V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pasal 58 ayat 1 UU Rumah Sakit, memberikan perlindungan dan kepastian hukum akan keselamatan pasien yang wajib dijunjung tinggi dalam pelayanan
kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan khususnya denggan menggunakan alat kesehatan wajib menerapkan standar
penggunaan alat kesehatan berdasarkan Pasal 16 UU Rumah Sakit, selain menerapkan dan menyediakan alat kesehatan yang standar dan layak pakai,
dokterdokter gigi sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di rumah sakit juga dituntut untuk menerapkan ketentuan Pasal 3 UU Praktik Kedokteran, dimana
dokterdokter gigi berkewajiban memberikan perlindungan dan kepastian hukum terhadap pasien yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
2. Tanggung Jawab rumah sakit dalam pelayanan kesehatan tunduk pada
ketentuan Pasal 46 UU Rumah Sakit. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pasien ialah dengan dua bentuk upaya hukum, upaya nonlitigasi danatau
litigasi. Namun sebelum melakukan upaya hukum litigasi, pasien disarankan
untuk terlebih dahulu menyelesaikan sengketa medis melalui proses mediasi, sebagaimana tertuang pada Pasal 29 UU Kesehatan. Pasien dapat mengajukan
gugatan hukum secara perdata terhadap rumah sakit berdasarkan gugatan wanprestasi berdasarkan Pasal 1239 KUHPerdata dan perbuatan melawan
hukum berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata. Pasal 1367 KUHPerdata dapat dipakai sebagai dasar hukum pasien untuk menuntut rumah sakit. Pasien dapat
menuntut rumah sakit berdasarkan klausul Pasal 1367 KUHPerdata bahwa, pertanggungjawaban rumah sakit terhadap tindakan atau perbuatan orang-
orang yang berada di bawah pengawasanya, prinsip ini dikenal dengan doktrin respondeat superior. Bentuk pertanggungjawaban rumah sakit yaitu dengan
memberikan ganti kerugian dengan sejumlah uang dan pemulihan kesehatan terhadap pasien.