Sikap Islam dengan Penganut Ajaran Lain dan Sebaliknya

Artinya: “”Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tem pat istirahat yang paling jelek”. Salah satu kutipan ayat tersebut menyatakan bahwa barang siapa yang ingin beriman hendaklah beriman dan sebaliknya. Hal ini 69 menunjukkan bahwa sudah merupakan sunatullah kehendal Allah yang tidak bisa diganggu gugat. Begitu pun yang dijelaskan oleh Mahmoud Hamdi Zaqzouq bahwa Islam melarang secara tegas bentuk pemaksaan untuk menganut agama tertentu. Kebebasan manusia dalam memilih agama dan keimanan merupakan prinsip paling fundamental dari ajaran akidah islam. Dengan demikian, penegasan al- Qur ‟an tentang kebebasan manusia untuk beriman atau kufur tanpa paksaan merupakan prinsip yang tidak lagi dapat ditawar. Pada aspek keadilan, bahwa Allah telah memerintahkan umatnya untuk berbuat adil dan mnyenangi keadilan sekalipun terhadap orang-orang musyrik. Sebagaimana firman-Nya dalam Sūrah al-Mā‟idah5:8 yaitu َ ۡمكَ م ۡجي ّ ۖ ۡسقۡلٱب ءٓا َ َه يم َ ق ْا َ ك ْا ماء ي َلٱ ا ُيأٓ ي ْۚا ل ۡعت َّأ ٓ لع م ۡ ق نا َۚهٱ ْا قَتٱ ۖ ۡقَ لل ۡقأ ه ْا ل ۡعٱ ن لَ ۡعت اَب ۢ يبخ َهٱ َن Artinya: “”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada 69 Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab – Tanggapan atas Tuduhan dan Kesalahpahaman, Tangerang; Lentera Hati, 2008 h. 169 takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ”. Petikan ayat tentang bencinya kita terhadap suatu kaum tidaklah menjadi alasan untuk berlaku tidak adil sebagaimana yang dimaksudkan walaupun terhadap kaum musyrikin menurut Yusuf al-Qardhawi. 70 Terlebih adanya sabda Rasulullah yang menyebutkan tentang tidak terhalangnya akan dikabulkan do ‟a orang yang dizalimi – meskipun ia adalah orang kafir sebagaimana terdapat dalam hadis. َحا ا اجح ا َ د سيل ا فاك ناك نا م لظَلا عد Artinya: “Doa orang yang dizalimi – meskipun orang itu kafir – tidak terhalang akan dikabulkan.” HR. Ahmad. Ayat dan hadis tersebut memerintahkan kita untuk tetap adil selama mereka kafir baik Yahudi maupun Nasrani tidak memerangi Islam. Berbagai kisah hubungan baik tersebut menunjukkan tentang baiknya kisah perlakuan dan hubungan antara Muslim dan non Muslim pada zaman Nabi. Adapun pertikaian dan permusuhan serta peperangan dimulai ketika terdapat konspirasi Yahudi bersama pasukan kafir Pagan Makkah yang memusuhi kaum Muslim di Madinah yang memicu pengusiran mereka dari Madinah dan Khaibar dan hal lainnnya yang memusuhi dan memerangi terlebih dahulu sehingga banyak turun ayat-ayat yang memerintahkan kaum Muslimin untuk memerangi mereka yang memerangi kaum Muslim seperti dalam al- Qur‟an Sūrah al-Baqarah2: 190 berikut: 70 Yusuf al-Qardhawi, Bagaimana Islam Menilai Yahudi dan Nasrani Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 123 ٱ ليبس يف ْا ل ق َه ي عَلٱ ُ حي ّ َهٱ َن ْۚا عت ّ مكَ ل قي ي َلٱ Artinya; “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas ”. Ayat tersebut mencerminkan peperangan terhadap mereka yang memerangi kaum Muslimin tanpa mengenal siapa mereka, baik Yahudi, Nasrani, Pagan dan lainnya. Hal ini menunjukkan akan sikap yang dibenci dan memang harus diperangi karena sikap yang mereka tunjukkan. Bukan terhadap komunitas atau orangnya tetapi karena sikap dan perilaku yang perlu diperangi. 42

BAB III SEKILAS MENGENAI ISLAM WATCH DAN PENAFSIR

MODERN

A. Islam Watch

1. Profil Umum Islam Watch Mengacu pada hasil penelaahan penulis mengenai profil Islam Watch dalam situsnya dapat disampaikan secara ringkas bahwa situs tersebut dikelola oleh sekelompok kaum murtad yang awalnya beragama Islam. Hal ini diakui sendiri oleh mereka dalam website pada laman “About Us”Tentang Kami, dimana mereka menyatakan bahwa mereka adalah “A group of Islam Apostates” yang berarti kaum murtadin. Mereka meninggalkan Islam karena keyakinannya mereka sendiri. 71 Dalam situs dikatakan, bahwa Islam bukanlah agama sama sekali. 72 Sebagian besar dari mereka mengakui telah lama mempelajari agama Islam, mengevaluasi dan merenungkannya Islam yang merupakan agama kelahiran mereka. Mereka menyimpulkan bahwa Islam bukanlah agama damai, seperti yang disebut-sebut oleh orang-orang yang pandai bicara pendakwah, egois Muslim Militan dan para sesepuh sejarah mereka Muslim yang memang berawal juga dari latar belakang non-Muslim. Menurut mereka, di dalam Inti dari Islam al-Qur ‟an, Hadis dan Syariah terdapat isi yang mengusung kebencian- 71 M. A. Khan, “Who are we?”, artikel diakses pada 04 Agustus 2014 dari www.islam- watch.orgabout-us.html. Artikel terbit pada Senin 29 Juni 2008 02:20 dalam potongan naskah nya “we are a group of Muslim apostates, who left Islam out….: kami adalah sekelompok kaum murtadin yang telah meninggalkan Islam. 72 Khan, “Who are we?” kebencian yang tak terbatas kepada orang-orang kafir, dan sangat tidak toleran terhadap mereka kafir, dan sangat kejam tanpa ampun untuk orang-orang Muslim sendiri yang berani menyimpang dari doktrin-doktrinnya. 73 Mereka yang telah murtad dari agama Islam menyadari bahwa Islam berada di luar reformasi, karena umat Islam berusaha untuk memodernisasi dan mereformasi kefanatikan yang tak henti-hentinya, ritual irasional, dan hukuman kejam bahkan langkah yang kejam ditargetkan untuk pemusnahan. Maka dari itu keputusan mereka satu-satunya cara untuk melarikan diri dari tirani Islam adalah untuk meninggalkan Islam sama sekali. Oleh karena itulah, dibuang Islam dari kehidupan mereka, sehingga mereka dapat bebas untuk menikmati hidup secara normal, menyenangkan dan manusiawi bahkan dapat hidup selaras dengan semua bangsa di bumi, terlepas dari agama mereka, ras atau keyakinan. Menurut mereka yang mengaku telah menyelidiki tentang Islam yang sudah bertahun-tahun dan kemudian murtad, Islam hanyalah agama yang penuh dengan kebohongan. 74 Maka dari itu sebagian besar mereka telah meninggalkan agama Islam dengan cara diam-diam, karena menurutnya Islam hanya akan mengakibatkan ancaman belaka pada kehidupan mereka Islam. Seperti terorisme Islam dan kekerasan yang menguasai dunia, terutama dalam tragedi serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan dua menara kembar World Trade Center di Amerika, dan mereka juga merasa bahwa itu adalah tanggung jawab Islam yang kemudian telah membuat lebih dari 1.4 milyar Muslim dunia menyadari kepalsuan 73 Khan, “Who are we?” 74 That Islam was nothing but a lie : bahwa Islam itu hanyalah agama kebohongan pada Khan, “who are we?” agama Islam dan sifat kejam, sehingga orang-orang Muslim dapat memilih untuk meninggalkan Islam agar dapat hidup dengan cinta, hormat dan harmonis dengan seluruh umat manusia yang ada didunia. Islam Watch juga merasa bahwa tugas mereka adalah untuk membuat dunia non-Muslim agar dapat menyadari realitas Islam, dan dapat melakukan tindakan tepat waktu pencegahan terhadap agama teror ini Islam, kebencian dan lainnya. Mereka mengatakan kepada dunia bahwa terorisme yang sedang berlangsung yang disebabkan oleh militan Islam bukan merupakan penyimpangan dari apa yang disebut agama damai Islam. Sebaliknya, itu adalah Islam yang sesungguhnya diberitakan dan dipraktekkan oleh pendirinya, Nabi Muhammad Saw dan diakui hal terebut adalah atas dasar kajian menyeluruh tentang al-Qur ‟an dan tradisi kenabian Hadis. Berawal dari hal-hal tersebut diatas, mereka meluncurkan situsnya yaitu; www.islam-watch.org untuk mengekspos “Kenyataan Islam” yang dibuat untuk menggantikan peradaban modern dengan abad ke-7 Arab Badui Barbarisme, yang telah diajarkan oleh Muslim sebagai Peradaban Islam. Biarkan dunia melihat Islam melalui www.islam-watch.org. 75 2. Sejarah Berdirinya Islam Watch Islam Watch didirikan oleh sekelompok murtadin yang berasal terutama dari Asia Selatan, sebagian dari mereka meninggalkan Islam setelah serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan dua menara kembar World Trade Center di 75 Tegas admin website dalam mengakutalisasikan web nya. Amerika, bahkan sebelum kejadian 11 September 2001 sudah ada yang murtad dari mereka 76 . Pendirian Islam Watch bertujuan untuk membuktikan bahwa Islam adalah penemuan palsu Muhammad Saw. Mereka merasa Islam perlu disingkirkan, dihilangkan sama sekali, jika memang dunia Muslim ingin keluar dari ketertinggalan saat ini dan dari kubangan keburukan yang ditandai dengan kemiskinan, korupsi, buta huruf, kekerasan, dan pemerintahan yang buruk. Islam watch didirikan untuk mempelajari lebih lanjut tentang mengapa sebagian dari mereka telah meninggalkan Islam. Lamansitus www.islam-watch.org sendiri dibuat dan tampil di dunia maya pada 20 November 2005 dan situs didesain oleh Dan Zaremba. 77 3. Pendiri dan Anggota Islam Watch Islam Watch didirikan oleh M.A. Khan dan memiliki anggota sebagai berikut: a M. A. Khan United Stated AmericaUSA sebagai pendiri dan editor. Beliau memiliki artikelbuku dengan Judul : My Journey to Freedom, Islamic Jihad: a Legacy of Forced Conversion, Imperialism and Slavery in Bangla 78 , dan Islamic Slavery. 79 b Abul Kasem Australia sebagai anggota dengan bukunya “Guide to Quranic Contradictions, Islamic Voodos, A Compete Guide to Allah, Root 76 Menurut pengakuan mereka Anggota Islam Watch dengan tanpa menunjukkan personalnya 77 Halaman UtamaHomeBeranda Situs www.islam-watch.org 78 Buku Karangan M. A. Khan, Editor: Islam-watch.org, Reviews by: Steven Simpson, Abul Kasem, Samī‟ al-Rabá dan Ibn Kammuna 79 Merupakan bagian dari bukunya Islamic Jihad of Terrorism ala Islamic Style, Sex and Sexuality in Islam, Who Authored the Quran?, dan Women in Islam ”. 80 c Ali Sina USA sebagai anggota dengan artikel dan bukunya “Why I Left Islam ”. Seorang doktor yang belum diketahui mendapatkan gelar tersebut dari perguruan tinggi mana namun telah membuat sejumlah 25 Artikel Online. 81 d Sher Khan USA sebagai anggota e Syed Kamran Mirza USA sebagai anggota f Mumin Salih UK sebagai anggota g Dan Zaremba sebagai pedesain designer lamanwebsite Beberapa anggota lainnya tidak dicantumkan dalam rangkaian struktural pada laman website namun cenderung lebih dianggap sebagai simpatisan dan kaum murtadin yang memiliki kisah yang sama. Masing-masing baik pendiri, anggota maupun simpatisan memiliki testimoni tersendiri yang kemudian testimoni-testimoni tersebut tersedia pada salah satu laman situs mereka. 82 80 Semua buku karangan tidak diterbitkan melalui penerbit secara fisik tetapi diterbitkan secara online dan disediakan dalam website www.islam-watch.org. Selain buku tersebut masih banyak karya lainnya dari kelompok mereka seperti Amar Khan dengan bukunya; Miracles of the Quran Exposed, A Complete Guide to Pedophilia in Islam dan Corruption and Distortion in the Quran. Mohammad Asghar dengan bukunya; Muhammad and His Quran – Blood and Lies at the Root of Islam dan Muhammad Islam – Stories not told before: Anwar Shaikh dengan bukunya; Islam-The Arab Imperialism, Sujit Das dengan bukunya Unmasking Muhammad – The Malignant Narcisist His Grand Delusion Allah juga Rangeela Rasool dari India dengan bukunya by Pundit Camupati. 81 Admin, “Authors”, http:www.islam-watch.orgauthors45-ali-sina.html. Diakses pada 10 Oktober 2014. 82 M A Khan, “Leaving Islam”, artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari http:www.islam-watch.orgLeavingIslamindex.html 4. Tantangan yang Ditawarkan Islam Watch untuk Masyarakat Islam Watch menantang umat Islam untuk berdebat pada pernyataan ini: a. Mereka menegaskan bahwa Islam bukanlah agama damai tetapi didasarkan pada perang, kekerasan, terorisme, kebencian dan ketidakadilan. b. Mereka menegaskan bahwa Islam adalah agama palsu yang telah dipalsukan oleh Muhammad Saw. c. Mereka menyimpulkan bahwa Islam bertanggung jawab atas korupsi yang merajalela, tirani yang tidak masuk akal, terorisme tak ada artinya, kekerasan tak henti-hentinya dan ketidakadilan sosial yang telah meresap di dunia Muslim. 83 Hal tersebutlah yang menjadi alasan pernyatan tentang mereka, mengapa umat Islam diajak untuk berdebat dengan mereka. 5. Misi Islam Watch dalam Mewujudkan Website Misi utama Islam Watch dalam membuat website Islam watch atau www.islam-watch.org adalah untuk membimbing kaum Muslim dari kelompok Islam itu sendiri Militan. Mereka juga berharap bahwa suara kritis terhadap Islam akan membuat itu hal-hal negatif – versi mereka agak mengerti”Jinak”. Islam Watch berencana untuk mencapai tujuan mereka dengan cara-cara prospektif dan berkelanjutan sebagai berikut: 83 Admin, “Our Challenge”, artikel diakses pada 10 Oktober 2014 pada http:www.islam- watch.orgabout-us.html 1. Mereka akan mengkritik dan mengungkap kebenaran nyata tentang Islam tanpa mengurus mengenai kebenaran politik, apapun. 2. Mereka akan membuktikan bahwa Islam adalah palsu dalam arti bahwa itu tidak diungkapkan oleh Allah, tetapi diciptakan oleh Nabi Muhammad Saw sendiri untuk memenuhi keserakahan, ego dan ambisi. 3. Mereka akan membuktikan bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan perdamaian; sebaliknya, itu adalah aliran sesat yang berbahaya didirikan melalui kekerasan, teror, perampokan dan ketidakadilan ekstrem oleh Muhammad Saw. 4. Mereka akan membuktikan bahwa Islam tidak sesuai dengan dunia modern. Ajaran Islam sendiri bertentangan dengan konsep demokrasi, toleransi, hak asasi manusia dan kesetaraan gender, dan karenanya berbahaya bagi peradaban modern. 5. Mereka akan menunjukkan bahwa terorisme Islam, seperti yang dilihat saat ini, adalah sangsi oleh Islam untuk yang berhak mendapatkannya. Teroris tidak membajak Islam; sebaliknya, Islam sendiri telah membajak beberapa manusia baik dan mengubahnya menjadi mesin untuk teror, pembunuhan dan penghancuran. 6. Mereka juga akan membangkitkan dunia non-Muslim, terutama Barat, tentang bahaya jangka pendek dan jangka panjang Islam kepada masyarakat yang baik dan murah hati mereka. 7. Sebagai humanis nonteistik, mereka sangat menegaskan bahwa kehidupan manusia harus dibimbing oleh hati nurani manusia, kebijaksanaan dan pertimbangan berdasarkan Peraturan Emas. Ini adalah selalu berubah, dinamis, proses; sebagai orang-orang mendapatkan pengalaman baru, pengetahuan ilmiah dan wawasan ke dalam cara kerja dunia dan kehidupan manusia, kebijaksanaan etis kita akan berubah. Menentang doktrin agama yang kaku, memiliki ketentuan tertentu aturan atau nilai- nilai harus dipertimbangkan secara mutlak dan universal. Kami menyebarkan bahwa “Hiduplah sendiri dan membiarkan mereka hidup lainnya, selama mereka tidak membahayakan dan menyebabkan gangguan bagi orang lain ”. 8. “Islam Watch” akan didominasi oleh para penulis mantan Muslim dan progresif Muslim. Mereka akan membuat beberapa ruang untuk penulis non-Muslim untuk membantu mereka mengukur bagaimana dunia non- Muslim menangkap kebenaran tentang Islam. 9. Menciptakan massa kritis kritikus Islam dari latar belakang Muslim, salah satu tujuan utama mereka adalah untuk membuat penulis baru, yang kritis terhadap Islam, dari kalangan umat Islam. Mereka akan menempatkan upaya maksimal dalam memelihara bakat-bakat baru lahir. Mereka akan mendesak para penulis Muslim untuk memiliki pikiran kritis mereka tentang Islam, terlepas dari seberapa baik mereka, dan mereka akan mencoba untuk mengakomodasi mereka dalam website Islam Watch. 10. Meskipun Islam Watch telah diluncurkan oleh mantan Muslim yang datang terutama dari Asia Selatan, mereka bertujuan untuk menghubungkan kaum murtad dan kritikus Muslim dari seluruh penjuru dunia. Mereka mendorong kepada orang-orang seluruh penjuru dunia untuk menyuarakan pendapat mereka melalui Islam Watch. 11. Mereka akan menerbitkan sejumlah artikel pilihan bagi penulis non Muslim dari keyakinan kuat sekuler yang hanya ada pada kebijakan editor pendiri saja. 84 6. Kebijakan Penerbitan Artikel pada Website Islam Watch membuka diri untuk setiap kritik atau perubahanperbaikan dengan mengacu pada pedoman penerbitan yang mengakomodir pandangan yang adil, masuk akal dan yang dapat meningkatkan upaya dalam mencapai misi Islam Watch. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan fokus laman situs mereka serta untuk mempertahankan suasana yang kondusif. Diantara pedoman dan kebijakan tersebut adalah: 1. Bahwa meskipun “Islam Watch” akan tetap fokus atas diskusi kritis terhadap setiap aspek Politik Islam, terorisme dan kepalsuan landasan pendiriannya, dan wacana nonbertuhan, tapi mereka juga akan tetap menerima materi tentang kritik umum agama-agama lain. 2. Akan tetap menerima diskusi filosofis umum yang menafikan prasangka kesia-siaan atau kesalahan semua agama termasuk Islam. 3. Umumnya tidak akan menerbitkan artikel yang memberitakan atau memuliakan Islam atau agama lain. Satu-satunya alasan mereka dapat 84 M A Khan, Our Mission – “Why This Site,” Artikel diakses pada 08 Agustus 2014 pada http:www.islam-watch.orgabout-us.html mempublikasikan artikel tersebut adalah untuk membuktikan kekosongan komentar tersebut. 4. Artikel asli yang ditulis oleh anggota Islam Watch akan diberikan preferensi. Posting mereka akan sesuai dengan tujuan-tujuan dan sasaran mereka. Hal ini untuk memelihara para penulis dan menjaga mereka agar tidak menyimpang dari tujuan kardinal utama mereka. Mereka akan mendorong para penulis pemula untuk meneruskan artikel mereka penulis. 5. Akan memungkinkan kontributor untuk menulis atas nama asli atau fiktif dengan tetap memprioritaskan agar kontributor tetap menggunakan nama samaran karena asumsi bahaya yang terkait dengan kritisasi Islam. 6. Posting atas setiap tulisan yang dipublish akan murni atas dasar dan hasil kebijaksanaan editor. 85 7. Salah Satu Pandangan Islam Watch tentang Islam Di antara pandangan Islam Watch tentang Islam sebagaimana yang tertuang dalam artikel yang terposting dalam laman situs www.islam-watch.org yaitu dengan judul artikel “Sūrah al-Fātiḥah” oleh Ibn Kammuna yang diposting pada Minggu, 09 Maret 2014 Jam 02:52 yang terjemahannya adalah sebagai berikut: 85 M.A. Khan, “Publishing Guidelines,” artikel diakses pada tanggal 02 September 2014 dari http:www.islam-watch.orgabout-us.html Al-F ātiḥah 86 Al-F ātiḥah adalah salah satu Sūrah pendek dalam al-Qur‟an. al-Fātiḥah hanya 7 ayat. Muslim harus membacanya dalam doa-doa sehari-hari mereka. Hal ini dianggap sebagai “ibu” dari seluruh al-Qur‟an, salah satu Sūrah terbesar yang ada dalam lingkungan kehidupan kaum Muslim. A ḥmad ibn Ḥanbal mencatat dalam Musnad-nya bahwa Abū Sa‟īd bin al- Mu „allá mengatakan: “Aku sedang berdoa shalat ketika Nabi memanggil saya, jadi saya tidak menjawab sampai aku selesai shalat. Saya kemudian pergi kepadanya dan dia bilang, Apa mencegah Anda dari datang menjawab panggilanku? Aku berkata, Wahai Rasulullah Aku sedang berdoa shalat. Dia mengatakan, Bukankah Allah mengatakan, Hai orang yang beriman Jawab lah Allah dengan mematuhi-Nya dan Rasul Nya ketika ia memanggil Anda karena dia yang memberi hidup Anda. Dia kemudian berkata, “Aku akan mengajarkan Anda Sūrah terbesar dalam al-Qur‟an sebelum Anda meninggalkan Masjid Masjid ”. Dia memegang tangan saya dan ketika dia hendak meninggalkan Masjid, aku berkata, „Wahai Rasulullah Anda berkata: Aku akan mengajarkan Anda Sūrah terbesar dalam al-Qur ‟an „. Ia mengatakan, Ya. al- Ḥamdu lillāhi Rabbil ‘Alamīn, 86 Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fātiḥah,” Artikel asli berbahasa Inggris dan diakses pada tanggal 03 September 2014 dari http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513-sura-al- fatiha.html Ini adalah tujuh berulang ayat dan al-Qur ‟an yang saya diberikan. Berikut adalah ayat-ayat S ūrah dengan terjemahan sebagai berikut: Sahih Internasional Red: bahwa naskah asli Arab al-F ātiḥah sama dan serempak seluruh dunia Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha pemurah lagi maha penyayang. Yang menguasai di hari pembalasan. Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. yaitu Jalan orang-orang yang telah e ngkau beri ni‟mat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. 87 Pada dasarnya, S ūrah ini adalah Sūrah yang menguatkan untuk agar terus tetap pada jalan yang lurus Islam dan tidak tersesat dengan mengikuti jalan orang Yahudi dan Kristen Nasrani. a. Yahudi dan Kristen al-Turmudh ī meriwayatkan dari „Adiy Ibn Hātim yang mengatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, tentang apa yang Allah Firmankan tentang “Mereka yang telah mendapatkan kemarahan Ghayril Maghḍūbi ‘Alayhim” dan dia Rasul menjawab, “Hal ini mengacu pada orang-orang 87 Disesuaikan dengan al-Qur ’an dan Terjemahannya 1978. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia. Referensi S ūrah Asli terdapat pada Sūrah al-Fātiḥah dalam al-Qur‟anul Karim pada S ūrah Pertama. Yahudi. „Saya kemudian bertanya lagi tentang “Mereka yang sesat” dan dia berkata, “Orang-orang Nasrani Kristen adalah mereka yang sesat.” b. Tafsir Menurut Islam Watch S ūrah ini berperan dalam mengingatkan kaum Muslim sebagai pengakuannya atas memegang teguh kebenaran. S ūrah lainnya dianggap sebagai kesalahan belaka. Muhammad telah memastikan bahwa S ūrah ini yang merupakan bagian dari ibadah harian Muslim, akan tetap membenci Nasrani dan Yahudi, hanya karena Muhammad tidak bisa meyakinkan mereka bahwa Ia adalah seorang Rosul. Membenci non-Mulsim yang tidak hanya Yahudi atau Nasrani merupakan kewajiban tersirat pada Muslim. Jika Allah marah terhadap Yahudi dan Nasrani, tidak usah dikatakan bahwa Allah lebih marah terhadap mereka yang kurang beruntung u ntuk disebut “Sebutan pada S ūrah yang disinggung” Dimurkai dan Sesat. Tidak ada bukti pendukung atas pengakuan Muslim terhadap umat Kristen dan Yahudi, kecuali dalam al-Qur ‟an itu sendiri. Sebagaimana klaim al-Qur‟an tentunya tidak dapat dibuktikan oleh hal-hal diluar al- Qur‟an. Sama seperti ketika kita mengucapkan; “Yahudi dan Nasrani itu salah karena memang saya mengatakan demikian”. Sebuah klaim bodoh dan konyol seperti itu “karena saya bilang begitu” dapat berlaku untuk seorang ayah yang mengatakan terhadap anaknya. Ini tidak berlaku untuk seorang intelektual yang mencari bukti. Anda tidak dapat menggunakan al- Qur‟an untuk membuktikan kebenarannya. Anda perlu menggunakan beberapa cara lain; seperti alat atau sesuai yang ada pada Muslim itu pada umumnya. 88 Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk meninggalkan kultus adalah ketakutan untuk menanamkan kultus itu sendiri dalam anggota kultus. Ini adalah ketakutan yang wajar. Tapi, bagaimanapun, sangat kuat. Kritikus Islam Mumin Salih telah membahas secara dalam tentang pengaruh Islam terhadap Psikis Muslim sejak dari lahirnya dan bahkan sebelumnya. Hal seperti mempengaruhi tidak boleh dibiarkan begitu saja. Bahkan untuk orang yang sudah dewasa sekalipun, dan itu lah yang menjadi perjuangan substasial yang besar untuk sesorang untuk kemudian meninggalkan Islam karena doktrin dan kultus. Bahkan sekalipun klaim Islam tidak dapat dibuktikan diluar teks suci mereka, ini adalah proyek dari upaya besar untuk keluar dari belenggu agama Islam dan terbang bebas di dunia yang bebas. Kurangnya bukti Islam atas ketidak cukupan dan menyeluruhnya sangatlah cukup untuk seorang Muslim untuk membebaskan diri. Kemudian faktor-faktor lain juga tetap perlu dipertimbangkan. Kembali ke S ūrah yang sedang dibahas. Cukup lah jelas bahwa membaca S ūrah tersebut pada setiap Muslim pada kesehariannya ialah tidak lebih dari sebuah skema pemasaran untuk membenci dan mendiskriminasi Yahudi dan Kristen. Setelah tinggal di Timur Tengah untuk paruh pertama hidup mereka, mereka bisa langsung menyaksikan fakta bahwa budaya Arab Timur Tengah yang memang dirancang untuk membenci orang-orang Yahudi dalam skala yang besar, dan untuk bahan rutinitas membenci Yahudi dan Nasrani. 88 Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fātiḥah,” diakses pada 10 Oktober 2014 pada laman website pengarang artikel halaman beranda pada http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513- sura-al-fatiha.html Kesimpulan Kesimpulan dari semuanya adalah bahwa doashalat harian Muslim adalah mandatperintah untuk membenci orang-orang tertentu, Yahudi, dan Nasrani dan non-Muslim pada umumnya karena alasan mereka itu sendiri. Shalat harian ini adalah salah satu elemen yang membuat mereka percaya bahwa Islam adalah agama supremasipaksaan. Ini berasumsi bahwa kebenaran atas orang lain tanpa memiliki bukti sama sekali. 89

B. Profil Penafsir Modern

A. Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī

1. Riwayat Hidup al-Marāghī Nama lengkap al- Marāghī adalah Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī ibn Muṣṭafā ibn Muhammad ibn „Abdul Mun‟im al-Qādri al-Marāghī. Ia termasuk salah seorang murid Syekh Muhammad Abduh. Lahir pada tahun 1883, yang mana tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tempat lahirnya di kota al- Marāgah, Propinsi Suhaj, 700 km arah Selatan kota Kairo. 90 Kepada kampungnya tersebut namanya dinisbahkan sehingga lebih popular dengan nama al- Marāghī. A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī mengikuti jejak ayahnya yang sukses dalam mendidik anak-anaknya sehingga berhasil melahirkan dan mencetak anak- 89 Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fȃtiẖah,” diakses pada 10 Oktober 2014 pada laman website pengarang artikel halaman beranda pada http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513- sura-al-fatiha.html 90 Adil Nuwahid, Mu’jam al-Mufasirin min Shadr al-Islam Hatta al-‘Shr al-Hadir, Jilid I Beirut: Muassasah al-Nuwaihid al-Saqafiyah, 1988, Cet. Ke-2, h. 80. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al- Marāghī Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 15. anaknya menjadi generasi yang sukses, dan tetap mempertahankan tradisi keluarganya yang kental dengan nuansa agama. Hal ini dibuktikan dengan adanya empat orang putranya yang menjadi hakim, yaitu: a. M. Aziz Ahmad al-Marāghī, Hakim di Kairo b. A. Hamid al-Marāghī, Hakim dan Penasehat Menteri Kehakiman di Kairo c. Asim Aḥmad al-Marāghī, Hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi di Kairo d. Aḥmad Midhat al-Marāghī, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil Menteri Kehakiman di Kairo. 91 A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī ketika menginjak usia sekolah, ia dimasukan oleh orang tuanya ke madrasah di desanya untuk belajar al- Qur‟an. Dengan dikaruniai otak yang sangat cerdas, sehingga sebelum usia 13 tahun ia sudah hafal seluruh ayat al- Qur‟an. Di samping itu juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar- dasar ilmu syari‟ah di madrasah sampai ia menamatkan pendidikan di tingkat menengah. 92 Pada tahun 1897 atas dorongan orang tuanya, ia pergi meninggalkan kota al- Marāghah menuju kota Kairo untuk menuntut ilmu di Universitas al-Azhar. Di universitas pertama di dunia itulah, ia mempelajari cabang ilmu pengetahuan agama, seperti bahasa Arab, balagah, tafsir, ilmu al- Qur‟an, hadis, ilmu hadis, fiqih, usul fiqh, akhlak, dan ilmu falaq. Di samping itu ia juga mengikuti kuliah di 91 Jalal, Tafsir al- Marāghī dan Tafsir al-Nur, h. 109, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, 16. 92 Abdullah Mu ṣṭafā al-Marāghī, al-Fath al-Mubīn fi Tabaqāt al-Usuliyyīn Beirut: Muhammad Amin, 1934, h. 202 dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al- Marāghī Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h.17. Fakultas Dār al-„Ulūm Kairo yang dulu merupakan perguruan tinggi tersendiri, dan kini menjadi bagian dari Cairo University. 93 A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī berhasil menyelesaikan studinya di kedua perguruan tinggi tersebut pada tahun 1909. Di antara dosen-dosen yang ikut mengajarkan di al- Azhar dan di Dār al- „Ulūm adalah Syeikh Muhammad Abduh, Muhammad Hasan al-Adawiy, Syeikh Muhammad Bakhit al- Mut‟iy 94 dan Syeikh Muhammad Rifā‟i al-Fayumi. 95 Setelah Syeikh A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī menamatkan setudinya di Universitas al-Azhar dan Dār al-„Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru di beberapa sekolah menengah, kemudian diangkat menjadi direktur Madrasah Mu‟allimin di Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten kotamadya 300 km sebelah barat kota kairo. Pada tahun 1916 A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī diangkat menjadi dosen utusan Universitas al-Azhar mengajar ilmu- ilmu syari‟ah Islam pada Fakultas Ghirdun di Sudan. Selain sibuk mengajar A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī menyelesaikan buku yang ditulis di sana adalah ‘Ulum al-Balagah. 96 Kemudian tepatnya pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen bahasa Arab dan ilmu- ilmu syari‟ah Islam di Dār al-Ulūm sampai tahun 1940. Ia juga diangkat menjadi dosen ilmu balagah dan sejarah kebudayaan Islam di Fakultas Adab Universitas al-Azhar. Ia dinilai sebagai murid Muhammad Abduh yang 93 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan Bintang, 1991, Cet VIII, h. 71 94 Muhammad Bukhait al- Mut‟iy adalah pengarang kitab Haqiqatul Islam wa Usul al- Hukm 95 Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 71 96 Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 203 memiliki peranan besar dalam hal pembaharuan di Universitas al-Azhar. 97 A ḥmad Mu ṣṭafā al-Marāghī juga mengajar pada perguruan Ma‟had Tarbiyah Mu‟alimat, sampai ia mendapat piagam tanda perhargaan dari raja Mesir, Faruq Pada tahun 1361H atas jasa-jasanya itu. Piagam tersebut tertanggal 11 Januari 1361H. pada tahun 1951, yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, beliau masih mengajar dan dipercayakan menjadi direktur Madrasah Usman Mahir Basya di Kiro sampai menjelang akhir hayatnya. 98 A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī meninggal dunia pada tanggal 9 Juli 1952 di tempat kediamannya di jalan Zul Fikar Basya nomor 37 Hilwan kira-kira 25 km di sebelah Selatan kota Kairo. 99 Berkat didikan dari Syeikh Ahmad Mu ṣṭafā al-Marāghī, lahirlah ratusan, bahkan ribuan ulama dan cendikiawan Muslim yang bisa dibanggakan oleh berbagai lembaga pendidikan Islam, yang ahli dalam ilmu-ilmu agama Islam. merekalah yang menjadi tokoh-tokoh aktifis bangsanya, yang mampu mengemban dan meneruskan citra-citra bangsanya di bidang pendidikan. 100 2. Seketsa Tafsir al-Marāghī Al- Marāghī menulis dan menyusun Tafsir al-Marāghī dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, di antaranya adanya respon positif dari umat Islam yang begitu besar terhadap tafsir al- Qur‟an. Keinginan al-Marāghī untuk menulis dan 97 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II Jakarta:UIP, Cet. Ke- 6, 1986, h. 101 98 Jalal, Tafsir al- Marāghī dan Tafsir al-Nur, h. 115. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, h. 18 99 Jalal, Tafsir al- Marāghī dan Tafsir al-Nur, h. 119. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, h. 18 100 al- Marāghī, al-Fath al-Mubīn, h. 202, dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam, h. 18 menyusun tafsirnya tersebut semenjak lulus menyelesaikan setudinya dan ketika ia mengajar di madrasah, al- Azhar dan Dār al-„Ulūm. Dengan pengalaman yang didapat dari mengajar lalu mengamalkan ilmunya di kedua lembaga tersebut terbukalah wawasan dan pemikiran untuk memberikan sumbangan yang positif untuk masyarakat Muslim yang mana sangat merespon dan menaruh perhatian untuk memperdalam pengetahuan serta memperluas wawasan mereka tentang tafsir al- Qur‟an. 101 Penulisan tafsir al- Marāghī juga dilatarbelakangi dengan keprihatinan al- Marāghī dengan isi kandungan tafsir yang sering kali banyak memuat cerita-cerita yang tidak rasional. Dalam perspektifnya, bahwa berbagai kitab yang tersebar selama ini kerapkali diselipkan dengan cerita-cerita yang dinilai bertentangan dengan akal dan fakta-fakta ilmu pengetahuan, bahkan seringkali bertentangan dengan kebenaran itu sendiri. 102 3. Metode dan Corak Penafsiran Manhaj dan sistematika Tafsir al- Marāghī yang ditulis oleh al-Marāghī, sebagaimana yang dikemukakannya dalam muqaddimah tafsirnya adalah sebagai berikut: 1. Penjelasan terhadap Sūrah dan ayatnya. Al-Marāghī mengawali penafsirannya dengan menjelaskan tempat nuzulnya Sūrah tersebut, yaitu Makkiyah ataupun Madaniyah, atau juga menjelaskan bahwa sebagian ayat-ayatnya adalah Makkiyah dan sebagian lainnya Madaniyah. Setelahnya menuliskan secara singkat kronologi turun nya Sūrah tersebut. 101 al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid I Juz I, h. 3 102 al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid I Juz I, h. 3 2. Selanjutnya setelah ia mengemukakan keterangan singkat mengenai ayat dan Sūrahnya, al-Marāghī menjelaskan munāsabah atau keterkaitannya dengan Sūrah yang sebelumnya. Ia juga sering menggunakan istilah ittishal ayat atau surah sebelumnya. Aspek munāsabah tidak ditempatkan pada satu tempat tertentu oleh al- Marāghī. Hal ini biasa dilakukan oleh para mufasir pada umumnya. Mufasir yang menempatkan munāsabah dalam satu bagian tertentu adalah Muhammad „Ali al-Shabunī dalam kitabnya Shafwah al-Tafsir. Al- Marāghī biasanya menempatkan aspek munāsabah khususnya munāsabah antar Sūrah pada setiap awal Sūrah. 3. Menjelaskan pengertian al-Mufrodat. Setelah setelah menyebutkan ayat- ayat yang ingin ditafsirkan, ia mengiringi dengen penjelasan tentang pengertian kata-kata menurut bahasa, terutama kata-kata yang dianggap sulit dipahami pembaca. 4. Menjelaskan pengertian ayat-ayat secara gelobal al-Ma’na al-Jumaliy li al- ayāt. Dalam penjelasan kosa kata, ia menjelaskan maksud beberapa ayat secara gelobal dan garis besar. 5. Mengemukakan riwayat asbab al-Nujūl ayat. Al-Marāghī mengemukakan riwayat tersebut, jika ayat itu mempunyai asbab al- Nujūl yang dinilai shahih oleh para mufassir. 6. Al-Marāghī menggunakan gaya bahasa yang mudah dicerna oleh pikiran masa kini, sebab setiap orang harus diajak bicara sesuai dengan kemampuan akal mereka. 7. Selektif dalam menerima riwayat-riwayat dari kitab tafsir 8. Mengakhiri penafsiran serta dengan catatan rangkuman kandungan dari Sūrah yang telah dibahas. Secara metodologis, al- Marāghī menggunakan metode tahlīli, yaitu suatu cara menafsirkan al- Qur‟an dari berbagai aspeknya dengan berdasarkan urutan ayat dan Sūrah sebagaimana yang terdapat dalam susunan mushaf al-Qur‟an. 103 Sementara corak penafsirannya lebih kepada corak sastra dan budaya sosial kemasyarakatan atau yang kerap disebut al-Adab al- Ijtima‟i. Hal tersebut memang dipengaruhi keahliannya dibidang bahasa dan sastra sehingga ia menyajikannya dengan gaya bahasa dan redaksi yang sangat teliti, dan penafsiran disesuaikan dengan perkembangan situasi yang berkembang di masyarakat. Misalnya, ketika menjelaskan tentang kesusahan dan kemelaratan memdidik jiwa orang-orang musyrik. Bahw a Sūrah al-An‟ām6: 44. Mengisyaratkan bahwa kesusahan, kemelaratan, kesenangan daan nikmat termasuk hal-hal yang bisa mendidik orang yang di berkati oleh Allah untuk mendapat petunjuk dan menempuh jalan lurus. Adanya cobaan tersebut, hendaknya orang mukmin menjadi orang yang paling patut untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu. 104 Berangkat dari pernyataan di atas, maka hal tersebut menunjukan bahwa al- Marāghī dalam tafsirnya itu berusaha menonjolkan bagaimana peran dan penggunaan akal secara luas dan ilmu pengetahuan modern bukanlah hal yang dilarang dan tidak bertentangan dengan Islam. 103 „Abd al-Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Mawdu’I Kairo: al-Hadrah al- „Arabiyah, 1977, Cet II, h. 24 104 Al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid 6, h. 207

B. Abdul Basith

1. Riwayat Hidup Abdul Basith

Abdul Basith merupakan salah satu doktor bergelar Ph.D. yang saat ini aktif di fakultas jurusan psikologi di Universtasi Chicago. Salah satu lulusan yang jenius. Dr. Basith memiliki latar belakang pendidikan kosmopolitan. Ia lulus dari pskologi klinis dari Universitas of Liverpool Inggris. Beberapa aktifitasnya juga cukup banyak dan beragam dimana ia pernah menjadi Kepala Inspektur Rumah Sakit Jiwa, Direktur Penelitian dan Pelatihan, Staf Senior Dokter sekaligus Ketua Departemen Psikologi. Karyanya cukup banyak diterbitkan dalam jurnal yang ternama dan telah banyak memberikan makalah dalam konferensi nasional dan internasional. Ia muncul dan terlahir dari keluarga Muslim Eminet India. Ia merupakan pemangku kepentingan pada studi perbandingan agama dunia. Ia juga menjabat di dua organisasi Islam internasional di Chicago dan memilik banyakpublikasi di bidang keagamaan. 105

C. Hamka

1. Riwayat Hidup Hamka

Nama kecil penulis buku Tafsir al-Azhar, adalah Abdul Malik. Ia dilahirkan di suatu kampung yang bernama Tanah Sirah di tepi danau Maninjau di Sungai Batang, propinsi Sumatra Barat, pada hari Minggu, tanggal 16 Februari 1908 yang bertepatan dengan tanggal 13 Muharram 1326 H. 106 Abdul Malik kemudian lebih dikenal dengan nama Hamka yang sebenarnya merupakan akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ibunya bernama Siti Safiyah. 105 Abdul Basith, The Essence of The Quran, Chicago; ABC International Group, 1997 h. 3 106 Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Jilid I, h. 9 Ayah dari ibuna itu bernama Gelanggang gelar Bagindo nan Batuah. Dikenal sebagai guru tari, nyanyian dan pencak silat pada usia mduanya. Waktu masih kecil hamka selalu mendengarkan pantun-pantun yang berarti dan mendalam. 107 Ayah Hamka, Abdul Karim Amrullah, merupakan seorang ulama Islam yang cukup terkemuka di Sumatra. Ayah Hamka dikenal juga dengan sebutan Haji Rasul, dan termasuk tokoh yang berpengaruh dalam gerakan pembaruan Islam yang bertujuan pemurnian agama pada awal abad ke -20 di Sumatera Barat. 108 Mengingat ayahnya adalah seorang pembaharu di Sumatera Barat, tidak mengherankan jika Hamka lahir dan tumbuh dalam suasana pembaharuan yang diperjuangkan di Minangkabau sejak tahun 1906, setelah ayahnya pulang dari menuntut ilmu pada Syekh Ahmad Khatib di Makah. 109 Hamka mengawali pendidikannya dengan membaca al- Qur‟an di rumah orang tuanya saat mereka pindah dari Maninjau ke Padang panjang pada tahun 1914. 110 Setelah usia tujuh tahun, Hamka dimasukan kesekolah desa. Pada tahun 1916 Hamka masuk sekolah Diniyah yang didirikan oleh Zainuddin Labai el- Yunusi petang hari, di Pasar Usang Padang panjang. Pagi hari Hamka pergi ke sekolah desa, sore hari pergi ke sekolah Diniyah, dan pada malam hari belajar di surau bersama teman-temannya. 107 “Nama Saya: Hamka”, dalam Nasir Tamara, Buntara Sanusi, dan Vincent Djauhari Editor, Hamka di Mata Hati Umat Jakarta: 1996, Cet. III, h. 51 108 Tentang pengaruh Abdul Karim Amrullah dalam gerakan pembaruan Islam di Sumatera Barat dapat dilihat pada Murni Jamal, H. Abdul Karim Amrullah: Pengaruhnya Dalam Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada awal abad ke-20 Jakarta: INIS, 2002, h. 2 109 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990, h. 23-33 110 Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid I, h. 28 Pada tahun 1918, Surau Jembatan Besi, tempat ayahnya memberikan pelajaran agama diubah menjadi madrasah, yang dikenal dengan Thawalib School. Agar anaknya menjadi ulama terkenal, Hamka dimasukan ke Thawalib School. Dan berhenti dari sekolah desa. 111 Pada Tahun 1923 Hamka mengalami suatu peristiwa, yang mengguncangkan jiwanya ayahnya bercerai dengan ibunya dikarenakan desakan atau campur tangan keluarga. Pada usia masih belia, Hamka telah mengalami penderitaan kejiwaan yang cukup berat yang disebabkan oleh perceraian orang tuanya itu. Perasaan kecewa Hamka karena perceraian kedua orang tuanya dan beberapa sikap ayahnya yang dinilainya kontradiktif itu membawa Hamka jauh dari lontrol pendidikan ayahnya, pada masa kecilnya Hamka seperti tumbuh menjadi anak nakal dan liar. Pada masa kecilnya, Hamka tampak tidak merasa risih untuk bertindak nakal, meskipun ia dikenal sebagai putra seorang tokoh agama terkemuka di daerahnya. Awal tahun 1927 dia berangkat dengan kemauannya sendiri ke Makkah, sambil menjadi koresponden harian “Seruan Islam” di Tanjung Pura Langkat, dan pembantu dari “Bintang Islam” dan “Suara Muhammadiyah” Yogyakarta. 112 Ketika usia 21 tahun, kembali dari perjalanan ke Makkah, ia dinikahkan dengan Siti Rahm yang berusia 15 tahun. 113 111 Di antara kitab yang harus dihafal Hamka adalah Matan Taqrib, Matan Mina dan Fathul Qaīb. Lihat Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid I, h. 58 112 Hamka, Tasauf Modern Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, h. 9 113 Pada 1 Januari 1972 istri Hamka meninggal dunia di Jakarta, dengan meninggalkan sepuluh orang anak: tujuh laki-laki dan tiga perempuan. Satu tahun delapan bulan setelah istri pertamanya meninggal, pada 19 Agustus 1973, ia menikah lagi dengan Hj. Siti Khadijah, dari Cirebon, Jawa Barat. Lihat “Nama Saya Hamka”, Nasir Tamara, dkk., Hamka di Mata Hati Umat, h. 51-52 Pada tahun 1958 ia dianugrahi gelar doctor honoris causa oleh Universitas al-Azhar, Mesir setelah menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Gelar doktor honoris causa juga diperoleh Hamka dari Universitas Kembangan Malaysia pada 1974. 114 Dalam pergerakan Islam di Indonesia, Hamka layak ditempatkan sebagai pemikir Muslim terkemuka. Di samping itu, ia juga di kenal seorang Da‟i. Ceramah-ceramahnya yang terkesan sejuk dan mencerahkan. Hamka pernah bergelut di bidang politik sebagai anggota konstituante mewakili partai Masyumi, pada tahun 1979 Hamka terpilih menjadi Ketua Umum Majlis Ulama Inonesia. Hamka wafat pada hari Jum‟at 24 Juli 1981, jam 10.41, dalam usia 73 tahun 5 bulan. 115 Beberapa lama sebelum Hamka wafat, ia mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia, sehubungan dengan kontroversi peredaran fatwa tentang pengharaman keikutsertaan Muslim dalam perayaan Natal.

2. Metodologi Tafsir

Metode yang digunakan oleh Hamka dalam tafsir al-Azhar adalah metode tahlīli metode analisis. Buku-buku tafsir yang menggunakan metode tahlīli pada umumnya menggunakan urutan pe nafsiran sesuai dengan urutan Sūrah dan ayat sebagaimana tercantum dalam mushaf al- Qur‟an. Buku tafsir al-Azhar, juga dis usun berurutan seperti urutan Sūrah yang tercantum dalam al-Qur‟an, di mulai dari Sūrah al-Fatihah sebagai induk al-Qur‟an, dan diakhiri dengan Sūrah an-Nas. Sebagaimana jumlah Sūrah yang terdapat dalam mushaf al-Qur‟an, dalam buku 114 Yunus Amirhamzah, Hamka Sebagai Pengaruh Roman Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 6-7 115 Rusydi, Pribadi dan Martabat, h. 230