Tingkat Pendidikan Tahun Pengalaman Tahun Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 7. Rekapitulasi Karakteristik Sampel di Desa Tanjung Mulia 2013 No. Uraian Rata-Rata Range 1. Umur Tahun 39,83 24-59

2. Tingkat Pendidikan Tahun

8,3 6-12

3. Pengalaman Tahun

2,55 1-6

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

4,33 1-7 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1 Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa umur rata-rata pengrajin industri batu bata secara keseluruhan adalah 39,83 tahun dengan range 24-59 tahun dengan demikian usia pengrajin masih dalam usia produktif sehingga dari segi fisik masih mampu mengusahakan industri batu bata. Selanjutnya tingkat pendidikan pengrajin industri batu bata rata-rata 8,3 tahun dengan range 6-12 tahun artinya masih setaraf dengan tingkat pendidikan SMP. Dengan demikian, usaha industri batu bata tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi. Pengalaman pemilik industri batu bata memiliki rata-rata 2,55 tahun dengan range adalah 1-6 tahun, artinya industri batu bata di daerah penelitian masih termasuk usaha yang belum lama digeluti. Jumlah tanggungan keluarga pengrajin industri batu bata rata-rata adalah 4,33 dengan range yaitu 1-7 jiwa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan pengrajin cukup besar. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembuatan Batu Bata Proses pembuatan batu bata di desa Tanjung Mulia tidak lagi menggunakan pencetakan manual tetapi sudah semakin efektif dan efisien, karena pada umumnya pemilik industri batu bata menggunakan mesin untuk mengolah dan mencetak batu bata. Jumlah produksinya pun semakin besar dibandingkan dengan menggunakan pencetakan manual. Berikut ini tahapan-tahapan dalam pembuatan batu bata : Tahap I : Penyediaan Bahan Baku Tanah liat dan tanah merah merupakan bahan baku pembuatan batu bata. Tanah ini diperoleh dari luar daerah contohnya dari Perbaungan. Tanah ini diantar langsung oleh penjual menggunakan truk ke tempat industri batu bata. Gambar 2. Penyediaan Bahan Baku Sampai saat ini pengrajin tidak pernah mengalami kesulitan dalam penyediaan bahan baku untuk batu bata. Universitas Sumatera Utara Tahap II : Pengolahan Tanah Sebelum dilakukan pencetakan, tanah liat dan tanah merah sebagai bahan baku dicampur dengan air menggunakan cangkul. Proses ini dilakukan agar tanah liat dan tanah merah dapat tercampur dengan merata. Pengolahan ini biasanya dilakukan oleh 2 orang pekerja. Gambar 3. Pencampuran Bahan Baku Tanah Liat dan Tanah Merah Setelah campuran tanah liat dan tanah merah merata, maka tanah tersebut dibiarkan selama satu hari dan ditutup dengan plastik berukuran besar sampai menutupi seluruh tanah tersebut dengan tujuan agar tanah dapat menyatu dengan baik. . Gambar 4. Tanah Liat dan Tanah Merah yang dibawa Ke Pencetakan Setelah dibiarkan selama 1 hari Universitas Sumatera Utara Tahap III : Pengolahan dan Pencetakan Tanah yang telah diolah dan di diamkan selama satu hari, kemudian digunakan untuk proses pencetakan. Tanah tersebut dimasukkan kedalam mesin pengolahan, maka tanah tersebut akan masuk ke tempat pencetakan. Tanah yang sudah ada didalam wadah pencetakan dipotong membentuk batu bata. Gambar 5. Proses Pencetakan Batu Bata Tanah IV : Penjemuran Batu bata yang sudah dicetak, dibawa ketempat penjemuran oleh pekerja, dan disusun secara teratur agar batu bata cepat mengering. Batu bata ini di jemur sampai 2 hari jika cuaca cerah. Gambar 6. Proses Penjemuran Batu Bata Universitas Sumatera Utara Tahap V : Pengangkutan ke pembakaran Pada saat batu bata yang telah dijemur sudah mengering, maka batu bata tersebut di bawa ketempat pembakaran. Batu bata ini disusun secara rapi agar kematangannya merata dan pembakaran menggunakan kayu bakar serta minyak solar sebagai bahan bakarnya. Pembakaran ini berlangsung selama 3 hari yang dilakukan secara terus menerus. Setelah pembakaran selesai, batu bata tersebut dibiarkan sampai dingin selama ± 1 hari hingga dapat dipegang. Gambar 7. Proses Pembakaran Batu Bata di dalam Tungku Pembakaran Tahap VI : Pengangkutan ke dalam Truk Batu bata yang sudah di dinginkan, kemudian dibongkar dan diangkut kedalam truk untuk dipasarkan. Truk yang menjemput batu bata bukanlah milik pengrajin, melainkan pembeli yang datang dari luar desa Tanjung Mulia untuk mereka pasarkan keluar daerah, seperti Medan, Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Deli Serdang dan daerah sekitarnya. Harga batu bata dijual kepada Universitas Sumatera Utara konsumen yang menjemput ke tempat industri berkisar antara Rp 300 – Rp 310 per buah. Gambar 8. Batu Bata Siap untuk dipasarkan Untuk melihat apakah tata pengolahan batu bata di daerah penelitian intensif atau tidak, maka tata pengolahan di Desa Tanjung Mulia dibandingkan dengan tata pengolahan batu bata menurut Suwardono 2002 dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Perbandingan Tata Pengolahan Batu Bata Antara Anjuran dengan Fakta di Lapangan No. Uraian Anjuran Keadaan di Daerah Penelitian Keterangan

1. Pengolahan dan