Artinya: “”Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tem
pat istirahat yang paling jelek”. Salah satu kutipan ayat tersebut menyatakan bahwa barang siapa yang
ingin beriman hendaklah beriman dan sebaliknya. Hal ini
69
menunjukkan bahwa sudah merupakan sunatullah kehendal Allah yang tidak bisa diganggu gugat.
Begitu pun yang dijelaskan oleh Mahmoud Hamdi Zaqzouq bahwa Islam melarang secara tegas bentuk pemaksaan untuk menganut agama tertentu.
Kebebasan manusia dalam memilih agama dan keimanan merupakan prinsip paling fundamental dari ajaran akidah islam. Dengan demikian, penegasan al-
Qur ‟an tentang kebebasan manusia untuk beriman atau kufur tanpa paksaan
merupakan prinsip yang tidak lagi dapat ditawar. Pada aspek keadilan, bahwa Allah telah memerintahkan umatnya untuk
berbuat adil dan mnyenangi keadilan sekalipun terhadap orang-orang musyrik. Sebagaimana firman-Nya dalam
Sūrah al-Mā‟idah5:8 yaitu
َ ۡمكَ م ۡجي ّ ۖ ۡسقۡلٱب ءٓا َ َه يم َ ق ْا َ ك ْا ماء ي َلٱ ا ُيأٓ ي ْۚا ل ۡعت َّأ ٓ لع م ۡ ق نا
َۚهٱ ْا قَتٱ ۖ ۡقَ لل ۡقأ ه ْا ل ۡعٱ ن لَ ۡعت اَب ۢ يبخ َهٱ َن
Artinya: “”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
69
Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab – Tanggapan atas Tuduhan
dan Kesalahpahaman, Tangerang; Lentera Hati, 2008 h. 169
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
”. Petikan ayat tentang bencinya kita terhadap suatu kaum tidaklah menjadi
alasan untuk berlaku tidak adil sebagaimana yang dimaksudkan walaupun terhadap kaum musyrikin menurut Yusuf al-Qardhawi.
70
Terlebih adanya sabda Rasulullah yang menyebutkan tentang tidak terhalangnya akan dikabulkan do
‟a orang yang dizalimi
– meskipun ia adalah orang kafir sebagaimana terdapat dalam hadis.
َحا ا اجح ا َ د سيل ا فاك ناك نا م لظَلا عد
Artinya: “Doa orang yang dizalimi – meskipun orang itu kafir – tidak terhalang akan dikabulkan.” HR. Ahmad.
Ayat dan hadis tersebut memerintahkan kita untuk tetap adil selama
mereka kafir baik Yahudi maupun Nasrani tidak memerangi Islam. Berbagai kisah hubungan baik tersebut menunjukkan tentang baiknya
kisah perlakuan dan hubungan antara Muslim dan non Muslim pada zaman Nabi. Adapun pertikaian dan permusuhan serta peperangan dimulai ketika terdapat
konspirasi Yahudi bersama pasukan kafir Pagan Makkah yang memusuhi kaum Muslim di Madinah yang memicu pengusiran mereka dari Madinah dan Khaibar
dan hal lainnnya yang memusuhi dan memerangi terlebih dahulu sehingga banyak turun ayat-ayat yang memerintahkan kaum Muslimin untuk memerangi mereka
yang memerangi kaum Muslim seperti dalam al- Qur‟an Sūrah al-Baqarah2: 190
berikut:
70
Yusuf al-Qardhawi, Bagaimana Islam Menilai Yahudi dan Nasrani Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 123
ٱ ليبس يف ْا ل ق َه
ي عَلٱ ُ حي ّ َهٱ َن ْۚا عت ّ مكَ ل قي ي َلٱ
Artinya; “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas
”. Ayat tersebut mencerminkan peperangan terhadap mereka yang
memerangi kaum Muslimin tanpa mengenal siapa mereka, baik Yahudi, Nasrani, Pagan dan lainnya. Hal ini menunjukkan akan sikap yang dibenci dan memang
harus diperangi karena sikap yang mereka tunjukkan. Bukan terhadap komunitas atau orangnya tetapi karena sikap dan perilaku yang perlu diperangi.
42
BAB III SEKILAS MENGENAI ISLAM WATCH DAN PENAFSIR
MODERN
A. Islam Watch
1. Profil Umum Islam Watch
Mengacu pada hasil penelaahan penulis mengenai profil Islam Watch dalam situsnya dapat disampaikan secara ringkas bahwa situs tersebut dikelola
oleh sekelompok kaum murtad yang awalnya beragama Islam. Hal ini diakui sendiri oleh mereka dalam website pada laman “About Us”Tentang Kami,
dimana mereka menyatakan bahwa mereka adalah “A group of Islam Apostates”
yang berarti kaum murtadin. Mereka meninggalkan Islam karena keyakinannya mereka sendiri.
71
Dalam situs dikatakan, bahwa Islam bukanlah agama sama sekali.
72
Sebagian besar dari mereka mengakui telah lama mempelajari agama Islam, mengevaluasi dan merenungkannya Islam yang merupakan agama
kelahiran mereka. Mereka menyimpulkan bahwa Islam bukanlah agama damai, seperti yang disebut-sebut oleh orang-orang yang pandai bicara pendakwah,
egois Muslim Militan dan para sesepuh sejarah mereka Muslim yang memang berawal juga dari latar belakang non-Muslim. Menurut mereka, di dalam Inti dari
Islam al-Qur ‟an, Hadis dan Syariah terdapat isi yang mengusung kebencian-
71
M. A. Khan, “Who are we?”, artikel diakses pada 04 Agustus 2014 dari www.islam- watch.orgabout-us.html. Artikel terbit pada Senin 29 Juni 2008 02:20 dalam potongan naskah nya
“we are a group of Muslim apostates, who left Islam out….: kami adalah sekelompok kaum murtadin yang telah meninggalkan Islam.
72
Khan, “Who are we?”
kebencian yang tak terbatas kepada orang-orang kafir, dan sangat tidak toleran terhadap mereka kafir, dan sangat kejam tanpa ampun untuk orang-orang
Muslim sendiri yang berani menyimpang dari doktrin-doktrinnya.
73
Mereka yang telah murtad dari agama Islam menyadari bahwa Islam berada di luar reformasi, karena umat Islam berusaha untuk memodernisasi dan
mereformasi kefanatikan yang tak henti-hentinya, ritual irasional, dan hukuman kejam bahkan langkah yang kejam ditargetkan untuk pemusnahan. Maka dari itu
keputusan mereka satu-satunya cara untuk melarikan diri dari tirani Islam adalah untuk meninggalkan Islam sama sekali. Oleh karena itulah, dibuang Islam dari
kehidupan mereka, sehingga mereka dapat bebas untuk menikmati hidup secara normal, menyenangkan dan manusiawi bahkan dapat hidup selaras dengan semua
bangsa di bumi, terlepas dari agama mereka, ras atau keyakinan. Menurut mereka yang mengaku telah menyelidiki tentang Islam yang
sudah bertahun-tahun dan kemudian murtad, Islam hanyalah agama yang penuh dengan kebohongan.
74
Maka dari itu sebagian besar mereka telah meninggalkan agama Islam dengan cara diam-diam, karena menurutnya Islam hanya akan
mengakibatkan ancaman belaka pada kehidupan mereka Islam. Seperti terorisme Islam dan kekerasan yang menguasai dunia, terutama dalam tragedi serangan 11
September 2001 yang meruntuhkan dua menara kembar World Trade Center di Amerika, dan mereka juga merasa bahwa itu adalah tanggung jawab Islam yang
kemudian telah membuat lebih dari 1.4 milyar Muslim dunia menyadari kepalsuan
73
Khan, “Who are we?”
74
That Islam was nothing but a lie : bahwa Islam itu hanyalah agama kebohongan pada Khan,
“who are we?”
agama Islam dan sifat kejam, sehingga orang-orang Muslim dapat memilih untuk meninggalkan Islam agar dapat hidup dengan cinta, hormat dan harmonis dengan
seluruh umat manusia yang ada didunia. Islam Watch juga merasa bahwa tugas mereka adalah untuk membuat
dunia non-Muslim agar dapat menyadari realitas Islam, dan dapat melakukan tindakan tepat waktu pencegahan terhadap agama teror ini Islam, kebencian dan
lainnya. Mereka mengatakan kepada dunia bahwa terorisme yang sedang berlangsung yang disebabkan oleh militan Islam bukan merupakan penyimpangan
dari apa yang disebut agama damai Islam. Sebaliknya, itu adalah Islam yang sesungguhnya diberitakan dan dipraktekkan oleh pendirinya, Nabi Muhammad
Saw dan diakui hal terebut adalah atas dasar kajian menyeluruh tentang al-Qur ‟an
dan tradisi kenabian Hadis. Berawal dari hal-hal tersebut diatas, mereka meluncurkan situsnya yaitu;
www.islam-watch.org untuk mengekspos “Kenyataan Islam” yang dibuat untuk
menggantikan peradaban modern dengan abad ke-7 Arab Badui Barbarisme, yang telah diajarkan oleh Muslim sebagai Peradaban Islam. Biarkan dunia melihat
Islam melalui www.islam-watch.org.
75
2. Sejarah Berdirinya Islam Watch
Islam Watch didirikan oleh sekelompok murtadin yang berasal terutama dari Asia Selatan, sebagian dari mereka meninggalkan Islam setelah serangan 11
September 2001 yang meruntuhkan dua menara kembar World Trade Center di
75
Tegas admin website dalam mengakutalisasikan web nya.
Amerika, bahkan sebelum kejadian 11 September 2001 sudah ada yang murtad dari mereka
76
. Pendirian Islam Watch bertujuan untuk membuktikan bahwa Islam adalah penemuan palsu Muhammad Saw. Mereka merasa Islam perlu
disingkirkan, dihilangkan sama sekali, jika memang dunia Muslim ingin keluar dari ketertinggalan saat ini dan dari kubangan keburukan yang ditandai dengan
kemiskinan, korupsi, buta huruf, kekerasan, dan pemerintahan yang buruk. Islam watch didirikan untuk mempelajari lebih lanjut tentang mengapa sebagian dari
mereka telah meninggalkan Islam. Lamansitus www.islam-watch.org sendiri dibuat dan tampil di dunia maya pada 20 November 2005 dan situs didesain oleh
Dan Zaremba.
77
3. Pendiri dan Anggota Islam Watch
Islam Watch didirikan oleh M.A. Khan dan memiliki anggota sebagai berikut: a
M. A. Khan United Stated AmericaUSA sebagai pendiri dan editor. Beliau memiliki artikelbuku dengan Judul : My Journey to Freedom,
Islamic Jihad: a Legacy of Forced Conversion, Imperialism and Slavery in Bangla
78
, dan Islamic Slavery.
79
b Abul Kasem Australia sebagai anggota dengan bukunya “Guide to
Quranic Contradictions, Islamic Voodos, A Compete Guide to Allah, Root
76
Menurut pengakuan mereka Anggota Islam Watch dengan tanpa menunjukkan personalnya
77
Halaman UtamaHomeBeranda Situs www.islam-watch.org
78
Buku Karangan M. A. Khan, Editor: Islam-watch.org, Reviews by: Steven Simpson, Abul Kasem,
Samī‟ al-Rabá dan Ibn Kammuna
79
Merupakan bagian dari bukunya Islamic Jihad
of Terrorism ala Islamic Style, Sex and Sexuality in Islam, Who Authored the Quran?, dan Women in Islam
”.
80
c Ali Sina USA sebagai anggota dengan artikel dan bukunya “Why I Left
Islam ”. Seorang doktor yang belum diketahui mendapatkan gelar tersebut
dari perguruan tinggi mana namun telah membuat sejumlah 25 Artikel Online.
81
d Sher Khan USA sebagai anggota
e Syed Kamran Mirza USA sebagai anggota
f Mumin Salih UK sebagai anggota
g Dan Zaremba sebagai pedesain designer lamanwebsite
Beberapa anggota lainnya tidak dicantumkan dalam rangkaian struktural pada laman website namun cenderung lebih dianggap sebagai simpatisan dan
kaum murtadin yang memiliki kisah yang sama. Masing-masing baik pendiri, anggota maupun simpatisan memiliki testimoni tersendiri yang kemudian
testimoni-testimoni tersebut tersedia pada salah satu laman situs mereka.
82
80
Semua buku karangan tidak diterbitkan melalui penerbit secara fisik tetapi diterbitkan secara online dan disediakan dalam website www.islam-watch.org. Selain buku tersebut masih
banyak karya lainnya dari kelompok mereka seperti Amar Khan dengan bukunya; Miracles of the Quran Exposed, A Complete Guide to Pedophilia in Islam dan Corruption and Distortion in the
Quran. Mohammad Asghar dengan bukunya; Muhammad and His Quran – Blood and Lies at the
Root of Islam dan Muhammad Islam – Stories not told before: Anwar Shaikh dengan bukunya;
Islam-The Arab Imperialism, Sujit Das dengan bukunya Unmasking Muhammad – The Malignant
Narcisist His Grand Delusion Allah juga Rangeela Rasool dari India dengan bukunya by Pundit Camupati.
81
Admin, “Authors”, http:www.islam-watch.orgauthors45-ali-sina.html. Diakses pada
10 Oktober 2014.
82
M A Khan, “Leaving Islam”, artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari
http:www.islam-watch.orgLeavingIslamindex.html
4. Tantangan yang Ditawarkan Islam Watch untuk Masyarakat
Islam Watch menantang umat Islam untuk berdebat pada pernyataan ini: a.
Mereka menegaskan bahwa Islam bukanlah agama damai tetapi didasarkan
pada perang,
kekerasan, terorisme,
kebencian dan
ketidakadilan. b.
Mereka menegaskan bahwa Islam adalah agama palsu yang telah dipalsukan oleh Muhammad Saw.
c. Mereka menyimpulkan bahwa Islam bertanggung jawab atas korupsi yang
merajalela, tirani yang tidak masuk akal, terorisme tak ada artinya, kekerasan tak henti-hentinya dan ketidakadilan sosial yang telah meresap
di dunia Muslim.
83
Hal tersebutlah yang menjadi alasan pernyatan tentang mereka, mengapa umat Islam diajak untuk berdebat dengan mereka.
5. Misi Islam Watch dalam Mewujudkan Website
Misi utama Islam Watch dalam membuat website Islam watch atau www.islam-watch.org adalah untuk membimbing kaum Muslim dari kelompok
Islam itu sendiri Militan. Mereka juga berharap bahwa suara kritis terhadap Islam akan membuat itu hal-hal negatif
– versi mereka agak mengerti”Jinak”. Islam Watch berencana untuk mencapai tujuan mereka dengan cara-cara
prospektif dan berkelanjutan sebagai berikut:
83
Admin, “Our Challenge”, artikel diakses pada 10 Oktober 2014 pada http:www.islam-
watch.orgabout-us.html
1. Mereka akan mengkritik dan mengungkap kebenaran nyata tentang Islam
tanpa mengurus mengenai kebenaran politik, apapun. 2.
Mereka akan membuktikan bahwa Islam adalah palsu dalam arti bahwa itu tidak diungkapkan oleh Allah, tetapi diciptakan oleh Nabi Muhammad
Saw sendiri untuk memenuhi keserakahan, ego dan ambisi. 3.
Mereka akan membuktikan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan perdamaian; sebaliknya, itu adalah aliran sesat yang berbahaya didirikan
melalui kekerasan, teror, perampokan dan ketidakadilan ekstrem oleh Muhammad Saw.
4. Mereka akan membuktikan bahwa Islam tidak sesuai dengan dunia
modern. Ajaran Islam sendiri bertentangan dengan konsep demokrasi, toleransi, hak asasi manusia dan kesetaraan gender, dan karenanya
berbahaya bagi peradaban modern. 5.
Mereka akan menunjukkan bahwa terorisme Islam, seperti yang dilihat saat ini, adalah sangsi oleh Islam untuk yang berhak mendapatkannya.
Teroris tidak membajak Islam; sebaliknya, Islam sendiri telah membajak beberapa manusia baik dan mengubahnya menjadi mesin untuk teror,
pembunuhan dan penghancuran. 6.
Mereka juga akan membangkitkan dunia non-Muslim, terutama Barat, tentang bahaya jangka pendek dan jangka panjang Islam kepada
masyarakat yang baik dan murah hati mereka. 7.
Sebagai humanis nonteistik, mereka sangat menegaskan bahwa kehidupan manusia harus dibimbing oleh hati nurani manusia, kebijaksanaan dan
pertimbangan berdasarkan Peraturan Emas. Ini adalah selalu berubah, dinamis, proses; sebagai orang-orang mendapatkan pengalaman baru,
pengetahuan ilmiah dan wawasan ke dalam cara kerja dunia dan kehidupan manusia, kebijaksanaan etis kita akan berubah. Menentang
doktrin agama yang kaku, memiliki ketentuan tertentu aturan atau nilai- nilai harus dipertimbangkan secara mutlak dan universal. Kami
menyebarkan bahwa “Hiduplah sendiri dan membiarkan mereka hidup lainnya, selama mereka tidak membahayakan dan menyebabkan gangguan
bagi orang lain ”.
8. “Islam Watch” akan didominasi oleh para penulis mantan Muslim dan
progresif Muslim. Mereka akan membuat beberapa ruang untuk penulis non-Muslim untuk membantu mereka mengukur bagaimana dunia non-
Muslim menangkap kebenaran tentang Islam. 9.
Menciptakan massa kritis kritikus Islam dari latar belakang Muslim, salah satu tujuan utama mereka adalah untuk membuat penulis baru, yang kritis
terhadap Islam, dari kalangan umat Islam. Mereka akan menempatkan upaya maksimal dalam memelihara bakat-bakat baru lahir. Mereka akan
mendesak para penulis Muslim untuk memiliki pikiran kritis mereka tentang Islam, terlepas dari seberapa baik mereka, dan mereka akan
mencoba untuk mengakomodasi mereka dalam website Islam Watch. 10.
Meskipun Islam Watch telah diluncurkan oleh mantan Muslim yang datang
terutama dari
Asia Selatan,
mereka bertujuan
untuk menghubungkan kaum murtad dan kritikus Muslim dari seluruh penjuru
dunia. Mereka mendorong kepada orang-orang seluruh penjuru dunia untuk menyuarakan pendapat mereka melalui Islam Watch.
11. Mereka akan menerbitkan sejumlah artikel pilihan bagi penulis non
Muslim dari keyakinan kuat sekuler yang hanya ada pada kebijakan editor pendiri saja.
84
6. Kebijakan Penerbitan Artikel pada Website
Islam Watch membuka diri untuk setiap kritik atau perubahanperbaikan dengan mengacu pada pedoman penerbitan yang mengakomodir pandangan yang
adil, masuk akal dan yang dapat meningkatkan upaya dalam mencapai misi Islam Watch. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan fokus laman situs mereka
serta untuk mempertahankan suasana yang kondusif. Diantara pedoman dan kebijakan tersebut adalah:
1. Bahwa meskipun “Islam Watch” akan tetap fokus atas diskusi kritis
terhadap setiap aspek Politik Islam, terorisme dan kepalsuan landasan pendiriannya, dan wacana nonbertuhan, tapi mereka juga akan tetap
menerima materi tentang kritik umum agama-agama lain. 2.
Akan tetap menerima diskusi filosofis umum yang menafikan prasangka kesia-siaan atau kesalahan semua agama termasuk Islam.
3. Umumnya tidak akan menerbitkan artikel yang memberitakan atau
memuliakan Islam atau agama lain. Satu-satunya alasan mereka dapat
84
M A Khan, Our Mission – “Why This Site,” Artikel diakses pada 08 Agustus 2014 pada
http:www.islam-watch.orgabout-us.html
mempublikasikan artikel tersebut adalah untuk membuktikan kekosongan komentar tersebut.
4. Artikel asli yang ditulis oleh anggota Islam Watch akan diberikan
preferensi. Posting mereka akan sesuai dengan tujuan-tujuan dan sasaran mereka. Hal ini untuk memelihara para penulis dan menjaga mereka agar
tidak menyimpang dari tujuan kardinal utama mereka. Mereka akan mendorong para penulis pemula untuk meneruskan artikel mereka
penulis. 5.
Akan memungkinkan kontributor untuk menulis atas nama asli atau fiktif dengan tetap memprioritaskan agar kontributor tetap menggunakan nama
samaran karena asumsi bahaya yang terkait dengan kritisasi Islam. 6.
Posting atas setiap tulisan yang dipublish akan murni atas dasar dan hasil kebijaksanaan editor.
85
7. Salah Satu Pandangan Islam Watch tentang Islam
Di antara pandangan Islam Watch tentang Islam sebagaimana yang tertuang dalam artikel yang terposting dalam laman situs www.islam-watch.org
yaitu dengan judul artikel “Sūrah al-Fātiḥah” oleh Ibn Kammuna yang diposting pada Minggu, 09 Maret 2014 Jam 02:52 yang terjemahannya adalah sebagai
berikut:
85
M.A. Khan, “Publishing Guidelines,” artikel diakses pada tanggal 02 September 2014 dari http:www.islam-watch.orgabout-us.html
Al-F ātiḥah
86
Al-F ātiḥah adalah salah satu Sūrah pendek dalam al-Qur‟an. al-Fātiḥah
hanya 7 ayat. Muslim harus membacanya dalam doa-doa sehari-hari mereka. Hal ini dianggap sebagai
“ibu” dari seluruh al-Qur‟an, salah satu Sūrah terbesar yang ada dalam lingkungan kehidupan kaum Muslim.
A ḥmad ibn Ḥanbal mencatat dalam Musnad-nya bahwa Abū Sa‟īd bin al-
Mu „allá mengatakan:
“Aku sedang berdoa shalat ketika Nabi memanggil saya, jadi saya tidak menjawab sampai aku selesai shalat. Saya kemudian pergi kepadanya dan dia
bilang, Apa mencegah Anda dari datang menjawab panggilanku? Aku berkata, Wahai Rasulullah Aku sedang berdoa shalat.
Dia mengatakan, Bukankah Allah mengatakan, Hai orang yang beriman Jawab lah Allah dengan mematuhi-Nya dan Rasul Nya ketika ia memanggil Anda
karena dia yang memberi hidup Anda. Dia kemudian berkata,
“Aku akan mengajarkan Anda Sūrah terbesar dalam al-Qur‟an sebelum Anda meninggalkan Masjid Masjid
”. Dia memegang tangan saya dan ketika dia hendak meninggalkan Masjid, aku
berkata, „Wahai Rasulullah Anda berkata: Aku akan mengajarkan Anda Sūrah
terbesar dalam al-Qur ‟an „.
Ia mengatakan, Ya. al-
Ḥamdu lillāhi Rabbil ‘Alamīn,
86
Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fātiḥah,” Artikel asli berbahasa Inggris dan diakses pada tanggal 03 September 2014 dari http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513-sura-al-
fatiha.html
Ini adalah tujuh berulang ayat dan al-Qur ‟an yang saya diberikan.
Berikut adalah ayat-ayat S ūrah dengan terjemahan sebagai berikut:
Sahih Internasional Red: bahwa naskah asli Arab al-F ātiḥah sama dan serempak
seluruh dunia Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha pemurah lagi maha penyayang.
Yang menguasai di hari pembalasan. Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami meminta
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
yaitu Jalan orang-orang yang telah e ngkau beri ni‟mat kepada mereka; bukan
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
87
Pada dasarnya, S ūrah ini adalah Sūrah yang menguatkan untuk agar terus
tetap pada jalan yang lurus Islam dan tidak tersesat dengan mengikuti jalan orang Yahudi dan Kristen Nasrani.
a. Yahudi dan Kristen
al-Turmudh ī meriwayatkan dari „Adiy Ibn Hātim yang mengatakan:
“Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, tentang apa yang Allah Firmankan tentang “Mereka yang telah mendapatkan kemarahan Ghayril Maghḍūbi
‘Alayhim” dan dia Rasul menjawab, “Hal ini mengacu pada orang-orang
87
Disesuaikan dengan al-Qur ’an dan Terjemahannya 1978. Jakarta: Departemen Agama
Republik Indonesia. Referensi S ūrah Asli terdapat pada Sūrah al-Fātiḥah dalam al-Qur‟anul Karim
pada S ūrah Pertama.
Yahudi. „Saya kemudian bertanya lagi tentang “Mereka yang sesat” dan dia berkata, “Orang-orang Nasrani Kristen adalah mereka yang sesat.”
b. Tafsir Menurut Islam Watch
S ūrah ini berperan dalam mengingatkan kaum Muslim sebagai
pengakuannya atas memegang teguh kebenaran. S ūrah lainnya dianggap
sebagai kesalahan belaka. Muhammad telah memastikan bahwa S ūrah ini
yang merupakan bagian dari ibadah harian Muslim, akan tetap membenci Nasrani dan Yahudi, hanya karena Muhammad tidak bisa meyakinkan mereka
bahwa Ia adalah seorang Rosul. Membenci non-Mulsim yang tidak hanya Yahudi atau Nasrani merupakan kewajiban tersirat pada Muslim. Jika Allah
marah terhadap Yahudi dan Nasrani, tidak usah dikatakan bahwa Allah lebih marah terhadap mereka yang kurang beruntung u
ntuk disebut “Sebutan pada S
ūrah yang disinggung” Dimurkai dan Sesat. Tidak ada bukti pendukung atas pengakuan Muslim terhadap umat Kristen
dan Yahudi, kecuali dalam al-Qur ‟an itu sendiri. Sebagaimana klaim al-Qur‟an
tentunya tidak dapat dibuktikan oleh hal-hal diluar al- Qur‟an. Sama seperti ketika
kita mengucapkan; “Yahudi dan Nasrani itu salah karena memang saya mengatakan demikian”. Sebuah klaim bodoh dan konyol seperti itu “karena saya
bilang begitu” dapat berlaku untuk seorang ayah yang mengatakan terhadap anaknya. Ini tidak berlaku untuk seorang intelektual yang mencari bukti. Anda
tidak dapat menggunakan al- Qur‟an untuk membuktikan kebenarannya. Anda
perlu menggunakan beberapa cara lain; seperti alat atau sesuai yang ada pada Muslim itu pada umumnya.
88
Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk meninggalkan kultus adalah ketakutan untuk menanamkan kultus itu sendiri dalam anggota
kultus. Ini adalah ketakutan yang wajar. Tapi, bagaimanapun, sangat kuat. Kritikus Islam Mumin Salih telah membahas secara dalam tentang pengaruh Islam
terhadap Psikis Muslim sejak dari lahirnya dan bahkan sebelumnya. Hal seperti mempengaruhi tidak boleh dibiarkan begitu saja. Bahkan untuk orang yang sudah
dewasa sekalipun, dan itu lah yang menjadi perjuangan substasial yang besar untuk sesorang untuk kemudian meninggalkan Islam karena doktrin dan kultus.
Bahkan sekalipun klaim Islam tidak dapat dibuktikan diluar teks suci mereka, ini adalah proyek dari upaya besar untuk keluar dari belenggu agama Islam dan
terbang bebas di dunia yang bebas. Kurangnya bukti Islam atas ketidak cukupan dan menyeluruhnya sangatlah cukup untuk seorang Muslim untuk membebaskan
diri. Kemudian faktor-faktor lain juga tetap perlu dipertimbangkan. Kembali ke S
ūrah yang sedang dibahas. Cukup lah jelas bahwa membaca S
ūrah tersebut pada setiap Muslim pada kesehariannya ialah tidak lebih dari sebuah skema pemasaran untuk membenci dan mendiskriminasi Yahudi dan
Kristen. Setelah tinggal di Timur Tengah untuk paruh pertama hidup mereka, mereka bisa langsung menyaksikan fakta bahwa budaya Arab Timur Tengah yang
memang dirancang untuk membenci orang-orang Yahudi dalam skala yang besar, dan untuk bahan rutinitas membenci Yahudi dan Nasrani.
88
Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fātiḥah,” diakses pada 10 Oktober 2014 pada laman website
pengarang artikel halaman beranda pada http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513- sura-al-fatiha.html
Kesimpulan
Kesimpulan dari semuanya adalah bahwa doashalat harian Muslim adalah mandatperintah untuk membenci orang-orang tertentu, Yahudi, dan Nasrani dan
non-Muslim pada umumnya karena alasan mereka itu sendiri. Shalat harian ini adalah salah satu elemen yang membuat mereka percaya bahwa Islam adalah
agama supremasipaksaan. Ini berasumsi bahwa kebenaran atas orang lain tanpa memiliki bukti sama sekali.
89
B. Profil Penafsir Modern
A. Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī
1.
Riwayat Hidup al-Marāghī
Nama lengkap al- Marāghī adalah Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī ibn Muṣṭafā
ibn Muhammad ibn „Abdul Mun‟im al-Qādri al-Marāghī. Ia termasuk salah seorang murid Syekh Muhammad Abduh. Lahir pada tahun 1883, yang mana
tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tempat lahirnya di kota al-
Marāgah, Propinsi Suhaj, 700 km arah Selatan kota Kairo.
90
Kepada kampungnya tersebut namanya dinisbahkan sehingga lebih popular dengan nama
al- Marāghī.
A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī mengikuti jejak ayahnya yang sukses dalam
mendidik anak-anaknya sehingga berhasil melahirkan dan mencetak anak-
89
Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fȃtiẖah,” diakses pada 10 Oktober 2014 pada laman website
pengarang artikel halaman beranda pada http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513- sura-al-fatiha.html
90
Adil Nuwahid, Mu’jam al-Mufasirin min Shadr al-Islam Hatta al-‘Shr al-Hadir, Jilid I
Beirut: Muassasah al-Nuwaihid al-Saqafiyah, 1988, Cet. Ke-2, h. 80. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al-
Marāghī Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 15.
anaknya menjadi generasi yang sukses, dan tetap mempertahankan tradisi keluarganya yang kental dengan nuansa agama. Hal ini dibuktikan dengan adanya
empat orang putranya yang menjadi hakim, yaitu: a.
M. Aziz Ahmad al-Marāghī, Hakim di Kairo b.
A. Hamid al-Marāghī, Hakim dan Penasehat Menteri Kehakiman di Kairo
c. Asim Aḥmad al-Marāghī, Hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi di
Kairo d.
Aḥmad Midhat al-Marāghī, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil Menteri Kehakiman di Kairo.
91
A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī ketika menginjak usia sekolah, ia dimasukan
oleh orang tuanya ke madrasah di desanya untuk belajar al- Qur‟an. Dengan
dikaruniai otak yang sangat cerdas, sehingga sebelum usia 13 tahun ia sudah hafal seluruh ayat al-
Qur‟an. Di samping itu juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar- dasar ilmu syari‟ah di madrasah sampai ia menamatkan pendidikan di tingkat
menengah.
92
Pada tahun 1897 atas dorongan orang tuanya, ia pergi meninggalkan kota al-
Marāghah menuju kota Kairo untuk menuntut ilmu di Universitas al-Azhar. Di universitas pertama di dunia itulah, ia mempelajari cabang ilmu pengetahuan
agama, seperti bahasa Arab, balagah, tafsir, ilmu al- Qur‟an, hadis, ilmu hadis,
fiqih, usul fiqh, akhlak, dan ilmu falaq. Di samping itu ia juga mengikuti kuliah di
91
Jalal, Tafsir al- Marāghī dan Tafsir al-Nur, h. 109, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir
Ayat-ayat Kalam, 16.
92
Abdullah Mu ṣṭafā al-Marāghī, al-Fath al-Mubīn fi Tabaqāt al-Usuliyyīn Beirut:
Muhammad Amin, 1934, h. 202 dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al- Marāghī Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h.17.
Fakultas Dār al-„Ulūm Kairo yang dulu merupakan perguruan tinggi tersendiri, dan kini menjadi bagian dari Cairo University.
93
A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī
berhasil menyelesaikan studinya di kedua perguruan tinggi tersebut pada tahun 1909. Di antara dosen-dosen yang ikut mengajarkan di al-
Azhar dan di Dār al- „Ulūm adalah Syeikh Muhammad Abduh, Muhammad Hasan al-Adawiy, Syeikh
Muhammad Bakhit al- Mut‟iy
94
dan Syeikh Muhammad Rifā‟i al-Fayumi.
95
Setelah Syeikh A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī menamatkan setudinya di
Universitas al-Azhar dan Dār al-„Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru
di beberapa sekolah menengah, kemudian diangkat menjadi direktur Madrasah Mu‟allimin di Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten kotamadya 300 km
sebelah barat kota kairo. Pada tahun 1916 A
ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī diangkat menjadi dosen utusan Universitas al-Azhar mengajar ilmu-
ilmu syari‟ah Islam pada Fakultas Ghirdun di Sudan. Selain sibuk mengajar A
ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī menyelesaikan buku yang ditulis di sana adalah
‘Ulum al-Balagah.
96
Kemudian tepatnya pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen bahasa
Arab dan ilmu- ilmu syari‟ah Islam di Dār al-Ulūm sampai tahun 1940. Ia juga
diangkat menjadi dosen ilmu balagah dan sejarah kebudayaan Islam di Fakultas Adab Universitas al-Azhar. Ia dinilai sebagai murid Muhammad Abduh yang
93
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan Bintang, 1991, Cet VIII, h. 71
94
Muhammad Bukhait al- Mut‟iy adalah pengarang kitab Haqiqatul Islam wa Usul al-
Hukm
95
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 71
96
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 203
memiliki peranan besar dalam hal pembaharuan di Universitas al-Azhar.
97
A ḥmad
Mu ṣṭafā al-Marāghī juga mengajar pada perguruan Ma‟had Tarbiyah Mu‟alimat,
sampai ia mendapat piagam tanda perhargaan dari raja Mesir, Faruq Pada tahun 1361H atas jasa-jasanya itu. Piagam tersebut tertanggal 11 Januari 1361H. pada
tahun 1951, yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, beliau masih mengajar dan dipercayakan menjadi direktur Madrasah Usman Mahir Basya di Kiro sampai
menjelang akhir hayatnya.
98
A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī meninggal dunia pada tanggal 9 Juli 1952 di
tempat kediamannya di jalan Zul Fikar Basya nomor 37 Hilwan kira-kira 25 km di sebelah Selatan kota Kairo.
99
Berkat didikan dari Syeikh Ahmad Mu ṣṭafā al-Marāghī, lahirlah ratusan,
bahkan ribuan ulama dan cendikiawan Muslim yang bisa dibanggakan oleh berbagai lembaga pendidikan Islam, yang ahli dalam ilmu-ilmu agama Islam.
merekalah yang menjadi tokoh-tokoh aktifis bangsanya, yang mampu mengemban dan meneruskan citra-citra bangsanya di bidang pendidikan.
100
2.
Seketsa Tafsir al-Marāghī
Al- Marāghī menulis dan menyusun Tafsir al-Marāghī dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor, di antaranya adanya respon positif dari umat Islam yang begitu besar terhadap tafsir al-
Qur‟an. Keinginan al-Marāghī untuk menulis dan
97
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II Jakarta:UIP, Cet. Ke- 6, 1986, h. 101
98
Jalal, Tafsir al- Marāghī dan Tafsir al-Nur, h. 115. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir
Ayat-ayat Kalam, h. 18
99
Jalal, Tafsir al- Marāghī dan Tafsir al-Nur, h. 119. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir
Ayat-ayat Kalam, h. 18
100
al- Marāghī, al-Fath al-Mubīn, h. 202, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat
Kalam, h. 18
menyusun tafsirnya tersebut semenjak lulus menyelesaikan setudinya dan ketika ia mengajar di madrasah, al-
Azhar dan Dār al-„Ulūm. Dengan pengalaman yang didapat dari mengajar lalu mengamalkan ilmunya di kedua lembaga tersebut
terbukalah wawasan dan pemikiran untuk memberikan sumbangan yang positif untuk masyarakat Muslim yang mana sangat merespon dan menaruh perhatian
untuk memperdalam pengetahuan serta memperluas wawasan mereka tentang tafsir al-
Qur‟an.
101
Penulisan tafsir al- Marāghī juga dilatarbelakangi dengan keprihatinan al-
Marāghī dengan isi kandungan tafsir yang sering kali banyak memuat cerita-cerita yang tidak rasional. Dalam perspektifnya, bahwa berbagai kitab yang tersebar
selama ini kerapkali diselipkan dengan cerita-cerita yang dinilai bertentangan dengan akal dan fakta-fakta ilmu pengetahuan, bahkan seringkali bertentangan
dengan kebenaran itu sendiri.
102
3. Metode dan Corak Penafsiran
Manhaj dan sistematika Tafsir al- Marāghī yang ditulis oleh al-Marāghī,
sebagaimana yang dikemukakannya dalam muqaddimah tafsirnya adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan terhadap Sūrah dan ayatnya. Al-Marāghī mengawali
penafsirannya dengan menjelaskan tempat nuzulnya Sūrah tersebut, yaitu Makkiyah ataupun Madaniyah, atau juga menjelaskan bahwa sebagian
ayat-ayatnya adalah Makkiyah dan sebagian lainnya Madaniyah. Setelahnya menuliskan secara singkat kronologi turun
nya Sūrah tersebut.
101
al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid I Juz I, h. 3
102
al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid I Juz I, h. 3
2. Selanjutnya setelah ia mengemukakan keterangan singkat mengenai ayat
dan Sūrahnya, al-Marāghī menjelaskan munāsabah atau keterkaitannya dengan Sūrah yang sebelumnya. Ia juga sering menggunakan istilah
ittishal ayat atau surah sebelumnya. Aspek munāsabah tidak ditempatkan
pada satu tempat tertentu oleh al- Marāghī. Hal ini biasa dilakukan oleh
para mufasir pada umumnya. Mufasir yang menempatkan munāsabah
dalam satu bagian tertentu adalah Muhammad „Ali al-Shabunī dalam kitabnya Shafwah al-Tafsir. Al-
Marāghī biasanya menempatkan aspek munāsabah khususnya munāsabah antar Sūrah pada setiap awal Sūrah.
3. Menjelaskan pengertian al-Mufrodat. Setelah setelah menyebutkan ayat-
ayat yang ingin ditafsirkan, ia mengiringi dengen penjelasan tentang pengertian kata-kata menurut bahasa, terutama kata-kata yang dianggap
sulit dipahami pembaca. 4.
Menjelaskan pengertian ayat-ayat secara gelobal al-Ma’na al-Jumaliy li al-
ayāt. Dalam penjelasan kosa kata, ia menjelaskan maksud beberapa ayat secara gelobal dan garis besar.
5. Mengemukakan riwayat asbab al-Nujūl ayat. Al-Marāghī mengemukakan
riwayat tersebut, jika ayat itu mempunyai asbab al- Nujūl yang dinilai
shahih oleh para mufassir. 6.
Al-Marāghī menggunakan gaya bahasa yang mudah dicerna oleh pikiran masa kini, sebab setiap orang harus diajak bicara sesuai dengan
kemampuan akal mereka. 7.
Selektif dalam menerima riwayat-riwayat dari kitab tafsir
8. Mengakhiri penafsiran serta dengan catatan rangkuman kandungan dari
Sūrah yang telah dibahas. Secara metodologis, al-
Marāghī menggunakan metode tahlīli, yaitu suatu cara menafsirkan al-
Qur‟an dari berbagai aspeknya dengan berdasarkan urutan ayat dan Sūrah sebagaimana yang terdapat dalam susunan mushaf al-Qur‟an.
103
Sementara corak penafsirannya lebih kepada corak sastra dan budaya sosial kemasyarakatan atau yang kerap disebut al-Adab al-
Ijtima‟i. Hal tersebut memang dipengaruhi keahliannya dibidang bahasa dan sastra sehingga ia menyajikannya
dengan gaya bahasa dan redaksi yang sangat teliti, dan penafsiran disesuaikan dengan perkembangan situasi yang berkembang di masyarakat. Misalnya, ketika
menjelaskan tentang kesusahan dan kemelaratan memdidik jiwa orang-orang musyrik. Bahw
a Sūrah al-An‟ām6: 44. Mengisyaratkan bahwa kesusahan, kemelaratan, kesenangan daan nikmat termasuk hal-hal yang bisa mendidik orang
yang di berkati oleh Allah untuk mendapat petunjuk dan menempuh jalan lurus. Adanya cobaan tersebut, hendaknya orang mukmin menjadi orang yang paling
patut untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.
104
Berangkat dari pernyataan di atas, maka hal tersebut menunjukan bahwa al-
Marāghī dalam tafsirnya itu berusaha menonjolkan bagaimana peran dan penggunaan akal secara luas dan ilmu pengetahuan modern bukanlah hal yang
dilarang dan tidak bertentangan dengan Islam.
103
„Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu’I Kairo: al-Hadrah al- „Arabiyah, 1977, Cet II, h. 24
104
Al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid 6, h. 207
B. Abdul Basith
1. Riwayat Hidup Abdul Basith
Abdul Basith merupakan salah satu doktor bergelar Ph.D. yang saat ini aktif di fakultas jurusan psikologi di Universtasi Chicago. Salah satu lulusan yang
jenius. Dr. Basith memiliki latar belakang pendidikan kosmopolitan. Ia lulus dari pskologi klinis dari Universitas of Liverpool Inggris. Beberapa aktifitasnya juga
cukup banyak dan beragam dimana ia pernah menjadi Kepala Inspektur Rumah Sakit Jiwa, Direktur Penelitian dan Pelatihan, Staf Senior Dokter sekaligus Ketua
Departemen Psikologi. Karyanya cukup banyak diterbitkan dalam jurnal yang ternama dan telah banyak memberikan makalah dalam konferensi nasional dan
internasional. Ia muncul dan terlahir dari keluarga Muslim Eminet India. Ia merupakan pemangku kepentingan pada studi perbandingan agama dunia. Ia juga
menjabat di dua organisasi Islam internasional di Chicago dan memilik banyakpublikasi di bidang keagamaan.
105
C. Hamka
1. Riwayat Hidup Hamka
Nama kecil penulis buku Tafsir al-Azhar, adalah Abdul Malik. Ia dilahirkan di suatu kampung yang bernama Tanah Sirah di tepi danau Maninjau
di Sungai Batang, propinsi Sumatra Barat, pada hari Minggu, tanggal 16 Februari 1908 yang bertepatan dengan tanggal 13 Muharram 1326 H.
106
Abdul Malik kemudian lebih dikenal dengan nama Hamka yang sebenarnya merupakan
akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ibunya bernama Siti Safiyah.
105
Abdul Basith, The Essence of The Quran, Chicago; ABC International Group, 1997 h. 3
106
Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Jilid I, h. 9
Ayah dari ibuna itu bernama Gelanggang gelar Bagindo nan Batuah. Dikenal sebagai guru tari, nyanyian dan pencak silat pada usia mduanya. Waktu masih
kecil hamka selalu mendengarkan pantun-pantun yang berarti dan mendalam.
107
Ayah Hamka, Abdul Karim Amrullah, merupakan seorang ulama Islam yang cukup terkemuka di Sumatra. Ayah Hamka dikenal juga dengan sebutan
Haji Rasul, dan termasuk tokoh yang berpengaruh dalam gerakan pembaruan Islam yang bertujuan pemurnian agama pada awal abad ke -20 di Sumatera
Barat.
108
Mengingat ayahnya adalah seorang pembaharu di Sumatera Barat, tidak mengherankan jika Hamka lahir dan tumbuh dalam suasana pembaharuan yang
diperjuangkan di Minangkabau sejak tahun 1906, setelah ayahnya pulang dari menuntut ilmu pada Syekh Ahmad Khatib di Makah.
109
Hamka mengawali pendidikannya dengan membaca al- Qur‟an di rumah
orang tuanya saat mereka pindah dari Maninjau ke Padang panjang pada tahun 1914.
110
Setelah usia tujuh tahun, Hamka dimasukan kesekolah desa. Pada tahun 1916 Hamka masuk sekolah Diniyah yang didirikan oleh Zainuddin Labai el-
Yunusi petang hari, di Pasar Usang Padang panjang. Pagi hari Hamka pergi ke sekolah desa, sore hari pergi ke sekolah Diniyah, dan pada malam hari belajar di
surau bersama teman-temannya.
107
“Nama Saya: Hamka”, dalam Nasir Tamara, Buntara Sanusi, dan Vincent Djauhari Editor, Hamka di Mata Hati Umat Jakarta: 1996, Cet. III, h. 51
108
Tentang pengaruh Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Sumatera Barat dapat dilihat pada Murni Jamal, H. Abdul Karim Amrullah: Pengaruhnya Dalam
Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada awal abad ke-20 Jakarta: INIS, 2002, h. 2
109
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990, h. 23-33
110
Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid I, h. 28
Pada tahun 1918, Surau Jembatan Besi, tempat ayahnya memberikan pelajaran agama diubah menjadi madrasah, yang dikenal dengan Thawalib
School. Agar anaknya menjadi ulama terkenal, Hamka dimasukan ke Thawalib School. Dan berhenti dari sekolah desa.
111
Pada Tahun 1923 Hamka mengalami suatu peristiwa, yang mengguncangkan jiwanya ayahnya bercerai dengan ibunya
dikarenakan desakan atau campur tangan keluarga. Pada usia masih belia, Hamka telah mengalami penderitaan kejiwaan yang cukup berat yang disebabkan oleh
perceraian orang tuanya itu. Perasaan kecewa Hamka karena perceraian kedua orang tuanya dan
beberapa sikap ayahnya yang dinilainya kontradiktif itu membawa Hamka jauh dari lontrol pendidikan ayahnya, pada masa kecilnya Hamka seperti tumbuh
menjadi anak nakal dan liar. Pada masa kecilnya, Hamka tampak tidak merasa risih untuk bertindak nakal, meskipun ia dikenal sebagai putra seorang tokoh
agama terkemuka di daerahnya. Awal tahun 1927 dia berangkat dengan kemauannya sendiri ke Makkah,
sambil menjadi koresponden harian “Seruan Islam” di Tanjung Pura Langkat, dan pembantu dari “Bintang Islam” dan “Suara Muhammadiyah” Yogyakarta.
112
Ketika usia 21 tahun, kembali dari perjalanan ke Makkah, ia dinikahkan dengan Siti Rahm yang berusia 15 tahun.
113
111
Di antara kitab yang harus dihafal Hamka adalah Matan Taqrib, Matan Mina dan Fathul Qaīb. Lihat Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid I, h. 58
112
Hamka, Tasauf Modern Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, h. 9
113
Pada 1 Januari 1972 istri Hamka meninggal dunia di Jakarta, dengan meninggalkan sepuluh orang anak: tujuh laki-laki dan tiga perempuan. Satu tahun delapan bulan setelah istri
pertamanya meninggal, pada 19 Agustus 1973, ia menikah lagi dengan Hj. Siti Khadijah, dari Cirebon, Jawa Barat. Lihat “Nama Saya Hamka”, Nasir Tamara, dkk., Hamka di Mata Hati Umat,
h. 51-52
Pada tahun 1958 ia dianugrahi gelar doctor honoris causa oleh Universitas al-Azhar, Mesir setelah menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Pengaruh
Muhammad Abduh di Indonesia. Gelar doktor honoris causa juga diperoleh Hamka dari Universitas Kembangan Malaysia pada 1974.
114
Dalam pergerakan Islam di Indonesia, Hamka layak ditempatkan sebagai pemikir Muslim terkemuka. Di samping itu, ia juga di
kenal seorang Da‟i. Ceramah-ceramahnya yang terkesan sejuk dan mencerahkan. Hamka pernah
bergelut di bidang politik sebagai anggota konstituante mewakili partai Masyumi, pada tahun 1979 Hamka terpilih menjadi Ketua Umum Majlis Ulama Inonesia.
Hamka wafat pada hari Jum‟at 24 Juli 1981, jam 10.41, dalam usia 73 tahun 5 bulan.
115
Beberapa lama sebelum Hamka wafat, ia mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia, sehubungan dengan kontroversi
peredaran fatwa tentang pengharaman keikutsertaan Muslim dalam perayaan Natal.
2. Metodologi Tafsir
Metode yang digunakan oleh Hamka dalam tafsir al-Azhar adalah metode tahlīli metode analisis. Buku-buku tafsir yang menggunakan metode tahlīli pada
umumnya menggunakan urutan pe nafsiran sesuai dengan urutan Sūrah dan ayat
sebagaimana tercantum dalam mushaf al- Qur‟an. Buku tafsir al-Azhar, juga
dis usun berurutan seperti urutan Sūrah yang tercantum dalam al-Qur‟an, di mulai
dari Sūrah al-Fatihah sebagai induk al-Qur‟an, dan diakhiri dengan Sūrah an-Nas. Sebagaimana jumlah Sūrah yang terdapat dalam mushaf al-Qur‟an, dalam buku
114
Yunus Amirhamzah, Hamka Sebagai Pengaruh Roman Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 6-7
115
Rusydi, Pribadi dan Martabat, h. 230