Artinya:  “”Dan  katakanlah:  Kebenaran  itu  datangnya  dari  Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang  ingin  kafir  biarlah  ia  kafir.  Sesungguhnya  Kami  telah  sediakan  bagi orang  orang  zalim  itu  neraka,  yang  gejolaknya  mengepung  mereka.  Dan  jika
mereka  meminta  minum,  niscaya  mereka  akan  diberi  minum  dengan  air  seperti besi  yang  mendidih  yang  menghanguskan  muka.  Itulah  minuman  yang  paling
buruk dan tem
pat istirahat yang paling jelek”. Salah  satu  kutipan  ayat  tersebut  menyatakan  bahwa  barang  siapa  yang
ingin beriman hendaklah beriman dan sebaliknya. Hal ini
69
menunjukkan bahwa sudah  merupakan  sunatullah  kehendal  Allah  yang  tidak  bisa  diganggu  gugat.
Begitu  pun  yang  dijelaskan  oleh  Mahmoud  Hamdi  Zaqzouq  bahwa  Islam melarang  secara  tegas  bentuk  pemaksaan  untuk  menganut  agama  tertentu.
Kebebasan  manusia  dalam  memilih  agama  dan  keimanan  merupakan  prinsip paling  fundamental  dari  ajaran  akidah  islam.  Dengan  demikian,  penegasan  al-
Qur ‟an  tentang  kebebasan  manusia  untuk  beriman  atau  kufur  tanpa  paksaan
merupakan prinsip yang tidak lagi dapat ditawar. Pada  aspek  keadilan,  bahwa  Allah  telah  memerintahkan  umatnya  untuk
berbuat  adil  dan  mnyenangi  keadilan  sekalipun  terhadap  orang-orang  musyrik. Sebagaimana firman-Nya dalam
Sūrah al-Mā‟idah5:8 yaitu
َ  ۡمكَ م ۡجي ّ   ۖ ۡسقۡلٱب ءٓا َ  َه  يم  َ ق  ْا َ ك  ْا ماء  ي َلٱ ا ُيأٓ ي ْۚا ل ۡعت  َّأ  ٓ  لع م ۡ ق نا
َۚهٱ ْا قَتٱ   ۖ  ۡقَ لل  ۡقأ  ه ْا ل ۡعٱ ن لَ ۡعت اَب  ۢ يبخ  َهٱ َن
Artinya:  “”Hai  orang-orang  yang  beriman  hendaklah  kamu  jadi  orang- orang  yang  selalu  menegakkan  kebenaran  karena  Allah,  menjadi  saksi  dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
69
Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab – Tanggapan atas Tuduhan
dan Kesalahpahaman, Tangerang; Lentera Hati, 2008 h. 169
takwa.  Dan  bertakwalah  kepada  Allah,  sesungguhnya  Allah  Maha  Mengetahui apa yang kamu kerjakan
”. Petikan  ayat  tentang  bencinya  kita  terhadap  suatu  kaum  tidaklah  menjadi
alasan  untuk  berlaku  tidak  adil  sebagaimana  yang  dimaksudkan  walaupun terhadap kaum musyrikin menurut Yusuf al-Qardhawi.
70
Terlebih adanya sabda Rasulullah yang menyebutkan tentang tidak terhalangnya akan dikabulkan do
‟a orang yang dizalimi
– meskipun ia adalah orang kafir sebagaimana terdapat dalam hadis.
َحا  ا   اجح ا َ د سيل ا فاك ناك نا  م لظَلا  عد
Artinya:  “Doa  orang  yang  dizalimi  –  meskipun  orang  itu  kafir  –  tidak terhalang akan dikabulkan.” HR. Ahmad.
Ayat  dan  hadis  tersebut  memerintahkan  kita  untuk  tetap  adil  selama
mereka kafir baik Yahudi maupun Nasrani tidak memerangi Islam. Berbagai  kisah  hubungan  baik  tersebut  menunjukkan  tentang  baiknya
kisah perlakuan dan hubungan antara Muslim dan non Muslim pada zaman Nabi. Adapun  pertikaian  dan  permusuhan  serta  peperangan  dimulai  ketika  terdapat
konspirasi Yahudi bersama pasukan kafir Pagan Makkah yang memusuhi kaum Muslim di Madinah  yang memicu pengusiran mereka dari Madinah dan Khaibar
dan hal lainnnya yang memusuhi dan memerangi terlebih dahulu sehingga banyak turun  ayat-ayat  yang  memerintahkan  kaum  Muslimin  untuk  memerangi  mereka
yang memerangi  kaum  Muslim  seperti dalam al- Qur‟an Sūrah al-Baqarah2: 190
berikut:
70
Yusuf al-Qardhawi, Bagaimana Islam Menilai Yahudi dan Nasrani  Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 123
ٱ ليبس يف ْا ل  ق َه
ي عَلٱ  ُ حي ّ  َهٱ َن  ْۚا عت ّ  مكَ ل  قي  ي َلٱ
Artinya; “Dan  perangilah  di  jalan  Allah  orang-orang  yang  memerangi
kamu,  tetapi  janganlah  kamu  melampaui  batas,  karena  sesungguhnya  Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas
”. Ayat  tersebut  mencerminkan  peperangan  terhadap  mereka  yang
memerangi kaum Muslimin tanpa mengenal siapa mereka, baik Yahudi, Nasrani, Pagan  dan  lainnya.  Hal  ini  menunjukkan  akan  sikap  yang  dibenci  dan  memang
harus diperangi karena sikap  yang mereka tunjukkan. Bukan terhadap komunitas atau orangnya tetapi karena sikap dan perilaku yang perlu diperangi.
42
BAB III SEKILAS MENGENAI ISLAM WATCH DAN PENAFSIR
MODERN
A. Islam Watch
1. Profil Umum Islam Watch
Mengacu  pada  hasil  penelaahan  penulis  mengenai  profil  Islam  Watch dalam  situsnya  dapat  disampaikan  secara  ringkas    bahwa  situs  tersebut  dikelola
oleh  sekelompok  kaum  murtad  yang  awalnya  beragama  Islam.  Hal  ini  diakui sendiri  oleh  mereka  dalam  website  pada  laman  “About  Us”Tentang  Kami,
dimana mereka menyatakan bahwa mereka adalah “A group of Islam Apostates”
yang  berarti  kaum  murtadin.  Mereka  meninggalkan  Islam  karena  keyakinannya mereka  sendiri.
71
Dalam  situs  dikatakan,  bahwa  Islam  bukanlah  agama  sama sekali.
72
Sebagian  besar  dari  mereka  mengakui  telah  lama  mempelajari  agama Islam,  mengevaluasi  dan  merenungkannya  Islam  yang  merupakan  agama
kelahiran  mereka.  Mereka  menyimpulkan  bahwa  Islam  bukanlah  agama  damai, seperti  yang  disebut-sebut  oleh  orang-orang  yang  pandai  bicara  pendakwah,
egois Muslim Militan dan para sesepuh sejarah mereka Muslim yang memang berawal juga dari latar belakang non-Muslim. Menurut mereka, di dalam Inti dari
Islam  al-Qur ‟an,  Hadis  dan  Syariah  terdapat  isi  yang  mengusung  kebencian-
71
M. A.  Khan,  “Who are  we?”, artikel diakses pada 04 Agustus 2014 dari  www.islam- watch.orgabout-us.html. Artikel terbit pada Senin 29 Juni 2008 02:20 dalam potongan naskah nya
“we  are  a  group  of  Muslim  apostates,  who  left  Islam  out….:  kami  adalah  sekelompok  kaum murtadin yang telah meninggalkan Islam.
72
Khan, “Who are we?”
kebencian  yang  tak  terbatas  kepada  orang-orang  kafir,  dan  sangat  tidak  toleran terhadap  mereka  kafir,  dan  sangat  kejam    tanpa  ampun  untuk  orang-orang
Muslim sendiri yang berani menyimpang dari doktrin-doktrinnya.
73
Mereka  yang  telah  murtad  dari  agama  Islam  menyadari  bahwa  Islam berada  di  luar  reformasi,  karena  umat  Islam  berusaha  untuk  memodernisasi  dan
mereformasi  kefanatikan  yang  tak  henti-hentinya,  ritual  irasional,  dan  hukuman kejam bahkan langkah  yang kejam ditargetkan untuk pemusnahan. Maka dari itu
keputusan  mereka satu-satunya cara untuk melarikan diri dari tirani Islam adalah untuk  meninggalkan  Islam  sama  sekali.  Oleh  karena  itulah,  dibuang  Islam  dari
kehidupan  mereka,  sehingga  mereka  dapat  bebas  untuk  menikmati  hidup  secara normal, menyenangkan dan manusiawi bahkan dapat hidup selaras dengan semua
bangsa di bumi, terlepas dari agama mereka, ras atau keyakinan. Menurut  mereka  yang  mengaku  telah  menyelidiki  tentang  Islam  yang
sudah  bertahun-tahun  dan  kemudian  murtad,  Islam  hanyalah  agama  yang  penuh dengan  kebohongan.
74
Maka  dari  itu  sebagian  besar  mereka  telah  meninggalkan agama  Islam  dengan  cara  diam-diam,  karena  menurutnya  Islam  hanya  akan
mengakibatkan ancaman belaka pada kehidupan mereka Islam. Seperti terorisme Islam dan kekerasan  yang  menguasai dunia, terutama dalam  tragedi serangan 11
September  2001  yang  meruntuhkan  dua  menara  kembar  World  Trade  Center  di Amerika,  dan  mereka  juga  merasa  bahwa  itu  adalah  tanggung  jawab  Islam  yang
kemudian telah membuat lebih dari 1.4 milyar Muslim dunia menyadari kepalsuan
73
Khan, “Who are we?”
74
That  Islam  was  nothing but a  lie  :  bahwa  Islam  itu  hanyalah  agama  kebohongan  pada Khan,
“who are we?”
agama Islam dan sifat kejam, sehingga orang-orang Muslim dapat memilih untuk meninggalkan Islam agar dapat hidup dengan cinta, hormat dan harmonis dengan
seluruh umat manusia yang ada didunia. Islam  Watch  juga  merasa  bahwa  tugas  mereka  adalah  untuk  membuat
dunia  non-Muslim  agar  dapat  menyadari  realitas  Islam,  dan  dapat  melakukan tindakan tepat waktu pencegahan terhadap agama teror ini Islam, kebencian dan
lainnya.  Mereka    mengatakan  kepada  dunia  bahwa  terorisme  yang  sedang berlangsung yang disebabkan oleh militan Islam bukan merupakan penyimpangan
dari  apa  yang  disebut  agama  damai  Islam.  Sebaliknya,  itu  adalah  Islam  yang sesungguhnya  diberitakan  dan  dipraktekkan  oleh  pendirinya,  Nabi  Muhammad
Saw dan diakui hal terebut adalah atas dasar kajian menyeluruh tentang al-Qur ‟an
dan tradisi kenabian Hadis. Berawal  dari  hal-hal  tersebut  diatas,  mereka  meluncurkan  situsnya  yaitu;
www.islam-watch.org  untuk  mengekspos “Kenyataan  Islam”  yang  dibuat  untuk
menggantikan peradaban modern dengan abad ke-7 Arab Badui Barbarisme, yang telah  diajarkan  oleh  Muslim  sebagai  Peradaban  Islam.  Biarkan  dunia  melihat
Islam melalui www.islam-watch.org.
75
2. Sejarah Berdirinya Islam Watch
Islam  Watch  didirikan  oleh  sekelompok  murtadin  yang  berasal  terutama dari Asia Selatan, sebagian dari mereka meninggalkan Islam setelah serangan 11
September  2001  yang  meruntuhkan  dua  menara  kembar  World  Trade  Center  di
75
Tegas admin website dalam mengakutalisasikan web nya.
Amerika,  bahkan  sebelum  kejadian  11  September  2001  sudah  ada  yang  murtad dari mereka
76
. Pendirian Islam Watch bertujuan untuk membuktikan bahwa Islam adalah  penemuan  palsu  Muhammad  Saw.  Mereka  merasa  Islam  perlu
disingkirkan,  dihilangkan  sama  sekali,  jika  memang  dunia  Muslim  ingin  keluar dari  ketertinggalan  saat  ini  dan  dari  kubangan  keburukan  yang  ditandai  dengan
kemiskinan, korupsi, buta huruf, kekerasan, dan pemerintahan  yang buruk. Islam watch  didirikan  untuk  mempelajari  lebih  lanjut  tentang  mengapa  sebagian  dari
mereka  telah  meninggalkan  Islam.  Lamansitus  www.islam-watch.org  sendiri dibuat dan tampil di dunia maya pada 20 November 2005 dan situs didesain oleh
Dan Zaremba.
77
3. Pendiri dan Anggota Islam Watch
Islam Watch didirikan oleh M.A. Khan dan memiliki anggota sebagai berikut: a
M.  A.  Khan  United  Stated  AmericaUSA  sebagai  pendiri  dan  editor. Beliau  memiliki  artikelbuku  dengan  Judul  :  My  Journey  to  Freedom,
Islamic  Jihad:  a  Legacy  of  Forced  Conversion,  Imperialism  and  Slavery in Bangla
78
, dan Islamic Slavery.
79
b Abul  Kasem  Australia  sebagai  anggota  dengan  bukunya  “Guide  to
Quranic Contradictions, Islamic Voodos, A Compete Guide to Allah, Root
76
Menurut  pengakuan  mereka  Anggota  Islam  Watch  dengan  tanpa  menunjukkan personalnya
77
Halaman UtamaHomeBeranda Situs www.islam-watch.org
78
Buku  Karangan  M.  A.  Khan,  Editor:  Islam-watch.org,  Reviews  by:  Steven  Simpson, Abul Kasem,
Samī‟ al-Rabá dan Ibn Kammuna
79
Merupakan bagian dari bukunya Islamic Jihad
of Terrorism ala Islamic Style, Sex and Sexuality in Islam, Who Authored the Quran?, dan Women in Islam
”.
80
c Ali Sina USA sebagai anggota dengan artikel dan bukunya “Why I Left
Islam ”. Seorang doktor yang belum diketahui mendapatkan gelar tersebut
dari  perguruan  tinggi  mana  namun  telah  membuat  sejumlah  25  Artikel Online.
81
d Sher Khan USA sebagai anggota
e Syed Kamran Mirza USA sebagai anggota
f Mumin Salih UK sebagai anggota
g Dan Zaremba sebagai pedesain designer lamanwebsite
Beberapa  anggota  lainnya  tidak  dicantumkan  dalam  rangkaian  struktural pada  laman  website  namun  cenderung  lebih  dianggap  sebagai  simpatisan  dan
kaum  murtadin  yang  memiliki  kisah  yang  sama.  Masing-masing  baik  pendiri, anggota  maupun  simpatisan  memiliki  testimoni  tersendiri  yang  kemudian
testimoni-testimoni tersebut tersedia pada salah satu laman situs mereka.
82
80
Semua  buku  karangan  tidak  diterbitkan  melalui  penerbit  secara  fisik  tetapi  diterbitkan secara  online  dan  disediakan  dalam  website  www.islam-watch.org.  Selain  buku  tersebut  masih
banyak karya lainnya dari kelompok mereka seperti Amar Khan dengan bukunya; Miracles of the Quran  Exposed,  A  Complete  Guide  to  Pedophilia  in  Islam  dan  Corruption  and  Distortion  in  the
Quran. Mohammad Asghar dengan bukunya; Muhammad and His Quran – Blood and Lies at the
Root of Islam dan Muhammad  Islam – Stories not told before: Anwar Shaikh dengan bukunya;
Islam-The Arab Imperialism, Sujit Das dengan bukunya Unmasking Muhammad – The Malignant
Narcisist  His Grand Delusion Allah juga Rangeela Rasool dari India dengan bukunya by Pundit Camupati.
81
Admin, “Authors”,  http:www.islam-watch.orgauthors45-ali-sina.html.  Diakses  pada
10 Oktober 2014.
82
M  A  Khan, “Leaving  Islam”,  artikel  diakses  pada  7  Agustus  2014  dari
http:www.islam-watch.orgLeavingIslamindex.html
4. Tantangan yang Ditawarkan Islam Watch untuk Masyarakat
Islam Watch menantang umat Islam untuk berdebat pada pernyataan ini: a.
Mereka  menegaskan  bahwa  Islam  bukanlah  agama  damai  tetapi didasarkan
pada perang,
kekerasan, terorisme,
kebencian dan
ketidakadilan. b.
Mereka  menegaskan  bahwa  Islam  adalah  agama  palsu  yang  telah dipalsukan oleh Muhammad Saw.
c. Mereka menyimpulkan bahwa Islam bertanggung jawab atas korupsi yang
merajalela,  tirani  yang  tidak  masuk  akal,  terorisme  tak  ada  artinya, kekerasan tak henti-hentinya dan ketidakadilan sosial  yang  telah  meresap
di dunia Muslim.
83
Hal  tersebutlah  yang  menjadi  alasan  pernyatan  tentang  mereka,  mengapa umat Islam diajak untuk berdebat dengan mereka.
5. Misi Islam Watch dalam Mewujudkan Website
Misi  utama  Islam  Watch  dalam  membuat  website  Islam  watch  atau www.islam-watch.org  adalah  untuk  membimbing  kaum  Muslim  dari  kelompok
Islam  itu  sendiri  Militan.  Mereka  juga  berharap  bahwa  suara  kritis  terhadap Islam  akan  membuat  itu  hal-hal  negatif
– versi mereka agak mengerti”Jinak”. Islam  Watch  berencana  untuk  mencapai  tujuan  mereka  dengan  cara-cara
prospektif dan berkelanjutan sebagai berikut:
83
Admin, “Our Challenge”, artikel diakses pada 10 Oktober 2014 pada http:www.islam-
watch.orgabout-us.html
1. Mereka akan mengkritik dan mengungkap kebenaran nyata tentang Islam
tanpa mengurus mengenai kebenaran politik, apapun. 2.
Mereka akan membuktikan bahwa Islam adalah palsu dalam arti bahwa itu tidak  diungkapkan  oleh  Allah,  tetapi  diciptakan  oleh  Nabi  Muhammad
Saw sendiri untuk memenuhi keserakahan, ego dan ambisi. 3.
Mereka  akan  membuktikan  bahwa  Islam  tidak  ada  hubungannya  dengan perdamaian;  sebaliknya,  itu  adalah  aliran  sesat  yang  berbahaya  didirikan
melalui  kekerasan,  teror,  perampokan  dan  ketidakadilan  ekstrem  oleh Muhammad Saw.
4. Mereka  akan  membuktikan  bahwa  Islam  tidak  sesuai  dengan  dunia
modern.  Ajaran  Islam  sendiri  bertentangan  dengan  konsep  demokrasi, toleransi,  hak  asasi  manusia  dan  kesetaraan  gender,  dan  karenanya
berbahaya bagi peradaban modern. 5.
Mereka  akan  menunjukkan  bahwa  terorisme  Islam,  seperti  yang  dilihat saat  ini,  adalah  sangsi  oleh  Islam  untuk  yang  berhak  mendapatkannya.
Teroris  tidak  membajak  Islam;  sebaliknya,  Islam  sendiri  telah  membajak beberapa  manusia  baik  dan  mengubahnya  menjadi  mesin  untuk  teror,
pembunuhan dan penghancuran. 6.
Mereka  juga  akan  membangkitkan  dunia  non-Muslim,  terutama  Barat, tentang  bahaya  jangka  pendek  dan  jangka  panjang  Islam  kepada
masyarakat yang baik dan murah hati mereka. 7.
Sebagai humanis nonteistik, mereka sangat menegaskan bahwa kehidupan manusia  harus  dibimbing  oleh  hati  nurani  manusia,  kebijaksanaan  dan
pertimbangan  berdasarkan  Peraturan  Emas.  Ini  adalah  selalu  berubah, dinamis,  proses;  sebagai  orang-orang  mendapatkan  pengalaman  baru,
pengetahuan  ilmiah  dan  wawasan  ke  dalam  cara  kerja  dunia  dan kehidupan  manusia,  kebijaksanaan  etis  kita  akan  berubah.  Menentang
doktrin  agama  yang  kaku,  memiliki  ketentuan  tertentu  aturan  atau  nilai- nilai  harus  dipertimbangkan  secara  mutlak  dan  universal.  Kami
menyebarkan  bahwa  “Hiduplah  sendiri  dan  membiarkan  mereka  hidup lainnya, selama mereka tidak membahayakan dan menyebabkan gangguan
bagi orang lain ”.
8. “Islam  Watch”  akan  didominasi  oleh  para  penulis  mantan  Muslim  dan
progresif  Muslim.  Mereka  akan  membuat  beberapa  ruang  untuk  penulis non-Muslim  untuk  membantu  mereka  mengukur  bagaimana  dunia  non-
Muslim menangkap kebenaran tentang Islam. 9.
Menciptakan massa kritis kritikus Islam dari latar belakang Muslim, salah satu tujuan utama mereka adalah untuk membuat penulis baru, yang kritis
terhadap  Islam,  dari  kalangan  umat  Islam.  Mereka  akan  menempatkan upaya  maksimal  dalam  memelihara  bakat-bakat  baru  lahir.  Mereka  akan
mendesak  para  penulis  Muslim  untuk  memiliki  pikiran  kritis  mereka tentang  Islam,  terlepas  dari  seberapa  baik  mereka,  dan    mereka  akan
mencoba untuk mengakomodasi mereka dalam website Islam Watch. 10.
Meskipun  Islam  Watch  telah  diluncurkan  oleh  mantan  Muslim  yang datang
terutama dari
Asia Selatan,
mereka bertujuan
untuk menghubungkan  kaum  murtad  dan  kritikus  Muslim  dari  seluruh  penjuru
dunia.  Mereka  mendorong  kepada  orang-orang  seluruh  penjuru  dunia untuk menyuarakan pendapat mereka melalui Islam Watch.
11. Mereka  akan  menerbitkan  sejumlah  artikel  pilihan  bagi  penulis  non
Muslim dari keyakinan kuat sekuler yang hanya ada pada kebijakan editor pendiri saja.
84
6. Kebijakan Penerbitan Artikel pada Website
Islam  Watch  membuka  diri  untuk  setiap  kritik  atau  perubahanperbaikan dengan mengacu pada pedoman penerbitan yang mengakomodir pandangan yang
adil, masuk akal dan yang dapat meningkatkan upaya dalam mencapai misi Islam Watch.  Hal  tersebut  dilakukan  untuk  mempertahankan  fokus  laman  situs  mereka
serta  untuk  mempertahankan  suasana  yang  kondusif.  Diantara  pedoman  dan kebijakan tersebut adalah:
1. Bahwa  meskipun  “Islam  Watch”  akan  tetap  fokus  atas  diskusi  kritis
terhadap  setiap  aspek  Politik  Islam,  terorisme  dan  kepalsuan  landasan pendiriannya,  dan  wacana  nonbertuhan,  tapi  mereka  juga  akan  tetap
menerima materi tentang kritik umum agama-agama lain. 2.
Akan  tetap  menerima  diskusi  filosofis  umum  yang  menafikan  prasangka kesia-siaan atau kesalahan semua agama termasuk Islam.
3. Umumnya  tidak  akan  menerbitkan  artikel  yang  memberitakan  atau
memuliakan  Islam  atau  agama  lain.  Satu-satunya  alasan  mereka  dapat
84
M A Khan, Our Mission – “Why This Site,” Artikel diakses pada 08 Agustus 2014 pada
http:www.islam-watch.orgabout-us.html
mempublikasikan  artikel  tersebut  adalah  untuk  membuktikan  kekosongan komentar tersebut.
4. Artikel  asli  yang  ditulis  oleh  anggota  Islam  Watch  akan  diberikan
preferensi.  Posting  mereka  akan  sesuai  dengan  tujuan-tujuan  dan  sasaran mereka. Hal ini untuk memelihara para penulis dan menjaga mereka agar
tidak  menyimpang  dari  tujuan  kardinal  utama  mereka.  Mereka  akan mendorong  para  penulis  pemula  untuk  meneruskan  artikel  mereka
penulis. 5.
Akan memungkinkan kontributor untuk menulis atas nama asli atau fiktif dengan  tetap  memprioritaskan  agar  kontributor  tetap  menggunakan  nama
samaran karena asumsi bahaya yang terkait dengan kritisasi Islam. 6.
Posting atas setiap tulisan yang dipublish akan murni atas dasar dan hasil kebijaksanaan editor.
85
7. Salah Satu Pandangan Islam Watch tentang Islam
Di  antara  pandangan  Islam  Watch  tentang  Islam  sebagaimana  yang tertuang  dalam  artikel  yang  terposting  dalam  laman  situs  www.islam-watch.org
yaitu dengan judul artikel “Sūrah al-Fātiḥah” oleh Ibn Kammuna yang diposting pada  Minggu,  09  Maret  2014  Jam  02:52  yang  terjemahannya  adalah  sebagai
berikut:
85
M.A. Khan, “Publishing Guidelines,” artikel diakses pada tanggal 02 September 2014 dari http:www.islam-watch.orgabout-us.html
Al-F ātiḥah
86
Al-F ātiḥah  adalah  salah  satu  Sūrah  pendek  dalam  al-Qur‟an.  al-Fātiḥah
hanya 7 ayat. Muslim harus membacanya dalam doa-doa sehari-hari mereka. Hal ini dianggap sebagai
“ibu” dari seluruh al-Qur‟an, salah satu Sūrah terbesar yang ada dalam lingkungan kehidupan kaum Muslim.
A ḥmad ibn Ḥanbal mencatat dalam Musnad-nya bahwa Abū Sa‟īd bin al-
Mu „allá mengatakan:
“Aku sedang berdoa shalat ketika Nabi memanggil saya, jadi saya tidak menjawab  sampai  aku  selesai  shalat.  Saya  kemudian  pergi  kepadanya  dan  dia
bilang, Apa mencegah Anda dari datang menjawab panggilanku? Aku berkata, Wahai Rasulullah Aku sedang berdoa shalat.
Dia  mengatakan,  Bukankah  Allah  mengatakan,  Hai  orang  yang  beriman  Jawab lah  Allah  dengan  mematuhi-Nya  dan  Rasul  Nya  ketika  ia  memanggil  Anda
karena dia yang memberi hidup Anda. Dia kemudian berkata,
“Aku  akan  mengajarkan  Anda  Sūrah  terbesar  dalam  al-Qur‟an  sebelum  Anda meninggalkan Masjid Masjid
”. Dia  memegang  tangan  saya  dan  ketika  dia  hendak  meninggalkan  Masjid,  aku
berkata, „Wahai  Rasulullah  Anda  berkata:  Aku  akan  mengajarkan  Anda  Sūrah
terbesar dalam al-Qur ‟an „.
Ia mengatakan, Ya. al-
Ḥamdu lillāhi Rabbil ‘Alamīn,
86
Ibn  Kammuna,  “Sūrah  al-Fātiḥah,”  Artikel  asli  berbahasa  Inggris  dan  diakses  pada tanggal  03  September  2014  dari  http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513-sura-al-
fatiha.html
Ini adalah tujuh berulang ayat dan al-Qur ‟an yang saya diberikan.
Berikut adalah ayat-ayat S ūrah dengan terjemahan sebagai berikut:
Sahih Internasional Red: bahwa naskah asli Arab al-F ātiḥah sama dan serempak
seluruh dunia Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha pemurah lagi maha penyayang.
Yang menguasai di hari pembalasan. Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami meminta
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
yaitu  Jalan  orang-orang  yang  telah  e ngkau  beri  ni‟mat  kepada  mereka;  bukan
jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
87
Pada dasarnya, S ūrah ini adalah Sūrah yang menguatkan untuk agar terus
tetap  pada  jalan  yang  lurus  Islam  dan  tidak  tersesat  dengan  mengikuti  jalan orang Yahudi dan Kristen Nasrani.
a. Yahudi dan Kristen
al-Turmudh ī meriwayatkan dari „Adiy Ibn Hātim yang mengatakan:
“Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, tentang apa yang Allah Firmankan tentang  “Mereka  yang  telah  mendapatkan  kemarahan  Ghayril  Maghḍūbi
‘Alayhim”  dan  dia  Rasul  menjawab,  “Hal  ini  mengacu  pada  orang-orang
87
Disesuaikan dengan al-Qur ’an dan Terjemahannya 1978. Jakarta: Departemen Agama
Republik Indonesia. Referensi S ūrah Asli terdapat pada Sūrah al-Fātiḥah dalam al-Qur‟anul Karim
pada S ūrah Pertama.
Yahudi.  „Saya  kemudian  bertanya  lagi  tentang  “Mereka  yang  sesat”  dan  dia berkata, “Orang-orang Nasrani Kristen adalah mereka yang sesat.”
b. Tafsir Menurut Islam Watch
S ūrah  ini  berperan  dalam  mengingatkan  kaum  Muslim  sebagai
pengakuannya  atas  memegang  teguh  kebenaran.  S ūrah  lainnya  dianggap
sebagai  kesalahan  belaka.  Muhammad  telah  memastikan  bahwa  S ūrah  ini
yang  merupakan  bagian  dari  ibadah  harian  Muslim,  akan  tetap  membenci Nasrani dan Yahudi, hanya karena Muhammad tidak bisa meyakinkan mereka
bahwa  Ia  adalah  seorang  Rosul.  Membenci  non-Mulsim  yang  tidak  hanya Yahudi  atau  Nasrani  merupakan  kewajiban  tersirat  pada  Muslim.  Jika  Allah
marah terhadap Yahudi dan Nasrani, tidak usah dikatakan bahwa Allah lebih marah  terhadap  mereka  yang  kurang  beruntung  u
ntuk disebut “Sebutan pada S
ūrah yang disinggung” Dimurkai dan Sesat. Tidak ada bukti pendukung atas pengakuan Muslim terhadap umat Kristen
dan  Yahudi,  kecuali  dalam  al-Qur ‟an  itu  sendiri.  Sebagaimana  klaim  al-Qur‟an
tentunya tidak dapat dibuktikan oleh hal-hal diluar al- Qur‟an. Sama seperti ketika
kita  mengucapkan;  “Yahudi  dan  Nasrani  itu  salah  karena  memang  saya mengatakan demikian”. Sebuah klaim bodoh dan konyol seperti itu “karena saya
bilang  begitu”  dapat  berlaku  untuk  seorang  ayah  yang  mengatakan  terhadap anaknya.  Ini  tidak  berlaku  untuk  seorang  intelektual  yang  mencari  bukti.  Anda
tidak  dapat  menggunakan  al- Qur‟an  untuk  membuktikan  kebenarannya.  Anda
perlu  menggunakan  beberapa  cara  lain;  seperti  alat  atau  sesuai  yang  ada  pada Muslim itu pada umumnya.
88
Salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  seseorang  untuk  meninggalkan kultus  adalah  ketakutan  untuk  menanamkan  kultus  itu  sendiri  dalam  anggota
kultus.  Ini  adalah  ketakutan  yang  wajar.  Tapi,  bagaimanapun,  sangat  kuat. Kritikus Islam Mumin Salih telah membahas secara dalam tentang pengaruh Islam
terhadap Psikis Muslim sejak dari lahirnya dan bahkan sebelumnya. Hal seperti mempengaruhi tidak boleh dibiarkan begitu saja. Bahkan untuk orang yang sudah
dewasa  sekalipun,  dan  itu  lah  yang  menjadi  perjuangan  substasial  yang  besar untuk sesorang untuk kemudian meninggalkan Islam karena doktrin dan kultus.
Bahkan sekalipun klaim Islam tidak dapat dibuktikan diluar teks suci mereka, ini adalah  proyek  dari  upaya  besar  untuk  keluar  dari  belenggu  agama  Islam  dan
terbang bebas di  dunia  yang bebas. Kurangnya bukti  Islam atas ketidak cukupan dan menyeluruhnya sangatlah cukup untuk  seorang  Muslim  untuk  membebaskan
diri. Kemudian faktor-faktor lain juga tetap perlu dipertimbangkan. Kembali ke S
ūrah yang sedang dibahas. Cukup lah jelas bahwa membaca S
ūrah  tersebut  pada  setiap  Muslim  pada  kesehariannya  ialah  tidak  lebih  dari sebuah  skema  pemasaran  untuk  membenci  dan  mendiskriminasi  Yahudi  dan
Kristen.  Setelah  tinggal  di  Timur  Tengah  untuk  paruh  pertama  hidup  mereka, mereka bisa langsung menyaksikan fakta bahwa budaya Arab Timur Tengah yang
memang dirancang untuk membenci orang-orang Yahudi dalam skala yang besar, dan untuk bahan rutinitas membenci Yahudi dan Nasrani.
88
Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fātiḥah,” diakses pada 10 Oktober 2014 pada laman website
pengarang  artikel  halaman  beranda  pada  http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513- sura-al-fatiha.html
Kesimpulan
Kesimpulan dari semuanya adalah bahwa doashalat harian Muslim adalah mandatperintah untuk  membenci  orang-orang tertentu,  Yahudi,  dan Nasrani  dan
non-Muslim  pada  umumnya  karena  alasan  mereka  itu  sendiri.  Shalat  harian  ini adalah  salah  satu  elemen  yang  membuat  mereka  percaya  bahwa  Islam  adalah
agama  supremasipaksaan.  Ini  berasumsi  bahwa  kebenaran  atas  orang  lain  tanpa memiliki bukti sama sekali.
89
B. Profil Penafsir Modern
A. Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī
1.
Riwayat Hidup al-Marāghī
Nama lengkap al- Marāghī adalah Aḥmad Muṣṭafā al-Marāghī ibn Muṣṭafā
ibn  Muhammad  ibn  „Abdul  Mun‟im  al-Qādri  al-Marāghī.  Ia  termasuk  salah seorang  murid  Syekh  Muhammad  Abduh.  Lahir  pada  tahun  1883,  yang  mana
tanggal  dan  bulan  kelahirannya  tidak  diketahui  dengan  pasti,  tempat  lahirnya  di kota  al-
Marāgah,  Propinsi  Suhaj,  700  km  arah  Selatan  kota  Kairo.
90
Kepada kampungnya tersebut namanya dinisbahkan sehingga lebih popular  dengan nama
al- Marāghī.
A ḥmad  Muṣṭafā  al-Marāghī  mengikuti  jejak  ayahnya  yang  sukses  dalam
mendidik  anak-anaknya  sehingga  berhasil  melahirkan  dan  mencetak  anak-
89
Ibn Kammuna, “Sūrah al-Fȃtiẖah,” diakses pada 10 Oktober 2014 pada laman website
pengarang  artikel  halaman  beranda  pada  http:www.islam-watch.orgauthors59-kammuna1513- sura-al-fatiha.html
90
Adil Nuwahid, Mu’jam al-Mufasirin min Shadr al-Islam Hatta al-‘Shr al-Hadir, Jilid I
Beirut: Muassasah al-Nuwaihid al-Saqafiyah, 1988, Cet. Ke-2, h. 80. Dikutip dari Hasan Zaini, Tafsir Ayat-ayat Kalam Tafsir al-
Marāghī Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 15.
anaknya  menjadi  generasi  yang  sukses,  dan  tetap  mempertahankan  tradisi keluarganya yang kental dengan nuansa agama. Hal ini dibuktikan dengan adanya
empat orang putranya yang menjadi hakim, yaitu: a.
M. Aziz Ahmad al-Marāghī, Hakim di Kairo b.
A.  Hamid  al-Marāghī,  Hakim  dan  Penasehat  Menteri  Kehakiman  di Kairo
c. Asim Aḥmad al-Marāghī, Hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi di
Kairo d.
Aḥmad  Midhat  al-Marāghī,  Hakim  di  Pengadilan  Tinggi  Kairo  dan Wakil Menteri Kehakiman di Kairo.
91
A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī ketika menginjak usia sekolah, ia dimasukan
oleh  orang  tuanya  ke  madrasah  di  desanya  untuk  belajar  al- Qur‟an.  Dengan
dikaruniai otak yang sangat cerdas, sehingga sebelum usia 13 tahun ia sudah hafal seluruh  ayat  al-
Qur‟an. Di samping itu juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar- dasar  ilmu  syari‟ah  di  madrasah  sampai  ia  menamatkan  pendidikan  di  tingkat
menengah.
92
Pada tahun 1897 atas dorongan orang tuanya, ia pergi meninggalkan kota al-
Marāghah menuju kota Kairo untuk menuntut ilmu di Universitas al-Azhar. Di universitas  pertama  di  dunia  itulah,  ia  mempelajari  cabang  ilmu  pengetahuan
agama,  seperti  bahasa  Arab,  balagah,  tafsir,  ilmu  al- Qur‟an,  hadis,  ilmu  hadis,
fiqih, usul fiqh, akhlak, dan ilmu falaq. Di samping itu ia juga mengikuti kuliah di
91
Jalal,  Tafsir  al- Marāghī  dan  Tafsir  al-Nur,  h.  109,  dikutip  dari  Hasan  Zaini,  Tafsir
Ayat-ayat Kalam, 16.
92
Abdullah  Mu ṣṭafā  al-Marāghī,  al-Fath  al-Mubīn  fi  Tabaqāt  al-Usuliyyīn  Beirut:
Muhammad  Amin,  1934,  h.  202  dikutip  dari  Hasan  Zaini,  Tafsir  Ayat-ayat  Kalam  Tafsir  al- Marāghī Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h.17.
Fakultas Dār al-„Ulūm Kairo yang dulu merupakan perguruan tinggi tersendiri, dan  kini  menjadi  bagian  dari  Cairo  University.
93
A ḥmad  Muṣṭafā  al-Marāghī
berhasil  menyelesaikan  studinya  di  kedua  perguruan  tinggi  tersebut  pada  tahun 1909.  Di  antara  dosen-dosen  yang  ikut  mengajarkan  di  al-
Azhar  dan  di  Dār  al- „Ulūm adalah Syeikh Muhammad Abduh, Muhammad Hasan al-Adawiy, Syeikh
Muhammad Bakhit al- Mut‟iy
94
dan Syeikh Muhammad Rifā‟i al-Fayumi.
95
Setelah  Syeikh  A ḥmad  Muṣṭafā  al-Marāghī  menamatkan  setudinya  di
Universitas al-Azhar dan Dār al-„Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru
di  beberapa  sekolah  menengah,  kemudian  diangkat  menjadi  direktur  Madrasah Mu‟allimin  di  Fayum,  sebuah  kota  setingkat  kabupaten  kotamadya  300  km
sebelah barat kota kairo. Pada  tahun  1916  A
ḥmad  Muṣṭafā  al-Marāghī  diangkat  menjadi  dosen utusan  Universitas  al-Azhar  mengajar  ilmu-
ilmu  syari‟ah  Islam  pada  Fakultas Ghirdun  di  Sudan.  Selain  sibuk  mengajar  A
ḥmad  Muṣṭafā  al-Marāghī menyelesaikan  buku  yang  ditulis  di  sana  adalah
‘Ulum al-Balagah.
96
Kemudian tepatnya pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen bahasa
Arab  dan  ilmu- ilmu  syari‟ah  Islam  di  Dār  al-Ulūm  sampai  tahun  1940.  Ia  juga
diangkat  menjadi  dosen ilmu  balagah dan sejarah  kebudayaan  Islam di  Fakultas Adab  Universitas  al-Azhar.  Ia  dinilai  sebagai  murid  Muhammad  Abduh  yang
93
Harun Nasution,  Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan Jakarta: Bulan Bintang, 1991, Cet VIII, h. 71
94
Muhammad  Bukhait  al- Mut‟iy  adalah  pengarang  kitab  Haqiqatul  Islam  wa  Usul  al-
Hukm
95
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 71
96
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 203
memiliki peranan besar dalam hal pembaharuan di Universitas al-Azhar.
97
A ḥmad
Mu ṣṭafā al-Marāghī juga mengajar pada perguruan Ma‟had Tarbiyah Mu‟alimat,
sampai  ia  mendapat  piagam  tanda  perhargaan  dari  raja  Mesir,  Faruq  Pada  tahun 1361H  atas  jasa-jasanya  itu.  Piagam  tersebut  tertanggal  11  Januari  1361H.  pada
tahun 1951, yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, beliau masih mengajar dan dipercayakan menjadi direktur Madrasah Usman Mahir Basya di Kiro sampai
menjelang akhir hayatnya.
98
A ḥmad Muṣṭafā al-Marāghī meninggal dunia pada tanggal 9 Juli 1952 di
tempat kediamannya di jalan Zul Fikar Basya nomor 37 Hilwan kira-kira 25 km di sebelah Selatan kota Kairo.
99
Berkat didikan dari Syeikh Ahmad Mu ṣṭafā al-Marāghī,  lahirlah ratusan,
bahkan  ribuan  ulama  dan  cendikiawan  Muslim  yang  bisa  dibanggakan  oleh berbagai  lembaga  pendidikan  Islam,  yang  ahli  dalam  ilmu-ilmu  agama  Islam.
merekalah yang menjadi tokoh-tokoh aktifis bangsanya, yang mampu mengemban dan meneruskan citra-citra bangsanya di bidang pendidikan.
100
2.
Seketsa Tafsir al-Marāghī
Al- Marāghī  menulis  dan  menyusun  Tafsir  al-Marāghī  dilatarbelakangi
oleh  beberapa  faktor,  di  antaranya  adanya  respon  positif  dari  umat  Islam  yang begitu  besar  terhadap  tafsir  al-
Qur‟an. Keinginan al-Marāghī untuk menulis dan
97
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II Jakarta:UIP, Cet. Ke- 6, 1986, h. 101
98
Jalal,  Tafsir  al- Marāghī  dan  Tafsir  al-Nur,  h.  115.  Dikutip  dari  Hasan  Zaini,  Tafsir
Ayat-ayat Kalam,  h. 18
99
Jalal,  Tafsir  al- Marāghī  dan  Tafsir  al-Nur,  h.  119.  Dikutip  dari  Hasan  Zaini,  Tafsir
Ayat-ayat Kalam,  h. 18
100
al- Marāghī,  al-Fath  al-Mubīn,  h.  202,  dikutip  dari  Hasan  Zaini,  Tafsir  Ayat-ayat
Kalam, h. 18
menyusun  tafsirnya  tersebut  semenjak  lulus  menyelesaikan  setudinya  dan  ketika ia  mengajar  di  madrasah,  al-
Azhar dan Dār al-„Ulūm. Dengan pengalaman yang didapat  dari  mengajar  lalu  mengamalkan  ilmunya  di  kedua  lembaga  tersebut
terbukalah  wawasan  dan  pemikiran  untuk  memberikan  sumbangan  yang  positif untuk  masyarakat  Muslim  yang  mana  sangat  merespon  dan  menaruh  perhatian
untuk  memperdalam  pengetahuan  serta  memperluas  wawasan  mereka  tentang tafsir al-
Qur‟an.
101
Penulisan  tafsir  al- Marāghī juga dilatarbelakangi dengan keprihatinan al-
Marāghī dengan isi kandungan tafsir yang sering kali banyak memuat cerita-cerita yang  tidak  rasional.  Dalam  perspektifnya,  bahwa  berbagai  kitab  yang  tersebar
selama  ini  kerapkali  diselipkan  dengan  cerita-cerita  yang  dinilai  bertentangan dengan  akal  dan  fakta-fakta  ilmu  pengetahuan,  bahkan  seringkali  bertentangan
dengan kebenaran itu sendiri.
102
3. Metode dan Corak Penafsiran
Manhaj  dan  sistematika  Tafsir  al- Marāghī  yang  ditulis  oleh  al-Marāghī,
sebagaimana  yang dikemukakannya  dalam  muqaddimah tafsirnya adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan  terhadap  Sūrah  dan  ayatnya.  Al-Marāghī  mengawali
penafsirannya dengan menjelaskan tempat nuzulnya Sūrah tersebut, yaitu Makkiyah  ataupun  Madaniyah,  atau  juga  menjelaskan  bahwa  sebagian
ayat-ayatnya  adalah  Makkiyah  dan  sebagian  lainnya  Madaniyah. Setelahnya menuliskan secara singkat kronologi turun
nya Sūrah tersebut.
101
al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid I Juz I, h. 3
102
al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid I Juz I, h. 3
2. Selanjutnya  setelah  ia  mengemukakan  keterangan  singkat  mengenai  ayat
dan  Sūrahnya,  al-Marāghī  menjelaskan  munāsabah  atau  keterkaitannya dengan  Sūrah  yang  sebelumnya.  Ia  juga  sering  menggunakan  istilah
ittishal ayat atau surah sebelumnya. Aspek munāsabah tidak ditempatkan
pada  satu  tempat  tertentu  oleh  al- Marāghī.  Hal  ini  biasa  dilakukan  oleh
para  mufasir    pada  umumnya.  Mufasir  yang  menempatkan munāsabah
dalam  satu  bagian  tertentu  adalah  Muhammad  „Ali  al-Shabunī  dalam kitabnya  Shafwah  al-Tafsir.  Al-
Marāghī  biasanya  menempatkan  aspek munāsabah khususnya munāsabah antar Sūrah pada setiap awal Sūrah.
3. Menjelaskan  pengertian  al-Mufrodat.  Setelah  setelah  menyebutkan  ayat-
ayat  yang  ingin  ditafsirkan,  ia  mengiringi  dengen  penjelasan  tentang pengertian  kata-kata  menurut  bahasa,  terutama  kata-kata  yang  dianggap
sulit dipahami pembaca. 4.
Menjelaskan  pengertian  ayat-ayat  secara  gelobal  al-Ma’na  al-Jumaliy  li al-
ayāt.  Dalam  penjelasan  kosa  kata,  ia  menjelaskan  maksud  beberapa ayat secara gelobal dan garis besar.
5. Mengemukakan riwayat asbab al-Nujūl ayat. Al-Marāghī mengemukakan
riwayat  tersebut,  jika  ayat  itu  mempunyai  asbab  al- Nujūl  yang  dinilai
shahih oleh para mufassir. 6.
Al-Marāghī menggunakan gaya bahasa  yang mudah dicerna oleh pikiran masa  kini,  sebab  setiap  orang  harus  diajak  bicara  sesuai  dengan
kemampuan akal mereka. 7.
Selektif dalam menerima riwayat-riwayat dari kitab tafsir
8. Mengakhiri  penafsiran  serta  dengan  catatan  rangkuman  kandungan  dari
Sūrah yang telah dibahas. Secara  metodologis,  al-
Marāghī menggunakan metode tahlīli, yaitu suatu cara  menafsirkan  al-
Qur‟an  dari  berbagai  aspeknya  dengan  berdasarkan  urutan ayat  dan  Sūrah  sebagaimana  yang  terdapat  dalam  susunan  mushaf  al-Qur‟an.
103
Sementara  corak  penafsirannya  lebih  kepada  corak  sastra  dan  budaya  sosial kemasyarakatan atau yang kerap disebut al-Adab al-
Ijtima‟i. Hal tersebut memang dipengaruhi  keahliannya  dibidang  bahasa  dan  sastra  sehingga  ia  menyajikannya
dengan  gaya  bahasa  dan  redaksi  yang  sangat  teliti,  dan  penafsiran  disesuaikan dengan  perkembangan  situasi  yang  berkembang  di  masyarakat.  Misalnya,  ketika
menjelaskan  tentang  kesusahan  dan  kemelaratan  memdidik  jiwa  orang-orang musyrik.  Bahw
a  Sūrah  al-An‟ām6:  44.  Mengisyaratkan  bahwa  kesusahan, kemelaratan, kesenangan daan nikmat termasuk hal-hal yang bisa mendidik orang
yang  di  berkati  oleh  Allah  untuk  mendapat  petunjuk  dan  menempuh  jalan  lurus. Adanya  cobaan  tersebut,  hendaknya  orang  mukmin  menjadi  orang  yang  paling
patut untuk mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa itu.
104
Berangkat dari pernyataan di atas, maka  hal tersebut menunjukan bahwa al-
Marāghī  dalam  tafsirnya  itu  berusaha  menonjolkan  bagaimana  peran  dan penggunaan  akal  secara  luas  dan  ilmu  pengetahuan  modern  bukanlah  hal  yang
dilarang dan tidak bertentangan dengan Islam.
103
„Abd  al-Hayy  al-Farmawi,  al-Bidayah  fi  al-Tafsir  al-Mawdu’I  Kairo:  al-Hadrah  al- „Arabiyah, 1977, Cet II, h. 24
104
Al- Marāghī, Tafsir al-Marāghī, Jilid 6, h. 207
B. Abdul Basith
1. Riwayat Hidup Abdul Basith
Abdul  Basith  merupakan  salah  satu  doktor  bergelar  Ph.D.  yang  saat  ini aktif di fakultas jurusan psikologi di Universtasi Chicago. Salah satu lulusan yang
jenius. Dr. Basith memiliki latar belakang pendidikan kosmopolitan. Ia lulus dari pskologi  klinis  dari  Universitas  of  Liverpool  Inggris.  Beberapa  aktifitasnya  juga
cukup  banyak  dan  beragam  dimana  ia  pernah  menjadi  Kepala  Inspektur  Rumah Sakit Jiwa, Direktur Penelitian dan Pelatihan, Staf Senior Dokter sekaligus Ketua
Departemen  Psikologi.  Karyanya  cukup  banyak  diterbitkan  dalam  jurnal  yang ternama  dan  telah  banyak  memberikan  makalah  dalam  konferensi  nasional  dan
internasional.  Ia  muncul  dan  terlahir  dari  keluarga  Muslim  Eminet  India.  Ia merupakan pemangku kepentingan pada studi perbandingan agama dunia. Ia juga
menjabat  di  dua  organisasi  Islam  internasional  di  Chicago  dan  memilik banyakpublikasi di bidang keagamaan.
105
C. Hamka
1. Riwayat Hidup Hamka
Nama  kecil  penulis  buku  Tafsir  al-Azhar,  adalah  Abdul  Malik.  Ia dilahirkan di suatu  kampung  yang bernama Tanah Sirah di tepi danau Maninjau
di Sungai Batang, propinsi Sumatra Barat, pada hari Minggu, tanggal 16 Februari 1908  yang  bertepatan  dengan  tanggal  13  Muharram  1326  H.
106
Abdul  Malik kemudian  lebih  dikenal  dengan  nama  Hamka  yang  sebenarnya  merupakan
akronim  dari  Haji  Abdul  Malik  Karim  Amrullah.  Ibunya  bernama  Siti  Safiyah.
105
Abdul Basith, The Essence of The Quran, Chicago; ABC International Group, 1997 h. 3
106
Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Jilid I, h. 9
Ayah  dari  ibuna  itu  bernama  Gelanggang  gelar  Bagindo  nan  Batuah.  Dikenal sebagai  guru  tari,  nyanyian  dan  pencak  silat  pada  usia  mduanya.  Waktu  masih
kecil hamka selalu mendengarkan pantun-pantun yang berarti dan mendalam.
107
Ayah  Hamka,  Abdul  Karim  Amrullah,  merupakan  seorang  ulama  Islam yang  cukup  terkemuka  di  Sumatra.  Ayah  Hamka  dikenal  juga  dengan  sebutan
Haji  Rasul,  dan  termasuk  tokoh  yang  berpengaruh  dalam  gerakan  pembaruan Islam  yang  bertujuan  pemurnian    agama  pada  awal  abad  ke  -20  di  Sumatera
Barat.
108
Mengingat ayahnya adalah seorang  pembaharu di Sumatera Barat, tidak mengherankan  jika  Hamka  lahir  dan  tumbuh  dalam  suasana  pembaharuan  yang
diperjuangkan  di  Minangkabau  sejak  tahun  1906,  setelah  ayahnya  pulang  dari menuntut ilmu pada Syekh Ahmad Khatib di Makah.
109
Hamka  mengawali  pendidikannya  dengan  membaca  al- Qur‟an  di  rumah
orang  tuanya  saat  mereka  pindah  dari  Maninjau  ke  Padang  panjang  pada  tahun 1914.
110
Setelah usia tujuh tahun, Hamka dimasukan kesekolah desa. Pada tahun 1916  Hamka  masuk  sekolah  Diniyah  yang  didirikan  oleh  Zainuddin  Labai  el-
Yunusi  petang  hari,  di  Pasar  Usang  Padang  panjang.  Pagi  hari  Hamka  pergi  ke sekolah desa, sore hari pergi ke sekolah Diniyah, dan pada malam hari belajar di
surau bersama teman-temannya.
107
“Nama  Saya:  Hamka”,  dalam  Nasir  Tamara,  Buntara  Sanusi,  dan  Vincent  Djauhari Editor, Hamka di Mata Hati Umat Jakarta: 1996, Cet. III, h. 51
108
Tentang  pengaruh  Abdul  Karim  Amrullah  dalam  gerakan  pembaruan  Islam  di Sumatera Barat  dapat dilihat pada Murni Jamal, H. Abdul Karim Amrullah: Pengaruhnya Dalam
Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada awal abad ke-20 Jakarta: INIS, 2002, h. 2
109
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990, h. 23-33
110
Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid I, h. 28
Pada  tahun  1918,  Surau  Jembatan  Besi,  tempat  ayahnya  memberikan pelajaran  agama  diubah  menjadi  madrasah,  yang  dikenal  dengan  Thawalib
School.  Agar  anaknya  menjadi  ulama  terkenal,  Hamka  dimasukan  ke  Thawalib School.  Dan  berhenti  dari  sekolah  desa.
111
Pada  Tahun  1923  Hamka  mengalami suatu peristiwa,  yang mengguncangkan jiwanya ayahnya bercerai  dengan  ibunya
dikarenakan desakan atau campur tangan keluarga. Pada usia masih belia, Hamka telah  mengalami  penderitaan  kejiwaan  yang  cukup  berat  yang  disebabkan  oleh
perceraian orang tuanya itu. Perasaan  kecewa  Hamka  karena    perceraian  kedua  orang  tuanya  dan
beberapa  sikap  ayahnya  yang  dinilainya  kontradiktif  itu  membawa  Hamka  jauh dari  lontrol  pendidikan  ayahnya,  pada  masa  kecilnya  Hamka  seperti  tumbuh
menjadi  anak  nakal  dan  liar.  Pada  masa  kecilnya,  Hamka  tampak  tidak  merasa risih  untuk  bertindak  nakal,  meskipun  ia  dikenal  sebagai  putra  seorang  tokoh
agama terkemuka di daerahnya. Awal  tahun  1927  dia  berangkat  dengan  kemauannya  sendiri  ke  Makkah,
sambil  menjadi  koresponden  harian  “Seruan  Islam”  di  Tanjung  Pura  Langkat, dan pembantu dari “Bintang Islam” dan “Suara Muhammadiyah” Yogyakarta.
112
Ketika  usia  21  tahun,  kembali  dari  perjalanan  ke  Makkah,  ia  dinikahkan  dengan Siti Rahm yang berusia 15 tahun.
113
111
Di  antara  kitab  yang  harus  dihafal  Hamka  adalah  Matan  Taqrib,  Matan  Mina  dan Fathul Qaīb. Lihat Hamka, Kenang-kenangan Hidup Jakarta: Bulan Bintang, 1990, Jilid I, h. 58
112
Hamka, Tasauf Modern Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001, h. 9
113
Pada  1  Januari  1972  istri  Hamka  meninggal  dunia  di  Jakarta,  dengan  meninggalkan sepuluh  orang  anak:  tujuh  laki-laki  dan  tiga  perempuan.  Satu  tahun  delapan  bulan  setelah  istri
pertamanya  meninggal,  pada  19  Agustus  1973,  ia  menikah  lagi  dengan  Hj.  Siti  Khadijah,  dari Cirebon, Jawa Barat. Lihat “Nama Saya Hamka”, Nasir Tamara, dkk., Hamka di Mata Hati Umat,
h. 51-52
Pada tahun 1958 ia dianugrahi gelar doctor honoris causa oleh Universitas al-Azhar,  Mesir  setelah  menyampaikan  orasi  ilmiah  yang  berjudul  Pengaruh
Muhammad  Abduh  di  Indonesia.  Gelar  doktor  honoris  causa  juga  diperoleh Hamka dari Universitas Kembangan Malaysia pada 1974.
114
Dalam  pergerakan  Islam  di  Indonesia,  Hamka  layak  ditempatkan  sebagai pemikir  Muslim  terkemuka.  Di  samping  itu,  ia  juga  di
kenal  seorang  Da‟i. Ceramah-ceramahnya  yang  terkesan  sejuk  dan  mencerahkan.  Hamka  pernah
bergelut di bidang politik sebagai anggota konstituante mewakili partai Masyumi, pada tahun 1979 Hamka terpilih menjadi Ketua Umum Majlis Ulama Inonesia.
Hamka  wafat  pada  hari  Jum‟at  24  Juli  1981,  jam  10.41,  dalam  usia  73 tahun 5 bulan.
115
Beberapa lama sebelum Hamka wafat, ia mengundurkan diri dari jabatan  Ketua  Umum  Majlis  Ulama  Indonesia,  sehubungan  dengan  kontroversi
peredaran  fatwa  tentang  pengharaman  keikutsertaan  Muslim  dalam  perayaan Natal.
2. Metodologi Tafsir
Metode yang digunakan oleh Hamka dalam tafsir al-Azhar adalah metode tahlīli metode analisis. Buku-buku tafsir yang menggunakan metode tahlīli pada
umumnya  menggunakan  urutan  pe nafsiran sesuai dengan urutan Sūrah dan ayat
sebagaimana  tercantum  dalam  mushaf  al- Qur‟an.  Buku  tafsir  al-Azhar,  juga
dis usun berurutan seperti urutan Sūrah yang tercantum dalam al-Qur‟an, di mulai
dari Sūrah al-Fatihah sebagai induk al-Qur‟an, dan diakhiri dengan Sūrah an-Nas. Sebagaimana  jumlah  Sūrah  yang  terdapat  dalam  mushaf  al-Qur‟an,  dalam  buku
114
Yunus Amirhamzah, Hamka Sebagai Pengaruh Roman Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 6-7
115
Rusydi, Pribadi dan Martabat, h. 230