Sedangkan pada akhir tulisan, penulis menjabarkan daftar pustaka yang penulis jadikan sebagi bahan acuan dalam penyusunan skripsi ini.
17
BAB II ISLAMOPHOBIA, PENISTAAN AGAMA DI INTERNET DAN
HUBUNGAN ISLAM DENGAN NON ISLAM DALAM SEJARAH
A.
Perkembangan Islamophobia
Islamophobia seperti yang beredar di internet menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup tinggi dengan wacana kebencian yang menargetkan
kaum Muslim, dimaksudkan untuk menggambarkan tingkat kebencian masyarakat melalui media sosial dengan memberikan dan menyebarkan kebencian pada
umumnya terhadap Islam.
27
Secara etimologi, Islamophobia berasal dari kata Islam dan Phobia. Menurut College Dictionary, Phobia adalah sebuah perasaan
takut yang tak berdasar, sebuah ketakutan yang tidak masuk akal atas sebuah obyek, aktifitas, atau situasi khusus yang mendorong seseorang untuk keluar atau
menjauh dari situasi tersebut.
28
Dengan demikian, Islamophobia berarti ketakutan yang irasional terhadap Islam sehingga keberadannya harus dijauhi atau
disingkirkan. Opini umum menurut Islamophobia adalah bahwa Islam adalah agama
perusak dan penuh dengan kekerasan. Hal ini dicetuskan oleh sebagian orang dengan cara sedemikian rupa agar masyarakat dunia tidak mengenal Islam apalagi
memeluknya. Kebencian mereka atas Islam telah dibuktikan dengan usaha dan
27
Sam Caldwell, “Islamophobia Semakin Besar Secara Online,” artikel diakses pada 3
Mei 2014 dari http:id.muslimvillage.com2014013049331islamophobia-is-getting-bigger- online.
28
Random House Webster, College Dictionary, 2001, h. 995
kerja keras sehingga membentuk sebuah tata dunia baru yang menjadikan Islam sebagai agama yang harus dijauhi, ditinggalkan, bahkan bila perlu dilarang baik
pengenaan atribut, pelaksanaan ibadahnya, dan yang paling penting adalah jangan sampai hukum Islam yang adil dan bijaksana mewarnai suatu negeri.
Beberapa media yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan permusuhan, kekerasan, fanatisme dan terror adalah merupakan
tuduhan yang telah sengaja disebarkan untuk memperburuk citra agama Islam. Sebaliknya, Islam adalah agama damai yang penuh dengan rahmat. Hal ini pun
seirama dengan pendapat Kumar.
29
Ia menyebutkan bahwa Islamophobia bukan
sebuah fenomena politik yang lahir pasca tragedi 911, 2001. Kumar
menunjukkan dalam bukunya tentang
bagaimana hubungan antara „Barat‟ dan „Islam‟ telah berlangsung sejak abad ke-8, dimana kontak antara keduanya ini
tidak hanya melulu berkaitan dengan konflik tetapi juga, pada faktanya, sering berlangsung dalam suasana saling bekerjasama dan hidup berdampingan secara
damai. Begitupun dengan yang dikemukakan oleh Maria Rosa Menocal dalam bukunya Ornament of the World: How Muslims, Jews, and Christians Created a
Culture of Tolerance in Medieval Spain 2002, yang melakukan studi tentang hubungan antara Yahudi, Kristen, dan Islam di masa kejayaan Dinasi Ummayah
di Andalusia, Spanyol, masyarakat pada masa itu, khususnya di lapangan intelektual
dan seni,
berlangsung apa
yang dikarakterisasikan
sebagai convivencia, atau ko-eksistensi yang relatif damai.
29
Deepa Kumar, Islamophobia and the Politics of Emire Chicago: Haymarket Books, 2012, h. 12
Pada peringatan 12 tahun tragedi 9 September, ada beberapa kejadian yang berkenaan dengan tindak teror yang dilakukan oleh segelintir orang yang
barangkali mengekspresikan kebencian atas agama Islam yang selama ini dianggap dalang atas tragedi tersebut. Ada pendeta kontroversial di Amerika
Serikat bernama Terry Jones, ia tertangkap oleh polisi saat akan membakar 2998 salinan al-
Qur‟an. Jones dengan truck pickup menarik sebuah mobil trailr yang di dalamnya ada semacam pemanggang daging berukuran besar yang akan
digunakan untuk membakar salinan al- Qur‟an bahkan di atas pemanggangan
tersebut sudah tertumpuk salinan al- Qur‟an siap bakar yang sudah dilumuri
minyak tanah.
30
Islamophobia yang telah begitu mengglobal mendunia mengakibatkan diskriminasi dan rasisme yang sangat merugikan Muslim.
31
Mereka kehilangan hak-haknya untuk menjalankan keyakinan. Media sehat adalah solusi terbaik
untuk mengantisipasi. Ketika media sulit diharapkan kesehatannya, maka pengenalan Islam melalui sosial media dengan benar akan menjadi penyeimbang
atas serangan-serangan Islamophobia. Islamophobia yang disebabkan oleh misinformasi kesalahan memperoleh
informasi telah membuat yang awalnya netral menjadi antipati dan memiliki peluang untuk mengerti ketika sudah mendengar informasi yang sebenarnya,
tetapi Islamophobia yang disebabkan oleh sakit hati, iri dan dengki akan terus
30
Ibnu „Iqro, “Media dan Islamophobia,” artikel diakses pada 6 Mei 2014 dari http:media.kompasiana.commainstream-media20130915media-islamophobia-592047.html
31
Deepa Kumar, Islamophobia and the Politics of Emire Chicago: Haymarket Books, 2012, h. Pengantar
menyebarkan mazhab Islamophobianya apapun yang terjadi karena memang sudah dari sananya ingin memusuhi.
32
Bagi Muslim sendiri, menyikapi Islamophobia harus dengan representasi ajaran Islam yang benar, sehingga tidak ada jurang pemisah antara Islam dan
Muslim. Terkadang keindahan Islam tertutup oleh perilaku „oknum‟ Muslim sehingga misrepresentasi Islam ini secara alami menumbuhkan phobia dikalangan
non-Muslim.
33
Ditambah bahwa menyingkapi islamophobia seharusnya
diibaratkan perlakuan diagnosa
memeriksa terhadap penyakit yang selama ini terjadi dalam dunia Barat dan Islam serta sebagai perdebatan yang butuh
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban tentang kedudukan Islam baik dari segi agama dan sebagai praktek sosial tentang posisi Islam dan hubungan dengan
modernitas, tentang perbenturan peradaban.
34
Bagi Negara Islam, kuatnya Islamophobia di Barat juga mencemaskan, namun gejala psikologis itu tentu tak datang dengan sendirinya, pasti ada sesuatu
dalam tubuh umat Islam sendiri. Sekalipun dewasa ini muncul banyak tokoh moderat dikalangan Muslim, tetapi citra terhadap dunia Islam belum banyak
berubah. Jembatan Barat-Islam belum kokoh. Ini menjadi masalah serius hingga kini. Fobia atau ketakutan yang berlebihan terhadap segala sesuatau yang
berhubungan dengan Islam. Ketakutan yang berkembang menjadi sebuah kebencian masyarakat inilah yang kemudian dijadikan alasan pembenaran bagi
32
ibid
33
Ibnu „Iqro, “Media dan Islamophobia,” artikel diakses pada 5 Mei 2014 dari http:media.kompasiana.commainstream-media20130915media-islamophobia-592047.html
34
Mohammad R. Salama, Islam, Orientatalism and Intellectiual History-Modernity and The Politics of Exclusion Since Ibn Khaldun London and Newyork: IB. Tauris, 2013, h.
Pengantar