Medan Magnet Histerisis Magnet

Sifat fisis magnet PrFeB adalah seperti yang di tunjukkan pada: Tabel 2.1 Sifat Fisis magnet PrFeB Residual Induksi,Br 9,40-9,80 Kg Produk Energy,BH max 14,3 – 16,3 MGOe Koersitivitas Intrinsik Hci 6,6 – 7,6 KOe Kekuatan Koersitivitas,Hc 5,5 KOe Medan Magnet 95 ≥ 20 KOe Koefisien Temperatur Br,α,pada 100°C -0,12 °C Koefisien Temperatur Hcl,β,pada 100°C -0,52°C Temperature Currie ,Tc 291 °C Temperature operasi Maximum 80-120 °C Temperature Proses Maximum 250 °C

2.2 Medan Magnet

Medan magnet adalah disekitar magnet yang masih merasakan adanya gaya magnet.Jika sebatang magnet di letakkan dalam suatu ruang,maka terjadi perubahan dalam ruangan ini yaitu dalam setiap titik dan ruang akan mendapat medan magnetic.Arah medan magnetic di suatu titik didefenisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh kutub utara jarum kompas ketika di tempatkan di titik tersebut.Halliday Resnick,1989

2.3 Bahan Magnetik

Bahan magnetic adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen pembentuknya.Berdasarkan prilaku molekulnya di dalam medan magnetic luar,bahan magnetic terdiri atas tiga katagori,yaitu diamagnetic,paramagnetic dan ferromagnetik.

2.3.1 Feromagnetik

Feromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic χ m Positif yang sangat tinggi.Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnetic luar dapat menyebabkan derajat penyerahan yang tinggi pada momen dipol magnetic atomnya.Dalam beberapa kasus,penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan pemagnetannya telah hilang.Ini terjadi karena momen dipol magnetic atom dari bahan- bahan feromagnetik ini mengarahkan gaya-gaya yang kuat pada atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini diserahkan ini disebut daerah magnetic.Dalam daerah ini,semua momen magnetic diserahkan,tetapi arah penyearahnya beragam dari daerah sehingga momen magnetic total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah nol dalam keadaan normal.Willian,D.callister,Jr.materials,2003

2.3.2 Paramagnetik

Bahan paramagnetic adalah bahan-bahan yang memiliki suseptibilitas magnetic χ m yang positif dan sangat kecil.Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom-atomnya memiliki momen magnetic permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah.Apabila tidak terdapat medan magnetic luar,momen magnetic ini akan berinteraksi secara acak.Dengan daya medan magnetic luar,momen magnetic ini arahnya cenderung sejajar dengan medannya,tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak akibat gerakan termalnya.Perbandingan momen yang menyearahkan dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya.Pada medan magnetic luar yang kuat pada temperature yang sangat rendah, hampir seluruh momen akan diserahkan dengan medannya.Willian,D.callister,Jr.materials,2003.

2.3.3 Diamagnetik

Bahan diamagnetic merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas negative dan sangat kecil.Sifat diamagnetic ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet,hal ini memperlihatkan bahwa medan induksi dari magnet tersebut menginduksi momen magnetic pada bismuth pada arah yang berlawanan dengan medan induksi pada magnet.Willian,D.callister,Jr.materials,2003

2.4 Histerisis Magnet

Magnet biasanya dibagi atas dua kelompok : magnet lunak dan magnet keras.Magnet keras dapat menarik bahan lain yang bersifat magnet.Selain itu sifat kemagnetannya dapat di anggap cukup kekal.Magnet lunak dapat bersifat magnetic dan dapat menarik magnet lainnya,namun hanya berada dalam medan magnet.Sifat kemagnetannya tidak kekal. Perbedaan antara magnet permanen atau magnet keras atau magnet lunak dapat dilakukan dengan menggunakan loop histerisis yang telah dikenal seperti pada gambar 2.1. Bila bahan magnet berada dalam medan magnet,H “garis gaya yang berdekatan” akan tertarik ke dalam bahan tersebut sehingga rapat fluks meningkat.Dikatakanbahwa,induksimagnet,Bmeningkat.Dengansendirinya,jumlahind uksi tergantung pada medan magnet dan jenis bahan.Pada contoh gambar 2.1, rasio BH tidak linear,terjadi lompatan induksi mencapai level yang tinggi,kemudian rasio tersebut hamper konstan dalam medan yang lebih kuat. Gambar 2.1 kurva magnetisasi.a Induksi awal B versus medan magnet H,b Loop histerisis magnet lunak.c Loop histerisis magnet keras. Baik induksi remanen rapat fluks dan medan koersif,B dan –Hc,masing- masing,besar untuk magnet keras.Hasil perkalian BH merupakan patokan untuk ukuran energy demagnetisasi. Pada magnet lunak,terjadi penurunan kembali yang hamper sempurna jika medan magnet ditiadakan.Medan magnet bolak-balik akan menghasilkan kurva simetris di kuadran ketiga.Kurva histerisis magnet permanen sangat berbeda,bila medan magnet di tiadakan induksi tersisa akan menghasilkan induksi remanen,Br.Medan yang berlawanan yang disebut medan koersif,-Hc,diperlukan sebelum induksi turun menjadi nol,sama dengan magnet lunak loop tertutup,akan tetapi magnet permanen memiliki simetri 180 °C. Karena hasil kali medan magnet Am dan induksi V.detm 2 merupakan energy per satuan volume,luas daerah hasil integrasi di dalam loop histeris adalah sama dengan energy yang di perlukan untuk satu siklus magnetisasi mulai dari nol sampai +H hingga –H sampai 0.Energi yang dibutuhkan magnet lunak dapat di abaikan,akan tetapi magnet permanen memerlukan energy lebih banyak sehingga pada kondisi ruang demagnetisasi dapat diabaikan.Dikatakan magnetisasi permanen. Magnet permanen dapat diberi indeks berdasarkan medan koersif yang di perlukan untuk menghilangkan induksi.Patokan ukuran yang lebih baik adalah hasil kali BH.Hasil kali sesaat BH maksimum lebih sering di gunakan karena merupakan barrier energy krisis yang harus di lampaui.Magnet lunak merupakan pilihan tepat untuk penggunaan pada arus bolak-balik atau frekuensi tinggi,karena harus mengalami magnetisasi dan demagnetisasi berulang kali selama selang satu detik.Spesifikasi yang agak kritis untuk magnet lunak adalah induksi jenuh tinggi,medan koersif rendah,dan permeabilitas maksimum tinggi.

2.5 Mechanical milling