Respon Tanah Mineral Masam Dan Tanaman Caisim (Brassica Juncea) Terhadap Pemberian Abu Dasar (Bottom Ash) Dan Kompos Kotoran Sapi Sebagai Amelioran Tanah

RESPON TANAH MINERAL MASAM DAN TANAMAN CAISIM
(Brassica juncea) TERHADAP PEMBERIAN ABU DASAR
(BOTTOM ASH) DAN KOMPOS KOTORAN SAPI
SEBAGAI AMELIORAN TANAH

RIKA YAYU AGUSTINI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Tanah Mineral
Masam dan Tanaman Caisim (Brassica juncea) Terhadap Pemberian Abu Dasar
(Bottom Ash) dan Kompos Kotoran Sapi Sebagai Amelioran Tanah adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2016

Rika Yayu Agustini
NRP A152130051

RINGKASAN
RIKA YAYU AGUSTINI. Respon Tanah Mineral Masam dan Tanaman Caisim
(Brassica juncea) terhadap Pemberian Abu Dasar (Bottom Ash) dan Kompos
Kotoran Sapi sebagai Amelioran Tanah. Dibimbing oleh ISKANDAR DAN
SUDARSONO.
Abu dasar dan kompos kotoran sapi merupakan bahan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan amelioran untuk memperbaiki kualitas tanah-tanah
mineral masam. Abu dasar dan kompos kotoran sapi dapat memperbaiki sifat-sifat
kimia tanah, seperti meningkatkan pH tanah, serta menambah ketersediaan hara
makro dan mikro pada tanah. Akan tetapi, pemanfaatan abu dasar dibatasi oleh PP
No. 101 Tahun 2014 yang menggolongkan abu dasar ke dalam limbah B3.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian abu dasar dan

kompos kotoran sapi terhadap perbaikan sifat kimia tanah mineral masam serta
kadar logam berat dalam tanah dan tanaman caisim, menguji kelayakan abu dasar
sebagai bahan amelioran tanah.
Penelitian dilakukan di rumah kaca dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah umur abu dasar, yaitu abu
segar, 4 bulan dan 2 tahun. Faktor kedua adalah dosis abu dasar, yaitu 0, 40 dan
80 ton/ha dan faktor ketiga adalah dosis kompos kotoran sapi, yaitu 0 dan 10
ton/ha. Media tanam yang digunakan seberat 3 kg tanah kering udara/pot. Pada
masing-masing percobaan diberikan ulangan sebanyak tiga kali sehingga secara
keseluruhan terdapat 54 pot percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi dapat meningkatkan nilai pH, N-total, P-tersedia dan kation-kation
dapat dipertukarkan (K, Na, Ca dan Mg) serta meningkatkan pertumbuhan, hasil
dan kadar N, P, K, Ca, Mg tanaman caisim. Pemberian abu dasar 40 dan 80
ton/ha berpengaruh terhadap peningkatan kadar Pb, Cd dan Co tanah, tetapi tidak
ditemukan peningkatan kadar Pb dan Co pada tanaman. Sementara kompos
kotoran sapi 10 ton/ha berpengaruh terhadap peningkatan kadar Cd dalam tanah
dan tanaman. Akan tetapi, pada seluruh perlakuan kadar logam berat yang
ditemukan tergolong rendah.
Kata kunci : tanah mineral masam, abu dasar, kompos, logam berat


SUMMARY
RIKA YAYU AGUSTINI. Response of Acid Mineral Soil and Mustard (Brassica
juncea) to Addition of Bottom Ash and Cow Manure Compost as Soil
Ameliorant. Supervised by ISKANDAR and SUDARSONO.
Bottom ash and cow manure compost can be used as soil ameliorant to
improve the quality of acid mineral soil. Bottom ash and cow manure compost can
improve the soil chemical properties, such as increasing pH and the levels of
nutrients availability in the soil. However, the utilization of bottom ash are limited
by Government of Indonesia Regulation No. 101/ 2014 which classifies it as B3
waste (hazardous and toxic substances). The aims of this study were to assess the
effects of bottom ash and cow manure compost application on the improvement of
soil chemical characteristic as well as the levels of heavy metals in soils and
mustard.
This study was conducted in greenhouse using a Factorial Completely
Randomized Design. The first factor was the age of bottom ash (fresh, 4 months
and 2 years), the second factor was the dose of bottom ash (0, 60 and 120 g/ pot,
equivalent to 0, 40 and 80 tons/ha) and the third factor was the dose of cow
manure compost (0 and 15 g/pot, equivalent to 0 and 10 tons/ha). Media used was
3 kg air dried soil/pot, so overall there are 54 pot experiments.

The results showed that the application of bottom ash and cow manure
compost increased the soil pH, total-N, available-P and exchangeable cations (K,
Na, Ca and Mg) as well as increased growth, yield and N, P, K, Ca, Mg content of
mustard. The addition of bottom ash 40 and 80 tons/ha increased levels of Pb, Cd
and Co of the soil, but not with Pb and Co at the plants. While the cow manure
compost 10 tons/ha increased level of Cd in soils and plants. However, the whole
treatments on the plants and soils showed that the level of heavy metal was
classified as low.
Keyword: acid soil, bottom ash, compost, heavy metal, landfill

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


RESPON TANAH MINERAL MASAM DAN TANAMAN CAISIM
(Brassica juncea) TERHADAP PEMBERIAN ABU DASAR DAN
KOMPOS KOTORAN SAPI SEBAGAI AMELIORAN TANAH

RIKA YAYU AGUSTINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agroteknologi Tanah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Untung Sudadi, M.Sc

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul “Respon Tanah Mineral Masam dan Tanaman Caisim
(Brassica juncea) terhadap Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi
Sebagai Amelioran Tanah”.
Terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada Dr Ir Iskandar dan Prof. Dr Ir Sudarsono, M.Sc selaku komisi
pembimbing yang dengan ikhlas dan sabar memberikan bimbingan dan arahan
serta motivasi selama penelitian.
Penghargaan dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :
1. PLTU Paiton atas bantuan dana penelitian yang diberikan.
2. Dr Ir Untung Sudadi, M.Sc selaku penguji luar komisi
3. Mamah dan Bapak serta seluruh keluarga yang telah memberikan pengertian,
do’a serta dukungan selama ini
4. Teman-teman Agroteknologi Tanah yang telah membantu dan memberi
semangat.
Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu penulis
mengucapkan banyak terima kasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2016


Rika Yayu Agustini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xiiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian


1
1
2

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Karakteristik Kimia Abu Dasar
Karakteristik Kompos Kotoran Sapi
Prosedur Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data

2
2
3
3
4
5
5

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap
Sifat Kimia Tanah
Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Dosis Kompos Kotoran Sapi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim
Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap
Kadar Hara Tanaman Caisim
Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap
Kandungan Logam Berat dalam Tanah dan Tanaman Caisim
Pembahasan Umum

8
15
18
19
23

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran

24
24
24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Karakteristik kimia abu dasar PLTU Paiton
Kadar logam berat total abu dasar PLTU Paiton
Karakteristik kompos kotoran sapi
Kombinasi perlakuan abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
Parameter yang diukur dan metode pengukuran pada analisis tanah
dan tanaman
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap pH tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap H-dd tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap P-tersedia tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap Na-dd tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap KTK tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap tinggi tanaman pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap terhadap bobot basah tanaman caisim
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap kadar N, P, K, Ca dan Mg dalam tanaman
caisim
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam tanah
Batasan kadar logam berat dalam tanaman
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam daun caisim
Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan
dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Pb, Cd dan Co dalam
akar

3
4
4
5
6
8
10
11
13
15
16
17
18
19
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis
kompos kotoran sapi terhadap Al-dd tanah
Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis
kompos kotoran sapi terhadap N-total tanah
Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis
kompos kotoran sapi terhadap K-dd tanah
Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis
kompos kotoran sapi terhadap Ca-dd tanah
Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis
kompos kotoran sapi terhadap Mg-dd tanah

abu dasar dan dosis
abu dasar dan dosis
abu dasar dan dosis
abu dasar dan dosis
abu dasar dan dosis

9
11
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Sifat-sifat kimia tanah pada percobaan abu dasar dengan
perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi dengan
indikator tanaman caisim
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap pH tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Al-dd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap H-dd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap C-organik tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap C-organik tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap N-total tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap P-tersedia tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap K-dd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Na-dd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Ca-dd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Mg-dd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap KTK tanah
Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar segar dosis 0, 40
dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi)
Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 4 bulan dosis 0,
40 dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi)
Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 2 tahun dosis 0,
40 dan 80 ton/ha (tanpa kompos kotoran sapi)
Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar segar dosis 0, 40
dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha
Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 4 bulan dosis 0,
40 dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha
Gambar tanaman caisim 28 HST pada abu dasar 2 tahun dosis 0,
40 dan 80 ton/ha dan kompos kotoran sapi 10 ton/ha
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 14 hst
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 21 hst
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 28 hst

28
29
29
30
30
30
31
31
31
32
32
32
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap jumlah daun 14 hst
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap jumlah daun 21 hst
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap jumlah daun 28 hst
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap jumlah daun pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman caisim
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap bobot basah tanaman
Kadar hara daun tanaman caisim pada percobaan abu dasar
dengan perbedaan umur simpan dan kompos kotoran sapi
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Nitrogen tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Fosfor tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Kalium tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Kalsium tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Magnesium tanaman
Kadar logam berat dalam tanah, daun dan akar tanaman caisim
pada percobaan abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan
kompos kotoran sapi
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Pb tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Cd tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Co tanah
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Pb tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Cd tanaman
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi terhadap Co tanaman

38
38
38
39
39
40
40
41
42
42
43
43
43
44
45
45
46
46
47
47

PENDAHULUAN
Latar Belakang
PLTU Paiton merupakan salah satu pembangkit listrik tenaga uap di
Indonesia yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Penggunaan
batubara menghasilkan produk akhir sekitar 5% limbah padat, yaitu berupa abu
terbang (80-90%) dan abu dasar (10-20%). PLTU Paiton menggunakan batubara
sekitar 220.000 ton/bulan, sehingga rata-rata abu batubara yang dihasilkan yaitu
sekitar 8.800 ton/bulan dalam bentuk abu terbang (fly ash) dan 2.200 ton/bulan
dalam bentuk abu dasar (bottom ash). Abu dasar dan abu terbang secara bersamasama sering juga disebut sebagai abu batubara (coal ash). Dalam Ringkasan
Kinerja Pengelolaan Lingkungan dan CSR PLTU Paiton tahun 2013 dijelaskan
bahwa abu terbang sudah dimanfaatkan sekitar 99,14% oleh industri semen dan
readymix, sementara abu dasar belum dimanfaatkan dan hanya tertumpuk di
landfill.
Pemanfaatan abu batubara di Indonesia terikat oleh Peraturan Pemerintah
No. 101 Tahun 2014 yang menggolongkan abu batubara, baik abu terbang
maupun abu dasar sebagai salah satu limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Peraturan tersebut menyebabkan abu batubara, terutama abu terbang terbatas
digunakan pada bidang konstruksi. Sementara itu, penelitian mengenai
pemanfaatan abu dasar belum banyak dilakukan dibandingkan dengan abu
terbang, khususnya dalam bidang pertanian.
Penelitian rumah kaca yang dilakukan oleh Sell dan Introsh (1989)
menunjukkan bahwa abu dasar bermanfaat sebagai bahan amelioran dan tidak
ditemukan efek yang merugikan untuk tanah, tanaman dan lingkungan. Unsur
yang terkandung dalam abu dasar sangat tergantung pada jenis dan sumber
batubara. Abu dasar mengandung unsur hara makro (P, K, Ca, Mg dan S) dan
unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) yang dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan tanaman (Park et al. 2012). Selain mengandung berbagai unsur hara,
abu batubara juga mengandung logam-logam berat, seperti Pb, Cd, Cr dan Ni
dalam jumlah bervariasi (Iskandar et al. 2008). Akan tetapi, hasil penelitian yang
dilakukan oleh James et al. (2012) menyatakan bahwa abu dasar memiliki kadar
logam berat yang lebih rendah dibandingkan dengan abu terbang.
Di Finlandia, abu dasar dapat digunakan sebagai pupuk pada tanaman
hortikultura dan tanaman kehutanan selama kandungan logam berat dalam abu
dasar berada dibawah jumlah yang ditetapkan oleh pemerintah (Kuokkanen 2006).
James et al. (2012) menyatakan bahwa abu dasar potensial untuk digunakan
sebagai bahan pembenah tanah, media pertumbuhan tanaman, pemupukan dan
bahan penetralisir kemasaman tanah. Pemberian abu batubara dapat meningkatkan
pH tanah, kandungan P-tersedia dan ketersediaan kation basa pada tanah gambut
(Iskandar et al. 2008). Nilai pH tanah sangat berpengaruh terhadap mobilitas dan
kelarutan logam esensial dan non esensial di dalam tanah (Haynes 2009).
Bahan amelioran lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas
tanah adalah bahan organik. Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal
dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada
berbagai tahapan dekomposisi. Bahan organik mempunyai banyak peranan
terutama dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Simanungkalit et
al. (2006) menyatakan bahwa bahan organik mengandung unsur hara makro (N,

2

P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn dan Fe) yang
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan tanah marginal. Kotoran sapi merupakan
salah satu bahan organik yang dapat digunakan sebagai amelioran tanah.
Suharyani et al. (2012) menyatakan bahwa bahan organik yang berasal dari
kotoran sapi akan berpengaruh terhadap penurunan fiksasi P, sehingga
meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah.
Abu dasar masih sangat potensial untuk dimanfaatkan pada tanah-tanah
mineral masam sebagai bahan amelioran untuk meningkatkan produktifitas lahan
pertanian. Inceptisols merupakan jenis tanah yang memiliki kesuburan relatif
rendah dengan pH yang masam (sekitar 4,5) serta kejenuhan basa dari rendah
sampai sedang (Sudirja et al. 2007). Inceptisols menempati sekitar 40% atau
70,52 juta ha dari luas total daratan di Indonesia (Puslitbangtanak 2003) dan dapat
diupayakan sebagai perluasan lahan pertanian. Pemberian abu dasar pada
Inceptisols diharapkan dapat memperbaiki kualitas kimia, sedangkan kompos
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanahnya. Akan tetapi, hal
lain yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan abu dasar adalah batas asupan
logam berat pada tanah dan tanaman. Kandungan logam berat di dalam abu dasar
yang diaplikasikan ke tanah dan diserap oleh tanaman akumulator logam berat
penting untuk diketahui. Tanaman caisim (Brassica juncea) merupakan tanaman
yang banyak dibudidayakan serta dikonsumsi oleh masyarakat luas yang
mempunyai sifat hiperakumulator logam berat.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui respon tanah mineral masam Inceptisols dan tanaman caisim terhadap
pemanfaatan abu dasar dan kompos kotoran sapi. Ruang lingkup penelitian ini
adalah abu dasar dan kompos kotoran sapi sebagai amelioran tanah dalam
peranannya memperbaiki sifat-sifat kimia pada tanah mineral masam dan tingkat
kandungan logam berat dalam abu dasar yang diserap serta produksi tanaman
caisim.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian abu dasar dan
kompos kotoran sapi terhadap perbaikan sifat kimia tanah mineral masam serta
tingkat serapan logam berat dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman caisim
serta menguji kelayakan abu dasar sebagai bahan amelioran tanah.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Fisika Tanah, Balai
Penelitian Tanah, Laladon, Bogor. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di
Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan dan Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium Kimia Tanah, Balai
Penelitian Tanah, Cimanggu, Bogor. Serangkaian kegiatan penelitian
dilaksanakan dari bulan Agustus 2015 sampai dengan Januari 2016.

3

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah abu dasar batubara dari
PLTU Paiton dengan perbedaan umur simpan (abu dasar segar diambil dari silo,
abu dasar berumur 4 bulan dan 2 tahun diambil langsung dari tumpukan di
landfill), kompos kotoran sapi, benih caisim, bahan tanah Inceptisols Dramaga,
Urea, serta bahan-bahan kimia untuk analisis. Alat yang digunakan di rumah kaca
diantaranya adalah pot plastik, hand sprayer, tray, sekop, mistar, buku catatan,
kamera, serta peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman seperti
timbangan, oven, shaker, sentrifuse, alat-alat gelas, spectrophotometer,
flamephotometer, AAS dan alat-alat lain yang diperlukan.
Karakteristik Kimia Abu Dasar PLTU Paiton
pH dan Kadar Oksida-oksida
Abu dasar segar yang diambil langsung dari silo memiliki karakteristik
kimia yang hampir sama dengan abu dasar yang sudah ditumpuk 4 bulan dan 2
tahun di landfill (Tabel 1). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian abu terbang
yang dilakukan oleh Iskandar et al. (2013) bahwa semakin lama ditumpuk di
landfill, pH dan kandungan kation-kation dalam abu terbang semakin menurun.
Hal ini diduga berkaitan dengan ukuran partikel abu dasar yang lebih kasar
dibandingkan abu terbang, sehingga tidak berpengaruh terhadap tingkat pencucian
yang tinggi. Haynes (2009) juga menyatakan bahwa tipe batubara yang digunakan
selama proses pembakaran menentukan karakteristik kimia abu dasar yang
dihasilkan. Pada abu dasar segar, berumur 4 bulan dan 2 tahun tidak menunjukkan
perbedaan pH, yaitu berkisar 6,60 - 6,90. Nilai pH pada abu dasar sebagian besar
ditentukan oleh komposisi bahan induk batubara. Haynes (2009) menyatakan
bahwa tipe batubara yang digunakan selama pembakaran dan kandungan sulfur
dalam abu batubara menentukan nilai pH abu batubara. Karakteristik kimia abu
dasar PLTU Paiton disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.

Karakteristik kimia abu dasar PLTU Paiton

Parameter
pH H2O
SiO2 (%)
Al2O3 (%)
Fe2O3 (%)
K2O (%)
Na2O (%)
CaO (%)
MgO (%)
TiO2 (%)
MnO (%)
P2O5 (%)

Segar
6,60
57,40
17,57
13,15
1,25
0,49
5,66
2,67
1,13
0,063
0,039

Umur di landfill
4 bulan
6,90
55,50
18,09
13,97
1,24
0,46
4,76
3,57
1,21
0,064
0,058

2 tahun
6,60
57,8
13,79
16,93
1,38
0,26
4,83
2,43
1,03
0,10
0,026

4

Kadar Logam Berat Total
Hasil pengukuran kadar logam berat Pb, Cd, Co, Cr, Ni, As dan Hg dalam
abu dasar menunjukkan kadarnya masih dalam batas normal kadar logam berat
dalam tanah. Kadar Pb, Cd, Co, Cr dan Ni tertinggi pada abu dasar terdapat pada
abu dasar berumur 2 tahun, akan tetapi apabila dibandingkan dengan data dari
Alloway (1995) kadar tersebut tergolong kedalam batas normal kadar logam berat
dalam tanah. Kadar total logam berat dalam abu dasar disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Logam
Berat
Pb (ppm)
Cd (ppm)
Co (ppm)
Cr (ppm)
Ni (ppm)
As (ppm)
Hg (ppm)

Kadar logam berat total abu dasar PLTU Paiton
Umur
4 bulan
27
4
18
td
28
13
td

Segar
35
3
26
td
21
td
td

Keterangan : *) Data dari Alloway (1995)

2 tahun
61
4
39
5
37
11
td

Kadar dalam tanah*)
Batas Normal
Batas Kritis
2-300
100-400
0,001-2,0
3-8
0,5-65
25-50
5-1500
75-100
2-750
100
0,1-40
20-50
0,01-0,5
0.3-5

Karakteristik Kompos Kotoran Sapi
Kotoran sapi merupakan salah satu bahan organik yang banyak digunakan
untuk dijadikan kompos. Pengomposan bertujuan untuk mendekomposisi bahan
organik segar menjadi bahan yang menyerupai humus. Pada proses pengomposan,
bahan organik dirombak secara biofisiko-kimia yang melibatkan aktivitas dari
mikroba dan mesofauna. Simanungkalit et al. (2006) menjelaskan bahwa
karakteristik umum dari kompos yaitu mengandung unsur hara dalam jenis dan
jumlah bervariasi tergantung bahan asal, menyediakan unsur hara secara lamban
(slow release) dan dalam jumlah terbatas, serta mempuyai fungsi utama memperbaiki
kesuburan tanah. Karakteristik kompos kotoran sapi yang digunakan disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3.

Karakteristik kompos kotoran sapi

Parameter
Kadar air (%)
C-total (%)
N-total (%)
C/N ratio
P2O5-total (%)
K2O total (%)
KTK (cmol(+).kg-1)
K-dd (cmol(+).kg-1)
Na-dd (cmol(+).kg-1)
Ca-dd (cmol(+).kg-1)
Mg-dd (cmol(+).kg-1)

Metode
Gravimetri
CNS-Analyzer
CNS-Analyzer
HNO3/ Spectrophotometer
HNO3/ FAAS
NH4OAc pH 7
NH4OAc pH 7
NH4OAc pH 7
NH4OAc pH 7
NH4OAc pH 7

Hasil
23,74
12,80
1,53
8
0,78
1,13
18,77
16,31
5,21
19,66
9,14

5

Prosedur Penelitian
Penelitian rumah kaca dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah umur abu dasar (segar, 4
bulan dan 2 tahun). Faktor kedua adalah dosis abu dasar dengan tiga taraf yaitu 0,
60 dan 120 gram/pot (setara dengan 0, 40 dan 80 ton/ha) dan faktor ketiga adalah
dosis kompos kotoran sapi dengan dua taraf yaitu 0 dan 15 gram/pot (setara
dengan 0 dan 10 ton/ha). Media tanam yang digunakan seberat 3 kg tanah kering
udara/pot. Pada masing-masing percobaan diberikan ulangan sebanyak tiga kali
sehingga secara keseluruhan terdapat 54 pot percobaan. Perlakuan untuk
percobaan di rumah kaca disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.

Kombinasi perlakuan abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi

Perlakuan

Umur abu dasar

Dosis abu dasar
(gram/ pot)

T0A0K0
T0A1K0
T0A2K0
T0A0K1
T0A1K1
T0A2K1
T1A0K0
T1A1K0
T1A2K0
T1A0K1
T1A1K1
T1A2K1
T2A0K0
T2A1K0
T2A2K0
T2A0K1
T2A1K1
T2A2K1

Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
Segar
4 bulan
4 bulan
4 bulan
4 bulan
4 bulan
4 bulan
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun
2 tahun

0
60
120
0
60
120
0
60
120
0
60
120
0
60
120
0
60
120

Keterangan :

Dosis kompos
kotoran sapi
(gram/ pot)
0
0
0
15
15
15
0
0
0
15
15
15
0
0
0
15
15
15

T menunjukkan umur abu dasar; A menunjukkan dosis abu dasar; dan
K menunjukkan dosis kompos kotoran sapi

Pelaksanaan Penelitian
1.

Persiapan Bahan Amelioran
Abu dasar yang berumur segar, 4 bulan dan 2 tahun sebelum dicampurkan
dengan media tanam, terlebih dahulu dihaluskan dan diayak menggunakan
ayakan 0,5 mm. Kemudian, abu dasar dan kompos kotoran sapi ditimbang
sesuai dengan dosis perlakuan pada Tabel 4.

6

2.

3.

4.

5.

6.

Persiapan Media Tanam
Permukaan tanah di lapangan dibersihkan dari sisa tanaman dan diambil
sampai kedalaman 20 cm. Tanah dikeringudarakan, dihaluskan dan diayak
menggunakan ayakan 5 mm dan ditimbang seberat 3 kg bobot kering udara,
dilanjutkan dengan pencampuran tanah dengan amelioran. Tanah dan
amelioran dicampur homogen, kemudian dimasukan ke dalam pot. Tanah
yang diberi perlakuan kemudian diinkubasi selama 7 hari.
Persemaian
Persemaian dilakukan menggunakan tray. Media semai terdiri dari tanah dan
pupuk organik yang halus dengan perbandingan 2:1. Penyiraman dilakukan
setiap pagi dan sore dengan menggunakan handsprayer. Setelah persemaian
berumur 2 minggu, bibit dipindahkan ke pot penelitian.
Penanaman
Bibit tanaman caisim yang digunakan dari persemaian dipilih secara
homogen yang dilihat dari tinggi dan jumlah daun. Penanaman dilakukan
pada media pot setelah masa inkubasi selesai. Satu tanaman untuk masingmasing pot. Pemindahan bibit ke pot ini dihitung sebagai hari awal penelitian.
Penyiraman
Untuk mempertahankan kondisi air sesuai dengan kebutuhan tanaman caisim
pada masing-masing pot, penyiraman dilakukan setiap hari sekali dan
diusahakan kadar air tetap pada kondisi kapasitas lapang.
Parameter Analisis
a. Parameter vegetatif seperti tinggi tanaman dan jumlah daun diukur dari
minggu kedua, ketiga dan keempat setelah tanam. Pada minggu ke-4 pada
masa pemanenan diukur panjang akar dan berat basah tanaman. Metode
analisis yang digunakan untuk setiap parameter pertumbuhan dan produksi
tanaman caisim disajikan pada Tabel 5.
b. Analisis tanah dan tanaman dilakukan setelah 4 minggu untuk mengetahui
sifat kimia tanah setelah percobaan meliputi pH, Al-dd, H-dd, C-organik,
N-total, KTK, P-tersedia, K, Ca, dan Mg yang dapat dipertukarkan.
Analisis total kadar tanaman meliputi N, P, K, Ca, Mg. Analisis
kandungan logam berat meliputi Pb, Cd, dan Co dilakukan pada tanah,
daun dan akar tanaman. Metode analisis yang digunakan untuk setiap
parameter kimia tanah dan kadar hara daun disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.

Parameter yang diukur dan metode pengukuran pada analisis tanah dan
tanaman

Parameter
Analisis tanah
pH H2O (1 : 5)
C-Organik
N-total
P-tersedia
Ca-dd dan Mg-dd

Satuan

Metode / Alat ukur

%
%
ppm
cmol(+).kg-1

K-dd dan Na-dd

cmol(+).kg-1

pH meter
Walkley and Black
Kjeldahl
Bray 1
Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7, hasil diukur
dengan AAS
Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7, hasil diukur
dengan flamephotometer

7

Parameter
Al-dd dan H-dd
KTK
Analisis tanaman
N

Satuan
Metode / Alat ukur
(+)
-1
cmol .kg Ekstrak KCl 1 M dititrasi dengan NaOH
kemudian direaksikan dengan NaF, dan
dititrasi dengan larutan HCl
cmol(+).kg-1 Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7
%

P

%

K

%

Ca dan Mg

%

Pengabuan basah dengan H2SO4 dan H2O2,
hasil diukur dengan cara destilasi
Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan
HClO4. Ekstrak diukur menggunakan
spectrophotometer
Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan
HClO4. Ekstrak diukur menggunakan
flamephotometer
Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan
HClO4. Ekstrak diukur menggunakan AAS

Analisis logam berat
Pb, Cd, Co

ppm

Analisis pertumbuhan
Tinggi tanaman

Pengabuan basah menggunakan HNO3 dan
HClO4. Ekstrak diukur menggunakan AAS

cm

Menggunakan meteran, diukur dari
pangkal batang/permukaan tanah sampai
ujung batang
Dihitung
banyaknya
jumlah
daun
pertanaman

Jumlah daun
Analisis produksi
Panjang Akar

helai
cm

Menggunakan mistar, diukur dari pangkal
batang sampai ujung akar
Berat Basah
gr
Menggunakan timbangan digital
Keterangan : dd = dapat dipertukarkan
Analisis Data
Analisis data menggunakan sidik ragam (Anova) pada selang kepercayaan
95% dan perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut menggunakan uji selang
berganda Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap Sifat
Kimia Tanah
Pengaruh pemberian abu dasar dan kompos kotoran sapi terhadap sifat
kimia tanah yang meliputi pH, Al-dd, H-dd, C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd,
Na-dd, Ca-dd dan Mg-dd serta KTK disajikan pada Lampiran 1.
pH Tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
disajikan pada Tabel 6, sedangkan hasil analisis ragam pada Lampiran 2 yang
menunjukkan bahwa dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi memberikan
pengaruh yang nyata dalam meningkatkan nilai pH tanah.
Tabel 6

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap pH tanah

Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

pH
4,36 a
4,30 a
4,37 a
4,25 b
4,31 b
4,47 a
4,29 b
4,39 a

Dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi memberikan pengaruh
paling nyata dalam meningkatkan pH tanah. Oklima (2013) menjelaskan bahwa
semakin tinggi dosis abu batubara yang diberikan maka semakin tinggi
pengaruhnya dalam peningkatan pH tanah. Selain itu Muse dan Mitchell (1995)
yang meneliti mengenai perbandingan dari pemberian kapur dengan abu dasar
batubara menyatakan bahwa abu dasar batubara lebih efektif dan cepat dalam
menaikkan pH pada tanah masam.
Abu dasar dapat meningkatkan pH tanah karena mengandung CaO dan
MgO, sehingga menunjukkan daya netralisasi yang cukup besar. Kemampuan
pengapuran atau daya netralisasi dari abu dasar tergantung pada sumber dan
proses pelapukannya. Sementara, bahan organik yang telah terdekomposisi dapat
meningkatkan aktivitas ion OH- yang berasal dari gugus hidroksil sehingga ion
OH- akan menetralisir ion H+ dalam larutan tanah.

9

Kemasaman yang dapat ditukar (Al-dd dan H-dd)
Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap Al-dd tanah disajikan pada Gambar 1, sedangkan hasil
analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar Al-dd tanah serta ada interaksi dari
ketiga perlakuan. Pada dosis tertinggi, baik umur abu dasar, dosis abu dan dosis
kompos kotoran sapi mampu menurunkan kadar Al-dd dalam tanah Inceptisols
dari 1,21 cmol(+).kg-1 menjadi 0,00 cmol(+).kg-1. Akan tetapi, pemberian dosis abu
dasar 80 ton/ha tanpa kompos kotoran sapi (T2A2K0) memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata dengan perlakuan abu dasar dan kompos kotoran sapi
(T0A2K1, T1A2K1 dan T2A2K1).

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5%
menurut uji DMRT. T0, T1, T2 = abu dasar dengan umur segar, 4 bulan, 2 tahun; A0, A1, A2 =
dosis abu dasar 0, 40, 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0, 10 ton/ha.

Gambar 1 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap Al-dd tanah
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
terhadap H-dd tanah disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi memberikan pengaruh yang
nyata dalam menurunkan kadar H-dd tanah. Hasil analisis ragam dapat dilihat
pada Lampiran 4.

10

Tabel 7.

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap H-dd tanah

Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

H-dd (cmol(+).kg-1)
1,56 a
1,56 a
1,33 a
1,83 a
1,53 b
1,09 c
1,60 a
1,36 b

C-Organik
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
terhadap kadar C-organik tanah serta hasil analisis ragam dapat dilihat pada
Lampiran 5 dan 6. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ketiga
perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap C-organik tanah.
C-organik merupakan indikator yang menentukan tingkat kesuburan
tanah. Bradshaw dan Chadwick (1980) menjelaskan bahwa abu batubara
mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman kecuali Corganik dan Nitrogen. Sementara, pemberian kompos kotoran sapi juga tidak
berpengaruh nyata dalam peningkatan kadar C-organik tanah. Hasil penelitian
menunjukkan kadar C-organik yang diperoleh yaitu 1-2%. Berdasarkan Balai
Penelitian Tanah (2012) kadar C-organik 1-2% termasuk rendah.
N-total
Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap kadar N-total tanah disajikan pada Gambar 2, sedangkan
hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa ketiga perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap
peningkatan kadar N-total tanah, serta ada interaksi. Hasil tertinggi kadar N-total
dari seluruh perlakuan yaitu 0,20%. Akan tetapi, berdasarkan Balai Penelitian
Tanah (2012) kadar N-total dari hasil pemberian abu dasar dengan perbedaan
umur simpan dan kompos kotoran sapi masih tergolong rendah.

11

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5%
menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 =
dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha

Gambar 2 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap N-total tanah
P-tersedia
Pengaruh pemberian umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap kadar P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis
ragam dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 8.

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap P-tersedia tanah

Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

P-tersedia (ppm)
7,54 a
7,46 a
5,99 b
6,43 a
7,13 a
7,42 a
6,09 b
7,90 a

Tabel 8 menjelaskan bahwa terdapat pengaruh nyata dari umur abu dasar
dan dosis kompos kotoran sapi terhadap peningkatan kadar P-tersedia tanah.
Tanah dengan perlakuan abu dasar segar memiliki kandungan P-tersedia yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang diberi perlakuan abu dasar 4 bulan
dan 2 tahun. Hal ini diduga pemberian abu dasar dapat meningkatkan kadar P
dalam tanah, sebagai akibat dari adanya peningkatan pH pada tanah. Begitu juga
dengan perlakuan kompos kotoran sapi, fiksasi Al-P dan Fe-P di tanah Inceptisols
berkurang karena kemungkinan Al dan Fe di khelat oleh senyawa organik.

12

Penelitian yang dilakukan oleh Shen et al. (2007) mengindikasikan bahwa
kandungan fosfor dalam abu batubara lebih tersedia di dalam tanah, sehingga
lebih mudah diserap oleh tanaman. Sedangkan, bahan organik khususnya yang
berasal dari kotoran hewan berpengaruh terhadap penurunan fiksasi P, sehingga
akan meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah (Suharyani et al. 2012).
Kation-kation yang dapat dipertukarkan
a)

Kalium dapat dipertukarkan (K-dd)
Pengaruh pemberian umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap kadar K-dd tanah disajikan pada Gambar 3. Hasil analisis
ragam dapat dilihat pada Lampiran 9.

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5%
menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 =
dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha

Gambar 3 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap K-dd tanah
Pemberian ketiga perlakuan, yaitu perbedaan umur abu dasar, dosis abu
dasar dan dosis kompos kotoran sapi menunjukkan adanya pengaruh yang nyata
terhadap peningkatan kadar K-dd tanah (Gambar 3) serta ada interaksi. Kompos
kotoran sapi dengan dosis 10 ton/ha dengan abu dasar berumur 2 tahun di landfill
dengan dosis 80 ton/ha (T2A2K1) dan 40 ton/ha (T2A1K1) meningkatkan kadar
K-dd tanah dari 1,16 cmol(+).kg-1 (tanpa perlakuan) menjadi 3,51 cmol(+).kg-1,
sedangkan perlakuan kompos kotoran sapi 10 ton/ha tanpa abu dasar (T2A0K1)
meningkatkan kadar K-dd tanah menjadi 3,59 cmol(+).kg-1.
Penggunaan dosis abu dasar 40 ton/ha memberikan pengaruh yang sama
dengan pemberian dosis abu dasar 80 ton/ha dalam meningkatan kadar K-dd
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu dasar yang berumur 2 tahun di
landfill lebih mudah melepaskan unsur kalium dibandingkan dengan abu dasar
segar maupun 4 bulan. Sementara, pemberian kompos kotoran sapi 10 ton/ha juga
memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kadar K-dd tanah.

13

b) Natrium dapat dipertukarkan (Na-dd)
Pengaruh pemberian abu dasar batubara dengan perbedaan umur simpan
dan dosis kompos kotoran sapi terhadap kadar Na-dd tanah disajikan pada Tabel
10, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa umur abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar Na-dd tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompos kotoran sapi dan abu dasar
yang berumur 2 tahun di landfill memberikan pengaruh paling baik dalam
menyumbangkan unsur Na dibandingkan dengan abu dasar segar maupun 4 bulan.
Tabel 9.

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap Na-dd tanah

Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

Na-dd (cmol(+).kg-1)
0,19 b
0,20 b
0,23 a
0,21 a
0,21 a
0,21 a
0,12 b
0,30 a

c)

Kalsium dapat dipertukarkan (Ca-dd)
Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap kadar Ca-dd tanah disajikan pada Gambar 4.

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5%
menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 =
dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha.

Gambar 4 Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap Ca-dd tanah

14

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa kombinasi umur abu dasar, dosis abu
dasar dan dosis kompos kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap peningkatan
kadar Ca-dd tanah serta ada interaksi dari ketiga perlakuan. Abu dasar umur 2
tahun dengan dosis 80 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha (T2A2K1)
merupakan perlakuan paling baik dalam meningkatkan kadar Ca-dd tanah.
Kemudian, abu dasar umur 2 tahun dengan dosis 40 ton/ha dan dosis kompos
kotoran sapi 10 ton/ha (T2A1K1) juga meningkatkan Ca-dd dibanding dengan
perlakuan lainnya. Kadar Ca-dd dari perlakuan T2A2K1 meningkatkan Ca-dd
sebesar 6,44 cmol(+).kg-1 dibanding dengan tanpa perlakuan 2,37 cmol(+).kg-1,
sedangkan perlakuan T2A1K1 meningkatkan Ca-dd menjadi 5,08 cmol(+).kg-1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis abu dasar 80 ton/ha
memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatan kadar Ca-dd tanah. Abu
dasar yang berumur 2 tahun di landfill lebih menyediakan unsur kalsium dalam
tanah dibandingkan dengan abu dasar segar maupun 4 bulan. Hasil analisis ragam
dapat dilihat pada Lampiran 11.
d) Magnesium dapat dipertukarkan (Mg-dd)
Pengaruh kombinasi abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap kadar Mg-dd tanah disajikan pada Gambar 5. Hasil
analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 12.

Angka pada diagram batang yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji 5%
menurut uji DMRT. T0,T1,T2 = abu dasar dengan umur segar; 4 bulan; 2 tahun; A0, A1, A2 =
dosis abu dasar 0; 40; 80 ton/ha; K0, K1 = dosis kompos kotoran sapi 0; 10 ton/ha.

Gambar 5

Pengaruh kombinasi umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap Mg-dd tanah

Gambar 5 menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari kombinasi umur
abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi terhadap peningkatan
kadar Mg-dd tanah serta ada interaksi dari ketiga perlakuan. Pemberian abu dasar
umur 2 tahun dengan dosis 80 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha
(T2A2K1) mampu meningkatkan kadar Mg-dd tanah dari 0,57 cmol(+).kg-1 (tanpa
perlakuan) menjadi 1,63 cmol(+).kg-1. Sementara, pemberian abu dasar umur 2
tahun dengan dosis 40 ton/ha dan dosis kompos kotoran sapi 10 ton/ha (T2A1K1)
meningkatkan kadar Mg-dd sebesar 1,33 cmol(+).kg-1.

15

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis abu dasar 80 ton/ha
memberikan pengaruh paling baik dalam meningkatan kadar Mg-dd tanah. Abu
dasar yang berumur 2 tahun di landfill menyediakan unsur kalsium lebih besar
dalam tanah dibandingkan dengan abu dasar segar maupun 4 bulan.
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
terhadap KTK tanah serta hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 dan
hanya umur abu dasar yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan KTK tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu dasar segar memiliki kapasitas tukar
kation yang lebih tinggi dibandingkan dengan abu dasar 4 bulan dan 2 tahun.
Tabel 10.

Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap KTK tanah
Perlakuan

Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

KTK (cmol(+).kg-1)
27,82 a
22,01 b
22,01 b
24,43 a
24,53 a
22,88 a
23,38 a
24,51 a

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Dosis Kompos Kotoran Sapi terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim
Gambar dari tanaman caisim hasil pemberian abu dasar dan kompos
kotoran sapi dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, 16, 17, 18 dan 19.
Tinggi Tanaman
Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap tinggi tanaman pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst
disajikan pada Tabel 10.

16

Tabel 10. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap tinggi tanaman pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst
Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran
sapi
K0
K1

14 hst

Tinggi tanaman (cm)
21 hst

28 hst

14,55 a
13,38 a
14,11 a

19,38 a
17,66 a
18,33 a

20,94 a
19,50 a
19,22 a

12,77 b
14,11 a
15,16 a

17,22 b
18,94 a
19,22 a

18,94 a
20,05 a
20,66 a

12,85 b
15,18 a

16,96 b
19,96 a

18,11 b
21,66 a

Pengaruh nyata ditunjukkan oleh dosis abu dasar dan dosis kompos
kotoran sapi terhadap tinggi tanaman 14 hst pada (Tabel 10), sedangkan umur abu
dasar tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sementara
pada 21 hst, pemberian dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran sapi
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Kemudian, pada 28 hst, hanya dosis
kompos kotoran sapi yang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan
umur abu dasar dan dosis abu dasar tidak memberikan pengaruh yang nyata. Akan
tetapi, dari seluruh perlakuan terjadi peningkatan tinggi tanaman pada tanaman
caisim dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Semakin tinggi perlakuan yang
diberikan, maka semakin meningkatkan tinggi pada tanaman caisim. Hasil analisis
ragam dari tinggi tanaman caisim dapat dilihat pada Lampiran 20, 21 dan 22.
Jumlah daun
Hasil analisis ragam pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap jumlah daun pada 14 hst, 21 hst dan 28 hst dapat
dilihat pada Lampiran 23, 24 25 dan 26. Pemberian abu dasar dengan perbedaan
umur simpan dan kompos kotoran sapi tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah daun pada 14 hst. Hasil serupa juga didapatkan pada 21 hst,
pemberian ketiga perlakuan yaitu umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis
kompos kotoran sapi juga tidak memberikan pengaruh yang yata nyata terhadap
jumlah daun tanaman caisim. Sementara, pada 28 hst hanya dosis kompos kotoran
sapi yang berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, sedangkan umur abu dasar
dan dosis abu dasar berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Akan tetapi,
dari seluruh perlakuan terjadi penambahan jumlah daun pada tanaman caisim
dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Tanaman caisim merupakan tanaman yang
dikonsumsi daunnya, maka penambahan jumlah daun sangat mempengaruhi
kualitas dari tanaman caisim. Dibandingkan dengan tanpa perlakuan, penambahan
jumlah daun juga lebih banyak tumbuh pada perlakuan dengan dosis tertinggi
yaitu pada T0A2K1 dengan penambahan jumlah daun dari 5 helai 14 hst, 6 helai

17

21 hst dan 9 helai pada 28 hst. Sedangkan pada perlakuan T1A2K1 terjadi
penambahan jumlah daun dari 5 helai pada 14 hst, 6 helai pada 21 hst dan 8 helai
pada 28 hst. Kemudian pada T2A2K1 penambahan lebih banyak tumbuh yaitu 6
helai pada 14 hst, 7 helai pada 21 hst dan 10 helai pada 28 hst.
Panjang Akar
Hasil analisis ragam pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan
umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman
caisim disajikan pada Lampiran 27 dan 28. Hasil analisis statistik tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata dari pemberian abu dasar dengan perbedaan
umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap panjang akar tanaman
caisim. Akar tanaman berhubungan dengan kemampuan dalam penyerapan hara
dan total luasan media tanam. Akar tanaman caisim dari semua perlakuan relatif
sama panjangnya. Hal ini kemungkinan terjadi karena media tanaman caisim
dibatasi pada ruang pot sehingga akar tanaman hanya tumbuh sampai dasar pot.
Bobot basah
Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap bobot basah tanaman caisim disajikan pada Tabel
11, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Lampiran 29. Hasil analisis
statistik menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara abu dasar dengan
perbedaan umur simpan dan dosis kompos kotoran sapi terhadap bobot basah
tanaman caisim. Akan tetapi, dapat dilihat pada Tabel 11 pengaruh yang
signifikan penambahan bobot basah dipengaruhi oleh penambahan dosis kompos
kotoran sapi. Pada perlakuan dengan dosis kompos kotoran sapi, bobot basah
lebih besar dibanding dengan perlakuan tanpa kompos.
Tabel 11. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap terhadap bobot basah tanaman caisim
Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

Bobot basah (gram)
12,03 a
9,69 a
11,53 a
9,86 a
11,05 a
12,34 a
8,04 b
14,13 a

18

Pengaruh Pemberian Abu Dasar dan Kompos Kotoran Sapi terhadap
Kadar Hara Tanaman Caisim
Berikut adalah hasil penelitian yang didapatkan dari pemberian abu dasar
dan kompos kotoran sapi terhadap kadar hara tanaman caisim yang meliputi kadar
N, P, K, Ca dan Mg. Hasil analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada
Lampiran 30.
Pengaruh pemberian abu dasar dengan perbedaan umur simpan dan dosis
kompos kotoran sapi terhadap kadar N, P, K, Ca dan Mg dalam tanaman caisim
disajikan pada Tabel 12, sedangkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada
Lampiran 31, 32, 33, 34 dan 35.
Tabel 12. Pengaruh umur abu dasar, dosis abu dasar dan dosis kompos kotoran
sapi terhadap kadar N, P, K, Cad an Mg dalam tanaman caisim
Perlakuan
Umur abu dasar
T0
T1
T2
Dosis abu dasar
A0
A1
A2
Dosis kompos kotoran sapi
K0
K1

N

P

K

Ca

Mg

2,29 b
3,01 a
2,77 ab

0,78 a
0,80 a
0,85 a

1,45 a
1,23 a
1,41 a

1,87 a
1,88 a
1,84 a

0,32 a
0,30 a
0,31 a

2,85 a
2,75 a
2,47 a

0,82 a
0,77 a
0,84 a

1,34 a
1,33 a
1,42 a

1,75 b
1,85 ab
1,98 a

0,28 b
0,30 b
0,34 a

2,67 a
2,71 a

0,67 b
0,95 a

0,77 b
1,96 a

1,86 a
1,86 a

0,30 a
0,32 a

(%)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hanya umur abu dasar yang
mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kadar N tanaman caisim, sedangkan
pada kadar P tanaman caisim, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa hanya
dosis kompos kotoran sapi yang mempunyai pengaruh nyata. Pada kadar K
tanaman caisim, hasil analisis statistik menunjukkan bahwa dosis kompos kotoran
sapi yang memberikan pengaruh yang nyata. Kemudian, pada kadar Ca tanaman
caisim hanya dosis abu dasar yang memberikan pengaruh yang nyata. Sementara,
pemberian