna dan konsekuensinya, baik oleh negara maupun masyarakat.kebebasaan beragama dan berkeyakinan diperlukan agar warga Negara jauh dari tindakan diskriminasi dalam hal melakukan penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.dalam Undang-undang Dasar 1945 dengan jelas adanya jaminan kebebasan beragama, berkepercayaan dan beri beribadah, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 28 (E) ayat 1 dan 2 UUD 1945 dan Bab XI tentang Agama pasal 29 ayat 1 dan 2.

Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, ada dua esensi yang ada dalam ide konstitusionalisme yaitu negara hukum (rule of law bagi negara-negara yang menganut Anglo Saxon) dan kebebasan hak-hak sipil warga negara. Konsepsi negara hukum menyatakan, bahwa kewibawaan hukum secara universal mengatasi kekuasaan negara, dan sehubungan dengan itu hukum akan mengontrol politik bukan sebaliknya. Sedangkan konsep kebebasan hak-hak sipil warga negara menyatakan, bahwa kebebasan warga negara dijamin oleh konstitusi dan kekuasaan negara pun akan dibatasi oleh konstitusi, dan kekuasaan itupun hanya memperoleh legitimasinya dari konstitusi16.

16 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam Huma,


(5)

28

Kebebasan beragama dan berkeyakinan harus dilindungi oleh konstitusi itu sendiri, agar menjadi jaminan terhadap adanya kebebasan bagi seluruh warga negara sebagai corok suatu negara yang beranekaragaman dalam segi suku,budaya, bahasa dan agama.

Menurut frans magnis suseno kebebasan beragama mempunyai dua segi yaitu :

1. Hak setiap orang untuk hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinannya serta kebebasan masing-masing untuk mengurus dirinya sendiri.

2. Kebebasan beragama juga memuat kebebasan untuk tidak beragama.17

Setiap orang mempunyai kebebasan untuk menjalakan keyakinannya tanpa adanya paksaan dari siapapun untuk menganut dan meyakini agama tertentu, karena kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan wujud ketakwaan yang paling tertinggi kepada adanya sang pencipta, dan kebebasan beragama juga dapat memuat kebebasan kepada setiap manusia untuk tidak meyakini dan menganut agama tertentu karena kita tidak dapat memaksakan kehendak kita atas setiap orang tentang penagkuan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang mempunyai kebebasannya masing-masing dalam mempercayai sesuatu hal. Negara tidak dapat memaksakan warga negaranya agar beragama atau tidak beragama, karena mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat diterima oleh setiap orang.

Kebebasan dalam memilih atau menganut suatu agama atau aliran merupakan suatu yang berasal dari hati nurani dari setiap manusia dan menjadi pilihan nuraninya

17 Frans Magnis Suseno, Etika Politik prisip-prinsip Moral Dasar kenegaraan Modern, PT Gramedia,


(6)

29

sendiri tanpa paksaan dari siapapun, Menurut Carillo de Albornoz bahwa religious liberty atau kebebasan beragama memiliki empat aspek utama yakni:

1. kebebasan nurani (liberty of conscience),

2. kebebasan mengekspresikan keyakinan keagamaan (liberty of religious expression),

3. kebebasan melakukan perkumpulan keagamaan (liberty of religious association), dan

4. kebebasan melembagakan keagamaan (liberty of religious institutionalization). 18

Esensi dari kebebasan beragama atau berkeyakinan tercakup dalam delapan komponen utama, sebagai berikut.

1. Kebebasan Internal: Setiap orang mempunyai kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri termasuk untuk berpindah agama dan keyakinannya.

2. Kebebasan Eksternal: Setiap orang memiliki kebebasan, apakah secara individu atau di dalam masyarakat, secara publik atau pribadi untuk memanifestasikan agama atau keyakinan di dalam pengajaran dan peribadahannya.

18 Abu Habsin,Demokrasi antara pembatasan dan pembebasan kebebasan beragama serta implikasinya


(7)

30

3. Tidak ada Paksaan: Tidak seorangpun dapat menjadi subyek pemaksaan yang akan mengurangi kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau keyakinan yang menjadi pilihannya.

4. Tidak Diskriminatif: Negara berkewajiban untuk menghormati dan menjamin kebebasan beragama atau berkepercayaan semua individu di dalam wilayah kekuasaannya tanpa membedakan suku, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama dan keyakinan, politik atau pendapat, penduduk: asli atau pendatang, serta asal usulnya.

5. Hak dari Orang Tua dan Wali: Negara berkewajiban untuk menghormati kebebasan orang tua, dan wali yang sah, jika ada untuk menjamin bahwa pendidikan agama dan moral bagi anak-anaknya sesuai dengan keyakinannya sendiri.

6. Kebebasan Lembaga dan Status Legal: Aspek yang vital dari kebebasan beragama atau berkeyakinan bagi komunitas keagamaan adalah untuk berorganisasi atau berserikat sebagai komunitas. Oleh karena itu komunitas keagamaan mempunyai kebebasan dalam beragama atau berkeyakinan termasuk di dalamnya hak kemandirian di dalam pengaturan organisasinya. 7. Pembatasan yang dijinkan pada Kebebasan Eksternal: Kebebasan untuk

menjalankan agama atau kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh undang-undang, dan itupun semata-mata demi kepentingan melindungi keselamatan dan ketertiban publik, kesehatan atau kesusilaan umum, serta dalam rangka melindungi hak-hak asasi dan kebebasan orang lain.


(8)

31

8. Non-Derogability: Negara tidak boleh mengurangi kebebasan beragama atau berkeyakinan dalam keadaan apapun dan atas alasan apapun.19

Kebebasan beragama merupakan salah satu media untuk menjalankan hak otonomi kita sebagai manusia yang memiliki ketertarikan serta kepentingan dalam hal membuat pilihan-pilihan rasional itu ia membentuk hidupnya.20Sebuah struktur pemerintahan yang adil harus membiarkan warga negaranya menentukan pilihannya sendiri dan selanjutnya melindungi pilihan tersebut.21

Hubungan antara negara dan agama sangatlah erat hubungannya, dimana banyak produk-produk hukum banyak yang mengatur hubungan antara negara, agama dan masayrakat sebagai pelaksana dari hukum itu sendiri. Dengan adanya hubungan itu negara telah banyak melakukan intervensi terhadap adanya kebebasan beragama dan berkeyakinan, Dari penusuran hubungan antara agama dan negara, setidaknya ada tiga jenis intervensi negara terhadap kehidupan agama yang terjadi selama ini :

Pertama, intervensi negara terhadap kehidupan beragama, yaitu campur tangan negara terhadap sebuah keyakinan agama yang sesungguhnya bersifat sangat prifat. negara tidak lagi menjadi manajer yang berkewajiban menfalitasi serta mengatur atau menjaga eksistensi masing-masing agama dalam rangka masyarakat yang majemuk, tetapi sudah memasuki ranah yang sesungguhnya menjadi hak masing-masing agama.agama-agama besar juga mengambil keuntungan atas sikap

19 Siti Musdah Mulia, HAM dan Kebebasan Beragama. 2010 : 5. 20 John garvey. What are freedom for?. 1996 : 56.


(9)

32

represif negara terhadap aliran-aliran yang dianggap sebagai “gerakansempalan” karena melakukan perlawanan terhadap negara. Jadi disini telah terjadi semacam simbiose-mutualistis antara agama-agama resmi dengan negara dalam pelanggaran hak asasi yang paling mendasar.

Kedua, pendefisian agama resmi oleh negara yang mengacu pada kepentingan agama resmi dan yang membatasi diri pada formulasi agama semitis (agama langit), dalam kenyataannya telah membawa implikasi yang serius dalam pelanggaran hak berkeyakinan.

Ketiga, dampak dari keyakinan kemutlakan terhadap ajaran yang diyakini, dan adanya perasaan kewajiban untuk mendakwah ajaran kemutlakan itu, yang seharusnya hanya menjadi keyakinan internal masing-masing agama, di tingkat empirik telah terjadi proses kolonisasi agama-agama besar (mayoritas). Akibatnya, elemen nilai-nilai fundamental yang semulatelah memiliki fungsi perlindungan dalam menciptakan tertip sosial komunitas lokal telah kehilangan otonomi fungsionalnya. Imunisasi yang semula dimiliki sebagai daya tahan dalam menghadapi pluralitas mengalami kehancuran.

Lebih dari itu, kolonisasi agama resmi terhadap agama masyarakat lokal seringkali berangkat dari misionaris dalam agam semitis, khususnya islam, kristen dan katolik. Karena kolinialisasi itu merupakan tugas suci, maka secara teologis, intervensi itu telah mendapat legitimasi. Dampak lansung dari semangat itu adalah agama lokal yang menjadi objek pendakwahan tanpa memperdulikan hak-hak yang paling dasar


(10)

33

yang dimiliki setiap agama, khusus terhadap agama lokal yang dikategorikan sebagai animisme.22

Menurut prof. Samuel patty, kata agama diindonesia telah di politisir karena depertemen agama republik Indonesia(RI) telah memberikan batasan, kelompok mana saja yang dapat disebut agama sehingga tidak semua sistem kepercayaan dari setiap kelompok masyarakat Indonesia dapat disebut agama. Hanya mereka yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh depertemen agama yang dapat disebut agama, yaitu :

1. Harus merupakan jalan hidup yang memuat aturan-aturan tertentu guna pedoman bagi amal kehidupan penganutnya.

2. Agama itu mengajarkan kepercayaan adanya Tuhan Yang Maha Esa.

3. Agama itu mempunyai kitab suci yang dianggap kumpulan wahyu yang diterima oleh nabinya dari tuhan yang maha esa dengan melalui bisikan roh suci,

4. Agama itu di pimpin oleh seorang nabi.23

kepercayaan adalah sebutan bagi kelompok masyarakat yang mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Kepercayaan juga berarti suatu aliran yang mempunyai paham yang bersifat dogmatis yang terjalin dengan adat istiadat hidup sehari- hari dari berbagai suku bangsa yang

22 Anas Saidi, menekuk agama membangun tahta,desantara,jakarta, 23-25

23 Amuel patty,diklat disampaikan dalam perkuliahan agama dan budaya dengan judul agama dan


(11)

34

mempercayai terhadap apa saja yang dipercayai pada nenek moyang. Untuk arti kebatinan menurut Mr. Wongsonegoro ialah satu kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa menuju tercapainya budi luhur dan kesempurnaan hidup.24 Dan arti kerohanian adalah memperhatikan jalan, melalui yang mana roh manusia sudah lama zaman sekarang ini dapat menikmati kesatuan dengan roh mutlak, sumber asal dan tujuan roh insani. Terdapatlah kerohanian monistis, menurut mana roh insani yang di anggap mengalir dari pada Tuhan dialihkan kepada hakikat Ilahi dengan kehilangan identitasnya sendiri, tetapi dengan partisipasi pada daya gaib adi-insan. Terdapat pula kerohanian theosentris, dimana roh tercipta merasa dipersatukan dengan Tuhan Pencipta tanpa kehilangan kepribadiannya sendiri, entah melalui jalan budi atau gnosis, entah melalui cinta, bhakti dan tawakkal.25

Menurut apa yang di pahami selama ini aliran kepercayaan merupakan sesuatu ajaran pandangan kehidupan berkepercayaan kepada tuhan yang maha esa, yang tidak bersandar sepenuhnya kepada ajaran-ajaran agama yang ada. Dengan kata lain, paham aliran kepercayaan tidak berpegang atau tidak menganut pada suatu ajran agama tertentu.26 Kata kepeercayaan dewasa ini di indonesia mengandung pengertian pertama, berarti iman sedangkan kedua ialah yang lengkapnya aliran kepercayaan

24Abd Mutholib Ilyas, Abd Ghofur Imam, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan di Indonesia, Amin,

Surabaya, 1988 : 11.

25 Rahmat Subagya, Kepercayaan Kebatianan Kerohanian Kejiwaan Dan Agama, Yogyakarta,


(12)

35

kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu merupakan istilah konstituonal dari aliran kebatinan maupun agama-agama asli di indonesia.27

`Pemerintah melalui depertemen dalam negeri RI merumuskan aliran kebatinan (kepercayaan) sebagai kepercayaan rakyat indonesia yang tidak termasuk kedalam salah satu agama. Atau aliran kepercayaan sebagai kepercayaan rakyat indonesia yang tidak termasuk kedalam salah satu agama atau aliran agama rakyat indonesia yang telah resmi di akui pemerintah Republik Indonesia yakni: Islam, katolik, kristen protestan, budha dharma dan hindu dharma. Sedangkan yang termasuk dalam aliran kepercayaan ialah selain aliran kebatinan juga aliran nistik dan kepercayaan lokal atau agama suku.28

Ada tiga alasan mengapa agama asli sulit di tinggalkan :

1. Orang indonesia mempunyai bakat siakritisma yang besar. 2. Agama asli itu sudah mendarah daging.

3. Sulit sekali memisahkan ajaran agama asli dari unsur-unsur kebudayaan yang lain.29

27 Dra. Seno Herbangan Siagian, Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta. Hal 23 28 Dra. Seno Herbangan Siagian, Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta. Hal 41 29Dra. Seno Herbangan Siagian, Agama-agama di Indonesia, Yogyakarta. Hal 23


(13)

36

C. HAM DAN KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. hal inilah yang telah di sadari oleh dunia internasional dengan mengeluarkan produk-produk HAM internasional salah satunya adalah deklarasi universal Hak Asasi Manusia yang berfungsi sebagai penjamin HAM tanpa adanya diskriminasi.

HAM (Hak Asasi Manusia) merupakan suatu konsep etika politik modern dengan gagasan pokok penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan kemanusiaan. Gagasan ini membawa kepada sebuah tuntutan moral tentang bagaimana seharusnya manusia memperlakukan sesamanya manusia. Tuntutan moral tersebut sejatinya merupakan ajaran inti dari semua agama. Sebab, semua agama mengajarkan pentingnya penghargaan dan penghormatan terhadap manusia, tanpa ada pembedaan dan diskriminasi. Tuntutan moral itu diperlukan, terutama dalam rangka melindungi seseorang atau suatu kelompok yang lemah atau “dilemahkan” dari tindakan semena-mena yang biasanya datang dari mereka yang kuat dan berkuasa. Karena itu, esensi dari konsep hak asasi manusia adalah penghormatan terhadap kemanusiaan seseorang tanpa kecuali dan tanpa ada diskriminasi berdasarkan apapun dan demi alasan apapun; serta pengakuan terhadap martabat manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi. Kesadaran akan pentingnya HAM dalam wacana


(14)

37

global muncul bersamaan dengan kesadaran akan pentingnya menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan (human centred development). Konsep HAM berakar pada penghargaan terhadap manusia sebagai makhluk berharga dan bermartabat. Konsep HAM menempatkan manusia sebagai subyek, bukan obyek dan memandang manusia sebagai makhluk yang dihargai dan dihormati tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin, jenis gender, suku bangsa, bahasa, maupun agamanya. Sebagai makhluk bermartabat, manusia memiliki sejumlah hak dasar yang wajib dilindungi, seperti hak hidup, hak beropini, hak berkumpul, serta hak beragama dan hak berkepercayaan. Nilai-nilai HAM mengajarkan agar hak-hak dasar yang asasi tersebut dilindungi dan dimuliakan. HAM mengajarkan prinsip persamaan dan kebebasan manusia sehingga tidak boleh ada diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apa pun dan juga tidak boleh ada pembatasan dan pengekangan apa pun terhadap kebebasan dasar manusia, termasuk di dalamnya hak kebebasan beragama.30

Kebebasan beragama dan berkeyakinan merupakan suatu hak asasi setiap manusia yang harus di junjung tinggi dan tidak boleh dilanggar oleh manusia lainnya. perlindungan terhadap jaminan kebebasan beragama juga di lindungi oleh dunia internasional, hal ini dapat di lihat pada deklarasi universal hak asasi manusia(Universal Declaration of Human Right) yang sudah di ratifikasi oleh indonesia melalui undang-undang No 39 Tahun 1999. Kebebasan beragama dan berkayakinan dapat di lihat pada pasal-pasal sebagai berikut :


(15)

38

a. pasal 18 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kemerdekaan berfikir, berkeyakinan dan beragama; hak ini mencakup kebebasan untuk berganti agama dan kepercayaan, dan kebebasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan dalam kegiatan pengajaran, peribadatan, pemajuan dan ketaatan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dimuka umum maupun secara pribadi”

b. pasal 22 yang menyangkut jaminan hak atas kebebasan beragama.31

pertama, “setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

kedua, “Negara menjamin kemerdekaan setiap orang untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu

selain undang-undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi manusia, indonesia juga meratifikasi International Convenant on Civil and Political Right (ICCPR) (Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik) lewat Undang-undang No 12 Tahun 2005, dengan adanya Undang-undang-Undang-undang ini juga memperkuat dan menjadi jaminan kebebasan beragama diindonesia.pada kovenan ini, banyak mendukung tentang adanya kebebasan beragama dan berkayakinan hal ini dapat dilihat pada pasal-pasal sebagai berikut :


(16)

39 a. pasal 18 :

1. Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama. Hak ini harus mencakup kebebasan untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya, dan kebebasan, baik secara individu atau dalam komunitas dengan orang lain dan di depan umum atau swasta, untuk menyatakan agama atau kepercayaan dalam ibadah, praktek ketaatan, dan pengajaran.

2. Tidak seorangpun dapat dikenakan paksaan yang akan mengganggu kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya.

3. Kebebasan untuk mewujudkan satu agama atau kepercayaan dapat tunduk hanya pada pembatasan seperti yang ditentukan oleh hukum dan yang diperlukan untuk melindungi keselamatan publik, ketertiban, kesehatan, atau moral atau hak-hak mendasar dan kebebasan orang lain.

4. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan orang tua dan, bila diperlukan, wali hukum untuk memastikan bahwa pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.

b. pasal 19 : hak untuk memiliki pendapat tanpa campur tangan pihak lain dan hak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat,


(17)

40

c. pasal 26 : persamaan kedudukan semua orang di depan hukum dan hak semua orang atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi,

d. pasal 27 : Di negara-negara yang memiliki kelompok minoritas etnis, agama atau bahasa, orang yang tergolong minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya, dalam masyarakat dengan anggota lain dari kelompok mereka, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk mengakui dan praktek agama mereka, atau untuk menggunakan bahasa mereka sendiri.32

Dunia internasional banyak menghasilkan banyak instrumen tambahan yang berupa perjanjian-perjanjian internasional yang menurut hukum mengikat, yang bersifat global maupun regional yang melindungi kebebasan beragama dan berkeyakinan seseorang dalam langka menjamin Hak Asasi Manusia seluruh masyarakat internasiol. Produk-produk Hak Asasi Manusia yang telah dihasilkan yaitu :

1. Deklarasi universal tentang Hak Asasi manusia

2. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (1966),

3. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi dan sosial Budaya (1966), 4. Konvensi Bagi Perlindungan Hak-hak Asasi manusia dan kebebasan dasar, 5. Konvensi Internasional tentang penghapusan segala Semua Bentuk

Diskriminasi rasial,


(18)

41

6. Deklarasi Tentang Penghapusan Semua Bentuk Ketidakrukunan dan Diskriminasi Berdasarkan Agama dan Kepercayaan,

7. Konvensi tentang Hak-hak Anak (1989),

8. Rancangan Deklarasi tentang Hak-hak Orang-orang yang termasuk kelompok Minoritas Bangsa atau Etnis, agama dan Bahasa.33

9. Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman kejahatan genosida (1948), 10.Konvensi Internasional tentang penghapusan segala Semua Bentuk

Diskriminasi terhadap perempuan (1979),

11.Konvensi eropa bagi perlindungan Hak Asasi dan kebebasan Fundamental Manusia (1950),

12.Protokol no.1 untuk kovensi eropa untuk perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar (1952),

13.Piagam sosial Eropa (1961),

14.Konvensi kerangka untuk perlindungan minoritas sosial (1995),

15.Deklarasi tentang penghapusan semua bentuk intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama atau keyakinan (1981),


(19)

42

D. NORMA-NORMA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KEBEBASAN BERAGAMA DAN BEKEYAKINAN DI INDONESIA

Norma-norma yang memberikan perlindungan hukum bagi kebebasan beragama dan berkeyakinan di indonesia dapat dilihat dalam peraturan perundang-undangan di bawah ini.

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahum 1945.

Jaminan adanya perlindungan kebebasan beragama dan berkeyakinan di indonesia juga termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 yaitu yang terdapat pada pasal 28E ayat 1 dan 2 dan pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi :

Pasal 28E

1) “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”;

2) “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.

Pasal 29 ayat 2

"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaanya itu."


(20)

43

2. Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia merupakan undang-undang yang mengatur tentang pelindungan hak asasi manusia di Indonesia yang menjadi hak dasar warga Negara Indonesia dan undang-undang ini juga mengatur dan menegaskan tentang kewajiban dan tanggung jawab pemerintah atas pemenuhan hak asasi dan pengawasan agar warga negaranya tidak ada yang melanggar hak asasinya. Negara bertanggung jawab atas dijaminnya perlindungan hak asasi manusi seperti dalam pasal 8 yang berbunyi :

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab Pemerintah.

Pada undang-undang ini secara khusus mengatur tentang hak kebebasan beragama dan berkeyakinan yaitu pada pasal :

Pasal 22

1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaanya itu.

2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Pasal 4

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi


(21)

44

dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Dalam undang-undang ini juga menjamin bahwa setiap manusia berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dari manusia tanpa adanya diskriminasi, hal ini dapat dilihat pada pasal 3 yang berbunyi :

1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan.

2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.

3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa diskriminasi.

3. Undang-undang No 12 Tahun 2005 tentang hak sipil dan politik.

Selain undang-undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia, indonesia juga meratifikasi kovenan hak sipil dan politik melalui undang-undang no 12 tahun 2005, hal ini dilakukan agar lebih terjaminnya hak asasi manusia itu sendiri. Hak kebebasan beragam dan berkeyakinan sudah lama menjadi perbincangan dunia internasional dan aturan tentang penjaminan kebebasan beragama dan berkeyakinan juga sudah mendetail.


(22)

45

Lebih lanjut Kovenan menetapkan hak setiap orang atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama serta perlindungan atas hak-hak tersebut (Pasal 18) dan pelarangan atas propaganda perang serta tindakan yang menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau agama yang merupakan hasutan untuk melakukan tindak diskriminasi, permusuhan atau kekerasan (Pasal 20), tindakan untuk melindungi golongan etnis, agama, atau bahasa minoritas yang mungkin ada di negara pihak (Pasal 27).

4. Undang-undang No 40 tahun 2008 Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras dan Etnis.

Dalam rangka melaksanakan konvensi internasional tentang penghapusan rasial, negara pihak berjanji untuk melarang dan menghapuskan segala bentuk diskriminasi rasial dan menjamin hak setiap orang, tanpa membedakan ras, warna kulit, asal usul etnik atau kebangsaan, untuk mendapatkan kederajatan di hadapan hukum, khususnya dalam menikmati hak atas kebebasan berfikir, berkeyakinan dan beragama.

Penghapusan diskriminasi ras dan etnis dapat dilihat pada pasal 5 yang berbunyi :

Penghapusan diskriminasi ras dan etnis wajib dilakukan dengan memberikan: a. perlindungan, kepastian, dan kesamaan kedudukan di dalam hukum kepada


(23)

46

b. jaminan tidak adanya hambatan bagi prakarsa perseorangan, kelompok orang, atau lembaga yang membutuhkan perlindungan dan jaminan kesamaan penggunaan hak sebagai warga negara; dan

c. pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya pluralisme dan

penghargaan hak asasi manusia melalui penyelenggaraan pendidikan nasional.

5. Undang-undang no 1 PNPS tahun 1965 tentang pencegahan dan/atau penodaan agama.

Undang-undang No 1/PNPS tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama dalam penjelasan pasal 1 menyebutkan agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan khongcu (Confusius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan Agama-agama di Indonesia. Karena 6 macam Agama ini adalah Agama-agama-gama yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia, maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 Undang-undang Dasar, juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini. Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarasustrian, Shinto,Taoism dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 dan mereka dibiarkan adanya, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain.


(24)

47

E. KEAGAMAAN DALAM HUKUM ADAT

Hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal dengan teori “Keputusan” artinya bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat hukum terhadap sipelanggar peraturan adat-istiadat. Apabila penguasa menjatuhkan putusan hukuman terhadap sipelanggar maka adat-istiadat itu sudah merupakan hukum adat.34

Hukum adat pada umumnya bersifat keagamaan (magis religius) artinya perilaku hukum atau kaidah-kaidah hukum berkaitan dengan keperayaan terhadap yang gaib dan didasarkan pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut kepercayaan Bangsa Indonesia bahwa di alam semesta ini benda-benda itu berjiwa (animisme), benda bergerak (dinamisme); di sekitar kehidupan mnusia itu ada roh-roh halus yang mengawasi kehidupan manusia (jin, malaikat, iblis dan sebagainya) dan alam sejagad ini ada karena ada yang mengadakan yaitu maha pencipta .

Alam berpikir yang demikian oleh koentjaningrat (1958) disebut alam berpikir religio/magis yang memiliki unsur sebagai berikut :

a. Kepercayaan kepada makluk-makluk halus, dan roh-roh dan hantu-hantu yang menempati seluruh alam semsesta dan khususnya gejala-gejala alam, tumbuh-tumbuhan, binatang tubuh manusia dan benda-benda.


(25)

48

b. Kepercayaan kepada kekuatan sakti yang meliputi seluruh alam semsta dan khususnya terdapat peristiwa-peristiwa yang luar biasa, tumbuh-tumbuhan yang luar biasa, binatang yang luar biasa, tubuh manusia yang luar biasa, benda-benda yang luar biasa, dan suara yang luar biasa.

c. Anggapan bahwa kekuatan sakti yang pasif di pergunakan sebagai “magische-kracht” dalam berbagai perbuatan ilmu gaib untuk mencapai kemauan manusia atau untuk menolak bahaya gaib.

d. Anggapan bahwa kelebihan kekuatan sakti dalam alam menyebabkan keadaan krisis, menyebabkan timbilnya berbagai macam bahaya gaib yang hanya dapat dihindari dengan berbagai macam pandangan.

F. ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU

Penduduk pulau Sumba menyebut pulau mereka dengan nama Tana Humba, artinya tanah Sumba. menurut tradisi Sumba, nama ini berasal dari nama istri nenek moyang pertama orang Sumba yang datang dan mendiami Sumba, yaitu humba. Nama suaminya adalah umbu walu mandoku. Umbu walu mandoku mengabadikan nama istrinya bagi pulau ini sebagai tanda kegembiraan dan cinta kasihnya kepada istrinya setelah mereka mengarungi lautan dalam kurun waktu yang cukup lama. Berdasarkan tradisi pulau sumba, nenek moyang mereka berlayar dari semenanjung malaka melalui kepulauan Riau, jawa, bali, lombok, sumbawa, flores, roti, sawu dan akhirnya tiba di tanjung sasar (sumba). Tampaknya orang sumba datang ke sumba dalam beberapa gelombang. Mereka memasuki sumba pada dua tempat utama, yaitu


(26)

49

tanjung sasar dan muara sungai pandawai (kambaniru) dan dari sana mereka menyebar ke seluruh penjuru pulau sumba.

Sumba merupakan suatu pulau yang terlupakan dalam panggung sejarah. Catatan pertama tentang sumba terdapat dalam buku negara kertagama, karangan empu prapanca, yang megatakan bahwa pulau ini termasuk daerah jajahan kerajaan majapahit. Empu prapanca menulis demikian : Di sebelah timur tanah jawa terdapat tanah jajahan : semua kepulauan makasar serta buton, banggawi kunir, galian serta selaya, sumba, solor, muar, timor serta pelbagai pulau yang penting.35

Seluruh penduduk Sumba percaya dengan adanya tokoh ilahi yang disebut Marapu. Adapun yang disebut Marapu adalah segala sesuatu yang termasuk alam gaib, baik dalam arti dewa, maupun dalam arti roh, jiwa serta barang-barang duniawi yang menjadi tanda atau simbol akan kehadiran Marapu dari alam gaib tadi.36

Dalam kepercayaan Marapu terdapat struktur organisasi non formal yang terdapat dalam kampung-kampung adat yang terdiri dari seorang kepala adat yang disebut sangula sangete yang di bantu beberapa rato (tua adat), yaitu rato rumata, rato noba dan pa’ama pa’ana. Sangula sengete adalah menduduki jabatan tertinggi dalam pemerintahan adat, yang tugasnya hanya mengkoordinir pekerjaan bawahannya. Rato rumata berkedudukan di bawah sangula sengete yang bertugas sebagai pengawas terhadap pelaksanaan berbagai upacara adat. Rato nobba bertugas sebagai pemimpin jalannya upacara-upacara adat seperti perkawinan, kematian,

35 F.D. Wellem. Injil dan Marapu. Sekolah tinggi Teologi, Jakarta, 1995 : 16-15


(27)

50

pembuatan rumah adat dan upacara-upacara lainnya. Pa’ama-pa’ana bertugas mengawasi roda pembangunan kampung dan juga mengadakan pertemuan dengan staf pemerintahan desa baik kepala desa maupun pembantu-pembantunya.

Bagan Struktur dalam aliran kepercayaan Marapu

Anggota kabisu dan masyarakat umum Marapu

Roto adat(rato nobba,rato rumata) Sangula sengete


(28)

51

1. DEFINISI MARAPU

Menurut C. Nooteboom :

Marapu adalah kekuatan supra natural, baik yang bersifat oknum maupun yang tidak, yang tampil dalam berbagai macam bentuk. Kata Marapu dapat pula diartikan suci, mulia dan sakti sehingga harus di hormati dan tak dapat di perlakukan sembarangan.37

Secara umum, Sumba masih identik dengan marapu, meski tradisi itu sudah berangsur-angsur berkurang karena perkembangan modernisasi. Tetapi masyarakat setempat menempatkan marapu sebagai salah satu budaya. Marapu sendiri bagi warga Sumba adalah kepercayaan kepada arwah para leluhur yang diyakini mampu memberikan keselamatan dan ketenteraman serta kerukunan tertinggi yang disebut amawolu amarawi yang secara harfiah berarti yang membuat dan menciptakan.

Walaupun sebagian besar penduduk setempat sudah beralih ke agama modern, namun masih banyak pula warga yang tetap setia dalam marapu. Marapu biasanya disimbolkan dengan benda-benda sakral yang telah dikuduskan sehingga tidak seorang pun boleh menyentuhnya kecuali rato/kabisu yang telah ditentukan.38

2. KITAB SUCI MARAPU

Kitab suci Marapu disebut Lii Ndai. Kitab ini berupa syair yang dihafal dalam ingatan para pemuka adat (para rato adat/pendeta Marapu) dan dibacakan pada saat

37 Nooteboom,op.cit.,halaman.35.


(29)

52

upacara-upacara tertentu diselingi nyanyian adat. Kitab orang Marapu ini tidak pernah dibukukan, hanya dihafalkan oleh rato adat39. Salah satu acara orang sumba yang membacakan isi kitab adalah acara wulla poddu dimana pada saat proses pembacaan dilakukan dengan diiringi nyanyian dan tari-tarian adat. Pada saat pembacaan ini akan diikuti dan di dengarkan oleh seluruh pengikut Marapu.isi kita ini sendiri mencitrakan tentang asal usul orang sumba,proses penyebaran,kelahiran, kematian sampai dengan larang-larangan yang ada yang harus diikuti dan dihormati oleh seluruh pengikut Marapu.

Orang Sumba sangat sering melakukan upacara adat yang berhubungan dengan kepercayaan Marapu. Upacara adat itu seperti, upacara pengakuan dosa, upacara memanen jagung, upacara menuai padi, upacara penutupan panen, upacara membuka hutan, membersihkan kampong (tobba wanno), izin menanam, upacara turun air, sunat untuk laki-laki, potong rambut untuk perempuan, potong gigi, dan lainnya.

3. BULAN SUCI (WULLA PODDU/HARI KEAGAMAAN MARAPU)

ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU a. Pengertian Wulla Poddu (Bulan Suci)

Wullla Poddu mempunyai arti yang sangat mendalam bagi masyarakat Loli, dimana “wulla” berarti bulan dan “poddu” berarti suci”. Jadi Wulla Poddu berarti bulan suci. Dengan demikian Wulla Poddu dapat diartikan sebagai bulan suci atau


(30)

53

bulan tabu. Maka setiap orang atau masyarakat pendukung harus mematuhinya sebagai tanda kepatuhan dan penghormatan mereka pada pelaksannan ritus Wulla Poddu, maka semua aktifitas lain yang tidak ada hubungannya dengan ritus tersebut dihentikan yang ada, hanyalah ritus penyembahan terhadap marapu (leluhur atau dewa) Adat merupakan pencerminan dari pada kepribadian suatu bangsa, merupakan salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. b. Makna Ritus Wulla Poddu (Bulan Suci)

Pada Bagian ini akan dijelaskan makna yang terkandung dalam ritus Wulla Poddu (bulan suci) pada orang loli sebagai aset budaya orang Loli. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) muncul dari adat-istiadat tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus sebagai anggota masyarakat yang sampai sekarang masih terus dijaga dan dilestarikan oleh orang loli.

Menurut rato dodo rato poddu (tua adat), Nisa Ama Magi, Lango Ama Bulu, dan tokoh adat rato Talo Loja sekaligus tokoh masyarakat Loli menyatakan bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) tidak hanya sekedar sebuah ritus biasa tetapi sebuah ritus yang mempunyai nilai keagamaan yang tinggi.Ritus Wulla Poddu (bulan suci) merupakan hasil karya, rasa dan cipta dari orang Loli. Oleh karena itu ritus Wulla Poddu wajib untuk diperlihatkan dan dipertanyakan serta dilestarikan oleh orang Loli. Dengan mengacu pada aturan tersebut di atas maka ritus Wulla Poddu (bulan suci) dapat dikatakan sebagai suatu tradisi yang bermakna religius, sehingga apa bila seseorang atau kelompok orang melanggarnya maka akan berdampak buruk bagi


(31)

54

orang tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) juga berfungsi sebagai pengatur tata kehidupan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan penciptanya.40


(1)

49

tanjung sasar dan muara sungai pandawai (kambaniru) dan dari sana mereka menyebar ke seluruh penjuru pulau sumba.

Sumba merupakan suatu pulau yang terlupakan dalam panggung sejarah. Catatan pertama tentang sumba terdapat dalam buku negara kertagama, karangan empu prapanca, yang megatakan bahwa pulau ini termasuk daerah jajahan kerajaan majapahit. Empu prapanca menulis demikian : Di sebelah timur tanah jawa terdapat tanah jajahan : semua kepulauan makasar serta buton, banggawi kunir, galian serta selaya, sumba, solor, muar, timor serta pelbagai pulau yang penting.35

Seluruh penduduk Sumba percaya dengan adanya tokoh ilahi yang disebut Marapu. Adapun yang disebut Marapu adalah segala sesuatu yang termasuk alam gaib, baik dalam arti dewa, maupun dalam arti roh, jiwa serta barang-barang duniawi yang menjadi tanda atau simbol akan kehadiran Marapu dari alam gaib tadi.36

Dalam kepercayaan Marapu terdapat struktur organisasi non formal yang terdapat dalam kampung-kampung adat yang terdiri dari seorang kepala adat yang disebut sangula sangete yang di bantu beberapa rato (tua adat), yaitu rato rumata, rato noba dan pa’ama pa’ana. Sangula sengete adalah menduduki jabatan tertinggi dalam pemerintahan adat, yang tugasnya hanya mengkoordinir pekerjaan bawahannya. Rato rumata berkedudukan di bawah sangula sengete yang bertugas sebagai pengawas terhadap pelaksanaan berbagai upacara adat. Rato nobba bertugas sebagai pemimpin jalannya upacara-upacara adat seperti perkawinan, kematian,

35 F.D. Wellem. Injil dan Marapu. Sekolah tinggi Teologi, Jakarta, 1995 : 16-15


(2)

50

pembuatan rumah adat dan upacara-upacara lainnya. Pa’ama-pa’ana bertugas mengawasi roda pembangunan kampung dan juga mengadakan pertemuan dengan staf pemerintahan desa baik kepala desa maupun pembantu-pembantunya.

Bagan Struktur dalam aliran kepercayaan Marapu

Anggota kabisu dan masyarakat umum Marapu

Roto adat(rato nobba,rato rumata) Sangula sengete


(3)

51

1. DEFINISI MARAPU

Menurut C. Nooteboom :

Marapu adalah kekuatan supra natural, baik yang bersifat oknum maupun yang tidak, yang tampil dalam berbagai macam bentuk. Kata Marapu dapat pula diartikan suci, mulia dan sakti sehingga harus di hormati dan tak dapat di perlakukan sembarangan.37

Secara umum, Sumba masih identik dengan marapu, meski tradisi itu sudah berangsur-angsur berkurang karena perkembangan modernisasi. Tetapi masyarakat setempat menempatkan marapu sebagai salah satu budaya. Marapu sendiri bagi warga Sumba adalah kepercayaan kepada arwah para leluhur yang diyakini mampu memberikan keselamatan dan ketenteraman serta kerukunan tertinggi yang disebut amawolu amarawi yang secara harfiah berarti yang membuat dan menciptakan.

Walaupun sebagian besar penduduk setempat sudah beralih ke agama modern, namun masih banyak pula warga yang tetap setia dalam marapu. Marapu biasanya disimbolkan dengan benda-benda sakral yang telah dikuduskan sehingga tidak seorang pun boleh menyentuhnya kecuali rato/kabisu yang telah ditentukan.38

2. KITAB SUCI MARAPU

Kitab suci Marapu disebut Lii Ndai. Kitab ini berupa syair yang dihafal dalam ingatan para pemuka adat (para rato adat/pendeta Marapu) dan dibacakan pada saat

37 Nooteboom,op.cit.,halaman.35.


(4)

52

upacara-upacara tertentu diselingi nyanyian adat. Kitab orang Marapu ini tidak pernah dibukukan, hanya dihafalkan oleh rato adat39. Salah satu acara orang sumba yang membacakan isi kitab adalah acara wulla poddu dimana pada saat proses pembacaan dilakukan dengan diiringi nyanyian dan tari-tarian adat. Pada saat pembacaan ini akan diikuti dan di dengarkan oleh seluruh pengikut Marapu.isi kita ini sendiri mencitrakan tentang asal usul orang sumba,proses penyebaran,kelahiran, kematian sampai dengan larang-larangan yang ada yang harus diikuti dan dihormati oleh seluruh pengikut Marapu.

Orang Sumba sangat sering melakukan upacara adat yang berhubungan dengan kepercayaan Marapu. Upacara adat itu seperti, upacara pengakuan dosa, upacara memanen jagung, upacara menuai padi, upacara penutupan panen, upacara membuka hutan, membersihkan kampong (tobba wanno), izin menanam, upacara turun air, sunat untuk laki-laki, potong rambut untuk perempuan, potong gigi, dan lainnya.

3. BULAN SUCI (WULLA PODDU/HARI KEAGAMAAN MARAPU)

ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU a. Pengertian Wulla Poddu (Bulan Suci)

Wullla Poddu mempunyai arti yang sangat mendalam bagi masyarakat Loli, dimana “wulla” berarti bulan dan “poddu” berarti suci”. Jadi Wulla Poddu berarti bulan suci. Dengan demikian Wulla Poddu dapat diartikan sebagai bulan suci atau


(5)

53

bulan tabu. Maka setiap orang atau masyarakat pendukung harus mematuhinya sebagai tanda kepatuhan dan penghormatan mereka pada pelaksannan ritus Wulla Poddu, maka semua aktifitas lain yang tidak ada hubungannya dengan ritus tersebut dihentikan yang ada, hanyalah ritus penyembahan terhadap marapu (leluhur atau dewa) Adat merupakan pencerminan dari pada kepribadian suatu bangsa, merupakan salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad ke abad. b. Makna Ritus Wulla Poddu (Bulan Suci)

Pada Bagian ini akan dijelaskan makna yang terkandung dalam ritus Wulla Poddu (bulan suci) pada orang loli sebagai aset budaya orang Loli. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) muncul dari adat-istiadat tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerus sebagai anggota masyarakat yang sampai sekarang masih terus dijaga dan dilestarikan oleh orang loli.

Menurut rato dodo rato poddu (tua adat), Nisa Ama Magi, Lango Ama Bulu, dan tokoh adat rato Talo Loja sekaligus tokoh masyarakat Loli menyatakan bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) tidak hanya sekedar sebuah ritus biasa tetapi sebuah ritus yang mempunyai nilai keagamaan yang tinggi.Ritus Wulla Poddu (bulan suci) merupakan hasil karya, rasa dan cipta dari orang Loli. Oleh karena itu ritus Wulla Poddu wajib untuk diperlihatkan dan dipertanyakan serta dilestarikan oleh orang Loli. Dengan mengacu pada aturan tersebut di atas maka ritus Wulla Poddu (bulan suci) dapat dikatakan sebagai suatu tradisi yang bermakna religius, sehingga apa bila seseorang atau kelompok orang melanggarnya maka akan berdampak buruk bagi


(6)

54

orang tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ritus Wulla Poddu (bulan suci) juga berfungsi sebagai pengatur tata kehidupan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan penciptanya.40

40 Yanto, Ritus wulla poddu. 2006 : 34-35