Dari tabel 11 di atas dapat diketahui upah tenaga kerja pada pengolahan dan pencetakan berkisar Rp 38- Rp 45 per batu bata dalam satu kali pembakaran.
Sedangkan untuk pengeringan berkisar antara Rp 35- Rp 45 per batu bata dalam satu kali pembakaran. Upah tenaga kerja untuk pengangkutan ke tempat
pembakaran berkisar antara Rp 15- Rp 20batu per bakaran. Kemudian untuk pembakaran berkisar antara Rp 10-Rp 15batu dalam setiap pembakaran, tetapi
pekerja di bagian pembakaran ini dihitung setiap hari sampai proses pembakaran selesai. Biasanya pekerja pada proses pembakaran 1-2 orang secara bergantian
dan setiap saat proses pembakaran harus diperhatikan agar kematangan merata. Pada proses pengangkutan ke dalam truk, upah tenaga kerja sebesar Rp 5 - Rp10
per batu bata dalam satu kali pembakaran. Adapun biaya dan curahan tenaga kerja dalam industri batu bata dapat dilihat
pada tabel 12 berikut :
Tabel 12. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Industri Batu Bata di Daerah Penelitian
No Uraian
Biaya Rata-Rata Per Bakaran
Per Bulan 1.
Pengolahan dan Pencetakan batu bata
1.150.566,7 3.451.700
2.
Pengeringan 105.776,67
3.173.300
3. Pengangkutan ketempat
pembakaran 513.700
1.541.100
4. Pembakaran
250.566,7 751.700
5. Pengangkutan akhir
149.000 447.000
Total 3.121.600
9.364.800
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 6 dan 7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa rata-rata biaya tenaga kerja per bakaran pada tahap pengolahan dan pencetakan batu bata adalah
Rp 1.150.566,7. Kemudian untuk tahap pengeringan per bakaran, biayanya sebesar Rp 105.776,67. Pada tahap pengangkutan ke tempat pembakaran per
bakaran memiliki biaya sebesar Rp 513.700. Pada tahap pembakaran, jumlah biaya per bakaran adalah sebesar Rp 250.566,7. Kemudian pada tahap
pengangkutan akhir, jumlah biaya per bakaran adalah sebesar Rp 149.000. Jumlah keseluruhan rata-rata biaya tenaga kerja industri batu bata per bakaran adalah
sebesar Rp 3.121.600. Biaya tenaga kerja industri batu bata dalam satu bulan pada tahap
pengolahan batu bata adalah sebesar Rp 3.451.700. Sedangkan biaya tenaga kerja dalam satu bulan pada tahap pengeringan adalah Rp 3.173.300. Pada tahap
pengangkutan ke tempat pembakaran biaya tenaga kerja dalam satu bulan adalah Rp 1.541.100. Biaya tenaga kerja pada tahap pembakaran dalam satu bulan adalah
sebesar Rp 751.700. Selanjutnya, biaya tenaga kerja pengangkutan akhir dalam satu bulan adalah sebesar Rp 447.000. Dengan demikian, total biaya tenaga kerja
keseluruhan adalah sebesar Rp 9.364.800 dalam satu bulan.
d. Biaya Penyusutan Alat
Peralatan yang digunakan dalam industri batu bata di desa Tanjung Mulia yaitu tungku pembakaran, cangkul, dan beko. Setiap peralatan yang digunakan
dalam industri batu bata memiliki umur ekonomis. Umur ekonomis dari peralatan yang digunakan oleh pemilik industri batu bata ini terhitung berapa lama
pemakaian alat-alat tersebut hingga saat ini. Hal ini yang menyebabkan bervariasinya umur ekonomis setiap peralatan yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Rumus untuk biaya penyusutan adalah :
����� ���������� = ����� ���� ����
���� �������� ����
Alat-alat tersebut memiliki biaya penyusutan, diantaranya dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
Tabel 13. Total Biaya Penyusutan Alat Industri Batu Bata di Daerah Penelitian
No Nama Alat
Per Bulan Per Bakaran
1. Tungku Pembakaran
11.708.333,33 390.277,77
2. Cangkul
142.500,06 4.750,002
3. Mesin Pencetakan
15.545.833,33 518.194,44
4. Beko
1.946.041,667 64.868,05
Total
29.342.708,4 978.090,28
Sumber :Data diolah dari lampiran 10a dan 10b Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa biaya penyusutan tungku
pembakaran dalam satu bulan adalah sebesar Rp
11.708.333,33
dengan biaya per bakaran adalah sebesar Rp
390.277,77
. Kemudian biaya penyusutan cangkul adalah sebesar Rp
142.500,06 per bulan
dan biaya per bakaran adalah Rp
4.750,002
. Selanjutnya, Biaya penyusutan mesin pencetakan dalam satu bulan adalah
Rp
15.545.833,33 dan biaya per bakaran yaitu Rp 518.194,44.
Biaya beko adalah sebesar Rp
1.946.041,667
per bulan dan biaya per bakaran adalah sebesar Rp
64.868,05. Sehingga total biaya penyusutan dalam satu bulan adalah sebesar Rp 29.342.708,4 dan dalam satu bakaran yaitu Rp 978.090,28.
Universitas Sumatera Utara
e. Biaya Sewa
Industri batu bata di Desa Tanjung Mulia sebagian memiliki lahan industri sendiri dan sebagian menyewa lahan tempat industri batu bata mereka. Biaya
sewa tersebut sebesar Rp10 batu bata dalam satu kali pembakaran. Biaya sewa yang dibutuhkan dalam industri batu bata dapat dilihat pada tabel 14 berikut:
Tabel 14. Biaya Sewa Industri Batu Bata di Daerah Penelitian No.
Uraian Rata-Rata
Range 1.
Per Bulan 343.000
480.000 - 1.350.000
2.
Per Bakaran 114.333,33
160.000 - 450.000 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 8 dan 9
Dari tabel 14 di atas, dapat dilihat bahwa biaya sewa industri batu bata per bulan memiliki biaya rata-rata sebesar Rp 343.000 dengan range adalah
Rp 480.000-Rp 1.350.000, sedangkan biaya sewa rata-rata per bakaran adalah sebesar Rp 283.000 dengan range Rp 160.000-Rp 450.000.
f. Total Biaya Produksi
Total biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat, dan biaya sewa. Secara terperinci, total biaya
produksi industri batu bata dapat dilihat pada tabel 15 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Total Biaya Rata-Rata Produksi Industri Batu Bata di Daerah Penelitian
No. Uraian
Rata-Rata Persentase
1.
Bahan Baku dan Bahan Penunjang 10.514.500
49,6
2. Tenaga Kerja
9.364.800 44,17
3. Penyusutan Alat
978.090,28
4,61 4..
Biaya Sewa 343.000
1,62
Total 21.200.390,28
100
Sumber : Data Diolah di Lampiran 11 Dari tabel 15 diatas dapat dikemukakan bahwa biaya rata-rata bahan baku
dan Bahan penunjang yaitu sebesar Rp 10.514.500 dengan persentase 49,6, sedangkan pada biaya tenaga kerja sebesar Rp 9.364.800 dengan persentase
44,17. Biaya penyusutan alat adalah sebesar Rp 978.090,28 dengan persentase 4,61. Biaya sewa yaitu sebesar Rp 343.000 dengan persentase 1,62. Dengan
demikian, total biaya rata-rata produksi industri
batu bata adalah Rp 21.200.390,28. Sedangkan biaya terbesar yang dikeluarkan adalah biaya bahan
baku dan biaya penunjang, selanjutnya urutan yang kedua adalah biaya tenaga kerja.
f. Pendapatan Bersih Industri Batu Bata
Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya-biaya produksi. Biaya- biaya produksi dalam penelitian ini adalah bahan baku tanah liat dan tanah
merah, bahan penunjang kayu bakar dan bahan bakar minyak solar, tenaga kerja, penyusutan alat, dan sewa lahan. Penerimaan adalah jumlah batu bata dikali
Universitas Sumatera Utara
dengan harga jual batu bata. Pendapatan bersih industri batu bata dapat dilihat pada tabel 16 berikut.
Tabel 16. Total Pendapatan Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Desa Tanjung Mulia Tahun 2013
No. Uraian
Per Bakaran Per Bulan
1. Produksi buah
28.300 84.900
2. Harga Jual Rpbuah
301,67 301,67
3. Penerimaan Rp
8.555.333,33 25.666.000
4. Biaya Produksi Rp
7.066.796,76 21.200.390,28
5. Pendapatan Bersih Rp
1.640.100,93 4.465.609,72
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14 dan 15 Dari tabel 16 di atas, dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih industri
pengolahan batu bata perbakaran Rp 1.640.100,93 atau Rp 4.465.609,72 per bulan. Bila dibandingkan dengan UMP Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara
yaitu sebesar Rp1.305.000, maka pendapatan bersih yang diterima pengrajin batu bata cukup besar, artinya 3 kali UMP Upah Minimum Provinsi
Sumatera Utara. Maka hipotesis 3 yang mengatakan pendapatan industri batu bata
tinggi dapat diterima.
Analisis Kelayakan Usaha Untuk melihat apakah suatu usaha layak atau tidak layak maka kelayakan
usaha industri batu bata dapat diukur dengan menggunakan analisis RC Ratio yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total produksi.
Universitas Sumatera Utara
Dibawah ini dapat dilihat RC Ratio usaha industri batu bata dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Rata-Rata RC Ratio Industri Batu Bata dalam Satu Bulan di Desa Tanjung Mulia Tahun 2013
No. Uraian
Rata-Rata Range
1. Penerimaan
25.666.000 13.500.000 – 40.500.000
2. Biaya Produksi
21.200.390,28 11.245.375 – 39.204.333,34
3. RC Ratio
1,18 1,034 – 2,016 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 16
Dari tabel 17 didapat RC Ratio adalah 1,18 . Ini berarti penerimaan lebih besar dari pada biaya produksi. Semua sampel pemilik industri batu bata di daerah
penelitian memiliki nilai RC Ratio diatas 1,0. Dengan demikian usaha industri batu bata layak untuk diusahakan.
Selanjutnya kelayakan usaha dapat dianalisis dengan Break Event Point BEP yaitu harga ditentukan berdasarkan titik impas pulang pokok. Besarnya
BEP produksi dan BEP harga dapat dilihat pada tabel 18 berikut :
Tabel 18. Rata-Rata BEP Produksi dan BEP Harga Industri Batu Bata di Daerah Penelitian
No. Uraian
Rata-Rata Range
1. Biaya Produksi Rp