Konsep Toleransi Islam terhadap Ahlul Kitab

sendiri oleh Rasulullah Saw yang diberikan kepada Biara ST. Catherine di bukit Sinai pada tahun 628 Masehi sebagai pemberian hak dan kemudahan bagi semua orang Kristen baik jauh maupun dekat 65 , penyebutan Ahli Kitab dan pembolehan atas pernikahan lelaki Muslim dengan wanita Ahli Kitab Pengikut nabi Isa, dan lainnya. Pada aspek kekeluargaan dimana Nabi Muhammad Saw memiliki saudara sepupu Waraqah ibn Naufal yang menjadi sebagai rahib Nasrani yang memberitahukan bahwa ia adalah seorang Nabi, bersedekahnya Nabi kepada keluarga Yahudi 66 , keberadaan pembantu Nabi yang notabene seorang Yahudi. Pada aspek pernikahan, Fiqih Islam membolehkan menikahi wanita Ahli Kitab selain musyrikin seperti dijelaskan dalam firman Allah Swt مَ َۚ م ۡ ي َ ح ك ۡشَۡلٱ ْا حك ت ّ ْا حك ت ّ ۗۡمكۡ بج ۡعأ ۡ ل ٖ ك ۡشُم لم ۡيخ م ۡ ُم ن ع ۡ ي ك ٓ لْ أ ۗۡمكبج ۡعأ ۡ ل َٖ ۡشُم لم ۡيخ م ۡ ُم ۡبعل ْۚا م ۡ ي َ ح يك ۡشَۡلٱ َهٱ ۖ اَ لٱ ل َ جۡلٱ ل ْآ ع ۡ ي ن َك ي ۡم َلعل ساَ لل ياء ليبي ۖ َ ۡ ب ف ۡغَۡلٱ ٢٢٢ Artinya: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya perintah- perintah-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran ”. 65 Islam Is Logic, “Piagam Anugerah- Bukti Nabi Muhammad Saw Pelindung Golongan Nasrani” Diakses pada 28 Desember 2014 dari http:islamislogic.wordpress.com20140706bukti-nabi-muhammad-saw-pelindung-golongan- nasrani 66 Abu Ubaid dalam Kitab al- Amwal. Hadis Sa‟id ibn al-Musayyab Ayat tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa seorang Muslim tidak diharamkan untuk menikahi wanita Ahli Kitab selain musryikin atau kalangan penyembah berhala – meskipun Islam meyakini kekafiran mereka. Hukum dan pendapat ini dijadikan sebagai pendapat mayoritas kaum muslimin oleh Yusuf al- Qardhawi semenjak masa sahabat kecuali pendapat yang menolak adalah Abdullah bin Umar. 67 Dalam memandang sisi kemanusiaan, pernah diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir bin Abdullah bahwa suatu hari ada jenazah yang dibawa melewati tempat Nabi Saw yang sedang duduk. Melihat hal itu, Rasulullah Saw segera berdiri. Kemudian, ada orang yang memberitahuna beliau, “Wahai Rasulullah Saw jenazah itu adalah jenazah orang Y ahudi” Rasulullah Saw menjawab, “Bukankah ia juga jiwa manusia?”. Kisah ini menjelaskan bahwa setiap jiwa manusia memiliki kehormatan dan tempat yang harus dihargai dan dihormati. Dari wacana sisi kemanusiaan, bahwa secara konseptual perbedaan agama manusia itu berdasarkan kehendak Allah Swt yang tidak dapat digugat dan tidak dapat ditolak yang menganugerahkan manusia kebebasan dan kemampuan untuk memilih apa yang dia ingin kerjakan dan apa yang tidak ingin ia kerjakan 68 . Hal ini sesuai dengan firman Allah daam Sūrah al-Kahfi18: 29 ا اَ يَل َظلل اَ ۡ ۡعأ ٓاََ ۚۡ ف ۡكيۡلف ءٓاَ م م ۡ يۡلف ءٓاَ َف ۖۡمكلبَ م ُقحۡلٱ لق ۡم ب احأ ۡ ءٓاس ا َشلٱ سۡ ب ۚ ج ۡلٱ ۡشي لۡ َۡلٱك ٖءٓاَب ْا ثاغي ْا ثيغ ۡسي ن ۚا قدا س اقفت ۡ م 67 Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Islam Menilai Yahudi dan Nasrani Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 111. 68 Yusuf Al-Qardhawi, Bagaimana Islam Menilai Yahudi dan Nasrani Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 120. Artinya: “”Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tem pat istirahat yang paling jelek”. Salah satu kutipan ayat tersebut menyatakan bahwa barang siapa yang ingin beriman hendaklah beriman dan sebaliknya. Hal ini 69 menunjukkan bahwa sudah merupakan sunatullah kehendal Allah yang tidak bisa diganggu gugat. Begitu pun yang dijelaskan oleh Mahmoud Hamdi Zaqzouq bahwa Islam melarang secara tegas bentuk pemaksaan untuk menganut agama tertentu. Kebebasan manusia dalam memilih agama dan keimanan merupakan prinsip paling fundamental dari ajaran akidah islam. Dengan demikian, penegasan al- Qur ‟an tentang kebebasan manusia untuk beriman atau kufur tanpa paksaan merupakan prinsip yang tidak lagi dapat ditawar. Pada aspek keadilan, bahwa Allah telah memerintahkan umatnya untuk berbuat adil dan mnyenangi keadilan sekalipun terhadap orang-orang musyrik. Sebagaimana firman-Nya dalam Sūrah al-Mā‟idah5:8 yaitu َ ۡمكَ م ۡجي ّ ۖ ۡسقۡلٱب ءٓا َ َه يم َ ق ْا َ ك ْا ماء ي َلٱ ا ُيأٓ ي ْۚا ل ۡعت َّأ ٓ لع م ۡ ق نا َۚهٱ ْا قَتٱ ۖ ۡقَ لل ۡقأ ه ْا ل ۡعٱ ن لَ ۡعت اَب ۢ يبخ َهٱ َن Artinya: “”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada 69 Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab – Tanggapan atas Tuduhan dan Kesalahpahaman, Tangerang; Lentera Hati, 2008 h. 169