ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMDA PROVINSI LAMPUNG (STUDI PUTUSAN : NO 859/Pid.B/2012/PN.TK )

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI

NEGERI SIPIL PEMDA PROVINSI LAMPUNG (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/PN TK)

Oleh

APRINA TIARANI

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai Aparatur Negara mempunyai peranan dalam menentukan dan menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.Tes Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung ini masih banyak di jadikan lahan bagi para pelaku penipuan untuk berperan sebagai seorang yang memiliki koneksi untuk menerima para pelamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Penipuan itu sendiri adalah sebuah kebohongan yang di buat untuk keuntungan pribadi tetapi merugikan orang lain atau dapat pula di sebut sebagai bentuk obral janji.Sifat umum dari obral janji itu adalah membuat oranglain menjadi keliru,dan oleh karna itu ia rela menyerahkan barangnya atau uangnya untuk sebuah kepentingan yang telah di janjikan kepada dirinya. Salah satu kasus tindak pidana penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang terjadi adalah di Provinsi Lampung tepatnya di Kota Bandar Lampung, dalam Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN.TK. Permasalahan yang di teliti dalam kasus ini adalah Bagaimanakah Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK? Dan Apakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK?

Metode yang digunakan oleh penulismenggunakan dua macam pendekatan masalah yaitu pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pendekatan yuridis empiris adalah mengadakan


(2)

penelitian secara langsung guna mendapatkan fakta di lapangan menggunakan metode wawancara. Berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyimpulkan bahwa sesuai dengan tindak pidana penipuan penerimaan CPNS yang di lakukan tersangka helmi yang diatur dalam Pasal 378 KUHP dengan sanksi pidana maksimal 4 tahun dan berdasarkan terpenuhinya lebih dari 2 unsur alat bukti sesuai dengan Pasal 183 KUHAP serta terpenuhinya syarat pemidanaan berupa perbuatan melawan hukum dengan unsur kesalahan (dolus/culpa) ,tidak ada alasan pembenar dan pemaaf, ada nya sanksi serta kemampuan bertanggungjawab maka tersangka helmi harus menjalankan sanksi kurungan penjara selama 3(tiga) tahun sesuai dengan putusan No :859/Pid.B/2012/PN.TK. Putusan ini dianggap belum pantas mengingat tersangka juga sebelumnya pernah melakukan tindak pidana yang sama. Putusan ini di putuskan oleh hakim berdasarkan teori keseimbangan dan teori pendekatan keilmuan dimana hakim dalam memutuskan hukuman tidak memihak kepentingan siapapun dan berdasarkan peraturan serta terdapat lebih dari 2 alat bukti sah yang terungkap dalam pengadilan berupa keterangan saksi, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa sesuai dalam Pasal 183 KUHAP dan184 KUHAP.

Adapun saran yang di berikan penulis ialah agar hakim dalam memutus perkara pertanggungjawaban pelaku tindak pidana penipuan dalam menetukan pidananya harus sesuai dengan kesalahan yang di lakukan,sedangkan bagi saudara helmi selaku tersangka tindak pidana penipuan harus mendapatkan hukuman yang seberat-beratya agar menimbulkan efek jera serta harus melaksanakan pertanggungjawaban pidana atas tindak pidana yang di lakukan.

Kata Kunci : Tindak Pidana Penipuan, CPNS, Pertanggungjawaban pidana.

APRINA TIARANI


(3)

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI

NEGERI SIPIL PEMDA PROVINSI LAMPUNG (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/PN TK)

Oleh Aprina Tiarani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Waymuli, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung pada tanggal 04 April 1993, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Muslim dan Ibu Maimunah. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-kanak (TK) Aisiyah Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 1998. Sekolah Dasar (SD) Negeri Bumi Agung Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2010.

Pada Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kutawaringi Kecamaatan Bandung Baru Kabupaten Pringsewu pada 22 Januari-2 Maret 2014. Kemudian pada tahun 2014 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(7)

MOTO

“Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangalah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatanmu)

duniaw, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”

(QS. Al-Qashash : 77)

Untuk menggapai kesuksesan,usaha dan kerja keras tidaklah cukup tanpa adanya doa dan terhaturnya restu dari orangtua


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmannirrohim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Aku persembahkan karya ini kepada:

Kedua orang tua yang selalu mencintai, menyayangi, mendo’akan dan mendidikku:

Muslim Maimunah

Serta untuk adik-adikku yang senantiasa memberikan dukungan kepada ku dengan kasih sayang yang tulus, serta seluruh keluarga yang melengkapi

hari-hariku: Egi Fariski Dimas Tama Putra

Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta menemaniku dalam suka dan duka dalam


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/PN.TK) ”. Skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna mengingat keterbatasan penulis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana dan Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.


(10)

4. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktu, memberikan saran, serta kesabarannya dalam membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Budi Rizki, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan kritikan dan saran demi baiknya penulisan skripsi ini.

7. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan bantuannya selama menimba ilmu di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama proses pendidikan dan bantuannya selama ini.

9. Seluruh responden Bapak Sutaji,S.H., M.H, Ibu Yusnani,S.H., M.H dan Bapak Dr. Eddy Rifai’i,S.H., M.H yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi berkaitan dengan penulisan skripsi ini

10. Ayahku Muslim dan Mamaku Maimunah tercinta. Terimakasih atas do’a dan segala ilmu kehidupan yang telah mama dan ayah berikan. Semoga Allah SWT membalas tiap tetesan keringat, segala bentuk perhatian dan kasih sayang yang melimpah dengan sebaik-baik balasan berupa ridho dan kasih sayang Allah SWT.

11. Adik-adikku, Egi Farizki dan Dimas Tama Putra yang telah memberikan semangat serta do’a untuk kelancaran dalam pengerjaan skripsi ini.


(11)

12. Untuk seluruh keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas do’a serta semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Seluruh sahabat-sahabat ku semasa kuliah: Nurul aini,Leo Patra Albar,Herdy Alwan Novantra,Desi Indriani,Bella Asih C,Inggit Suci Pratiwi,Dwi Kartika dan Frederica Henrieta yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini serta yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, penulis ucapkan terimakasih.

14. Keluarga kedua ku dalam Ikatan Muli Mekhanai Lampung : Ratu, Ajeng, Ines, kak ishak, mas anto, bang didin, kak deddy, kak rendy dan yang lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu,terimakasih atas semangat yang yang di berikan kepada penulis .

15. Teman-teman sekaligus keluarga baru pada saat Kuliah Kerja Nyata (KKN): Nuyu,Gebby,Amel,Anne,Ika,Hesti,Alan,Hadi,Daus dan Tubagus Terimakasih pengalaman yang baru , kebersamaan dan kekeluargaan yang amat berarti bersama kalian.

16. Seluruh teman-teman FH Unila 2010 dan 2011 dan HIMA PIDANA FH 2010 terima kasih untuk kebersamaanya.

17. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

18. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa, negara, mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun akan selalu


(12)

diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua serta semoga tali silahtuhrahmi diantara kita tetap erat dan kita dipertemukan kembali dalam keridhoan-Nya. Aamiin Allahuma Ya Rabbil’alamin.

Bandar Lampung, 11 September 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 5

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 14

II TINJAUAN PUSTAKA A.Pengertian Tindak Pidana Penipuan ... 16

B. Pengertian dan Teori Pertanggungjawaban Pidana ... 17

C.Pengertian Pegawai Negeri Sipil ... 25

III METODE PENELITIAN A.Pendekatan Masalah ... 28

B. Sumber dan Jenis Data ... 29

C.Penentuan Narasumber... 30

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 31

E. Analisis Data ... 32

IV HASIL PENELITIAN DAN PEBAHASAN A. Karateristik Responden ... 34

B. Gambaran Umum Putusan (No 859/Pid.B/2012/PN.TK)... .. 36

C.Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)Provinsi Lampung (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/PN TK)……... 37


(14)

D.Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap Pelaku Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemda Provinsi Lampung (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/

PN TK)………... 44

V PENUTUP

A. Simpulan... ... 55 B. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur negara mempunyai posisi sangat strategis dan peranan menentukan dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Sebagai aparatur negara, PNS berkewajiban menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. Untuk itu, PNS berperan sebagai pelaksana perundang-undangan di dalam melaksanakan tugas kedinasan. Pemberian tugas kedinasan kepada PNS pada dasarnya merupakan kepercayaan dari atasan yang berwenang, dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.1

Pekerjaan sebagai PNS merupakan pekerjaan yang aman dan menjamin hari tua, sehingga sangat di minati oleh masyarakat luas. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa masa depan hingga hari tuanya bersama keluarga akan terjamin apabila dapat menjadi seorang PNS, sehingga banyak sekali warga negara indonesia yang berlomba-lomba mendaftarkan diri guna mengikuti tes untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil. Namun untuk menjadi seorang PNS bukan lah hal yang

1


(16)

2

mudah dan membutuhkan proses menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil terlebih dahulu,hal ini di jelaskan dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pada Pasal 16 Ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) yang menyatakan “Bahwa setiap Warga Negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,memiliki hak yang sama untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (2) . Apabila pelamar yang di maksud dalam Ayat 2 pasal ini di terima maka ia harus melalui masa percobaan itu berstatus sebagai calon Pegawai Negeri Sipil.

Banyaknya Pelamar-pelamar yang menginginkan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil inilah yang membuat sebagian dari mereka menempuh berbagai cara untuk menjadi PNS. Mulai dari jalan yang formal dengan mengikuti tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil dengan mengandalkan kemampuan masing-masing hingga mencari koneksi yang ada di jajaran pemerintahan agar mereka dapat di terima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil.”

Pemahaman, keinginan, dan cara yang salah yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang ingin mengikuti tes Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil inilah yang dijadikan oleh pelaku sebagai kesempatan untuk melakukan tindak pidana penipuan penerimaan CPNS.2Hal yang mendukung terjadinya tindak pidana penipuan penerimaan CPNS adalah, Adanya niat pelaku untuk melakukan penipuan karena kesempatan yang diberikan oleh korban berupa kepercayaan serta niat korban yang dilakukan dengan cara yang salah.

2Ibid., hlm.24.


(17)

3

Pengertian dari penipuan itu sendiri adalah sebuah kebohongan yang di buat untuk keuntungan pribadi tetapi merugikan orang lain atau dapat pula di sebut sebagai bentuk obral janji.Sifat umum dari obral janji itu adalah membuat oranglain menjadi keliru,dan oleh karna itu ia rela menyerahkan barangnya atau uangnya untuk sebuah kepentingan yang telah di janjikan kepada dirinya.Kejahatan penipuan itu termasuk materieel delict artinya untuk kesempurnaannya harus menjadi akibatnya.3

Tes Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung ini masih banyak di jadikan lahan bagi para pelaku penipuan untuk berperan sebagai seorang yang memiliki koneksi untuk menerima para pelamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Salah satu kasus tindak pidana penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang terjadi adalah di Provinsi Lampung tepatnya di Kota Bandar Lampung, dalam Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK . Putusan tersebut berisikan tentang seorang yang mengaku menjadi korban penipuan hingga juta rupiah dengan hasil yang tidak sesuai.

Penipuan yang terjadi di Bandar Lampung ini merupakan Penipuan yang bermula ketika Saudara Fathul Alim memperkenalkan tersangka Helmi Yusuf kepada saudara Burhanan dan tersangka Helmi Yusuf menyakinkan saudara Burhanan bahwa ia pernah berhasil memasukan orang menjadi PNS sehingga tersangka Helmi Yusuf pun menawarkan peluang penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil(CPNS) kepada saudara Burhanan, setelah itu saudara Burhanan mencari orang yang mau mendaftar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang nantinya

3


(18)

4

akan di serahkan kepada tersangka Helmi Yusuf, tersangka Helmi Yusuf sendiri merupakan Pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Pemda Provinsi Lampung. Total uang yang diserahkan saudara Burhanan kepada tersangka Helmi Yusuf adalah senilai Rp 1.038.000.000 ( satu milyar Tiga Puluh Delapan Juta Rupiah ) yang terdiri dari masing masing orang minimal membayar uang sebesar Rp 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah), uang itu semuanya di serahkan oleh saudara Burhanan dengan jumblah 14 kali pertemuan di beberapa tempat yang berbeda kepada tersangka Helmi Yusuf dan semua uang tersebut dibawa oleh tersangka Helmi Yusuf. Pada akhir waktu yang dijanjikan ternyata banyak orang yang diusahakan tidak diterima dalam penerimaan CPNS di Pemda Provinsi Lampung.

Tersangka Helmi Yusuf melarikan diri dengan membawa uang tersebut. Para korban yang ditipu mencari saudara Burhanan untuk mencari kejelasan atas kerugian yang diterima oleh para korban. Saudara Burhanan akhirnya dilaporkan kepolisi dengan tuduhan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan oleh para korban. Saudara Burhanan menjelaskan kronologis kejadiannya sehingga dugaan polisi mengarah kepada saudara Helmi Yusuf sehingga polisi memburu saudara Helmi yang menjadi buron yang akhirnya tertangkap.

Tahapan penunutan yang dikenakan kepada saudara Helmi Yusuf adalah dakwaan Pasal 378 tentang Penipuan dengan ancaman hukuman 4 Tahun penjara. Berdasarkan pertimbangan hakim yang di lengkapi dengan alat-alat bukti yang sah maka tersangka Helmi Yusuf diputuskan bersalah telah melakukan penipuan dan dikenakan hukuman 3 tahun penjara 4.

4


(19)

5

Penyelsaian kasus ini terus berlanjut dan ternyata saat di Pengadilan terungkap bahwa bukan hanya terdakwa Helmi Yusuf yang terlibat dalam Penipuan tersebut melainkan ada orang lain lagi yang terlibat dalam penipuan tersebut, tetapi ternyata hukuman hanya dijatuhkan kepada terdakwa Helmi Yusuf saja serta terungkap pula bahwa ini bukan kali pertama saudara Helmi Yusuf melakukan tindak pidana penipuan karena di ketahui bahwa sebelumnya saudara helmi pun pernah mendapatkan hukuman penjara karena kasus pidana penipuan yang sama. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas kasus ini secara lebih lanjut melalui penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung (Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan yang ada dalam proposal penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK ?

2. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap Pelaku Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pemda Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK ?


(20)

6

2. Ruang Lingkup penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari permasalahan yang timbul, maka penulis membatasi pada lingkup Ilmu

Pengetahuan Hukum Pidana Materil khususnya mengenai

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK. Ruang lingkup tempat penelitian di Kota Bandar Lampung dan tahun penelitian ini yaitu pada tahun 2014.

C. Tujuan dan Kegunanaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK.

2. Untuk mengetahui Apakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis


(21)

7

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan hukum khususnya Hukum Pidana, dalam rangka memberikan penjelasan mengenai Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda Provinsi Lampung.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa selama mengikuti program perkuliahan Hukum Pidana pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dan masyarakat umum mengenai analisis pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana penipuan penerimaan calon pegawai negeri sipil Pemda Provinsi Lampung .

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.5

1.1 Teori Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya fungsi menerima pembebanan sebagai akibat dari sikap tindakan atau pihak lain6. Pertanggungjawaban Pidana menurut hukum pidana positif yakni dapat di

5

Soerjono Soekanto,PengantarPenelitian Hukum,Jakarta,UI-Pres,1986,hlm.124. 6


(22)

8

pertanggungjawabkan dari si pembuat, adanya perbuatan melawan hukum, tidak ada alasan pembenar, atau alasan yamg menghapuskan pertanggungjawaban bagi si pembuat.7

Pertanggungjawaban Pidana saat ini menganut asas kesalahan sebagai salah satu asas di samping asas legalitas, sedangkan dalam sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana nasional yang akan datang menerapkan asas pidana tanpa kesalahan yang merupakan asas fundamental yang perlu di tegaskan secara eksplisit sebagai pasangan asas legalitas.8

Syarat-Syarat Pemidanaan adalah sebagai berikut:

a. Perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang ,bersifat melawan hukum,dan ada sanksi.

b. Orang, dalam hal ini mengacu kepada kesalahan, meliputi kemampuan bertanggung jawab dan segala (Dolus/Opzet) atau Lalai (Culpa/Alpa) (Tidak ada alasan pemaaf)9.

Berdasarkan syarat di atas Pertanggungjawaban Pidana mengacu kepada kesalahan baik kesalahan sengaja (Dolus/Opzet) atau karena faktor lalai

(Culpa/Alpa).Pertanggungjawaban Pidana adalah suatu keadaan normal dan pematangan psikis yang membawa 3 (tiga) macam kemampuan untuk 1 (satu) memahami arti dan akibat perbuatannya sendiri; (2) Memahami bahwa perbuatannya itu tidak di benarkan atau di larang oleh masyarakat; (3) Menetapkan kemampuan terhadap perbuatan-perbuatan itu sehingga dapat di

7

Moeljatno,Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana,Jakarta,Bina Aksara,1983. 8

Ibid,hlm.86. 9


(23)

9

simpulkan bahwa pertanggungjawaban (teorekensvatbaarhee) mengandung pengertian kemampuan atau kecakapan.10

Asas legalitas dalam hukum pidana Indonesia menentukan bahwa seseorang baru dapat dikatakan melakukan perbuatan pidana apabila perbuatan tersebut telah sesuai dengan rumusan dalam undang-undang hukum pidana, dalam hal ini sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1) KUHP yang berbunyi “tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.”

Romli Artamasasmita berpendapat bahwa pertanggungjawaban pidana (criminal liability) diartikan sebagai suatu kewajiban hukum pidana untuk memberikan pembalasan yang akan diterima pelaku terkait karena orang lain yang dirugikan. Pertanggungjawaban pidana menurut Roeslan Saleh, menyangkut pengenaan pidana karena sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum pidana. Dalam konsep rancangan KUHP baru tahun (2012) menegaskan pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang objektif ada pada tindak pidana berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan secara subjektif kepada pembuat yang memenuhi syarat-syarat dalam peraturan perundang-undangan untuk dapat dikenai pidana karena perbuatannya itu.11

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa pertanggungjawaban pidana itu menyangkut soal penerapan hukum pidana. Namun apakah hukum pidana lantas secara serta-merta dapat diterapkan kepada pelaku? Tentu dengan itu perlu dikaji

10

Moeljatno,Asas-Asas Hukum Pidana,JakartaPT Rineka Cipta,1963,hlm.165. 11


(24)

10

ada atau tidaknya kesalahan yang melekat pada diri pelaku. Bahkan pada prakteknya tanpa ada kesalahan sekalipun, pelaku (baik orang, badan hukum atau bukan badan hukum atau suatu korporasi) dapat dipidana. Dalam pandangan yang terakhir ini, pertanggungjawaban pidana (criminal liability) sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum normatif semata, melainkan juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut oleh masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.12

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur tentang kejahatan perbuatan curang atau penipuan, yang tercantum dalam Pasal 378 KUHP, yaitu:“Barangsiapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan-perbuatan tipu muslihat, maupun dengan rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan suatu barang atau spaya membuatkan utang atau menghapus piutang, dihukum karena penipuan (oplicthing) dengan hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun”.

Unsur-unsur yang harus terpenuhi dalam tindak pidana penipuan antara lain sebagai berikut :

a. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melanggar hukum. b. Menggunakan nama atau kedudukan palsu dan kebohongan

12


(25)

11

c. Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang, membuat utang atau menghapuskan piutang.

1.2 Teori Dasar Pertimbangan Hakim

Putusan Hakim merupakan adalah akhir dari suatu perkara yang sedang di adili oleh hakim tersebut, Hakim dalam memberikan putusan terhadap kasus yang sama dapat memberikan suatu putusan yang berbeda karena antara hakim yang satu dengan yang lainnya mempunyai cara pandang serta dasar pertimbangan yang berbeda pula dalam menangani suatu perkara.

Menurut Pasal 183 dalam KUHAP tentang pembuktian dan putusan dalam acara pemeriksaan biasa adalah : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah yang melakukan.”

Menurut Mackenzie ada beberapa teori pendekatan yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara yaitu sebagai berikut:13

1. Teori Keseimbangan

Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara.

13

Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, Jakarta,Sinar Grafika, 2010, hlm.106.


(26)

12

2. Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi daripada pengetahuan dari hakim. 3. Teori Pendekatan Keilmuan

Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam hal peringatan bahwa dalam

memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau

instink semata, tetapi harus dilengkapi sengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya.

4. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari.

5. Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan.

6. Teori Kebijaksanaan

Aspek ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua ikut bertanggungjawab untuk membimbing, membina, mendidik, dan melindungi anak, agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan bagi bangsanya.


(27)

13

Putusan hakim harus berdasarkan penafsiran hukum yang sesuai dengan rasa keadilan yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyartakat dan di lengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum serta sesuai dengan aturan yang mengatur nya dan juga faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor budaya, sosial, ekonomi, politik dan lain-lain.

2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang berkaitan dengan istilah itu.14

a. Analisis yaitu sistematik untuk menguraikan isi penelitian dengan memilah-milahkan atau menguraikan komponen informasi yang telah dikumpulkan kedalam bagian-bagaian atau unit-unit analisis.15

b. Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan teorekenbaardheid ataucriminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.16

c. Pelaku Tindak Pidana adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dalam kesengajaan atau dalam ketidaksengajaan seperti yang telah di syaratkan oleh undang-undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak di kehendaki oleh undang-undang atau

14

Soerjono Soekanto,Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat),Jakarta,UI-Press,hlm.32. 15

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta,UI-Press, 1986,hlm.45. 16


(28)

14

telah melakukan tindakan yang terlarang atau mengalpakan tindakan yang di wajibkan oleh undang-undang17

d. Penipuan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau membuat, perkataan seseorang yang tidak jujur atau bohong dengan maksud untuk menyesatkan atau menipudaya orang lain untuk kepentingan dirinya atau kelompok.18 e. Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang

telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan-perundang-undangan yang berlaku.19

f. Pemda adalah Penyelenggara urusan pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.20

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memahami skripsi ini secara keseluruhan, maka sistematika penulisannya sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan kegunaan penulisan dan kerangka

17

Simons,Dasar-Dasar Tindak Pidana Indonesia,Lamintang,2 Februari 2014, http://putranto88.blogspot.com,(18.40).

18

Irma Setyowati,Op.Cit,hlm.12. 19

Maidin, Aspek Hukum Pegawai Negeri Sipil,Bandung,PT Refika Aditama,2012,hlm.13. 20Pengertian,Fungsi,dan Asas Pemerintah Daerah

,2 Februari 2014, http://dianchocho.blogspot.com,(18.53).


(29)

15

teoritis dan konseptual, serta menguraikan tentang sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang pengertian pertanggungjawaban pidana ,teoripertanggungjawaban pidana, pengertian pegawai negeri sipil dan pengertian tindak pidana penipuan

III. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat tentang pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini, akan dijelaskan Analisis Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda ProvinsiLampung Studi Putusan No 895/pidB/2012/PN TK) dan Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana dalam Studi Putusan No 859/pidB/2012/PN TK.

V. PENUTUP

Bab ini berisikan tetang simpulan dan saran dari hasil penelitian penulis terkait dengan skripsi ini.


(30)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana Penipuan

Penipuan berasal dari kata tipu, yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong, atau palsu dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali,atau mencari untung. Sedangkan penipuan sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses, cara, atau perbuatan melakukan tipu, atau mengecoh kepada orang lain.1

Menurut Pengertian yuridis pengertian tindak pidana penipuan adalah dengan melihat dari segi hukum sampai saat ini belum ada, kecuali yang dirumuskan dalam KUHP. Rumusan penipuan dalam KUHP bukanlah suatu definisi melainkan hanyalah untuk menetapkan unsur-unsur suatu perbuatan sehingga dapat dikatakan sebagai penipuan dan pelakunya dapat dipidana. Penipuan menurut Pasal 378 KUHPidana yang dirumuskan sebagai berikut.2

Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan dirisendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipumuslihat, ataupun rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk

1

Arif Kuntono,analisadalah hukum terhadap tindak pidana penipuan,2 Februari 2014 ,http://blogspot.com,(22.23).

2


(31)

17

menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) Tahun.

Pidana bagi tindak pidana penipuan adalah pidana penjara maksimum 4 (empat) tahun tanpa alternatif denda. Jadi, delik penipuan dipandang lebih berat daripada delik penggelapan karena pada delik penggelapan ada alternatif denda. Oleh karena itu, penuntut umum yang menyusun dakwaan primer dan subsider kedua pasal ini harus mencantumkan tindak pidana penipuan pada dakwaan primer, sedangkan dakwaan subsider adalah penggelapan.3

B. Pengertian dan Teori Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.4

Naskah rancangan KUHP terbaru dalam Pasal 34 merumuskan bahwa pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang objektif pada tindak pidana berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Secara subjektif kepada pembuat yang memenuhi syarat-syarat dalam undang-undang (pidana) untuk dapat dikenai pidana karena perbuatannya itu. Sedangkan, syarat untuk adanya pertanggungjawaban pidana atau dikenakannya suatu pidana, maka harus

3

Shanti Dellyana, Penegakan Hukum,Yogyakarta, Liberty,1988,hlm.11. 4


(32)

18

ada unsur kesalahan berupa kesengajaan atau kealpaan.5 Konsep KUHP 1982/1983 Pasal 27 menyatakan pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang objektif ada pada tindakan berdasarkan hukum yang berlaku, secara subjektif kepada pembuat yang memenuhi syarat-syarat undang-undang yang dapat dikenai pidana karena perbuatannya itu.

Pertanggungjawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan teorekenbaarheid atau criminal liability yang menjurus kepada pemidanaan petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak,yang di atur sesuai aturan dalam KUHP,KUHAP serta Undang-undang yang mengaturnya.

Pidana dapat di kenakan kepada si pelaku, disyaratkan bahwa tindak pidana yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-undang. Dilihat dari sudut terjadinya tindakan yang dilarang, seseorang akan dipertanggung jawabkan atas tindakan-tindakan tersebut, apabila tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang dilakukannya,dilihat dari sudut kemampuan bertanggung jawab maka hanya seseorang yang mampu bertanggung jawab yang dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya. Tindak pidana jika tidak ada kesalahan adalah merupakan asas pertanggung jawaban pidana, oleh sebab itu dalam hal dipidananya seseorang yang melakukan perbuatan sebagaimana yang telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini dia mempunyai unsur kesalahan maupun kealpaan.

5Ibid, hlm.29.


(33)

19

Kebijakan menetapkan suatu sistem pertanggungjawaban pidana sebagai salah satu kebijakan kriminal merupakan persoalan, dengan demikian pemilihan dan

penetapan sistem pertanggungjawaban pidana dapat di lepaskan dari berbagai pertimbangan yang rasional dan bijaksana sesuai dengan keadaan dan

perkembangan masyarakat.6

Pertanggungjawaban pidana menurut Romli Atmaja (criminal liability) diartikan sebagai suatu kewajiban hukum pidana untuk memberikan pembalasan yang akan diterima pelaku terkait karena orang lain yang dirugikan. Pertanggungjawaban pidana menurut Roeslan Saleh, menyangkut pengenaan pidana karena sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum pidana. Dalam konsep Rancangan KUHPidana menegaskan pertanggungjawaban pidana adalah diteruskannya celaan yang objektif ada pada tindak pidana berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku dan secara subjektif kepada pembuat yang memenuhi syarat-syarat dalam peraturan perundang-undangan untuk dapat dikenai pidana karena perbuatannya itu.7

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa pertanggungjawaban pidana itu menyangkut soal penerapan hukum pidana. Namun apakah hukum pidana lantas secara serta-merta dapat diterapkan kepada pelaku? Tentu dengan itu perlu dikaji ada atau tidaknya kesalahan yang melekat pada diri pelaku. Bahkan pada prakteknya tanpa ada kesalahan sekalipun, pelaku (baik orang, badan hukum atau bukan badan hukum atau suatu korporasi) dapat dipidana. Dalam pandangan yang

6

Hidayat Zein, pertanggungjawaban tindakpidana,http://kekegpw.blogspot.com/2009/08/html,2 Februari 2014,(22.16).

7opcit,hlm. 52.


(34)

20

terakhir ini, pertanggungjawaban pidana (criminal liability) sesungguhnya tidak hanya menyangkut soal hukum normatif semata, melainkan juga menyangkut soal nilai-nilai moral atau kesusilaan umum yang dianut oleh masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Asas pertanggungjawaban pidana berdasarkan kesalahan atau “asas tiada pidana tanpa kesalahan” (geen straf zonder schuld atau keine strafe ohne schuld atau no punishment without guilt atau disebut juga sebagai asas mens rea atau asas culpabilitas. Dalam Pasal 35 Ayat (1) RUU KUH Pidana 2012, asas ini merupakan asas yang fundamental yang oleh karenanya ditegaskan secara eksplisit di dalam konsep sebagai pasangan dari asas legalitas. Penegasan yang demikian merupakan perwujudan pula dari ide keseimbangan monodualistik (monisme dan dualisme). Sehingga dengan adanya pasal yang menegaskan asas “tiada pidana tanpa kesalahan” ini atau asas culpabilitas diimbangi pula dengan adanya ketentuan tentang dalam berbagai perundang-undangan yang menganut asas strict liability dan vicarious liability.

Kesalahan (schuld) menurut hukum pidana mencakup kesengajaan dan kelalaian. Kesengajaan (dolus) merupakan bagian dari kesalahan. Kesalahan pelaku berkaitan dengan kejiwaan yang lebih erat kaitannya dengan suatu tindakan terlarang karena unsur penting dalam kesengajaan adalah adanya niat (mens rea) dari pelaku itu sendiri. Ancaman pidana karena kesalahan lebih berat dibandingkan dengan kelalaian atau kealpaan (culpa). Bahkan ada beberapa tindakan tertentu, jika dilakukan dengan kealpaan, tidak merupakan tindak pidana,


(35)

21

yang pada hal jika dilakukan dengan sengaja, maka hal itu merupakan suatu tindak pidana.

Sifat pertama dari kesengajaan menurut EY Kanter dan SR. Sianturi, adalah dolus malus, yakni dalam hal seseorang melakukan tindakan pidana tidak hanya seseorang itu menghendaki tindakannya, tetapi ia juga menginsyafi tindakannya itu dilarang oleh undang-undang dan diancam dengan pidana; dan kedua: kesengajaan yang tidak mempunyai sifat tertentu (kleurloos begrip), yaitu dalam hal seseorang melakukan tindak pidana tertentu cukuplah jika atau hanya menghendaki tindakannya itu. Artinya ada hubungan yang erat antara kejiwaannya (batin) dengan tindakannya tidak disyaratkan apakah ia menginsyafi bahwa tindakannya itu dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang.

Rumusan isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sengaja diartikan sebagai kemauan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang atau diperintahkan oleh undang-undang. Ada 2 (dua) teori yang berhubungan dengan kesengajaan yaitu teori kehendak dan teori pengetahuan (teori membayangkan). Teori kehendak memandang bahwa sengaja adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan undang-undang. Sedangkan menurut paham teori pengetahuan (teori membayangkan) memandang bahwa sengaja apabila suatu akibat yang ditimbulkan karena suatu tindakan yang dibayangkan sebagai maksud tindakan itu dan karena itu tindakan yang bersangkutan dilakukan sesuai dengan bayangan yang terlebih dahulu tidak dibuat.8

8

Suderajat Bassar,Tindak-tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Bandung,Remaja Karya,1984,hlm.53.


(36)

22

Kesalahan yang didasarkan pada unsur kesengajaan bukanlah satu-satunya unsur, unsur lain yang dipenuhi oleh pelaku agar dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana secara umum adalah unsur kelalaian atau kealpaan (culpa).Hukum pidana umum menyatakan bahwa dikatakan lalai atau alpa harus memiliki karakteristik dengan sengaja melakukan sesuatu yang ternyata salah atau dengan kata lain bahwa pelakunya kurang kewaspadaan dalam melakukan sesuatu hal sehingga mengakibatkan penderitaan atau kematian pada orang lain. Dalam hal lalai atau alpa, pelaku dapat memperkirakan akibat yang akan terjadi dari perbuatannya itu, tetapi ia merasa dapat mencegahnya. Oleh sebab pelaku tidak mengurungkan niatnya untuk berbuat sesuatu itu, maka terhadapnya dapat dipertanggungjawabkan secara pidana karena melakukan perbuatan melawan hukum.

Kelalaian pada diri pelaku terdapat kekurangan pemikiran, kekurangan pengetahuan, dan kekurangan kebijaksanaan. Sehingga jika dipandang dari kealpaan yang disadari, ada kelalaian yang berat dan ada kelalaian yang ringan. Kealpaan yang disadari, pelaku dapat atau mampu membayangkan atau memperkirakan akibat yang ditimbulkan perbuatannya namun ketika melakukan tindakannya, tetap saja menimbulkan akibat fatal kepada orang lain walaupun sudah ada tindakan pencegahan dari pelaku. Kelalaian yang tidak disadari bilamana pelaku tidak dapat atau tidak mampu menyadari atau tidak memperkirakan akan timbulnya sesuatu akibat.

Kesengajaan (dolus) maupun kelalaian atau kealpaan (culpa) menurut hukum pidana merupakan suatu perbuatan kesalahan. Oleh sebabnya, hukum pidana


(37)

23

harus membuktikan kesalahan tersebut terlebih dahulu agar pelakunya dapat dipertanggungjawabkan. Kedua unsur kesalahan tersebut dianut dalam hukum pidana secara umum di Indonesia dan sampai saat ini masih tetap dipandang sebagai yang lebih baik.

Seseorang dapat dikenakan pidana tidaklah cukup apabila seseorang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Walaupun perbuatannya telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang jika tidak terdapat kesalahan, maka terhadapnya tidak dapat dijatuhkan pidana. Dengan kata lain hukum pidana secara umum berkaitan dengan tindak pidana umum (tipidum) harus ada kesalahan (kesengajaan atau kealpaan) sebagaimana telah diuraikan di atas barulah seseorang atau suatu subjek hukum dimaksud dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.9

Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Siapa saja yang dimaksud melakukan perbuatan pidana mencakup semua subjek hukum seperti setiap orang atau individu, badan hukum atau bukan badan hukum atau suatu korporasi. Simons, mengatakan perbuatan pidana merupakan suatu tindakan melanggar hukum yang dilakukan dengan sengaja ataupun karena kelalaian dari subjek hukum yang dapat dipertangungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan atau tindakan yang dapat dihukum.10

9

Arif Maulana, analisis hukum terhadap tindak pidana penipuan,2 Februari 2014, http://blogspot.com,(20.58).

10


(38)

24

Perbuatan pidana dapat diwujudkan dengan kelakuan aktif (positif) sesuai dengan uraian delik yang mensyaratkannya, seperti mencuri yang ditentukan dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana disebut delictum commissionis. Ada juga perbuatan pidana yang diwajibkan dengan kelakuan pasif (negatif) sesuai dengan uraian delik yang mensyaratkannya, misalnya pelanggaran terhadap orang yang memerlukan pertolongan seperti yang ditentukan dalam Pasal 531 KUH Pidana disebut delictum omissionis. Contoh kelakuan pasif yang lain misalnya Pasal 341 KUHP yang menentukan dimana seorang Ibu yang menghilangkan nyawa anaknya dengan cara tidak memberinya makanan.

Perbuatan pidana dapat di telaah melalui unsur-unsur atau elemen-elemen yang harus ada dalam suatu perbuatan pidana adalah: terdapat kelakuan dan akibat dari perbuatan, hal atau keadaan-keadaan yang menyertai perbuatan, keadaan tambahan yang memberatkan pidana, unsur melawan hukum yang objektif, dan unsur melawan hukum yang subjektif.11

Perbuatan subjek hukum yang termasuk ke dalam unsur-unsur pokok objektif adalah perbuatan aktif (positif) dan perbuatan tidak aktif (perbuata negatif). Akibat perbuatan dari subjek hukum tersebut dapat membahayakan atau menghilangkan kepentingan-kepentingan yang dipertahankan oleh hukum misalnya nyawa, badan, kemerdekaan, hak milik/harta benda, atau kehormatan. Keadaan-keadaan tersebut mencakup atas keadaan pada saat perbuatan dilakukan

11Ibid , hlm.6.


(39)

25

itu dilakukan dan keadaan setelah perbuatan dilakukan. Sifat melawan hukum bertentangan dengan hukum yakni berkenaan dengan larangan atau perintah.12

Unsur pokok subjektif didasarkan pada kesalahan (sengaja atau lalai). Menurut pandangan ini, tidak ada hukuman tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld). Baik kesengajaan karena sebagai maksud, sengaja sebagai kepastian, sengaja sebagai kemungkinan maupun kealpaan. Kesengajaan dan kelalaian sama-sama dapat dipidana, namun kelalaian atau kealpaan sebagai bentuk kesalahan lebih ringan sanksi pidananya dibandingkan dengan kesengajaan karena kelalaian atau kealpaan disebabkan karena tidak berhati-hatinya pelaku dan tidak menduga-duga akibat perbuatan itu.13

C. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan-perundang-undangan yang berlaku.14Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintah, dan pembangunan negara.

Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.. Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Setiap

12

Soegiono, Kriminologi, Bandung, Alumni,2009,hlm.87. 13

Wiratmo Sriwidyowati Soekito,Kriminologi. Jakarta,LP3ES,1989,hlm.67. 14


(40)

26

Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggungjawab.

Pegawai Negeri terdiri dari 15: 1. Pegawai Negeri Sipil;

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat; 2. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pegawai negeri sipil pusat adalah pegawai negeri sipil yang gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan belanja negara. Pegawai negeri sipil daerah adalah pegawai negeri sipil yang gajinya dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja pada pemerintah daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, atau dipekerjakan diluar instansi induknya dan layak nya pekerjaan yang berada di dalam instansi pemerintahan maka di terapkan pula aturan bahwa setiap pegawai negeri sipil memperoleh gaji, kenaikan pangkat, cuti, asuransi kesehatan, dan pensiun. sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada dan di terapkan.

15


(41)

III. METODE PENELITIAN

Metode sangat penting untuk menentukan keberhasilan penelitian agar dapat bermanfaat dan berhasil guna untuk dapat memecahkan masalah yang akan dibahas berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi tujuan dan sasaran penelitian dalam sebuah penyelsaian masalah.1

Soerjono soekanto mengatakan metodelogi berasal dari kata metode yang artinya jalan, namun menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan beberapa kemungkinan yaitu suatu tipe penelitian yang digunakan untuk penelitian dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, dan cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Pembahasan terhadap masalah penelitian ini, penulis menggunakan dua macam pendekatan masalah yaitu pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris:

a) Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan konsep-konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pendekatan

33


(42)

28

tersebutdilakukan dengan cara melihat dan mempelajari kaidah-kaidah, norma-norma, aturan-aturan, yang erat hubungannya dengan penulisan penelitian ini.

b) Pendekatan yuridis empiris adalah adalah dengan mengadakan penelitian lapangan, yaitu dengan melihat fakta-fakta yang ada dalam praktik dan mengenai pelaksanaannya. Pendekatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari kenyataan yang terjadi pada praktek lapangan, dimana pendekatan ini dilakukan dengan wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui dan ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas dan diperoleh atau didapatkan dilokasi penelitian.

A. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama.2secara langsung dari hasil penelitian lapangan, baik melalui pengamatan dan wawancara dengan para responden, dalam hal ini adalah pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan asalah penullisan skripsi ini.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan menelusuri literatur-literatur maupun peraturan-peraturan dan norma-norma yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pada umunya data sekunder

2

Amirudin, S.H.,M.Hum, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2004,hlm.30.


(43)

29

dalam keadaan siap terbuat dan dapat dipergunakan dengan segera.3 Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari:

a) Bahan hukum primer, antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jo Undang-Undang nomor 73 Tahun 1958. 2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP).

3) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian.

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti, rancangan undang-undang, hasil penelitian dan pendapat para pakar hukum.

c) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang yang mencakup bahan memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,, seperti kamus, bibliografi, karya-karya ilmiah, bahan seminar, hasil-hasil penelitian para sarjana berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah seseorang yang memberikan informasi yang diinginkan dan dapat memberikan tanggapan terhadapinformasi yang diberikan.4

3

Soerjono Soekanto,Op.Cit.,hlm.12. 4


(44)

30

Pada penelitian ini penentuan Narasumber hanya dibatasi pada:

1. Hakim Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 Orang 2. Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 Orang 3. Dosen pada bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum : 1 Orang

Universitas Lampung 3 Orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Penyusunan skripsi ini sesuai dengan jenis dan sumber data sebagaimana ditentukan diatas mempergunakan dua macam prosedur, dalam rangka mengumpulkan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang bersumber dari dokumentasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas, yang berhubungan dengan informan yang dikehendaki oleh peneliti. Data atau informasi yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder .pengumpulan data sekunder adalah terlebih menerima sumber pustaka, buku-buku, peraturan perundang-undangan dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penulisan.

a Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan cara obserasi dan wawancara untuk pengumpulan dan memperoleh data primer. Studi lapangan diakukan dengan cara mengadakan wawancara dengan responden, wawancara dilakukan secara


(45)

31

mendalam dengan sistem jawaban terbuka untuk mendapatkan jawaban yang utuh.

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dengan baik yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi lapangan kemudian diolah dengan cara sebagai berikut :

a Editing, yaitu data yang didapatkan dari penelitian diperiksa dan diteiti kembali untuk mengetahui apakah data yang didapat itu sudah sesuai dengan pokok bahasan penelitian ini. Sehingga dapat terhindar dari adanya kesalahan data.

b Interpretasi data, menghubungkan data-data yang diperoleh sehingga menghasilkan suatu uraian yang kemudian dapat ditarik kesimpulan.

c Sistematisasi data, yaitu proses penyusunan dan penenmpatan sesuai dengan pokok permasalahan secara sistematis sehingga memudahkan analisis data.

E. Analisis Data

Setelah data sudah terkumpul data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya adalah dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan data dan fakta yang dihasikan atau dengan kata lain yaitu dengan menguraikan data dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci, sistematis dan analisis, sehingga akan mempermudah dalam membuat kesimpulan dari penelitian dilapangan dengan suatu interpretasi, evaluasi dan pengetahuan umum.Setelah data dianalisis maka kesimpulan terakhir dilakukan dengan metode


(46)

32

induktif yaitu berfikir berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan yang bersifat khusus.


(47)

V. PENUTUP

A. Simpulan

1. Pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana penipuan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda di Provinsi Lampung adalah dengan memberikan sanksi berupa pidana maksimal kepada helmi selaku tersangka,helmi harus mempertanggungjawabkan perbuatan pidana nya karena perbuatan yang di lakukan sebelumnya telah di atur dalam Undang-Undang dan merupakan perbuatan yang bersifat melawan hukum yang di atur dalam Pasal 378 KUHP tentang perbuatan penipuan dengan pidana paling lama 4 tahun penjara serta tidak ada alasan pembenar/pemaaf karena perbuatannya telah memenuhi unsur kesalahan (Dolus/Culpa) serta dalam melakukan perbuatannya helmi dalam keadaan sadar ,sehat jasmani rohani, sehat kejiwaan, tidak ada paksaan dan memiliki kemampuan bertanggungjawab. Faktor lainnya yakni pertimbangan hakim bahwa helmi sebelumnya pernah melakukan perbuatan pidana yang sama dengan hukuman yang jauh lebih ringan serta berdasarkan alat bukti yang sah yang terungkap di pengadian maka sesuai dengan putusan hakim No 859/Pid.B/2012/PN.TK helmi harus menjalankan sanksi kurungan penjara selama 3 (tiga) tahun lamanya,putusan ini di anggap belum cukup tepat


(48)

57

untuk kejahatan yang di lakukan oleh helmi mengingat bahwa helmi sebelum nya pernah melakukan tindak pidana yang sama .

2. Dasar pertimbangan Hakim dalam memutus perkara tindak pidana penipuan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda di Provinsi Lampung ini adalah menggunakan teori keseimbangan dan teori pendekatan keilmuan dimana hakim dalam memutus perkara tidak memihak kepada sisi mana pun dan hakim bukan hanya menggunakan pengalaman dan instink dalam memutus perkara. Hakim dalam memutus perkara ini mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam hal ini Pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun serta Kitab Undang-Undang Hukum Acra Pidana yakni Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP mengenai alat bukti yang sah yang terungkap dalam proses pengadilan yang di jalanin helmi yusuf yang dalam kasus ini berupa keterangan saksi,surat,petunjuk dan keterangan terdakwa yang di anggap sah di muka pengadilan dan helmi di nyatakan mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab sehingga hakim dapat memutuskan hukuman pidana penjara selama 3 (tiga) tahun Putusan No 859/Pid.B/2012/PN.TK kepada helmi yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana penipuan .

B. Saran

1. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penipuan penerimaan CPNS di Provinsi Lampung sebaiknya diberikan hukuman yang setimpal sesuai dengan aturan hukum yang ada agar dapat


(49)

58

menimbulkan efek jera terhadap pelaku, terlebih dalam kasus ini harusnya hakim memberikan hukuman maksimal dan di tambah dengan pemberatan berupa tambahan hukuman 1/3 dari hukuman maksimal.

2. Dasar pertimbangan dalam putusan yang dijatuhkan hakim dalam memutus Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Lampung sebaiknya mengacu kepada ketentuan KUHP dan KUHAP mengenai dasar pertimbangan hakim dan beberapa teori terkait dengan dasar pertimbangan hakim sehingga hakim dalam memutuskan perkara dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya .


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur:

Amirudin,2004,Pengantar Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Bassar,M.Sudrajat,Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Remaja Karya,Bandung.

Dellyana,Shanty,1988,Penegakan Hukum,Liberty Diponegoro,Yogyakarta. Irma,Setyowati,2000,Hukum Pidana,Bumi Aksara,Jakarta.

Maidin,2012,Aspek Hukum Pegawai Negeri Sipil,PT Refika Aditama,Bandung. Moeljatno,2002,Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia,PT Rineka Cipta,Jakarta

...,1969,Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana,Bina Aksara,Jakarta.

Mukhlis,2010,Aspek Hukum Penipuan Dalam KUHP ,Sinar Grafika,Jakarta Rifai,Ahmad,2010,Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif,

Sinar Grafika,Jakarta.

Soedarto,1990,Hukum Pidana Jilid IA,Yayasan Soedarto,Semarang. Soegiono, 2009, Kriminologi,Alumni,Bandung.

Soekito,Wiratmo Sriwidyowati,1989,Kriminologi,LP3ES,Jakarta.

Soerjono,Soekanto,2004,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan Kelima,Raja Grafindo Persada,Jakarta.


(51)

Perundang Undangan :

Undang-Undang nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jo UU No 73 Tahun 1958.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian.

Lain-lain :

Poerwadrminta,WJS,1995,Kamus Umum Bahasa Indonesia,PN Balai Pustaka,Jakarta.

Putusan No 859/pidB/2012/PN TK

http://kekegpw.blogspot.com/2009/08/html,Pertanggungjawaban TindakPidana,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 22.16.

http://putranto88.blogspot.com,Dasar-DasarTindakPidana Indonesia,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 18.40.

http://dianchocho.blogspot.com, Pengertian,Fungsi,dan Asas Pemerintah Daerah,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 18.53

http://ose003.blogspot.com,TeoriPenegakanHukum,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 20.30.

http://blogspot.com,AnalisaDalamHukumTerhadapTindakPidanaPenipuan,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 22.23.

http://blogspot.com,AalisisHukumTerhadapTindakPidanaPenipuan,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 20.58.

http://bloger.lat1, pengertian narasumber ,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 14.02.


(1)

32

induktif yaitu berfikir berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan yang bersifat khusus.


(2)

V. PENUTUP

A. Simpulan

1. Pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana penipuan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda di Provinsi Lampung adalah dengan memberikan sanksi berupa pidana maksimal kepada helmi selaku tersangka,helmi harus mempertanggungjawabkan perbuatan pidana nya karena perbuatan yang di lakukan sebelumnya telah di atur dalam Undang-Undang dan merupakan perbuatan yang bersifat melawan hukum yang di atur dalam Pasal 378 KUHP tentang perbuatan penipuan dengan pidana paling lama 4 tahun penjara serta tidak ada alasan pembenar/pemaaf karena perbuatannya telah memenuhi unsur kesalahan (Dolus/Culpa) serta dalam melakukan perbuatannya helmi dalam keadaan sadar ,sehat jasmani rohani, sehat kejiwaan, tidak ada paksaan dan memiliki kemampuan bertanggungjawab. Faktor lainnya yakni pertimbangan hakim bahwa helmi sebelumnya pernah melakukan perbuatan pidana yang sama dengan hukuman yang jauh lebih ringan serta berdasarkan alat bukti yang sah yang terungkap di pengadian maka sesuai dengan putusan hakim No 859/Pid.B/2012/PN.TK helmi harus menjalankan sanksi kurungan penjara selama 3 (tiga) tahun lamanya,putusan ini di anggap belum cukup tepat


(3)

57

untuk kejahatan yang di lakukan oleh helmi mengingat bahwa helmi sebelum nya pernah melakukan tindak pidana yang sama .

2. Dasar pertimbangan Hakim dalam memutus perkara tindak pidana penipuan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pemda di Provinsi Lampung ini adalah menggunakan teori keseimbangan dan teori pendekatan keilmuan dimana hakim dalam memutus perkara tidak memihak kepada sisi mana pun dan hakim bukan hanya menggunakan pengalaman dan instink dalam memutus perkara. Hakim dalam memutus perkara ini mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam hal ini Pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun serta Kitab Undang-Undang Hukum Acra Pidana yakni Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP mengenai alat bukti yang sah yang terungkap dalam proses pengadilan yang di jalanin helmi yusuf yang dalam kasus ini berupa keterangan saksi,surat,petunjuk dan keterangan terdakwa yang di anggap sah di muka pengadilan dan helmi di nyatakan mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab sehingga hakim dapat memutuskan hukuman pidana penjara selama 3 (tiga) tahun Putusan No 859/Pid.B/2012/PN.TK kepada helmi yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana penipuan .

B. Saran

1. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku penipuan penerimaan CPNS di Provinsi Lampung sebaiknya diberikan hukuman yang setimpal sesuai dengan aturan hukum yang ada agar dapat


(4)

58

menimbulkan efek jera terhadap pelaku, terlebih dalam kasus ini harusnya hakim memberikan hukuman maksimal dan di tambah dengan pemberatan berupa tambahan hukuman 1/3 dari hukuman maksimal.

2. Dasar pertimbangan dalam putusan yang dijatuhkan hakim dalam memutus Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Penipuan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Lampung sebaiknya mengacu kepada ketentuan KUHP dan KUHAP mengenai dasar pertimbangan hakim dan beberapa teori terkait dengan dasar pertimbangan hakim sehingga hakim dalam memutuskan perkara dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya .


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur:

Amirudin,2004,Pengantar Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Bassar,M.Sudrajat,Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana,Remaja Karya,Bandung.

Dellyana,Shanty,1988,Penegakan Hukum,Liberty Diponegoro,Yogyakarta. Irma,Setyowati,2000,Hukum Pidana,Bumi Aksara,Jakarta.

Maidin,2012,Aspek Hukum Pegawai Negeri Sipil,PT Refika Aditama,Bandung. Moeljatno,2002,Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia,PT Rineka Cipta,Jakarta ...,1969,Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum Pidana,Bina Aksara,Jakarta.

Mukhlis,2010,Aspek Hukum Penipuan Dalam KUHP ,Sinar Grafika,Jakarta Rifai,Ahmad,2010,Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika,Jakarta.

Soedarto,1990,Hukum Pidana Jilid IA,Yayasan Soedarto,Semarang. Soegiono, 2009, Kriminologi,Alumni,Bandung.

Soekito,Wiratmo Sriwidyowati,1989,Kriminologi,LP3ES,Jakarta.

Soerjono,Soekanto,2004,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan Kelima,Raja Grafindo Persada,Jakarta.


(6)

Perundang Undangan :

Undang-Undang nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Jo UU No 73 Tahun 1958.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian.

Lain-lain :

Poerwadrminta,WJS,1995,Kamus Umum Bahasa Indonesia,PN Balai Pustaka,Jakarta.

Putusan No 859/pidB/2012/PN TK

http://kekegpw.blogspot.com/2009/08/html,Pertanggungjawaban TindakPidana,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 22.16.

http://putranto88.blogspot.com,Dasar-DasarTindakPidana Indonesia,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 18.40.

http://dianchocho.blogspot.com, Pengertian,Fungsi,dan Asas Pemerintah Daerah,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 18.53

http://ose003.blogspot.com,TeoriPenegakanHukum,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 20.30.

http://blogspot.com,AnalisaDalamHukumTerhadapTindakPidanaPenipuan,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 22.23.

http://blogspot.com,AalisisHukumTerhadapTindakPidanaPenipuan,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 20.58.

http://bloger.lat1, pengertian narasumber ,di akses pada 2 Februari 2014,Pukul 14.02.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN TERHADAP CALON JEMAAH UMRAH (Studi Kasus Perkara Nomor: 758/Pid.B/2011/PN.TK)

2 8 45

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANATERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN (STUDI PUTUSAN NOMOR : 237/PID.SUS /2013/PN.TK)

4 79 61

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMDA PROVINSI LAMPUNG (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/PN TK)

1 19 51

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMDA PROVINSI LAMPUNG (STUDI PUTUSAN : NO 859/Pid.B/2012/PN.TK )

0 6 51

ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN DENGAN MODUS PENERIMAAN CPNS (Studi Putusan Nomor: 137/Pid/2013/PT.TK)

1 62 88

ANALISIS PENJATUHAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN TENTANG PRAKTIK PERCALOAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

1 16 54

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMDA PROVINSI LAMPUNG (Studi Putusan No 859/Pid.B/2012/PN TK)

0 2 11

PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN Nomor : 19Pid.Sus 11PN.Klt)

0 0 12