BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK
Menurut Kepmenkes RI No.1332MenkesSKX2002, apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukannya perkerjaan farmasi dan penyaluran sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek merupakan salah satu sarana yang turut serta mewujudkan tercapainya pembangunan nasional
di bidang kesehatan. Untuk mengelola apotek dibutuhkan seorang Apoteker sebagai tenaga
profesional dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian, karena memiliki pengetahuan tentang obat-
obatan serta manajemen apotek. Karena terjadinya perubahan orientasi produk menjadi orientasi pasien
maka Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut
antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan pengobatan.
Sebagai tenaga profesional, Apoteker dituntut keahliannya dari segi kefarmasian dan juga harus memiliki keahlian dalam bidang manajemen. Hal ini
dikarenakan sebuah apotek selain memiliki fungsi sosial juga memiliki fungsi ekonomi. Fungsi sosial untuk pemerataan distribusi obat dan salah satu tempat
pelayanan informasi obat kepada masyarakat. Sedangkan fungsi ekonomi agar apotek dapat memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup apotek.
Juliana Sari Pasaribu: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Apotek Di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar, 2008. USU e-Repository © 2008
2.1 Perencanaan Planning
Perencanaan Planning adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi serta penentuan strategi, kebijaksanaan, program, prosedur, sistem
anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dalam mendirikan suatu apotek meliputi pemilihan lokasi, studi kelayakan, rencana
anggaran belanja dan memperhitungkan sumber modal. Dalam perencanaan pembelian produk obat harus sesuai keinginan
pelanggan. Perencanaan ini dapat memberikan keakuratan dalam menentukan apa yang sebaiknya dibeli, bagaimana menyimpannya, kapan produk obat itu datang,
kapan membeli lagi atau bagaimana dipajangkan.
2.2 PengadaanPembelian
Dalam pengelolaan perbekalan farmasi penting dipertimbangkan pemilihan distributor yang meliputi legalitas, harga yang kompetitif, pelayanan
yang cepat, potongan harga yang diberikan, tenggang waktu pembayaran yang ditawarkan serta dapat membeli barang dalam jumlah yang sedikit. Pemesanan
barang dapat dilakukan dengan cara menghubungi pemasok melalui telepon atau dengan menggunakan surat pesanan yang dibawa oleh salesmen.
Cara melakukan pembelian dapat dilakukan anatara lain ; 1. Pembelian dalam jumlah terbatas.
Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan
PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek.
Juliana Sari Pasaribu: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Apotek Di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Pembelian secara spekulasi. Pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan,
dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. meskipun apabila spekulasinya dapat untung besar, tetapi cara
ini mengandung resiko mengenai barang rusak dan kadaluarsa.
2.3 Pelayanan Apotek wajib melayanai resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan dan
pelayan non resep. Pelayanan resep dan non resep adalah menjadi tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. Karena tanpa pelayanan yang baik setinggi apapun
kualitas produk kalau tidak dibarengi dengan pelayanan maka pelanggan akan lari ke apotek lain. Untuk itu aspek pelayanan semakin mendapatkan perhatian agar
pelanggan puas berbelanja di apotek kita. Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Kelengkapan obat Obat-obatan yang dibutuhkan konsumen hendaknya tersedia dengan lengkap
sehingga dapat melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen, baik obat bebas, obat bebas terbatas maupun obat keras.
2. Harga obat
Harga obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan harga obat yang wajar bagi kemampuan masyarakat sekitar
apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dan kualitas terjamin.
Juliana Sari Pasaribu: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Apotek Di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar, 2008. USU e-Repository © 2008
3. Lingkungan Pelayanan yang baik di apotek terhadap konsumen sangat diperlukan.
Pelayanan yang cepat, karyawan yang ramah, keadaan tempat yang mendukung pelayanan dari suatu apotek seperti kemudahan parkir, keamanan,
kenyamanan ruang tunggu dan faktor lain dapat memberikan nilai tambahan bagi apotek sehingga menjadi pilihan bagi para konsumen yang membutuhkan
obat.
2.4 Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi. Karena administrasi merupakan proses pencatatan seluruh
kegiatan teknis yang dilakukan oleh suatu apotek. Seperti juga sistem usaha lain, kegiatan pengendalian operasional di apotek harus dilakukan secara cermat demi
tercapainya tertib administrasi dan manajemen yang baik. Administrasi sangat diperlukan dalam pengelolaan suatu apotek untuk memperoleh sumber informasi
yang dapat dipercaya dalam rangka pengambilan keputusan oleh Apoteker Pengelola Apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan di apotek meliputi
agendamengarsipkan surat masuk dan keluar, laporan narkotika dan psikotropika, absensi karyawan, jumlah resep beserta harganya, kartu stok obat, keluar atau
masuknya uang baik dari penjualan maupun pembelian barang.
Juliana Sari Pasaribu: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Apotek Di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA