permasalahan yang diteliti yaitu sistem pemidanaan bagi pengguna narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka kesimpulan dan saran yang dapat
diberikan adalah: 1. Sistem pemidanaan bagi pengguna narkotika menurut Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika merupakan konsep dasar dari double track system. Double track system merupakan kebijakan hukum pidana dalam
perumusan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai sanksi yang diberikan kepada pelaku penyalahgunaan narkotika, yakni berupa sanksi
pidana dan sanksi tindakan mengingat pelaku penyalahgunaan narkotika memiliki posisi yang sedikit berbeda dengan pelaku tindak pidana lainnya.
Sistem pemidanaan bagi pecandu narkotika dapat dilakukan dengan hukuman pidana maupun hukuman tindakan berupa rehabilitasi. Hakim akan
menerapkan ketentuan Pasal 127 untuk sanksi pidana atau menerapkan ketentuan Pasal 103 untuk sanksi tindakan. Keyakinan hakim apakah pelaku
penyalahgunaan narkotika tersebut tepat untuk dikatakan sebagai pengguna yang harus direhabilitasi atau lebih tepat dikatakan sebagai pelaku tindak
pidana penyalahgunaan narkotika yang harus dipidana penjara adalah dengan
berdasarkan hasil keterangan laboratorium yang menyatakan bahwa pelaku tersebut mengalami ketergantungan terhadap narkotika sehingga memerlukan
proses perawatan danatau pengobatan yang dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi.
2. Kriteria seorang pengguna narkotika digolongkan sebagai pecandu narkotika jika dalam periode waktu 12 bulan menggunakan narkotika secara terus-
menerus. Individu yang menyalahgunakan narkotika belum tentu akan ketergantungan sedangkan seseorang yang ketergantungan sudah pasti
menyalahgunakan narkotika. Penguna narkotika adalah penggunaan narkoba yang berulang serta maladaptif dan menimbulkan konsekuensi dampak yang
negative. Sedangkan pecandu narkotika adalah dimana penggunaan narkoba secara teratur selama lebih dari 12 bulan, dengan kondisi fisiologikal dari
proses neuroadaptasi yang diakibatkan dari penggunaan berulang dari suatu narkoba, keharusan melanjutkan penggunaan untuk menghindari timbulnya
gejala putus zat.
B. Saran
Atas dasar kesimpulan tersebut diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut: 1. Hakim didalam memberikan putusan didasarkan pertimbangan yang sesuai
hati nurani dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, agar pemidanaan yang dikenakan terhadap penyalahgunaan narkotika mencapai tujuan hukumnya,
terutama tujuan kemanfaatan dan keadilan bagi pelaku. Untuk itu diperlunya
pemahaman konsep Double track system pada Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Disarankan kepada hakim yang menangani perkara narkotika agar lebih teliti dalam menggolongkan pelaku penyalahgunaan narkotika dengan pengedar,
karena kedudukan pengguna narkotika sebagai korban yang mempunyai hak- hak yang harus dilindungi, maka hendaknya hakim perlu menjadikan
rehabilitation theory dan perspektif eksistensialisme sebagai paradigma berpikir, agar lebih mempermudah hakim untuk menerapkan pemidanaan bagi
pengguna narkotiks.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin A.Z., dan Andi Hamzah, 2010, Pengantar Dalam Hukum Pidana Indonesia, Yarsif Watampone, Jakarta.
Arief, Barda Nawawi, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Arifin. Muhammad, 1990, Teori Filsafat Hukum Telaah Kritis atas Teori- Teori Hukum Cet. II. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Chazawi, Adami, 2001, Pelajaran Hukum Pidana 1 : Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana,
RajaGrafindo Persada, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi II Cetakan IX, Balai Pustaka, Jakarta. Dirjosisworo. Soedjono, 1990. Hukum Narkotika Di Indonesia. Citra Aditya
bakti. Bandung, Farid, Zainal Abidin, 2005, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta,
Hamzah, Andi, 1993, Sistem Pidana dan Pemidanaan di Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta. ____________, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.
Hidayat, Syamsul, 2008. Kebijakan Formulasi Pidana Mati Dalam Upaya
Penanggulangan Tindak pidana Narkoba, Undip, Semarang. Kanter, E.Y, dan S.R. Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan
Penerapannya, Storia, Jakarta. Koeswadji, Hermien Hadiati, 1995, Perkembangan Macam-Macam Pidana Dalam
Rangka. Pembangunan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung. Lamintang, P.A.F, 1994, Hukum Penetensir Indonesia, Amico, Bandung,
Makarao, Moh. Taufik., dkk., 2003, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia,
Jakarta. Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
________, 1985, Membangun Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.