Isyarah adalah lafadz yang menunjukkan makna yang tidak dimaksud pada mulanya.
Menurut Dr. Sulaiman Al Asyqar, isyarah adalah lafadz yang dipahami diluar apa yang dimaksudkan oleh mutakalimyang berbicara, siyaq kalam
tidak dimaksudkan untuk, tapi mengikuti maksud dari perkataan. Misalnya dalam firman Allah:
:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur denga istri-istri kamu, mereka adalah pakaian bagi kamu dan kamu pun pakaian bagi mereka.
Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepada kamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapka Allah untukmu, dan makan dan minumlahhingga jelas bagi kamu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar… Al-Baqarah: 187
Maksudnya ayat ini menunjukan syahnya puasa bagi orangyang pagi- pagi masih daklam keadaan junub sebab ayat ini membolehkan bercampur
sampai dengan terbit fajar, sehingga tidak ada kesempatan untuk mandi. Keadaan demikian menuntut atau memaksa kita pagi-pagi dalam keadaan
junub. Membolehkan malakukan penyebab sesuatau berarti membolehkan pula meklakukan sesuatu itu. Maka membplehkan bersetubuh sampai pada
bagian waktu terakhir dari mlam yang tidak ada lagi kesempatan untuk mandi sebelum terbit fajar, berarti membolehkan pula pagi-pagi dalam keadaan
junub.
Hukum isyarah. Al Mulakhusru berkata:Penunjukkan dalil dengan isyarah adalah qathitegas
secara mutlak.
Mafhum
A. Definisi Mafhum
Mafhum adalah makna yang ditunjukkan oleh lafal tidak berdasarkan pada bunyi ucapan.
B. Mafhum Muwafaqah
Dan mafhum terbagi menjadi dua bagian, pertama; Mafhum Muwafaqah. Adalah mafhum yang hukumnya menunjukkan bahwa hukum yang tidak disebutkan sama
dengan hukum yang disebutkan dalam lafal.
C. Pembagian Mafhum Muwafaqah
Mafhum muwafaqah terbagi menjadi dua. Pertama; Fahwal Khithab; Yaitu apabila makna yang dipahami itu lebih harus diambil hukumnya daripada mantuq.
Misalnya seperti terdapat pada sebuah ayat,
…
… … Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
ah… Mantuqnya ayat di atas adalah haramnya mengatakan ah, oleh karena itu
keharaman mencaci maki dan memukul lebih pantas diambil karena keduanya lebih berat.
Kedua; Lahnul Khithab; Yaitu apabila hukum mafhum sama dengan hukum mantuq. Misalnya dalam firman Allah,
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala neraka.
Ayat di atas menunjukkan pula keharaman membakar harta anak yatim atau menyia-nyiakannya dengan cara pengrusakan yang bagaimanapun juga. Dalalah
demikian disebut lahnul khithab karena ia sama nilainya dengan memakannya sampai habis.
Kedua mafhum ini disebut mafhum muwafaqah karena makna yang tidak disebutkan itu hukumnya sesuai dengan hukum yang diucapkan, meskipun hukum itu
memiliki nilaitambah pada yang pertama dan sama pada yang kedua.
D. Mafhum Mukhalafah
Kedua; Mafhum Mukhalafah. Mafhum yang lafalnyamenunjukkan bahwa hukum yang tidak disebutkan berbeda dengan hukum yang disebutkan. Atau bisa juga
diartikan hukum yang berlaku berdasarkan mafhum yang berlawanan dengan hukum yang berlaku pada manthuq.
3
Allah Taala berfirman,
..
Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir.
4
Bunyinya adalah haramnya darah yang mengalir. Sedangkan halalnya darah yang tidak mengalir adalah mafhum mukhalafah pengertian kabalikan dari bunyi
nash dan untuk ini tidak ada petunjuk dari ayat, tetapi diketahui dari hukum asal mubah atau dengan dalil syara yang lain. Seperti sabda Rasulullah Saw,
ت ت للححأ
أ م
ت ك كأ لل
ن ح اتلتليتمل
،ن ح املدلول
اممأل ن
ح اتلتليتمللات ك
أ املس م لافل
دأرلجللتاول اممألول
ن ح املدملا
دأبحك ل لتافل
.ل أ احلط
ط لاول
Dihalalkan bagimu dua bangkaidan dua darah; Dua bangkai adalah ikan dan belalang, sedang dua darah adalah hati dan limpa.
E. Pembagian Mafhum Mukhalafah