Selanjutnya, di dalam Undang-Undang baru tentang Narkotika yaitu Undang- Undang No. 35 Tahun 2009, ketentuan mengenai penyalahgunaan narkotika bagi
diri sendiri diatur di dalam Pasal 127: Pasal 127
1 Setiap Penyalah Guna: a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 empat tahun; b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 dua tahun; dan c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 satu tahun . 2 Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat 1, hakim wajib
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103.
3 Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan narkotika,
penyalahguna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Kemudian, ketentuan mengenai penjatuhan vonis rehabilitasi terhadap pecandu
narkotika diatur di dalam Pasal 103 yaitu: Pasal 103
1 Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat: a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan
b. menjalani pengobatan danatau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana
Narkotika; atau c. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan danatau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana
Narkotika. 2 Masa menjalani pengobatan danatau perawatan bagi Pecandu Narkotika
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.
Double track system dalam perumusan sanksi terhadap penyalahgunaan narkotika
merupakan kebijakan hukum pidana dalam formulasi ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai sanksi yang diberikan kepada pelaku penyalahgunaan
narkotika, yakni berupa sanksi pidana dan sanksi tindakan mengingat pelaku penyalahgunaan narkotika memiliki posisi yang sedikit berbeda dengan pelaku
tindak pidana lainnya. Di satu sisi ia merupakan pelaku tindak pidana yang harus dihukum, namun di sisi lain merupakan korban dari tindak pidana yang
dilakukannya itu sendiri, sehingga perlu dilakukan suatu tindakan berupa rehabilitasi.
Penentuan sanksi terhadap pecandu narkotika, apakah akan diterapkan sanksi
pidana atau sanksi tindakan, penentuannya berada di tangan hakim. Sebab berdasarkan ketentuan undang-undang narkotika, memberikan kewenangan bagi
hakim untuk menentukan akan menjatuhkan pidana penjara atau tindakan
rehabilitasi terhadap pecandu narkotika tersebut. Menurut Achmad Guntur, untuk menentukan apakah dalam menangani perkara pecandu narkotika, hakim akan
menerapkan ketentuan Pasal 127 mengatur mengenai sanksi pidana atau menerapkan ketentuan Pasal 103 mengatur mengenai sanksi tindakan
rehabilitasi adalah pada akhirnya bermuara kepada keyakinan hakim apakah pelaku penyalahgunaan narkotika tersebut tepat untuk dikatakan sebagai pecandu
yang harus direhabilitasi atau lebih tepat dikatakan sebagai pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang harus dipidana penjara adalah dengan
berdasarkan hasil keterangan laboratorium yang menyatakan bahwa pelaku tersebut mengalami ketergantungan terhadap narkotika sehingga memerlukan
proses perawatan danatau pengobatan yang dilakukan melalui fasilitas rehabilitasi dan yang tentunya berdasarkan ketentuan undang-undang.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini yang berdasarkan pokok permasalahan
dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan
cara menelaah dan menelusuri berbagai peraturan perundang-undangan, teori- teori, kaidah hukum dan konsep-konsep yang ada hubungannya dengan
permasalah yang akan dibahas. Sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah hukum terhadap objek penelitian
sebagai pola perilaku yang nyata dalam masyarakat yang ditujukan kepada penerapan hukum yang berkaitan dengan bentuk-bentuk perilaku yang akan
dibahas dalam tesis ini.
B. Sumber dan Jenis data
Sumber dan jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan. Dalam rangka penelitian lapangan terutama yang menyangkut pokok
bahasan tesis ini. Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan wawancara
terhadap beberapa penegak hukum. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan melakukan studi dokumen,
arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan
perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan di bahas, yang terdiri antara lain:
a. Bahan hukum primer yaitu : 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP.
2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP.
3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan
bahan hukum primer dalam hal ini teori-teori yang dikemukakan para ahli dan peraturan-peraturan pelaksana dari Undang-Undang.
c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Literatur, Kamus, Internet, surat kabar dan lain-lain.
C. Penentuan Narasumber
Penelitian mengenai sistem pemidanaan bagi pengguna narkotika menurut Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ini memerlukan informan
yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat. Dalam menentukan
informan penelitian yang paling penting adalah subjek penelitian harus memungkinkan
atau dapat
diakses, menarik
dan tentu
saja dapat
digeneralisasikan. Selain itu, informan penelitian yang baik adalah orang-orang dengan peran tertentu dan memiliki pengalaman. Informan penelitian haruslah
memiliki kaitan erat dengan kasus yang ingin diteliti. Adapun penentuan informan
dalam penelitian ini sebanyak 4 empat orang, yaitu :
1. Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang = 1 orang
2. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung = 1 orang +
Jumlah = 2 orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Proses dalam melakukan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder dipergunakan alat-alat pengumpulan data sebagai berikut :
a. Studi Pustaka Terlebih dahulu mencari dan mengumpulkan buku-buku dan literatur yang
erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas sehingga dapat mengumpulkan data sekunder dengan membaca, mencatat, merangkum, untuk
dianalisa lebih lanjut. b. Studi Dokumen
Mempelajari berkas-berkas dokumen yang berkaitan dengan pokok bahasan dengan cara membaca, mencatat, merangkum untuk dianalisa lebih lanjut.
c. Studi lapangan Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan responden yang telah
direncanakan sebelumnya. Metode yang dipakai adalah pengamatan langsung dilapangan serta mengajukan pertanyaan yang disusun secara teratur dan
mengarah pada terjawabnya permasalahan dalam penulisan tesis ini.
2. Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau
artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan. b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi
atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif. c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah
ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.
E. Analisis Data
Setelah dilakukan pengolahan data, maka kegiatan selanjutnya yaitu analisis data.
Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan. Maka dalam penelitian ini analisis yang
digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan tanpa menggunakan angka dan tabel, melainkan uraian dalam suatu kalimat secara
sistematis untuk
kemudian dilakukan
penarikan kesimpulan
terhadap