Prinsip-prinsip yang telah diuraikan di atas, merupakan syarat mutlak yang harus diterapkan, jika sebuah negara ingin mewujudkan masyarakat madani. Dalam
konteks ke-Indonesiaan, secara sederhana dapat dirumuskan bahwa tatanan masyarakat madani akan terwujud, jika keadilan, keterbukaan, toleransi dan juga
pluralisme, menjadi prinsip utama yang harus dijalankan. 3. Hubungan Masyarakat Madani dengan Aspek Lainnya
Masyarakat madani memiliki kaitan yang erat dengan beberapa aspek lainnya, seperti demokrasi, toleransi, pluralisme, HAM dan keadilan sosial.
a. Masyarakat Madani dan Demokrasi
Demokrasi sering dipahami sebagai suatu sistem pemerintahan negara dimana dalam pokoknya semua orang rakyat memiliki hak yang sama untuk
memerintah dan juga untuk diperintah. Lebih jelasnya, ditinjau dari sudut bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata demos yang berarti rakyat dan
kratos kratein berarti kekuasaan berkuasa. Dengan demikian secara sederhana demokrasi diartikan dengan “Rakyat berkuasa atau government or rule by the
people. ”
59
Dalam kaitannya dengan masyarakat madani, dapat dipahami bahwa demokrasi merupakan sebuah konsep politis yang berguna untuk membangun
kesejahteraan masyarakat. Demokrasi dalam pandangan Nurcholis Madjid adalah sebagai kategori dinamis. Demokrasi merupakan salah satu syarat mewujudkan
masyarakat madani. Sebuah negara dapat disebut demokratis jika negara yang
59
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992, h.50.
bersangkutan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan dapat memberi hak yang sama kepada masyarakat, baik individu maupun sosial.
60
Salah satu nilai demokrasi tersebut menurut Nurcholis Madjid adalah persamaan egalitarianisme. Prinsip egaliter adalah prinsip yang terdapat dalam
Islam. Egalitarianisme dalam pengertian Islam adalah adanya persamaan, keadilan, eksistensi dan demokrasi.
61
b. Masyarakat Madani dan Pluralisme
Islam sangat menghargai pluralisme. Gambaran penghargaan Islam terhadap pluralisme dapat dirujuk kepada sejarah masyarakat madani yang dibangun oleh
Nabi Muhammad saw. di Madinah. Antara kaum Muhajirin, Anshar, Yahudi dan Nasrani tercipta suasana hidup yang kondusif. Dalam kaitan itu Nurcholis Madjid
menegaskan bahwa pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan
agama. Pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinnekaan dalam ikatan-ikatan keadaban.
62
Kaitannya dalam mewujudkan cita-cita masyarakat madani di Indonesia, dapat dipahami bahwa secara fisik bangsa Indonesia memiliki 13.000 pulau. Dalam
pulau-pulau tersebut terdapat subetnis yang dengan pelbagai macam corak ragam bahasa dan adat istiadat. Hal tersebut merupakan sebuah realitas yang tidak mungkin
60
Sufiyanto, Masyarakat Tamaddun, h. 124.
61
Zuly Qodir, Pembaharuan Pemikiran Islam: Wacana Aksi Islam Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, h. 84.
62
Sufiyanto, Masyarakat Tamaddun, h. 139.
ditolak. Sebab itu bangsa Indonesia harus mampu mengakomodir seluruh potensi yang ada untuk mewujudkan masyarakat madani yang dicita-citakan.
63
c. Masyarakat Madani dan HAM