Latar Belakang ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANATERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN (STUDI PUTUSAN NOMOR : 237/PID.SUS /2013/PN.TK)
pertanggungjawaban pidana dari para pelaku tindak pidana dan pemberi sanksi hukum pidana itu sendiri.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah
dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009, lebih memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap penegakan hukum atas
perkara tindak pidana perikanan, yang tercantum dalam putusan perkara nomor : 237PID.SUS2013PN. TK.
Berlakunya Undang-Undang Perikanan di Negara Republik Indonesia, tidak
terlepas dari adanya perbuatan-perbuatan yang merupakan pelanggaran sehingga dapat dikategorikan sebagai Tindak Pidana Perikanan, baik yang dilakukan oleh
perorangan nelayan nelayan kecil warga negara Indonesia maupun warga negara asing dan badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing dalam
wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia khususnya di perairan dalam daerah hukum Propinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan data Pra Research
pra penelitian yang telah dilakukan di Instansi Kejaksaan Tinggi Lampung. Data tersebut terkait dengan Tindak Pidana Perikanan yang dilakukan oleh Misni Bin
Samiran, Tempat Lahir: Metro, Umur Tanggal lahir: 34 thn 14 Juli 1977, Jenis Kelamin: Laki-laki, Kebangsaan: Indonesia, Tempat Tinggal: Desa Margasari
Kuala Penat Kec. Labuhan Maringgai Kab. Lampung Timur, Agama: Islam, Pekerjaan : Nelayan Nakhoda kapal KM. Indosiar.
Kasus Posisi Tindak Pidana Perikanan yang dilakukan oleh Misni Bin Samiran
adalah sebagai berikut : Bahwa Misni Bin Samiran, selaku Nahkoda kapal KM. Indosiar, pada hari jumat tanggal 15 febuari 2013 sekitar jam 11.00 WIB.
Bertempat di perairan laut Tulang Bawang Propinsi Lampung pada posisi kordinat 4‟51 .”29.25” S – 105‟54”20.11” T, telah tertangkap tangan oleh Anggota
Kepolisian Daerah Lampung dari satuan Direktorat Pol air Polda Lampung karena sedang melakukan penangkapan ikankerang dengan menggunakan jaring garuk
kerang yang terbuat dari Besi seberat 200 Kg. yang dilarang oleh Pemerintah karena membahayakan kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya.
Jaring garuk kerang tersebut dilarang oleh pemerintah karena dapat merusak sumber daya bawah laut yang mengakibatkan kerusakan terumbu karang dan
ekosistem lainnya seperti kerang-kerang yang masih kecil menjadi mati dan apabila terus berlanjut akan menyebabkan kepunahan atau setidak-tidaknya
mengganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya ikan. Berdasarkan fakta-fakta pemeriksaan baik di tingkat Penyidikan, Penuntutan
maupun dalam Pemeriksaan di Persidangan, Perbuatan Misni Bin Samiran telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan perbuatan Tindak Pidana
Perikanan “memiliki, menguasai, membawa, danatau menggunakan alat
penangkapan ikan danatau alat bantu penangkapan ikan yang dilarang ”
sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 85 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang perubahan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang perikanan yaitu: setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia memiliki,
menguasai, membawa, danatau menggunakan alat penangkapan ikan danatau alat bantu penangkapan ikan yang berada di kapal penangkapan ikan yang tidak
sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau standar yang ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan atau
alat penangkapan ikan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang
perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan yaitu, ayat 1 setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa,
danatau menggunakan alat bantu penangkapan ikan yang menganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan di wilayah
pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, ayat 2 Ketentuan mengenai alat penangkapan ikan yang menganggu dan merusak keberlanjutan sumberdaya
ikan di kapal penangkap ikan di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia.
Berdasarkan putusan tesebut ada hal yang menarik dalam tuntutan jaksa dari
perkara ini yaitu : Barang bukti berupa unit kapal kayu merk KM.Indosiar warna coklat
dimusnahkan dan dirampas untuk negara, namun di dalam amar putusan hakim menyatakan barang bukti berupa SPI surat penangkapan ikan jenis dogol an.
Jamaludin KM. Indosiar dikembalikan kepada yang berhak. Maksud dari tuntutan jaksa penuntut umum dan majelis hakim dalam putusannya dirampas, adalah
diambil guna kepentingan hukum dan dikembalikan untuk negara, bisa jadi untuk dimusnahkan atau dilelang dan kemudian hasil lelang tersebut masuk ke kas
negara. Maksud dari dikembalikan kepada yang berhak yaitu diberikan kepada orang yang berhak menerima barang bukti tersebut yaitu Jamaludin karena barang
bukti tersebut merupakan alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana dan bukan merupakan tujuan atau hasil dari tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa, oleh karena itu dikembalikan kepada yang berhak atas nama Jamaludin selaku pemilik kapal.
Penulis melihat adanya ketidaksesuaian antara tuntutan jaksa penuntut umum
dengan amar putusan hakim mengenai barang bukti beserta pertanggungjawaban pidana pelaku dalam putusan tindak pidana perikanan ini dengan nomor register
perkara 237PID.SUS 2013PN.TK, oleh karena itu penulis mengangkat skripsi ini dengan judul
“Analisis Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Perikanan
Studi Putusan No. 237PidPidsus2013PN.TK”.