Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Departemen Pekerjaan Umum (Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan)

(1)

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

PEGAWAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan

Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan)

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Oleh :

050903069

LIA VICTORIA SINAGA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teori... 5

1.5.1 Pengawasan ... 6

1.5.1.1 Pengertian Pengawasan ... 6

1.5.1.2 Maksud dan Tujuan Pengawasan ... 7

1.5.1.3 Tipe-tipe Pengawasan ... 8

1.5.1.4 Proses Pengawasan ... 9

1.5.1.5 Teknik Pengawasan ... 10

1.5.2 Produktivitas Kerja Pegawai ... 11

1.5.2.1 Pengertian Produktivitas Kerja ... 11

1.5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja ... 16

1.5.3 Pengaruh Pengawasan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai ... 21

1.6 Hipotesis ... 22


(3)

1.8 Defenisi Operasional ... 23

1.9 Sistematika Penulisan ... 26

BAB II METODE PENELITIAN ... 27

2.1 Bentuk Penelitian ... 27

2.2 Lokasi Penelitian ... 27

2.3 Populasi dan Sampel ... 27

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

2.5 Teknik Pengukuran Skor ... 29

2.6 Teknik Analisa Data ... 30

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 34

3.1 Sejarah Departemen Pekerjaan Umum ... 34

3.2 Visi dan Misi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga ... 39

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat JenderalBina Marga ... 39

3.4 Uraian Tugas dan Tanggung jawab Pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 48

4.1 Identitas Responden ... 48

4.2 Pelaksanaan Pengawasan pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan(Variabel X) ... 51

4.3 Produktivitas Kerja Pegawai pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan(Variabel Y) ... 61


(4)

5.1Klasifikasi Jawaban Responden ... 69

5.2Analisa Data ... 77

BAB VI PENUTUP ... 90

6.1 Kesimpulan ... 90

6.2 Saran ... 91


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Interpretasi Korelasi Product Moment ... 32

Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin ... 48

Tabel 3 : Distribusi responden berdasarkan umur ... 49

Tabel 4 : Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 50

Tabel 5 : Distribusi responden berdasarkan lama bekerja ... 50

Tabel 6 : Distribusi jawaban responden mengenai pentingnya penentuan jadwal kerja ... 51

Tabel 7 : Distribusi jawaban responden dalam hal mengetahui standar kerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan ... 52

Tabel 8 : Distribusi jawaban responden mengenai pelaksanaan tugas yang sudah ditentukan pimpinan berdasarkan job description ... 52

Tabel 9 : Distribusi jawaban responden mengenai standar kerja yang telah ditetapkan pimpinan tersebut memberatkan responden dalam melaksanakan kerja... 53

Tabel 10 : Distribusi jawaban responden mengenai pemeriksaan hasil kerja yang dilakukan oleh pimpinan ... 53

Tabel 11 : Distribusi jawaban responden mengenai pemberian instruksi yang diberikan oleh pimpinan ... 54

Tabel 12 : Distribusi jawaban responden mengenai pekerjaan yang dilakukan telah sesuai dengan standar kerja yang telah ditetapkan pimpinan ... 55

Tabel 13 : Distribusi jawaban responden mengenai penyelesaian kerja pada waktu yang telah ditentukan berdasarkan standar kerja ... 55

Tabel 14 : Distribusi jawaban responden mengenai pemberian tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan tugas/pekerjaan ... 56

Tabel 15 : Distribusi jawaban responden mengenai pimpinan memperingati atau menegur dan menyerahkan untuk diperbaiki apabila melakukan kesalahan dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan ... 57 Tabel 16 : Distribusi jawaban responden mengenai teguran dari pimpinan dapat


(6)

Tabel 17 : Distribusi jawaban responden mengenai pemberian sanksi dari pimpinan apabila responden melakukan kesalahan seperti datang terlambat,

tugas tidak selesai pada waktunya dan tidak hadir tanpa alasan ... 58 Tabel 18 : Distribusi jawaban responden mengenai pemberian informasi sebagai

umpan balik dari prestasi kerja responden ... 59 Tabel 19 : Distribusi jawaban responden mengenai umpan balik yang diberikan

pimpinan dapat mengubah perilaku responden dalam melaksanakan tugas/pekerjaan ... 59 Tabel 20 : Distribusi Jawaban responden mengenai umpan balik yang diberikan

pimpinan dapat memotivasi untuk dapat bekerja lebih baik lagi ... 60 Tabel 21 : Distribusi Jawaban responden mengenai pencapaian kualitas kerja

yang baik ... 61 Tabel 22 : Distribusi Jawaban responden mengenai perasaan puas dengan hasil

pekerjaan yang telah dikerjakan responden ... 62 Tabel 23 : Distribusi Jawaban responden mengenai pencapaian hasil kerja sesuai

dengan rencana organisasi ... 62 Tabel 24 : Distribusi Jawaban responden mengenai pemenuhan target waktu yang

telah ditentukan ... 63 Tabel 25 : Distribusi Jawaban responden mengenai intensitas melakukan kesalahan

dalam bekerja ... 63 Tabel 26 : Distribusi Jawaban responden mengenai penggunaan sarana dan prasarana

yang ada secara berlebihan (boros) dalam melakukan pekerjaan ... 64 Tabel 27 : Distribusi Jawaban responden mengenai pelaksanaan kerja harus

berpedoman kepada penyelesaian kerja secepatnya walaupun sebenarnya masih tersedia waktu yang banyak untuk melakukannya ... 64 Tabel 28 : Distribusi Jawaban responden mengenai penyelesaian tugas/pekerjaan

dengan secepatnya ... 65 Tabel 29 : Distribusi Jawaban responden mengenai penggunaan sarana dan prasarana

di ruang kerja yang mampu menjadikan responden bersemangat


(7)

Tabel 30 : Distribusi Jawaban responden mengenai perasaan bosan dalam

menjalankan tugas/pekerjaan sehari-hari ... 66

Tabel 31 : Distribusi Jawaban responden mengenai pemeberian penghargaan atas prestasi kerja yang dikerjakan responden ... 66

Tabel 32 : Distribusi Jawaban responden mengenai kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan ... 67

Tabel 33 : Distribusi Jawaban responden mengenai pemberitahuan kepada pimpinan apabila tidak masuk kantor karena alasana tertentu ... 67

Tabel 34 : Distribusi Jawaban responden mengenai kebiasaan berbincang-bincang dengan rekan sekerja secara santai pada waktu jam kerja sedang berlangsung... 68

Tabel 35 : Distribusi Jawaban responden mengenai pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang telah dilakukan responden ... 68

Tabel 36 : Distribusi frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk variabel X... 70

Tabel 37 : Distribusi frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk variabel Y... 71


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

2. Nilai Jawaban Melalui Kuesioner (Variabel X) 3. Nilai Jawaban Melalui Kuesioner (Variabel Y) 4. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment

5. Tabel Nilai-Nilai Distribusi T 6. Kuesioner

7. Syarat Pengajuan Judul Skripsi 8. Permohonan Judul Skripsi 9. Penunjukan Dosen Pembimbing

10.Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 11.Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 12.Berita Acara Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

13.Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 14.Surat Rekomendasi/Izin Penelitian dari FISIP USU

15.Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.


(9)

ABSTRAK

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan)

Nama : Lia Victoria Sinaga

NIM : 050903069

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra.Beti Nasution, MSi

Judul penelitian ini adalah pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Departemen Pekerjaan Umum (Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan). Adapun kendala yang dihadapi adalah Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan menunjukkan adanya gejala-gejala kecenderungan penurunan produktivitas kerja para pegawai seperti kurangnya minat menyelesaikan kerja tepat waktu, kurangnya koordinasi antar pegawai dan munculnya kebosanan kerja karena rutinitas yang berlanjut. Oleh karena itu diperlukan adanya pengawasan. Dengan demikian pimpinan harus melakukan pengawasan yang baik sehingga disiplin kerja dalam diri pegawai akan meningkat.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa kuantitatif. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik korelasi antar variabel untuk membuktikan adanya pengaruh dari pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang diperoleh, maka hasilnya adalah bahwa terdapat hubungan yang sedang antara pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai sebesar 0,474. Berdasarkan uji hipotesis yang diperoleh nilai positif sebesar 2,394, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai dengan tingkat pengaruh 22,46%. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara pengelolaan kearsipan terhadap efisiensi kerja pegawai dapat diterima.


(10)

ABSTRAK

PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan)

Nama : Lia Victoria Sinaga

NIM : 050903069

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra.Beti Nasution, MSi

Judul penelitian ini adalah pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Departemen Pekerjaan Umum (Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan). Adapun kendala yang dihadapi adalah Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan menunjukkan adanya gejala-gejala kecenderungan penurunan produktivitas kerja para pegawai seperti kurangnya minat menyelesaikan kerja tepat waktu, kurangnya koordinasi antar pegawai dan munculnya kebosanan kerja karena rutinitas yang berlanjut. Oleh karena itu diperlukan adanya pengawasan. Dengan demikian pimpinan harus melakukan pengawasan yang baik sehingga disiplin kerja dalam diri pegawai akan meningkat.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisa kuantitatif. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah teknik korelasi antar variabel untuk membuktikan adanya pengaruh dari pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan dilanjutkan dengan menganalisa data yang diperoleh, maka hasilnya adalah bahwa terdapat hubungan yang sedang antara pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai sebesar 0,474. Berdasarkan uji hipotesis yang diperoleh nilai positif sebesar 2,394, hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai dengan tingkat pengaruh 22,46%. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara pengelolaan kearsipan terhadap efisiensi kerja pegawai dapat diterima.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam suatu instansi pemerintah maupun swasta sangat diperlukan adanya produktivitas kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Produktivitas kerja merupakan suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai untuk memperoleh hasil maksimal dimana dalam pelaksanaannya, produktivitas kerja terletak pada faktor manusia sebagai pelaksana kegiatan pekerjaan. Jadi faktor manusia memegang peranan penting dalam mencapai hasil agar sesuai dengan tujuan instansi tersebut, karena betapapun sempurnanya peralatan kerja tanpa adanya tenaga manusia tidak akan berhasil memproduksi barang atau jasa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Saksono, 1995:114).

Dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, maka perlu adanya peningkatan produktivitas kerja pegawai. Produktivitas kerja pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari pada metode kerja hari kemarin, dan hasil yang dapat diraih esok hari harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini (Sinungan, 2000:1).

Produktivitas kerja sering diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk menghasilkan barang atau jasa. Tujuan utama dari peningkatan produktivitas kerja pegawai adalah agar pegawai baik ditingkat bawah maupun ditingkat atas mampu menjadi pegawai yang efisien, efektif dan produktif.


(12)

Seorang pegawai yang produktif adalah pegawai yang cekatan dan mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai mutu yang ditetapkan dan waktu yang lebih singkat, sehingga akhirnya dapat tercapai tingkat produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Dengan demikian penting bagi seorang manajer berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai, agar instansi dapat berkembang dan dapat mempertahankan usahanya.

Untuk mendapatkan suatu hasil pekerjaan yang baik dan bermutu tinggi maka diperlukan pengawasan yang baik. Pengawasan adalah kegiatan manajer/pimpinan yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki (Lubis, 1985:154). Pada setiap instansi pemerintah maupun swasta memerlukan pengawasan dari pihak manajer. Pengawasan ini dilakukan oleh manajer sebagai suatu usaha membandingkan apakah yang dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini berarti juga pengawasan merupakan tindakan atau kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil kerja yang dikehendaki.

Pengawasan merupakan hal yang sangat penting dalam setiap pekerjaan baik dalam instansi pemerintah maupun swasta. Sebab dengan adanya pengawasan yang baik maka sesuatu pekerjaan akan dapat berjalan lancar dan dapat menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal. Semakin lancar kerja dan disertai pengawasan yang baik maka pekerjaan itu akan berhasil dengan baik. Dengan pengawasan yang baik akan mendorong pegawai lebih giat dalam bekerja dan menghasilkan kerja yang baik pula terlebih apabila menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat yang baik.

Pada instansi pemerintah Direktorat Jenderal Bina Marga dibawah Departemen Pekerjaan Umum yang menangani pembangunan jalan dan jembatan metropolitan Medan,


(13)

faktor pengawasan merupakan faktor yang penting bagi instansi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu manajer harus melakukan pengawasan yang efektif sehingga pegawai bisa mencapai prestasi kerja yang optimal dalam bentuk produktivitas kerja. Dengan melihat adanya kecenderungan kurangnya pengawasan dari manajer sehingga disiplin pegawaipun kurang, maka keadaan ini tidak boleh dibiarkan terus menerus karena akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja pegawai.

Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai menjadi sangat penting untuk dibahas. Hal ini dimaksud untuk melihat apakah dengan diadakannya pengawasan maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja pegawai pada instansi ini. Pada instansi pemerintah ini perlu ditingkatkan pengawasan yang efektif sehingga disiplin atau etos kerja pegawai dapat ditingkatkan untuk memacu produktivitas kerja pegawai yang tinggi. Apabila ada pengawasan yang efektif dari manajer maka semangat kerja akan timbul dan para pegawai akan bekerja dengan rajin dengan disiplin yang tinggi dan bertanggung jawab sehingga produktivitas kerja dapat meningkat dengan sendirinya.

Fakta yang ada di Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan menunjukkan adanya gejala-gejala kecenderungan penurunan produktivitas kerja para pegawai seperti kurangnya minat menyelesaikan kerja tepat waktu, kurangnya koordinasi antar pegawai dan munculnya kebosanan kerja karena rutinitas yang berlanjut. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan yang efektif dari manajer/pimpinan serta kurangnya disiplin kerja pegawai. Untuk itu dalam meningkatkan produktivitas kerja, manajer harus melakukan pengawasan yang baik sehingga disiplin kerja dalam diri pegawai akan meningkat.


(14)

Berdasarkan adanya masalah dan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM (Studi pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Seberapa besar pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengawasan pada Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

2. Untuk mengetahui produktivitas kerja pegawai pada Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.


(15)

3. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir dan menulis melalui karya ilmiah, sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah di FISIP USU. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

3. Bagi FISIP USU, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan tambahan referensi untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan menjadi landasan teoritis yang akan menjadi pedoman dalam melaksanakan penelitian. Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2005:55).


(16)

1.5.1 Pengawasan

1.5.1.1 Pengertian Pengawasan

Dalam pengertian awam, pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar ia berbuat sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam ilmu manajemen, pengawasan adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan faktor penentu bagi kelangsungan hidup suatu organisasi.

Pengawasan mempunyai arti penting bagi setiap perusahaan. Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki (Lubis, 1985:154).

Menurut Harahap (2001:10), menyatakan bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Menurut Manullang (1990:173), pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana semula. Pendapat ahli lain, pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan kerja dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan


(17)

koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Handoko, 1995:360-361).

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana dan standar yang telah ditetapkan serta hasil kerja yang dikehendaki.

1.5.1.2 Maksud dan Tujuan Pengawasan

Adapun maksud dari pengawasan adalah untuk mencegah atau untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi maksud pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap orangnya, tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan tujuan dari pengawasan adalah agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Simbolon, 2004:62).

Adapun tujuan pengawasan menurut Kadarman dan Udaya (2001:159) adalah menemukan kelemahan dan kesalahan untuk kemudian dikoreksi dan mencegah pengulangannya. Menurut Manullang (2002:74), tujuan utama dari pengawasan adalah agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan.


(18)

1.5.1.3Tipe-tipe Pengawasan

Menurut Handoko (2003:361-362), ada tiga tipe dasar pengawasan yaitu : 1. Pengawasan Pendahuluan (Feedfoward Control)

Pengawasan yang dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

2. Pengawasan Concurrent

Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Tipe pengawasan seperti ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan tujuan.

3. Pengawasan umpan balik (Feedback Control)

Pengawasan yang dilakukan untuk mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.

Ketiga bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi manajemen, khususnya pengawasan pendahuluan dan pengawasan concurrent, dimana memungkinkan manajemen untuk membuat tindakan koreksi dan tetap mencapai tujuan. Akan tetapi perlu dipertimbangkan disamping kegunaan dua bentuk pengawasan yaitu :

a. Biaya keduanya mahal.

b. Banyaknya kegiatan tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara terus menerus. c. Pengawasan yang berlebihan akan menjadikan produktivitas berkurang.


(19)

1.5.1.4Proses Pengawasan

Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan manajerial. Adapun langkah-langkah pokok ini meliputi :

a. Penentuan ukuran atau pedoman baku (standar). Standar terlebih dahulu harus ditetapkan. Ini tidak lain suatu model atau suatu ketentuan yang telah diterima bersama atau yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang. Standar berguna antara lain sebagai alat pembanding di dalam pengawasan, alat pengukur untuk menjawab pertanyaan berapa suatu kegiatan atau sesuatu hasil telah dilaksanakan, sebagai alat untuk membantu pengertian yang lebih cepat antara pengawasan dengan yang diawasi, sebagai cara untuk memperbaiki uniformitas.

b. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah atau senyatanya dikerjakan. Ini dapat dilakukan dengan melalui antara lain : laporan (lisan atau tertulis), buku catatan harian tentang itu tentang bagan jadwal atau grafik produksi, inspeksi atau pengawasan langsung, pertemuan/konperensi dengan petugas-petugas yang bersangkutan, survei yang dilakukan oleh tenaga staf atas badan tertentu. c. Perbandingan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau standar yang telah

ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Ini dilakukan untuk pembandingan antara hasil pengukuran tadi dengan standar, dengan maksud untuk mengetahui apakah diantaranya terdapat suatu perbedaan dan jika ada seberapa besarnya perbedaan itu, kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.


(20)

d. Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan. (Lubis, 1985:160).

1.5.1.5 Teknik Pengawasan

Pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai berikut : 1. Pengawasan langsung

Pengawasan dilakukan oleh manajer pada waktu kegiatan-kegiatan sedang berjalan. Pengawasan langsung dapat berbentuk :

a. Inspeksi langsung

b. Observasi ditempat (on the spot observation)

c.Laporan ditempat (on the spot report), berarti penyampaian keputusan ditempat bila diperlukan.

2. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan dari jarak jauh melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat berbentuk :

1. Laporan tertulis


(21)

1.5.2 Produktivitas Kerja

1.5.2.1 Pengertian Produktivitas Kerja

Menurut Simanjuntak (1998:26), produktivitas kerja pegawai mengandung pengertian adanya kemampuan pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang dilandaasi sikap mental bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sikap kerja yang demikian ini akan tetap melekat dalam diri pegawai yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Penilaian terhadap produktivitas kerja pegawai dapat diukir melalui pelaksanaan kerja yang relatif baik, sikap kerja, tingkat keahlian dan disiplin kerja. Dan untuk mengukur produktivitas kerja pegawai itu sendiri harus mencakup aspek kuantitas dan kualitas pekerjaannya.

Menurut Siagian (1992:54), produktivitas kerja merupakan kemampuan memperoleh manfaat dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan kerja yang optimal bahkan kalau mungkin maksimal. Kemampuan yang dimaksud dalam defenisi tersebut tidak hanya berhubungan dengan sarana dan prasarana, tetapi juga berhubungan dengan pemanfaatan waktu dan sumber daya manusia.

Menurut (Nawawi, 1990:108), produktivitas kerja lebih ditekankan pada ukuran daya guna dalam melaksanakan pekerjaan, yang menyentuh aspek ketepatan, kecermatan dan sikap terhadap pekerjaan. Ketepatan dan kecermatan dihubungkan dengan keterampilan dan keahlian dalam mempergunakan metode atau cara bekerja dan peralatan yang tersedia.

Sehubungan dengan itu produktivitas kerja dikatakan tinggi jika prosesnya berlangsung menurut prosedur dan mekanisme yang tepat dan cermat atau yang dinilai terbaik dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Hasil kerja personel secara kuantitatif tidak segera dapat diamati, namun ketepatan dan kecermatan mempergunakan metode atau alat


(22)

sebagai indikator yang dapat menjamin kualitas hasil yang akan tercapai selalu dapat diamati. Dalam keadaan seperti itu berarti daya guna (efisiensi) kerja, dapat juga berarti produktivitas kerja. Dengan kata lain pekerjaan yang dilaksanakan secara berdaya guna, merupakan juga pekerjaan yang produktif.

Produktivitas erat terkait dengan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai. Hasil kerja pegawai tersebut merupakan produktivitas kerja sebagai target yang didapat melalui kualitas kerjanya dengan melaksanakan tugas yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh organisasi. Kemudian dalam hal ini dikemukakan beberapa faktor sebagaimana yang dinyatakan sebagai indikator dari produktivitas kerja (Agus, 1995:476) antara lain:

a. Kualitas pekerjaan

Kualitas pekerjaan menyangkut mutu yang dihasilkan. Seorang pegawai dituntut untuk mengutamakan kualitas dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Kualitas bagi hampir semua orang tampaknya berarti kualitas tinggi. Kualitas semakin tinggi berarti semakin baik. Lalu timbul pertanyaan, apakah orang-orang sesungguhnya menginginkan segala sesuatu berkualitas setinggi mungkin. Seorang pegawai sebagai sumber daya yang menjalankan dan melaksanakan manajemen di suatu organisasi harus memiliki kehidupan kerja yang berkualitas. Kehidupan kerja yang berkualitas yaitu keadaan dimana para pegawai dapat memenuhi kebutuhannya dengan bekerja di dalam organisasi.

Dan kemampuan untuk hasil tersebut menurut Garry Desler yang dikutip oleh Agus Dharma bergantung apakah terdapat adanya :


(23)

1. Perlakuan yang fair, adil dan sportif terhadap pegawai.

2. Kesempatan bagi pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh dan kesempatan untuk mewujudkan diri yaitu untuk menjadi orang yang mereka rasa mampu mewujudkannya.

3. Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara sesama pegawai.

4. Kesempatn bagi semua pegawai untuk berperan secara aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang melibatkan pekerjaan-pekerjaan mereka.

5. Kompensasi yang cukup fair. 6. Lingkungan yang aman dan sehat. b. Kuantitas pekerjaan

Perkembangan organisasi menuntut adanya kuantitas pekerjaan. Kuantitas pekerjaan menyangkut pencapaian target, hasil kerja yang sesuai dengan rencana organisasi. Rasio kuantitas pegawai harus seimbang dengan kuantitas pekerjaan sehingga dengan perimbangan tersebut dapat menjadi tenaga kerja yang produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja di dalam organisasi tersebut.

c. Ketepatan waktu

Masyarakat berbeda-beda dalam menilai waktu. Misalnya budaya barat menganggap waktu sebagai suatu sumber daya yang langka, “waktu adalah uang” dan harus digunakan secara efisien. Beberapa budaya lain mengambil suatu pendekatan yang lain lagi terhadap waktu. Mereka memfokuskan pada masa lalu misalnya mengikuti tradisi mereka dan berusaha melestarikan praktek-praktek historisnya. Pengetahuan akan orientasi waktu yang berlainan dari budaya-budaya


(24)

tersebut dapat memberikan wawasan ke dalam pentingnya tenggang waktu, apakah perencanaan jangka panjang dan dipraktekkan secara meluas, pentingnya pengawasan kerja dan apakah yang menyebabkan keterlambatan-keterlambatan. Berangkat dari hal diatas, seorang pegawai harus memiliki paham tersebut yang memandang waktu sebagai sumber daya yang harus benar-benar dipergunakan dengan tepat dan mempraktekkan pada tugasnya yaitu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan orang tepat pada waktu yang ditentukan serta mengutamakan prinsip efisien. Disini peran pimpinan melakukan pengawasan dan mengkoordinasi pegawainya ketika dalam melaksanakan tugas serta harus peka terhadap penyebab kendala-kendala jika pegawainya melaksanakan tugas tidak tepat pada waktu yang telah ditentukan (Agus, 1995:477).

d. Semangat kerja

Moekijat (1997:31) menyatakan bahwa semangat kerja menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok, kegembiraan, dan kegiatan. Apabila pekerja tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama lain, maka pegawai itu dikatakan mempunyai semangat yang tinggi. Sebaliknya, apabila pegawai tampak tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka membantah, gelisah, dan pesimis, maka reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat yang rendah. Semangat kerja sangat penting bagi organisasi karena (1) semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat kerja yang tinggi maka pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat atau lebih cepat, (3) semangat kerja yang tinggi otomatis membuat pegawai akan merasa senang


(25)

bekerja sehingga kecil kemungkinan pegawai akan pindah bekerja ke tempat lain, (4) semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi angka kecelakaan karena pegawai yang mempunyai semangat kerja tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti sehingga bekerja sesuai dengan prosedur yang ada (Tohardi, 2002:55).

e. Disiplin kerja

Dalam melaksanakan disiplin kerja, disiplin yang baik dapat diukur dalam wujud: 1. Pimpinan atau pegawai datang dan pulang kantor tepat pada waktu yang

ditentukan.

2. Menghasilkan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas yang memuaskan. 3. Melaksanakan tugas penuh dengan semangat.

4. Mematuhi semua peraturan yang ada.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sinungan yang menyatakan disiplin adalah sikap kewajiban dari seseorang/kelompok orang senantiasa berkehendak untuk mengikuti/mematuhi segala aturan keputusan yang telah ditetapkan dan disiplin juga dapat dikembangkan melalui suatu latihan antara lain dengan bekerja, menghargai waktu dan biaya (Sinungan, 1991:115). Dari teori tersebut selain mematuhi peraturan-peraturan yang ada, disiplin juga dapat diwujudkan dengan menghargai waktu yaitu dengan mendisiplinkan diri untuk selalu tepat waktu, tenaga yaitu adanya usaha yang optimal dalam melaksanakan tugas, serta biaya seefisien mugkin sesuai dengan kuantitas pekerjaan yang ada.


(26)

1.5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Ravianto (1986:20) merinci faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum yaitu:

1.Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong kegiatan seseorang kearah pencapaian tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya. Pegawai sebagai manusia (individu) sudah barang tentu memiliki identifikasi tersendiri antara lain sebagai berikut:

a. Tabiat/watak

b. Sikap/tingkah laku/penampilan c. Kebutuhan

d. Keinginan

e. Cita-cita/kepentingan-kepentingan lainnya

f. Kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk oleh keadaan aslinya g. Keadaan lingkungan dan pengalaman pegawai itu sendiri

Karena setiap pegawai memiliki identifikasi yang berlainan sebagai akibat dari latar belakang pendidikan, pengalaman dan lingkungan masyarakat yang beranekan ragam, maka ini akan terbawa juga dalam hubungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku pegawai tersebut dalam melaksanakan pekerjaannya. Demikian pula pimpinan juga mempunyai latar belakang budaya dan pandangan falsafah serta pengalaman


(27)

dalam menjalankan pekerjaan yang berlain-lainan sehingga berpengaruh di dalam melaksanakan pola hubungan kerja dengan pegawai.

Pada hakikatnya motivasi pegawai dan pimpinan berbeda karena adanya perbedaan kepentingan maka perlu diciptakan motivasi yang searah untuk mencapai tujuan bersama dalam rangka kelangsungan usaha dan ketenagakerjaan, sehingga apa yang menjadi kehendak dan cita-cita kedua belah pihak dapat diwujudkan. Dengan demikian pegawai akan mengetahui fungsi, peranan dan tanggung jawab dilingkungan kerjanya dan dilain pihak pimpinan perlu menumbuhkan iklim kerja yang sehat dimana hak dan kewajiban pegawai diatur sedemikian rupa selaras dengan fungsi, peranan dan tanggung jawab pegawai.

2. Kedisiplinan

Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan. Kedisiplinan dapat dilakukan dengan latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap produktivitas kerja pegawai.

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa disiplin mengacu pada pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi norma, etik, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.


(28)

b. Adanya prilaku yang dikendalikan. c. Adanya ketaatan (obedience)

Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin, jelaslah bahwa disiplin membutuhkan pengorbanan, baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain. Disiplin bukanlah tujuan, melainkan sarana yang ikut memainkan peranan dalam pencapaian tujuan. Manusia sukses adalah manusia yang mampu mengatur, mengendalikan diri yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Mengingat eratnya hubungan disiplin dengan produktivitas kerja maka disiplin mempunyai peran sentral dalam membentuk pola kerja dan etos kerja produktif.

3. Etos Kerja

Etos kerja merupakan salah satu faktor penentu produktivitas kerja, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Usaha untuk mengembangkan etos kerja yang produktif pada dasarnya mengarah pada peningkatan produktivitas kerja. Untuk itu dapat ditempuh berbagai langkah seperti:

a. Peningkatan produktivitas kerja melalui penumbuhan etos kerja, dapat dilakukan lewat pendidikan yang terarah. Pendidikan harus mengarah kepada pembentukan sikap mental pembangunan, sikap atau watak positif sebagai manusia pemabangunan bercirikan inisiatif, kreatif, berani mengambil resiko, sistematis dan skeptis.

b. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan serta sekaligus dapat meningkatkan


(29)

kreativitas, produktivitas, kualitas dan efisiensi kerja.

c. Menumbuhkan motivasi kerja, dari sudut pandang pekerja, kerja berarti pengorbanan baik untuk pengorbanan waktu senggang dan kenikmatan hidup lainnya, sementara itu upah/gaji merupakan ganti rugi dari segala pengorbanannya itu.

Usaha-usaha diatas harus terus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk mendapatkan hasil seperti yang diharapkan langkah ini perlu direalisasikan apabila tujuan-tujuan yang diharapkan untuk membentuk sikap mental dan etos kerja yang produktif.

4.Keterampilan

Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manajerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas kerja. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama dalam perubahan teknologi mutakhir. Seseorang dinyatakan terampil dan produktif apabila yang bersangkutan dalam satuan waktu tertentu dapat menyelesaikan sejumlah hasil tertentu. Dengan demikian menjadi faktor penentu suatu keberhasilan dan produktivitas kerja, karena dari waktu itulah dapat dimunculkan kecepatan dan percepatan yang akan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan kehidupan.

Haruslah disadari sedalam-dalamnya bahwa kita dapat mewujudkannya bila kita benar-benar memiliki konsep waktu yang tepat serta mampu menguasai dan memanfaatkan waktu, dan dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih menjadi terampil apabila mempunyai


(30)

kecakapan (ability) dan pengalaman (experience) yang cukup.

5. Pendidikan

Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat kita kuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal. Faktor alat, cara dan lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja.

6. Lingkungan dan iklim kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Iklim kerja yang sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak pegawai maupun dari pihak pimpinan sehingga mampu menumbuhkan motivasi kerja yang searah antara pegawai dan pimpinan dalam rangka menciptakan ketentraman kerja dan kelangsungan usaha kearah peningkatan produktivitas kerja.


(31)

1.5.3 Pengaruh Pengawasan terhadap Produktivitas Kerja Pegawai

Arouf dalam Sedarmayanti (2000:185) menyatakan bahwa produktivitas kerja memiliki dua dimensi yakni efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber masukan yaitu dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya, atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Produktivitas kerja merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menghasilkan barang dan jasa dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan atau sesuai dengan rencana. Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja pegawai, pelaksanaan pengawasan sangat diperlukan. Pengawasan dimaksudkan sebagai upaya yang sistematik untuk mengamati dan memantau apakah berbagai fungsi, aktivitas, dan kegiatan yang terjadi dalam organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya atau tidak. Berarti inti fungsi ini menyoroti apa yang sedang terjadi pada waktu pelaksanaan kegiatan operasional sedang berlangsung. Jika penyimpangan ditemukan, tindakan korektif dapat saja diambil sehingga dengan demikian organisasi kembali ke “rel” yang sebenarnya. Dengan kata lain sorotan perhatian menajemen dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan ialah membandingkan isi rencana dengan kinerja nyata (actual performance).

Perlu ditekankan bahwa pengawasan dimaksudkan juga sebagai instrument untuk mengubah perilaku disfungsional atau menyimpang, bukan untuk serta merta mengenakan sanksi atau hukuman, tetapi untuk mambantu yang bersangkutan mengubah atau meluruskan perilakunya. Kiatnya ialah bahwa teknik apa pun yang digunakan dalam melakukan pengawasan, sasaran utamanya adalah untuk menemukan “apa yang tidak beres


(32)

dalam pelaksanaan berbagai kegiatan operasional dalam organisasi” dan bukan serta merta mencari “siapa yang salah”. Dengan demikian secara implisit terlihat bahwa pengawasan merupakan alat yang ampuh untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Dengan adanya pengawasan yang baik, maka tujuan yang telah direncanakan akan tercapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya dengan adanya pengawasan juga akan memberikan suatu peningkatan pada produktivitas kerja pegawai.

1.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. ( Sugiyono, 2005:70 ). Berdasarkan uraian pada kerangka teori dan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol (Ho) :

Tidak ada pengaruh positif antara pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.

2. Hipotesis Kerja (Ha) :

Ada pengaruh positif antara pengawasan terhadap produktivitas kerja pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.


(33)

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun (1995:33), konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian.

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu:

1. Pengawasan adalah proses pemeriksaan dan penilaian dengan berpedoman kepada standar kinerja yang telah ditetapkan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat dicapai.

2. Produktivitas kerja adalah segala hasil kerja yang diperoleh pegawai selama ia bekerja dengan menggunakan keterampilan dan kemampuan serta disiplin yang dimilikinya dan didukung dengan semangat kerja yang tinggi sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1995:46).


(34)

Dalam hal ini sehubungan dengan judul terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:

1. Pengawasan sebagai variabel bebas (X), dengan indikator sebagai berikut : a. Penetapan standar kerja.

- Adanya penentuan waktu, pada saat kapan dimulainya kegiatan dan kapan harus selesai (jadwal kerja).

- Adanya pelaksanaan tugas yang sudah ditentukan (job description). b. Pengukuran hasil kerja.

- Memeriksa hasil-hasil kerja yang dilaksanakan oleh seluruh pegawai. - Tingkat kepatuhan terhadap instruksi yang diberikan.

- Tingkat kesesuaian waktu yang diberikan untuk mengerjakan pekerjaan. c. Tindakan koreksi/perbaikan.

- Adanya solusi yang diberikan pimpinan apabila terjadi kesalahan atau kendala pada saat pelaksanaan kegiatan.

- Menegur pihak yang melakukan penyimpangan.

- Adanya sanksi yang diberikan pimpinan apabila terjadi kesalahan seperti datang terlambat, tugas tidak selesai pada waktunya, tidak hadir tanpa alasan, dsb.

d. Umpan balik.

- Monitoring pelaksanaan kerja.

- Menyampaikan umpan balik dengan cara yang tepat.

2. Produktivitas kerja sebagai variabel terikat (Y), dengan indikator sebagai berikut : a. Efektifitas kerja meliputi :


(35)

- Kualitas kerja yaitu mutu dari pekerjaan yang dihasilkan/ baik atau tidaknya mutu yang dihasilkan.

- Kuantitas kerja yaitu menyangkut pencapaian target, hasil kerja yang sesuai dengan rencana organisasi.

- Ketepatan waktu yaitu penyelesaian kerja yang harus sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan.

b. Efisiensi kerja.

- Banyak atau sedikitnya kesalahan yang dilakukan dalam bekerja. - Penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik. - Penghematan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan.

c. Semangat kerja.

- Kecenderungan pegawai untuk bekerja lebih keras.

- Adanya pemberian penghargaan untuk memotivasi pegawai. d. Disiplin kerja.

- Kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan.


(36)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan rumus statistik untuk membantu menganalisa data dan fakta yang diperoleh (Arikunto, 1998:251).

2.2 Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina MargaSNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan (Jln. Asrama / PHB No. 141-A, Medan).

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:90) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan yang berjumlah 34 orang.


(37)

2.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (1998:120), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik semua subjek dijadikan sampel sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah pegawai yang ada pada wilayah I ini kurang dari 100 yaitu berjumlah 34 orang, maka dengan demikian keseluruhan pegawai akan dijadikan sampel.

Dengan demikian yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah: 1. Kaur. Tata Usaha/Urusan Logistik beserta stafnya 8 orang 2. Pemegang uang muka beserta stafnya 7 orang 3. Kepala Pelaksana/pengawas beserta stafnya 7 orang 4. Pelaksana Rutin beserta stafnya 4 orang

5. Pengamat beserta stafnya 5 orang

6. Administrasi Teknik 3 orang

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan – keterangan dan data – data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah metode angket (kuesioner), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban yang tersedia.


(38)

Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari :

1. Penelitian Kepustakaan (Library research)

Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2. Studi dokumenter (Documentary)

Yaitu, teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Pengumpulan Skor

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif. Teknik pengukuran skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner.Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut :

a. Kategori jawaban sangat tinggi diberi skor 5 b. Kategori jawaban tinggi diberi skor 4. c. Kategori jawaban sedang diberi skor 3. d. Kategori jawaban rendah diberi skor 2.


(39)

Untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah, maka terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas intervalnya sebagai berikut :

Banyaknya bilangan

Skor tertinggi-skor terendah

Maka diperoleh :

5 5-1

= 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu :

a. Skor kategori sangat tinggi : 4,2 – 5,0 b. Skor kategori tinggi : 3,3 -4,1 c. Skor kategori sedang : 2,4 – 3,2 d. Skor kategori rendah : 1,5 – 2,3 e. Skor kategori sangat rendah : 0,8 – 1,4

2.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah:


(40)

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2005:212). Perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

( )( )

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

− −

− =

y y

N x x

N

y x xy

N rxy

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi product moment antara x dan y

N = populasi

∑x = jumlah seluruh skor x ∑y = jumlah seluruh skor y

∑xy = jumlah hasil kali antara skor x dan skor y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut maka daapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Nilai rxy yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain. b. Nilai rxy yang negatif menunjukkan kedua variabel negatif, artinya

menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya variabel yang lain.

c. Nilai rxy yang sama dengan nol (0) menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.


(41)

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:149) yaitu :

Tabel 1: Interpretasi Korelasi Product Moment

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Tinggi 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Dari nilai rxy yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi untuk menguji apaka nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel korelasi ini menentukan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan 5 %. Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung < r tabel) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel) maka Ha diterima.

2.6.2 Uji Signifikan

Untuk mengetahui signifikasi koefisien korelasi product moment tersebut di atas diperiksa melalui uji-t melalui rumus sebagai berikut:

2

1 2

r n r t

− − =


(42)

2.6.3 Koefisien Determinan

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan koefisien korelasi product moment (rxy) dan dikalikan dengan 100 %.

D = (rxy)2 x 100 % D = Koefisien Determinan rxy = Koefisien Product Moment

2.6.4 Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui bagaimana variabel dependen (y) dapat diprediksikan melalui variabel independen (x), secara individual dan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka setelah data diubah dari data ordinal ke data interval, maka dimasukkan ke dalam rumus:

Y = a + bx

Dimana :

Y = subjek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = koefisien regresi yang menunjukkan peningkatan/penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen

X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Maka nilai a dan b dapat dicari dengan rumus :

( )(

) ( )(

)

( )

− − = 2 2 2 x x n xy x x y

a

( )( )

( )

− − = 2 2 x x n y x xy n b


(43)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Departemen Pekerjaan Umum

Istilah Pekerjaan Umum adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda “Openbare Werken” yang pada zaman Hindia Belanda disebut “Waterstaat swerken”.

Di lingkungan Pusat Pemerintahan dibina oleh Dep.Van Verkeer & Waterstaat (Dep.V&W), yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept.Van Guovernements Bedri jven dan Dept.Van Burgewrlijke Openbare Werken. Dep. V dan W dikepalai oleh seorang Direktur,yang membawahi beberapa Afdelingen dan Diensten sesuai dengan tugas/wewenang Depertemen ini. Yang meliputi bidang PU (openbare werken) termasuk afdeling Waterstaat,dengan onder afdelingen. :

1. Lands gebouwen 2. Wegen

3. Irrigatie & Assainering 4. Water Kracht

5. Constructie burreau (untuk jembatan).

Disamping yang tersebut di atas, yang meliputi bidang PU (Openbare Werken) juga afd. Havenwezen (Pelabuhan),afd. Electriciteitswezen (Kelistrikan)dan afd. Luchtvaart (Penerbangan Sipil). Organisasi P.U (Open-bare werken) di daerah-daerah adalah sebagai berikut : Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur urusan Waterstaat/openbare werken diserahkan pada Pemerintahan Propinsi yang disebut :Provinciale Waterstaatdienst" dan dikepalai oleh seorang Hoofd Provinciale Waterstaatsdients (H.P.W) Di wilayah


(44)

Gouv,Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan Pekerjaan Umum/Waterstaat dijalankan oleh "Sultanas Werken" (yogya)"Rijkswerken" (Surakarta), Mangkunegaranwerken".

Disamping itu diwilayah Vorstenlander terdapat 3 organisasi "Waterschap", "s" Lands gebouwendienst",Regentschap Werken" dan "Gremeente werken". Untuk daerah luar jawa Gouv.Sumatera, Borneo (Kalimantan) dan Grote Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi "Gewestelijke Inspectie v/d Waterstaat" dikepalai oleh seorang Inspektur.Diwilayah Residentie terdapat "Residentie Water Staatsdienst" yang dahulu dikenal dengan nama "Dienst der B.O.W". dan kepala dinas ini biasa disebut "E.A.Q" (Eerst Aanwzend Waterstaatsambtenar). Ketentuan yang dikeluarkan pada jaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam lingkungan Pekerjaan Umum dapat dibaca dalam "A.W.R". 1936 B.W.R 1934 dan "W.V.O/W.V.V.".

Jaman Jepang

Setelah Belanda menyerahkan dalam perang pasifik pada tahun 1942, kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah pemerintahan, yaitu Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak ada Pusat Pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke 3 wilayah pemerintahan tersebut.

Dibidang Pekerjaan Umum pada tiap-tiap wilayah organisasi Pemerintahan Militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi Jaman Hindia Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari fihak jepang,kantor pusat "V & W". di Bandung, dinamakan "Kotubu Bunsitsu", sejak saat itu istilah "Pekerjaan Oemoem" (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem (O.P.O), "Pekerjaan Umum" (PU), disampinmg "Doboku" lazim dipergunakan.


(45)

Kotubu Bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan wilayah Pemerintahan di Jawa/Madura, hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di Karesidenan-Karesidenan pada umumnya berdiri sendiri-sendiri. Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama jaman Ned. Indie, disamping menurut sistem Jepang.

Jaman Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17-8-1945, maka semenjak itu Pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur merebut kekuasaan Pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun Pemerintahan Daerah-daerah. Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet yang pertama, maka pada Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung V.&W. (dikenal dengan nama "Gedung Sate").

Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti Tentara Sekutu masuk ke Indonesia. Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik dengan Pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain "Gedung Sate" yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa "3 Desember 1945"). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, Pemerintah Pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga Kementerian PU.


(46)

Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan Republik Indonesia

maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta, berpindah lagi ke Jakarta.

Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering mengalami perobahan pimpinan dan organisasi,sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai gambaran garis besar organisasi PUT diuraikan sebagai berikut:

• Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta Susunan Kemerdekaan PU. Perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai.

• Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan dan POU RIS dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari dep.PU. RIS.

Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu:

• Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw dulu (kecuali Mynbouw yang masuk dalam kementerian Kemakmuran).

• Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw

• Departemen Van Scheepvaart

Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal dalam satu Kementerian yaitu Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS dianggap perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat, terlebih-lebih jika diingat, bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan koordinasi dan rasionalisasi


(47)

yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS.Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan RI, maka susunan Kementerian berbeda sebagai berikut:

Dalam masa proloog G 30 S. PKI terjadilah dalam sejarah Pemerintahan RI suatu Kabinet yang besar disebut dengan nama Kabinet DwiKora atau Kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk Koordinator Kementerian. Tidak luput Departemen PUT. yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Dept. dibawah Kompartemen PUT Kabinet Dwikora, dipimpin Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika membawahi, antara lain:

• Departemen Listrik dan Ketenagaan

• Departemen Bina Marga

• Departemen Cipta Karya Konstruksi

• Departemen Pengairan Dasar

• Departemen Jalan Raya Sumatera

Setelah peristiwa G.30S PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri PUT untuk memimpin Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan.

Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru. Kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai Menteri. Dengan Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 N0.3/PRT/1968 dan dirobah dengan Peraturan Menteri PUT


(48)

tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi. Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Dep. PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.

3.2 Visi dan Misi

3.2.1 Visi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga:

" Tersedianya Jaringan Jalan yang Handal "

Direktorat Jenderal Bina Marga mampu menyediakan jaringan jalan yang handal, berkualitas, terpercaya, bermanfaat dan berkelanjutan serta mampu mendukung tercapainya Indonesia yang Aman, Adil dan Demokratis serta Lebih Sejahtera melalui pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengusahaan dan pengawasan yang meliputi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.2.2 Misi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga :

1. Melaksanakan penyelenggaraan jalan yang efektif, efisien serta berkelanjutan.

2. Mengembangkan SDM yang profesional dan tanggap untuk mendukung penyelenggarakan jaringan jalan.

3. Mengembangkan teknologi yang tepat guna dan kompetitif serta meningkatkan keandalan mutu infrastruktur jalan.


(49)

4. Mendorong partisipasi pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan jaringan jalan.

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Bina Marga :

Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Pekerjaan Umum dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang jalan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknik di bidang jalan sesuai peraturan perundang-undangan. 2. Penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan di

bidang jalan.

3. Pelaksanaan kebijakan teknik di bidang jalan nasional meliputi jalan nasional, jalan bebas hambatan dan sebagian jalan kota.

4. Pembinaan teknis penyelengggaraan jalan propinsi/ kabupaten/kota. 5. Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi bidang jalan. 6. Penyusunan norma, standar, pedoman, dan manual di bidang jalan. 7. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal.

3.4 Uraian Tugas dan Tanggung jawab Pegawai Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan.


(50)

3.4.1 Kepala Urusan Tata Usaha

Tugas :

a. Menyelenggarakan Penatausahaan Perkantoran Administrasi Kearsipan surat menyurat.

b. Merencanakan/melaksanakan pengadaan/penyediaan kebutuhan operasional kantor serta mempersiapkan Daftar TKK/Honorarium dan gaji/upah Non PNS.

c. Menyelenggarakan penatausahaan BMKN, kepegawaian serta personil Pejabat Pembuat Komitmen.

d. Mengelola laporan-laporan yang berkaitan dengan pelaksanaan (Umum dan Teknis) yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan.

e. Melaksanakan pencatatan prestasi fisik bulanan untuk dapat diproses pembayarannya.

f. Melaksanakan pekerjaan lainnya untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang belum tercakup dalam tugas Pengawas Lapangan dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

g. Mempersiapkan, mengumpulkan masukan-masukan yang diperlukan untuk usulan baru (Teknis maupun Ekonomis).

h. Mengkoordinasikan penyusunan program (lanjutan maupun baru) untuk diolah menjadi usulan (DURP, LK/DIPA).

i. Mengolah, mempersiapkan usulan revisi PO yang disampaikan kepada Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu untuk dapat diproses.


(51)

j. Melakukan evaluasi/pemeriksaan terhadap kesiapan proses Pra-Kontrak (kelengkapan dokumen lelang, jadwal pelelangan, owner estimate) dari tiap paket yang akan dilelangkan serta mempersiapkan laporan Pra-Kontrak.

k. Memeriksa konsep dokumen kontrak sebelum diadakan penandatanganan oleh yang berkepentingan.

l. Bekerjasama dengan pengawas lapangan untuk keperluan persiapan penyampaian/pengiriman laporan-laporan yang diperlukan atau dengan cara yang ditentukan.

Tanggung Jawab :

Bertanggungjawab kepada Pejabat Pembuat Komitmen atas segala pelaksanaan tugasnya.

3.4.2 Staf Urusan Tata Usaha

Tugas :

a. Menggandakan surat masuk, surat keluar dan mengarsipkan. b. Mengirimkan surat-surat kepada instansi-instansi yang ditetapkan. c. Membuat daftar TKK, gaji/upah dan honorarium pegawai.

d. Melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Kepala Urusan Tata Usaha.

e. Melaksanakan pekerjaan lainnya untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang belum tercakup dalam tugas ketatausahaan.


(52)

Bertanggungjawab langsung kepada kepala Urusan Tata Usaha.

3.4.3 Pemegang Uang Muka

Tugas :

Membantu Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan dalam menyelenggarakan administrasi keuangan sebagai berikut :

a. Menyusun dan mengajukan SPJ.

b. Mengarsipkan dokumen dan bukti pembayaran secara rapi dan tertib administrasi. c. Membantu menghitung pajak-pajak dan penerimaan lainnya sesuai peraturan yang

berlaku.

d. Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan keuangan.

e. Mengarsipkan laporan-laporan yang berhubungan dengan keuangan secara rapi dan tertib administrasi.

f. Menyampaikan laporan-laporan keuangan kepada Instansi Pemerintah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

g. Dalam melaksanakan tugasnya diabntu petugas SPJ dan petugas Pembukuan. Tanggung Jawab :

Bertanggungjawab kepada Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan.

3.4.4 Pelaksana/Pengawas


(53)

a. Melaksanakan pengawasan atas jalannya pembuat laporan harian yang menggambarkan : Aktifitas pekerjaan setiap hari, bahan yang digunakan, peralatan serta pekerjaan tersebut.

b. Melaksanakan pengawasan pekerjaan kontraktor dilapangan agar pelaksanaan pembayaran tersebut sesuai dengan dokumen/spesifikasi yang tertuang dalam Surat Perjanjian Pemborong (Kontrak) serta memonitor dan melaporkan kemajuan dan hambatan dan semua kejadian-kejadian sehari-hari di lapangan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

c. Mengawasi jalannya proses pelaksanaan yang dilakukan oleh Kontraktor melalui Konsultan Pengawas (Wakil Direksi) sehingga setiap ketidakwajaran proses pelaksanaan menyangkut volume, mutu, waktu pelaksanaan dapat segera diketahui, untuk dapat segera diambil Tindak Turun Tangan oleh pengendalian dan memonitor semua kegiatan Team Supervisi dan Kontraktor di lapangan dan hasil pelaksanaan phisik berdasarkan program hasil kerja mingguan yang telah disetujui bersama.

d. Mengevaluasi laporan konsultan pengawas atas proses pelaksanaan dan mengadakan pengujian/pengecekan terhadap kebenaran hasil kerja/laporan konsultan serta memeriksa hasil-hasil Quality Control/hasil-hasil laboratorium yang dilaksanakan oleh Engineering atas semua mateerial produk kerja di lapangan.

e. Memeriksa kebenaran/kelengkapan dari dokumen usulan pembayaran prestasi phisik sebelum diproses oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

f. Didalam keadaan khusus dalam mewakili Pejabat Pembuat Komitmen untuk melakukan Tindak Turun Tangan (T-3) terhadap ketidakwajaran pelaksaan dilapangan yang telah diambil tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen.


(54)

g. Melaksanakan pekerjaan lainnya untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang belum tercakup dalam tugas Pengawas Lapangan dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

Tanggung Jawab :

Bertanggungjawab langsung kepada Pejabat Pembuat Komitmen atas segala pelaksanaan tugasnya.

3.4.5 Staf Pelaksana/Pengawas

Tugas :

a. Melaksanakan pengawasan atas jalannya pembuat laporan harian yang menggambarkan : Aktifitas pekerjaan setiap hari, bahan yang digunakan, peralatan serta pekerjaan tersebut.

b. Melaksanakan pengawasan pekerjaan kontraktor dilapangan agar pelaksanaan pembayaran tersebut sesuai dengan dokumen/spesifikasi yang tertuang dalam Surat Perjanjian Pemborong (Kontrak) serta memonitor dan melaporkan kemajuan dan hambatan dan semua kejadian-kejadian sehari-hari di lapangan kepada Pelaksana. c. Mengawasi jalannya proses pelaksanaan yang dilakukan oleh Kontraktor melalui

Konsultan Pengawas (Wakil Direksi) sehingga setiap ketidakwajaran proses pelaksanaan menyangkut volume, mutu, waktu pelaksanaan dapat segera diketahui. d. Memeriksa kebenaran/kelengkapan dari Dokumen Usulan pembayaran prestasi

Fisik sebelum diproses oleh Pelaksana. Tanggung jawab :


(55)

3.4.6 Pelaksana Rutin

Tugas :

a. Melaksanakan pekerjaan Pemeliharaan Rutin (UPR) yang dilaksanakan secara swakelola.

b. Menyusun rencana pekerjaan Pemeliharaan Rutin (UPR) sesuai dengan lingkup pemeliharaan Rutin setelah diperiksa oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan untuk mendapat pengesahan.

c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana pada butir (b) dan membuat berita acara pekerjaan yang dilaksanakan untuk diajukan kepada pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan untuk mendapat pembayaran.

d. Membuat laporan kemajuan pekerjaan kepada pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Menyusun prosedur pelaksanaan, membuat foto-foto pelaksanaan (sebelum, sedang dan selesai).

f. Mempersiapkan data dan bahan-bahan untuk menyusun program lanjutan dan disampaikan kepada urusan administrasi untuk keperluan proses selanjutnya.

g. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Pengamat. Tanggung Jawab :

Bertanggungjawab kepada pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan.

3.4.7 Pengamat

Tugas :


(56)

b. Mengadakan survey untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.

c. Mengawasi/mencatat dan menghitung penggunaan material di lapangan. d. Mengisi buku harian dan mencatat segala kegiatan di lapangan.

e. Mencatat jumlah pekerjaan setiap hari di lapangan.

f. Mencatat jumlah peralatan dan jam kerja peralatan setiap harinya. g. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Juru Jalan.

Tanggung Jawab :

Bertanggungjawab kepada Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan melalui Pelaksana.

3.4.8 Administrasi Teknik

Tugas :

a. Membantu urusan administrasi dalam menyelenggarakan administrasi teknik.

b. Mengarsipkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan pekerjaan.

c. Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. d. Mempersiapkan data hasil survey lapangan dan gambar kerja apabila diperlukan. e. Didalam melaksanakan tugasnya, petugas administrasi teknik dibantu oleh

pembantu tugas administrasi teknik dan operator komputer. Tanggung Jawab :

Bertanggungjawab kepada Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan melalui urusan administrasi.


(57)

3.4.9 Petugas Penyusun Program

Tugas :

a. Menyusun memorandum Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu dan Program dalam menentukan prioritas proyek serta anggaran.

b. Menyusun DUP serta menyiapkan DIPA, PO, RKA-KL beserta revisinya apabila diperlukan.

c. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap rencana tahunan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu.

d. Melakukan survey dan mengevaluasi hasil survey untuk penyusunan memorandum Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu.

Tanggung Jawab :


(58)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan data-data yang telah didapat penulis selama melakukan penelitian sebagai berikut:

4.1 Identitas Responden

Dalam penelitian ini, setiap responden diberi identitas berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan lama bekerja. Untuk mengetahui distribusi identitas responden berdasarkan kategori identitas yang telah disebutkan, maka dibuat tabel distribusi sebagai berikut yang terdiri dari 4 tabel.

4.1.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, maka identitas responden dalam penelitian ini umumnya adalah pria, yang data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Pria Wanita

18 16

52,9 47,1

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 18 orang (52,9%) dan responden yang berjenis kelamin wanita berjumlah 16 orang (47,1%). Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah responden pria lebih banyak dari jumlah responden wanita.


(59)

4.1.2 Umur

Bila dilihat identitas responden berdasarkan umur, maka responden dalam penelitian ini yang lebih banyak adalah berusia 26-30 tahun, yang data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3 : Distribusi responden berdasarkan umur

Umur Frekuensi Presentase (%)

20-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41 tahun keatas

9 10

7 4 4

26,5 29,5 20,6 11,7 11,7

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang berumur antara 20-25 tahun berjumlah 9 orang (26,5%), responden yang berumur antara 26-30 tahun berjumlah 10 orang (29,5%), responden yang berumur 31-35 tahun berjumlah 7 orang (20,6%), responden yang berumur antara 36-40 tahun berjumlah 4 orang (11,7%),dan responden yang berumur 41 tahun keatas berjumlah 4 orang (11,7%).

4.1.3 Tingkat Pendidikan

Bila dilihat identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan, maka umumnya tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah SMA, yang data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(60)

Tabel 4 : Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SD SMP SMA Akademi Perguruan Tinggi 0 0 14 9 11 0 0 41,1 26,5 32,4

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang tamat SD berjumlah 0 orang (0%), responden yang tamat SMP berjumlah 0 orang (0%), responden yang berpendidikan tamat SMA berjumlah 14 orang (41,1%), responden yang berpendidikan tamat akademi berjumlah 9 orang (26,5%) dan responden yang berpendidikan tamat perguruan tinggi berjumlah 11 orang (32,4%).

4.1.4 Lama Bekerja

Bila dilihat identitas responden berdasarkan lama bekerja, maka rata-rata responden telah bekerja di Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan antara 0-5 tahun. Dan data selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5 : Distribusi responden berdasarkan lama bekerja

Lama Bekerja Frekuensi Persentase (%)

0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21 tahun keatas

20 9 3 0 2 58,8 26,5 8,8 0 5,9

Total 34 100


(61)

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yang lama bekerjanya antara 0-5 tahun sebanyak 20 orang (58,8%), antara 6-10 tahun sebanyak 9 orang (26,5%), antara 11-15 tahun sebanyak 3 orang (8,8%), antara 16-20 tahun sebanyak 0 orang dan responden yang lama bekerjanya diatas 21 tahun sebanyak 2 orang (5,9%).

4.2 Pelaksanaan Pengawasan pada Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan (Variabel X).

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan bagaimana pelaksanaan pengawasan pada Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Medan, dimana pelaksanaan pengawasan sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yaitu penetapan standar kerja, pengukuran hasil kerja, tindakan koreksi/perbaikan dan umpan balik.

Dari hasil jawaban responden mengenai pelaksanaan pengawasan penulis akan menguraikan satu persatu sebagai berikut:

4.2.1 Penetapan Standar Kerja

Tabel 6 : Distribusi jawaban responden mengenai pentingnya penentuan jadwal kerja.

Score Kategori Frekuensi Persentase (%)

5 4 3 2 1

Sangat penting Penting

Agak penting Kurang penting Tidak penting

32 2 0 0 0

94,1 5,9

0 0 0

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan sangat penting adanya penentuan jadwal kerja. Hal ini menunjukkan bahwa pada kantor SNVT


(62)

Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan memang telah dibuat penentuan jadwal kerja serta absensi kehadiran yang berfungsi agar kegiatan menjadi sangat terkontrol.

Tabel 7 : Distribusi jawaban responden dalam hal mengetahui standar kerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

Score Kategori Frekuensi Persentase (%)

5 4 3 2 1

Mengetahui dan sangat memahami Mengetahui namun kurang memahami Mengetahui namun tidak memahami Tidak mengetahui namun memahami tujuan

Tidak mengetahui dan tidak memahami

28 3 0 1 2 82,4 8,8 0 2,9 5,9

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan mengetahui standar kerja dan sangat memahaminya, artinya bahwa para pegawai telah mengetahui standar-standar kerja yang akan dikerjakannya namun tidak hanya mengetahui saja juga sangat memahami standar-standar kerja tersebut.

Tabel 8 : Distribusi jawaban responden mengenai pelaksanaan tugas yang sudah ditentukan pimpinan berdasarkan job description.

Score Kategori Frekuensi Persentase (%)

5 4 3 2 1

Selalu melaksanakan dengan baik Sering melaksanakan dengan baik Kadang-kadang melaksanakan dengan baik

Jarang melaksanakan dengan baik Tidak pernah melaksanakan dengan baik 30 4 0 0 0 88,3 11,7 0 0 0

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan selalu melaksanakan tugas dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai selalu melaksanakan tugas yang sudah ditentukan berdasarkan job description dengan baik.


(63)

Apabila job description tersebut telah dikerjakan dengan baik maka akan tercapainya tujuan ataupun rencana organisasi yang baik pula.

Tabel 9 : Distribusi jawaban responden mengenai standar kerja yang telah ditetapkan pimpinan tersebut memberatkan responden dalam melaksanakan kerja.

Score Kategori Frekuensi Persentase (%)

5 4 3 2 1 Tidak memberatkan Jarang memberatkan Kadang-kadang memberatkan Sering memberatkan Selalu memberatkan 21 3 5 1 4 61,8 8,8 14,8 2,9 11,7

Total 34 100

Sumber : kuesioner penelitian, 2009

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden menyatakan pegawai merasa tidak memberatkan dalam menjalankan standar kerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas/pekerjaan, pegawai merasa bertanggung jawab atas tugas/pekerjaan yang telah ditetapkan padanya untuk dikerjakan dengan sebaik mungkin.

4.2.2 Pengukuran Hasil Kerja

Tabel 10 : Distribusi jawaban responden mengenai pemeriksaan hasil kerja yang dilakukan oleh pimpinan.

Score Kategori Frekuensi Perserntase (%)

5 4 3 2 1 Selalu memeriksa Sering memeriksa Kadang-kadang memeriksa Jarang memeriksa

Tidak pernah memeriksa

31 2 1 0 0 91,2 5,9 2,9 0 0

Total 34 100


(1)

31 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 70 4.66

32 5 5 5 4 5 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 71 4.73

33 5 5 5 3 3 5 5 5 3 5 5 5 3 5 5 67 4.46

34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75 5


(2)

LAMPIRAN 3

Nilai Jawaban Responden terhadap Variabel Produktivitas Kerja (Variabel Y)

No. Resp

Jawaban Responden Untuk Item Nomor :

Rata-rata 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah

1 5 4 4 4 2 3 1 2 5 5 4 5 5 3 2 54 3.6

2 5 3 5 4 3 1 5 5 3 4 3 5 5 2 1 54 3.6

3 5 3 5 4 3 4 4 2 4 3 4 5 5 3 1 55 3.66

4 5 4 5 5 4 2 4 5 5 3 3 4 4 3 1 57 3.8

5 5 5 5 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5 3 1 64 4.26

6 5 5 5 3 3 5 5 5 5 3 1 5 5 3 1 59 3.93

7 5 3 5 5 3 3 5 5 5 3 3 5 3 3 1 57 3.8

8 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 1 1 65 4.33

9 5 3 5 5 3 3 5 5 5 3 3 5 5 3 1 59 3.93

10 5 5 5 5 3 3 5 5 5 3 3 5 5 3 1 61 4.06

11 5 5 4 4 4 3 5 5 5 4 4 5 5 2 1 61 4.06

12 5 3 4 4 3 5 4 2 4 3 3 5 5 2 1 53 3.53

13 5 4 5 5 4 3 5 5 5 3 5 5 5 5 3 67 4.46

14 5 5 4 4 3 4 4 4 2 3 2 5 5 2 1 53 3.53

15 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4 47 3.13

16 4 3 5 5 3 1 5 5 5 3 5 5 5 2 3 59 3.93

17 5 3 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 3 3 1 60 4

18 5 5 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 5 2 4 67 4.46

19 5 4 4 5 3 5 4 5 2 3 1 5 5 4 3 58 3.86

20 4 5 4 4 4 4 5 5 5 3 1 4 5 5 1 59 3.93

21 5 4 5 5 4 4 5 5 4 3 2 5 5 5 1 62 4.13

22 5 5 5 5 3 5 4 5 5 5 3 5 5 5 1 66 4.4

23 4 5 5 4 3 5 4 2 5 3 3 3 5 3 1 55 3.66

24 4 2 5 5 3 5 5 5 5 3 1 5 5 3 1 57 3.8

25 5 5 5 5 3 3 5 5 5 3 5 3 5 3 1 61 4.06

26 5 5 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 5 2 4 66 4.4

27 5 5 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 5 2 4 66 4.4

28 5 5 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 5 2 4 66 4.4

29 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 5 2 1 64 4.26


(3)

31 5 5 5 5 3 5 2 5 5 4 1 5 5 5 5 65 4.33

32 5 4 5 5 4 4 5 5 4 3 2 5 5 4 1 61 4.06

33 5 3 5 5 3 5 5 5 4 4 3 5 5 4 4 65 4.33

34 5 5 5 5 1 3 5 5 5 3 5 5 5 3 1 61 4.06


(4)

LAMPIRAN 4

Koefisien korelasi antara variabel pengawasan dengan variabel produktivitas kerja

No.

Resp. Σx Σy Σx2 Σy2 Σxy

1 67 54 4489 2916 3618

2 73 54 5329 2916 3942

3 71 55 5041 3025 3905

4 67 57 4489 3249 3819

5 71 64 5041 4096 4544

6 64 59 4096 3481 3776

7 75 57 5625 3249 4275

8 71 65 5041 4225 4615

9 72 59 5184 3481 4248

10 72 61 5184 3721 4392

11 70 61 4900 3721 4270

12 56 53 3136 2809 2968

13 70 67 4900 4489 4690

14 70 53 4900 2809 3710

15 65 47 4225 2209 3055

16 74 59 5476 3481 4366

17 75 60 5625 3600 4500

18 74 67 5476 4489 4958

19 68 58 4624 3364 3944

20 69 59 4761 3481 4071

21 62 62 3844 3844 3844

22 75 66 5625 4356 4950

23 69 55 4761 3025 3795

24 75 57 5625 3249 4275

25 75 61 5625 3721 4575

26 75 66 5625 4356 4950

27 75 66 5625 4356 4950

28 75 66 5625 4356 4950

29 69 64 4761 4096 4416

30 62 48 3844 2304 2976


(5)

32 71 61 5041 3721 4331

33 67 65 4489 4225 4355

34 75 61 5625 3721 4575


(6)