Analisa Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik Di Kota Medan Tahun 2011.

(1)

Oleh

SHANGGARI MANIARSU

080100426

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh

SHANGGARI MANIARSU

080100426

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Analisa Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik Di Kota Medan Tahun 2011

Nama : Shanggari Maniarasu NIM : 080100426

Pembimbing Penguji I

... ... (dr. Yahwardiah Siregar, PhD) (Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain-Hamid, MS, Sp.FK)

Penguji II

... (dr. Muhammad Ali, Sp.A(K))

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

……….. (Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)


(4)

ABSTRAK

Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup dan merupakan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus. Definisi minuman isotonik adalah minuman yang berfungsi menggantikan cairan tubuh. Minuman isotonik mempunyai ion-ion elektrolit seperti Na+, Ca2+, dan Cl-. Untuk mencegah minuman isotonik daripada cepat rusak, produsen menggunakan bahan pengawet natrium benzoat. Oleh kerana natrium benzoat dapat memberikan efek buruk kepada kesehatan konsumen pengunaannya diizinkan sesuai batas maksimum yang telah ditetapkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang ada atau tidak natrium benzoat dan kadar kandungannya pada minuman isotonik yang beredar di Kota Medan tahun 2011. Hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan Permenkes Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988 yang membatasi penggunaan natrium benzoat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan 15 sampel minuman isotonik yang beredar di Kota Medan telah dilakukan di Supermarket Vigo dan Carrefour, Medan. Selanjutnya sampelnya dibawa untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Utara secara kualitatif dan kuantitatif. Reaksi esterifikasi dilakukan untuk uji kualitatif dan metode titrasi dilakukan untuk uji kuantitatif.

Hasil penelitian menemukan sebelas sampel mengandung natrium benzoat dan empat sampel tidak mengandung natrium benzoat. Semua sampel memenuhi syarat Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 iaitu sebesar 600 mg/kg. Kandungan natrium benzoat tertinggi pada sampel minuman isotonik Mizone sebanyak 187,20mg/kg dan terendah pada Vitazone sebanyak 6,50mg/kg.

Kesimpulannya, semua sampel yang mengandungi bahan pengawet natrium benzoat memenuhi syarat. Selain itu, pengkonsumsian natrium benzoat perlu mengikut Acceptable Daily Intake karena pengkonsumsian secara berlebihan dapat menganggu kesehatan konsumen.


(5)

ABSTRACT

Drinks are materials that are needed by living things and is all that can be consumed to relieve thirst. The definition of isotonic drinks are beverages that serve to replace body fluids. Isotonic drinks have electrolyte ions such as Na+, Ca2+, and Cl-. To prevent rapid deterioration than isotonic drinks, manufacturers use sodium benzoate as preservative. Due to sodium benzoate's nature that may give adverse effects to the health of consumers, its usage is allowed within the limits of a predetermined maximum.

The purpose of this study was to determine the general picture about the presence or levels of sodium benzoate and its contents on isotonic drinks that are circulated in the city of Medan in 2011. The results of this study will be compared with the Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 that limits the usage of sodium benzoate. This study is a descriptive study with cross sectional approach. 15 samples of isotonic drinks in city of Medan has been taken in Vigo and Carrefour Supermarket, Medan. The sample was taken for examination in the North Sumatra Provincial Health Laboratory qualitatively and quantitatively. Esterification reaction was carried out to test qualitatively and titration for quantitatively.

The study found the eleven samples containing sodium benzoate and four samples did not contain sodium benzoate. All samples were eligible according to Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 which is 600 mg/kg. The highest content of sodium benzoate is in Mizone isotonic drinks as much as 187,20 mg / kg and lowest in Vitazone as much as 6,50mg/kg.

In conclusion, all the samples contain adequate sodium benzoate below the eligible amount. In addition, the consumption of sodium benzoate should follow the Acceptable Daily Intake as excessive consumption can cause problem and disruption to the health and well being of the isotonic drink consumer. Keywords: Isotonic Drinks, Sodium Benzoate, Qualitative, Quantitative


(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul "ANALISA NATRIUM BENZOAT DALAM MINUMAN ISOTONIK DI KOTA MEDAN TAHUN 2011".

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr. Yahwardiah Siregar, PhD selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Seluruh teman-teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah.


(7)

Untuk seluruh bantuan baik moral atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga penulisan karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Discember 2011

Penulis,

Shanggari Maniarsu (080100426)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABLE ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman... 5

2.1.1. Pengertian minuman... 5

2.1.2. Penggolongan Minuman... 5

2.2. Minuman isotonik... 6

2.3. Pembuatan Minuman Isotonik………... 7

2.3.1. Bahan……….... 7


(9)

2.4. Bahan tambahan Pangan……….. 8

2.4.1. Jenis Bahan Tambahan Pangan……… 9

2.4.2. Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Makanan... 9

2.4.3. Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang Diizinkan... 10

2.4.4. Bahan Tambahan Makanan Yang Tidak Diizinkan……… 13

2.5. Bahan Pengawet……… 13

2.5.1. Pengawet Natrium Benzoat……… 14

2.5.2. Dampak Pengawet Natrium Benzoat Terhadap kesehatan… 15

2.5.3. Acceptable Daily Intake (ADI) Natrium Benzoat………….. 16

2.6. Pengamanan Makanan dan Minuman………. 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 18

3.2 Definisi Operasional... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 22

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 22

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 22

4.4 Metode Prosedur Kerja Pemeriksaan Natrium Benzoat…………. 23

4.5 Metode Pengumpulan Data... 26


(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 27

5.1 Hasil Penelitian ... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 27

5.1.2. Gambaran Pengambilan Sampel... 28

5.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium……….. 28

5.2 Pembahasan……… 35

5.2.1. Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Minuman Isotonik……….... 35

5.2.2. Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Minuman Isotonik... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 39

6.1 Kesimpulan ... 39

6.2 Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1. Hasil Uji Natrium Benzoat secara kualitatif ……….. 29 5.2. Hasil Uji Natrium Benzoat secara kuantitatif... 31 5.3. Bahan Pengawet yang Terkandung dalam Sampel... 33


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka konsep gambaran Natrium Benzoat

dalam Minuman Isotonik... 18

5.1. Sampel dengan pemendapan kecokelatan... 30

5.2. Sampel-sampel setelah dilakukan titrasi... 32


(13)

ABSTRAK

Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup dan merupakan segala sesuatu yang dapat dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus. Definisi minuman isotonik adalah minuman yang berfungsi menggantikan cairan tubuh. Minuman isotonik mempunyai ion-ion elektrolit seperti Na+, Ca2+, dan Cl-. Untuk mencegah minuman isotonik daripada cepat rusak, produsen menggunakan bahan pengawet natrium benzoat. Oleh kerana natrium benzoat dapat memberikan efek buruk kepada kesehatan konsumen pengunaannya diizinkan sesuai batas maksimum yang telah ditetapkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum tentang ada atau tidak natrium benzoat dan kadar kandungannya pada minuman isotonik yang beredar di Kota Medan tahun 2011. Hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan Permenkes Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988 yang membatasi penggunaan natrium benzoat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan 15 sampel minuman isotonik yang beredar di Kota Medan telah dilakukan di Supermarket Vigo dan Carrefour, Medan. Selanjutnya sampelnya dibawa untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Utara secara kualitatif dan kuantitatif. Reaksi esterifikasi dilakukan untuk uji kualitatif dan metode titrasi dilakukan untuk uji kuantitatif.

Hasil penelitian menemukan sebelas sampel mengandung natrium benzoat dan empat sampel tidak mengandung natrium benzoat. Semua sampel memenuhi syarat Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 iaitu sebesar 600 mg/kg. Kandungan natrium benzoat tertinggi pada sampel minuman isotonik Mizone sebanyak 187,20mg/kg dan terendah pada Vitazone sebanyak 6,50mg/kg.

Kesimpulannya, semua sampel yang mengandungi bahan pengawet natrium benzoat memenuhi syarat. Selain itu, pengkonsumsian natrium benzoat perlu mengikut Acceptable Daily Intake karena pengkonsumsian secara berlebihan dapat menganggu kesehatan konsumen.


(14)

ABSTRACT

Drinks are materials that are needed by living things and is all that can be consumed to relieve thirst. The definition of isotonic drinks are beverages that serve to replace body fluids. Isotonic drinks have electrolyte ions such as Na+, Ca2+, and Cl-. To prevent rapid deterioration than isotonic drinks, manufacturers use sodium benzoate as preservative. Due to sodium benzoate's nature that may give adverse effects to the health of consumers, its usage is allowed within the limits of a predetermined maximum.

The purpose of this study was to determine the general picture about the presence or levels of sodium benzoate and its contents on isotonic drinks that are circulated in the city of Medan in 2011. The results of this study will be compared with the Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 that limits the usage of sodium benzoate. This study is a descriptive study with cross sectional approach. 15 samples of isotonic drinks in city of Medan has been taken in Vigo and Carrefour Supermarket, Medan. The sample was taken for examination in the North Sumatra Provincial Health Laboratory qualitatively and quantitatively. Esterification reaction was carried out to test qualitatively and titration for quantitatively.

The study found the eleven samples containing sodium benzoate and four samples did not contain sodium benzoate. All samples were eligible according to Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 which is 600 mg/kg. The highest content of sodium benzoate is in Mizone isotonic drinks as much as 187,20 mg / kg and lowest in Vitazone as much as 6,50mg/kg.

In conclusion, all the samples contain adequate sodium benzoate below the eligible amount. In addition, the consumption of sodium benzoate should follow the Acceptable Daily Intake as excessive consumption can cause problem and disruption to the health and well being of the isotonic drink consumer. Keywords: Isotonic Drinks, Sodium Benzoate, Qualitative, Quantitative


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sehat adalah sebuah investasi, asset, dan harta yang paling berharga bagi setiap individu. Health is not everything but, without health everything is nothing, menjadi sebuah penyempurnaan. Menurut, WHO, kesehatan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit melainkan juga keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Jadi tanggungjawab untuk terwujudnya bersama-sama.

Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal banyak faktor mempengaruhinya, faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor lingkungan dan perilaku. Kondisi lingkungan yang jelek dan perilaku yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit,selanjutnya dapat menurunkan kualititas sumber daya hidup. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah menurunnya kualitas daya manusia adalah dengan jalan mengkonsumsi berbagi makanan dan minuman yang banyak mengandung zat gizi terhindar dari kontaminan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia khususnya bahan-bahan yang bersifat karsinogen seperti bahan makanan tambahan (Food Additive) yang dilarang di dalam bahan makanan (Winamo, 1994).

Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya penemuan-penemuan termasuk keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan tambahan/zat aditif ke makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk meningkatkan suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran. Bahan tambahan tersebut diantaranya pewarna, penyedap rasa dan aroma, antioksidan, pengawet, pemanis, dan pengental. (Winarno, 1994)


(16)

Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba. Sebagai contoh, bahan pangan keluaran pabrik pada umumnya menggunakan bahan tambahan pangan (food additives) termasuk didalamnya bahan pengawet secara sengaja ditambahkan agar bahan pangan yang dihasilkan dapat mempertahankan kualitasnya dan memeliki umur simpan lebih lama sehingga memperluas jangkauan distribusinya (Cahyadi, 2008). Namun di sisi lain, apabila pemakaian bahan pengawet tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu permasalahan terutama bagi konsumen.

Salah satu bahan pengawet yang sering digunakan dalam minuman adalah Natrium Benzoat (C6H5COOH). Hasil riset Komite Masyarakat Anti Bahan Pcngawet (KOMDET) menyatakan 70% minuman isotonik mengandung bahan pengawet dan yang paling sering ditemukan oleh KOMBET salah satunya adalah natrium benzoat. Minuman dalam kemasan isotonik saat ini menjadi kecenderungan konsumsi masyarakat. Publik menilai minuman isotonik berfungsi mengganti cairan tubuh yang hilang setalah beraktifitas dan keyakinan itu diperkuat seringnya produsen minuman isotonik mempromosikan produknya. (Winarno, 1994)

Penggunaan bahan pengawet natrium benzoat tidak terlalu aman terutama jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan. Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), pengkonsumsian natrium benzoate secara berlebihan oleh manusia dapat menyebabkan keram perut dan rasa kebas di mulut. Pengawet ini dapat memperburuk keadaan dan bersifat menumpuk yang potensial menimbulkan penyakit kanker dalam jangka panjang dan ada juga laporan yang menunjukkan bahawa dapat merusak system saraf manusia. (Awang, 2003)


(17)

Menurut penelitian Bateman B, Warner J O, Hutchinson E, Dean T, Rowlandson P, Gant C, Grundy J, Fitzgerald C, Stevenson J, penggunaan bahan pengawet seperti natrium benzoat dapat menyebabkan hiperaktivitas pada kanak-kanak berumur tiga tahun. Sifat hiperaktivitas ini dapat dideteksi oleh orang tua kanak-kanak tetapi bukan dengan diagnosa klinis. (Bateman, et. al 2004.)

Seiring dengan semakin banyak beredar dan munculnya pro du k -produk minuman isotonik di Indonesia khususnya di Kota Medan, maka penulis tertarik untuk meneliti kadar natrium benzoat yang terdapat pada minuman isotonik. Minuman ini sering dipromosikan, banyak dikonsumsi dan harganya terjangkau oleh masyarakat.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

yaitu:

Apakah ada tidaknya natrium benzoat dalam minuman isotonik dan berapa kadar natrium benzoat yang terkandung dalam minuman isotonik?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang ada tidaknya natrium benzoat dan kadar kandungannya pada minuman isotonik yang beredar di Kota Medan tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Sebagai informasi kepada Dinas Kesehatan maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang kadar natrium benzoat dalam minuman isotonik. 2. Sebagai informasi untuk penyuluhan tentang kadar bahan pengawet

khususnya natrium benzoat dalam minuman isotonik.

3. Memberikan bahan masukan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun yang ada kaitannya dengan penelitian ini.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minuman

2.1.1 Pengertian minuman

Minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, kualitas minuman harus terjamin agar konsumen sebagai pemakaian produk minuman dapat terhindar dari penyakit akibat minum terlebih minuman yang mengandung bahan tambahan makanan seperti bahan pengawet makanan.

Definisi minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat menghilangkan rasa haus. Minuman umumnya berbentuk cair, namun ada pula yang berbentuk padat seperti es krim atau es lilin. Minuman kesehatan adalah segala sesuatu yang dikonsumsi yang dapat menghilangkan rasa haus dan dahaga juga mempunya efek menguntungkan terhadap kesehatan. (Winarti, 2006)

2.1.2 Penggolongan Minuman

Jenis minuman yang tersedia setiap hari bervariasi. Minuman dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Air putih, ini merupakan minuman netral dengan syarat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

b. Kopi dan teh, ini minuman yang dapat dikonsumsi selagi panas ataupun dingin c. Wedang jahe, wedang ronde yang dikonsumsi umumnya selagi panas

d. Es sirup yang lazim dikonsumsi dingin. Es sirup ini dibuat dari gula pasir yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu, lalu direbus sampai mendidih. e. Jus buah juga sering diminum sebagai minuman dingin, yaitu minuman yang dibuat

dari buah-buahan yang dihaluskan menggunakan satu macam buah atau campuran beberapa buah ditambah dengan sirup atau gula pasir dan es batu.


(20)

f. Es buah, yaitu es sirup yang diisi dengan beberapa macam buah yang dipotong-potong kecil dan ditambah es.

g. Es krim yang terbuat dari susu, gula, telur, dan bahan tambahan seperti buah-buahan. h. Es puter, adalah mirip dengan es krim. Bedanya kalau es krim menggunakan susu. i. Es teller yaitu es yang diisi dengan berbagai macam bahan, seperti nangka masak,

kelapa muda, tape dan alpukat.

j. Minuman ringan (Soft drinks), yaitu minuman yang tidak mengandung alkohol, hanya mengandung gula, atau soda. Misalnya merek Cola-cola, Sprite, Fanta dan juga minuman berenergi yang salah satunya adalah Minuman Isotonik.

2.2 Minuman isotonik

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa pada tahun 1999 persentase pertumbuhan konsumsi minuman ringan sebesar 0,56% naik menjadi 0,89% pada tahun 2002. Minuman isotonik yang dikelompokan dalam minuman kesehatan juga mengalami kenaikan pertumbuhan dari 0,03% pada tahun 1999 menjadi 0,09% pada tahun 2002. Tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap minuman isotonik telah mendorong perusahaan minuman untuk meningkatkan produksinya.

Menurut buku kategori pangan BPOM RI 2006, definisi minuman isotonik adalah minuman formulasi yang ditujukan untuk menggantikan cairan, karbohidrat, elektrolit, dan mineral tubuh dengan cepat. Dengan demikian, minuman ini dapat diserap tubuh setelah diminum. Pada prinsipnya minuman isotonik ini untuk mencegah dehidrasi serta memberikan energi yang dapat digunakan dengan cepat.

Pertimbangan yang penting dalam membuat minuman isotonik adalah minuman harus mempunyai sifat-sifat mengosongkan perut dengan, cepat dan penyerapan yang tinggi dalam usus. Selain itu, sifat ini dapat mempengaruhi fungsi jantung serta mengatur suhu tubuh, sehingga dengan demikian meningkatkan kinerja tubuh.Kedua sifat ini ditentukan oleh jumlah dan jenis karbohidrat yang terkandung dalam minuman isotonik serta faktor-faktor lainnya. (Winarti, 2006)


(21)

Dari hasil survai cepat terbaru yang dilakukan pada 100 mahasiswa U I

sebelum acara seminar “Isotonik Drinks, Useful or Useless? Untuk pertanyaan alasan mengkonsumsi minuman isotonik didapatkan 78% responden mengonsumsi minuman isotonik dengan alasan enak, segar, haus, atau dingin saja, 7% dengan alasan sebagai pengganti kandungan zat yang berkurang paska olahraga, 4% menyatakan lemas atau merasa dehidrasi, sedangkan 11% menjawab tidak tahu. Banyaknya responden yang memberikan jawapan enak, segar, haus, atau dingin dan ini meunjukkan betapa tidak mengertinya masyarakat kita mengenai kegunaan minuman jenis ini. (Prasetyo, 2006)

2.3 Pembuatan Minuman Isotonik 2.3.1 Bahan

1. Glukosa : 32,000 gram

2. Sukrosa : 32,300 gram

3. Asam sitrat : 15,500 gram

4. Kalium monofosfat : 5,700 gram

5. Natrium klorida : 4,700 gram

6. Natrium sitrat : 3,800 gram

7. Citarasa jeruk : 2,800 gram

8. Kalium klorida : 1,400 gram

9. Natrium sakarin : 1,300 gram

10.Asam askorbat : 0,400 gram


(22)

2.3.2 Tahap-tahap Proses Pembuatan Minuman Isotonik

Pertama semua bahan sesuai dengan berat dicampurkan dan dilarutkan dalam 800ml air, selanjutnya dikemas dalam wadah tahan panas dan dilakukan sterilisasi dengan autoclaf (Winarti, 2006) . Secara skematis pembuatannya digambarkan pada skema dibawah ini.

Penimbangan bahan Pencampuran dan Pelarutan Pembotolan dan Penutupan

Air 800ml Botol steril

Minuman isotonik Sterilisasi, 15menit; 121°C

2.4 Bahan tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Jadi bahan tambahan pangan ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang tinggi.


(23)

Berdasarkan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dengan revisi No. 1168/Menkes/Per/X/1999 menyatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2008).

2.4.1. Jenis Bahan Tambahan Pangan

Pada umumnya bahan tambahan Pangan dibagi mejadi dua golongan besar, yaitu dengan sengaja ditambahkan dan tidak sengaja ditambahkan (Cahyadi, 2008):

1. Dengan sengaja ditambahkan (Intentional Additives)

Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, sebagai contoh pengawet, pewarna dan pengeras.

2. Tidak sengaja ditambahkan

Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan pangan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut terdapat secara tidak sengaja, baik dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan dikonsumsi. Contoh bahan tambahan makanan dalam golongan ini adalah residu pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida), dan antibiotik.


(24)

2.4.2. Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Makanan

Pada umumnya bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila (Cahyadi, 2008):

1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan.

2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.

3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang betentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan.

4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan makanan.

2.4.3. Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang Diizinkan

Berdasarkan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 menyatakan bahwa tambahan pangan yang diizinkan digunakan dalam makanan adalah (Cahyadi, 2008):

1. Antioksidan dan anti oksidan sinergis

Bahan tambahan makanan yang digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam askorbat dan asam eritrobat serta garamnya untuk produk daging, ikan dan buah-buahan kaleng.

2. Antikempal

Bahan tambahan makanan untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis atau mudah menyerap air. Bahan yang biasa ditambah bahan antikempal misalnya susu bubuk, krim bubuk, garam meja, dan kaldu bubuk.


(25)

3. Pengatur keasaman

Bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat, sitrat, dan malat digunakan pada jeli. Natrium bikarbonat, karbonat, dan hidroksi digunakan penetral pada mentega.

4. Pemanis buatan

Bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh: sakarin, dan siklamat.

5. Pemutih dan pematang tepung

Bahan tambahan makanan yang dapat mempercepat proses pemutihan tepung dan atau pematangan tepung hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.

6. Pengemulsi, pemantap dan pengental

Bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Biasa digunakan pada makanan yang mengandung air atau minyak. Contoh: polisorbat untuk pengemulsi es krim dan kue, pektin untuk pengental pada jamu, jeli, minuman ringan dan es krim, gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju, karagenen dan agar-agar untuk pemantap dan pengental produk susu dan keju.

7. Pengawet

Bahan tambahan makanan dapat mencegah fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Biasa ditambahkan pada makanan yang mudah rusak atau yang disukai sebagai medium pertumbuhan bakteri atau jamur. Contoh: asam benzoat dan garamnya serta ester para-hidroksi benzoat untuk produk buah-buahan, kecap, keju, dan margarin; asam propionat untuk keju dan roti.


(26)

8. Pengeras

Bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na sulfat untuk pengeras pada acar ketimun dalam botol, Ca glukonat, dan Ca sulfat pada buah kaleng seperti tomat dan apel.

9. Pewarna

Bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Contoh: ponceau 4R, eritrosin warna merah, green FCF, green S warna hijau, kurkumin, karoten, yellow kuinolin, tartazin warna kuning, dan karamel warna coklat.

10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa

Bahan tambahan makanan yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma. Contoh: monosodium glutamat pada produk daging.

11. Sekuestran

Bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada pada makanan sehingga dicegah terjadinya oksidasi yang dapat menimbulkan perubahan warna dan aroma. Biasa ditambahkan pada produk lemak dan minyak atau produk yang mengandung lemak atau minyak seperti daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya.


(27)

2.4.4. Bahan Tambahan Makanan Yang Tidak Diizinkan

Bahan tambahan makanan yang tidak diizinkan atau dilarang digunakan dalam makanan karena bersifat karsinogenik berdasarkan Permenkes RI Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 adalah:

1. Asam Borat (Boric Acid) dan senyawanya

2. Asam Salisilat dan garamnya (Salicylic Acid and its salt) 3. Dietilpirokarbonat (Diethylpirocarbonate DEPC)

4. Dulsin (Dulcin)

5. Kalium Klorat (Potassium Chlorate) 6. Kloramfenikol (Chloramphenicol)

7. Minyak Nabati yang dibrominasi (Brominated vegetable oils) 8. Nitrofurazon (Nitrofurazone)

9. Formalin (Formaldehyde)

10. Kalium Bromat (Potassium Bromate) 11. Rhodamin B (pewarna merah)

12. Methanyl Yellow (pewarna kuning), (Cahyadi, 2008)

2.5. Bahan Pengawet

Bahan Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh fungi, bakteria dan mikroba lainnya. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food borne illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan. (Cahyadi, 2008)


(28)

2.5.1. Pengawet Natrium Benzoat

Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai bahan makanan adalah benzoat, dengan rumus kimia C₇H₅NaO₂ yang biasanya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat karena lebih mudah larut. Natrium benzoat berwarna putih, granula tanpa bau, bubuk kristal atau serpihan dan lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat dan juga dapat larut dalam alkohol, jadi garam natrium lebih sering digunakan dari asam benzoat karena sifatnya tersebut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap dan lain-lain. (Cahyadi, 2008)

Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, asam benzoat juga berperan sebagai antioksidan karena pada umumnya antioksidan mengandung struktur inti yang sama, yaitu mengandung cincin benzen tidak jenuh disertai dengan gugus hidroksil atau gugus amina. Antioksidan dapat menghambat setiap tahap proses oksidasi, dengan penambahan antioksidan maka energi persenyawaan aktif ditampung oleh antioksidan sehingga reaksi oksidasi berhenti. Penambahan antioksidan buatan dalam bahan makanan harus lebih hati-hati, karena banyak diantaranya yang menyebabkan keracunan pada dosis tertentu, dosis yang diizinkan dalam bahan pangan adalah 0,01-0,1% . (Tranggono, 1990)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, batas penggunaan maksirnum natrium benzoat yang diizinkan pada produk minuman yaitu 600 mg/kg. (Depkes, 1999)


(29)

2.5.2 Dampak Pengawet Natrium Benzoat Terhadap kesehatan

Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), pengkonsumsian natrium benzoat secara berlebihan dapat menyebabkan keram perut dan rasa kebas di mulut bagi mereka yang mengalami lelah atau mempunyai penyakit ruam kulit (seperti jenis urtikaria dan eksema). (Awang, 2003)

Menurut penelitian B Bateman, J O Warner, E Hutchinson, T Dean, P Rowlandson, C Gant, J Grundy, C Fitzgerald, J Stevenson, penggunaan bahan pengawet seperti natrium benzoat dapat menyebabkan hiperaktivitas pada kanak-kanak berumur tiga tahun. Sifat hiperaktivitas ini dapat dideteksi oleh orang tua kanak-kanak tetapi bukan dengan diagnosa klinis. (B Bateman, J O Warner, E Hutchinson, T Dean, P Rowlandson, C Gant, J Grundy, C Fitzgerald,J Stevenson 2004.)

Minuman isotonik yang mengandung natrium benzoat dalam jumlah yang berlebihan (tidak sesuai dengan Acceptable Dailly Intake) akan mengganggu kesehatan manusia. Natrium benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan melewati membrane-mrmbrane tubuh dan memasuki aliran darah karena tidak ada sistem yang khusus pada manusia untuk tujuan tunggal mengenai penyerapan zat-zat kimia. Natrium benzoat cenderung di serap oleh lambung dan jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar akan mengiritasi lambung lalu merusak organ target (hati) setelah menumpuk satu jumlah yang berlebihan (WHO, 2000).

Selain itu, menurut Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) Nurhasan menyatakan terdapat 350 pasien penderita Penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) pada tahun 2009 yang berobat di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung dan ditemukan 80% pasien Lupus tersebut memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman kemasan yang kaya bahan pengawet. Riset yang lebih mendalam sangat dibutuhkan, karena lupus sampai kini belum sepenuhnya jelas akan hubungannya dengan bahan pengawet.


(30)

2.5.3 Acceptable Daily Intake (ADI) Natrium Benzoat

Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebihan pada umumnya akan bersifat racun (toksik) bagi hewan dan manusia. Oleh karena itu perlu ditetapkan batas asupan harian (daily intake) bahan tambahan kimiawi untuk perlindungan kesehatan konsumen.

Acceptable Daily Intake merupakan suatu batasan banyaknya konsumsi bahan tambahan makanan yang dapat diterima dan dicerna setiap hari seumur hidup tanpa mengalami resiko kesehatan. ADI dihitung berdasarkan berat badan konsumen dan dinyatakan dalam satuan mg bahan tambahan makanan per kg berat badan. ADI untuk natrium benzoat adalah maksimal sebesar 5mg/kg berat badan.

Anak-anak lebih peka atau mempunyai daya tahan yang lebih rendah terhadap bahan tambahan makanan dibandingkan dengan orang dewasa untuk berat badan yang identik atau per satuan berat badan. Berdasarkan kebutuhan kalori per kilogram berat badan untuk orang dewasa, yaitu sekitar 40 kalori dan anak-anak 100 kalori, maka faktor keamanan untuk anak-anak yang digunakan adalah 2,5, artinya dalam perhitungan batas maksimum penggunaan berat badan orang dewasa perlu dibagi dengan 2,5 untuk mendapatkan batas maksimum penggunaan untuk konsumsi anak-anak. (Cahyadi, 2008).

2.6. Pengamanan Makanan dan Minuman

Untuk memenuhi kebutuhan akan keadaan bebas dari resiko kesehatan yang disebabkan oleh kerusakan, pemalsuan dan kontaminasi, baik oleh mikroba atau senyawa kimia, maka keamanan pangan merupakan faktor terpenting baik untuk dikonsumsi pangan dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Keamanan makanan dan minuman merupakan masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara toksisitas mikrobiologik, toksisitas kimia dan status gizi. Hal ini saling berkaitan, dimana makanan dan minuman yang tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang pada akhirnya menimbulkan masalah terhadap status gizi.


(31)

Di dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 11, disebutkan bahwa salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan adalah melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman. Tentang pengamanan makanan dan minuman, dijelaskan lebih lanjut pada pasal 21 (Depkes, 1999):

1. Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan mengenai standarisasi persyaratan kesehatan.

2. Setiap makanan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang berisi:

a. Bahan yang dipakai b. Komposisi setiap bahan c. Tanggal, bulan, dan tahun d. Ketentuan lainnya.

3. Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Ketentuan mengenai pengamanan makanan dan minuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Bahagian yang akan diteliti

Gambar 3.1 Kerangka konsep gambaran Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik. Minuman Isotonik Uji labotarium -Uji Kualitatif -Uji Kuantitatif Natrium Benzoat Tidak Ada Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 Tidak Memenuhi syarat Memenuhi Syarat Konsumsi perhari berdasarkan Acceptable Daily Intake


(33)

Definisi Operasional

1. Minuman isotonik adalah minuman yang mengandung ion-ion elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium, kalsium, klorin, sitrat dan laktat dan berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh.

2. Uji kualitatif adalah metode pemeriksaan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pengawet natrium benzoat pada minuman isotonik. 3. Uji kuantitatif adalah metode pemeriksaan untuk mengukur kadar

natrium benzoat dari minuman isotonik yang diidentifikasi positif mengandung natrium benzoat.

4. Kadar natrium benzoat adalah banyaknya zat pengawet natrium benzoat yang terkandung di dalam minuman isotonik diukur dengan metode titrasi, hasilnya dalam satuan mg/kg.

5. Memenuhi syarat kesehatan adalah kondisi dimana kandungan pengawet natrium benzoat yang terdapat dalam minuman isotonik tidak melebihi 600 mg/kg berdasarkan Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988.


(34)

3.2.1 Variabel Sampel

Variabel Jenis sampel minuman isotonik dengan merek yang berbeda

Definisi

Minuman isotonik ialah minuman yang mengandung ion-ion elektrolit dan berfungsi menggantikan cairan tubuh. Jenis sampel dengan merek berbeda berarti variasi produk yang mirip, yang wujud secara fisik sehingga kita dapat lihat, raba/sentuh, rasakan, dan simpan.

Cara Ukur Pemilihan produk yang sama dengan merek yang bervariasi yang terdapat di lokasi pemilihan penelitian.

Alat Ukur Visual

Hasil Ukur Berbagai minuman isotonik dengan merek yang berbeda.

Skala Pengkuran


(35)

3.2.2 Variabel Natrium Benzoat

Variabel Natrium Benzoat

Definisi

Natrium benzoat merupakan salah satu contoh zat kimia yang digunakan sebagai pengawet buatan dan berwarna putih, granula tanpa bau, bubuk kristal atau serpihan dan lebih larut dalam air.

Cara Ukur

Menganalisa kualitatif natrium benzoat dalam minuman isotonik dengan menggunakan method esterifikasi yang diuji dengan FeCl₃ dan untuk menentukan kuantitinya dengan method titrasi yang diuji dengan menggunakan natrium hidroksida.

Alat Ukur Kualitatif menggunakan method esterifikasi dan kuantitatif menggunakan method titrasi.

Hasil Ukur Hasil esterifikasi kualitatif menunjukkan terdapatnya endapan kecokelatan berarti natrium benzoat positif dan hasil titrasi kuantitatif menunjukkan terdapat penukaran warna dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu muda.

Skala Pengkuran

Kualitatif menggunakan skala nominal dan kuantitatif menggunakan skala numerik ratio.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif adalah studi yang ditujukan untuk memberikan gambaran natrium benzoat dalam minuman isotonik. Cross sectional adalah melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Tempat pengambilan sampel dilakukan di Kota Medan. Selanjutnya sampel minuman isotonik yang dibeli dibawa untuk diperiksa di Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah setelah pembuatan proposal yaitu dari bulan Juni hingga July 2011.

4.3. Populasi dan Sampel

Sampel penelitian adalah seluruk merek minuman isotonik yang ditemukan di seluruh Kota Medan. Jenis sampel yang digunakan adalah total sampling. Total sampling adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh merek minuman isotonik sebagai sampel.


(37)

4.4.Metode Prosedur Kerja Pemeriksaan Natrium Benzoat 4.4.1. Peralatan yang dibutuhkan adalah:

1. Buret

2. Beaker glass 3. Batang pengaduk 4. Water bath 5. Corong pisah 6. Corong gelas 7. Gelas Ukur 8. Kertas saring 9. Labu Erlenmeyer 10. Labu tentukur 11. Neraca Kasar 12. Neraca analitik 13. Oven

14. Pipet tetes.

4.4.2. Bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Minuman isotonik

2. Aquabidest

3. Ammonium hydroxide (NH4OH) 4. Eter

5. Ferric chloride (FeCl₃) 6. Natrium hidroksida (NaOH) 7. Phenolphtalein


(38)

4.4.3. Cara kerja penentuan kualitattif Asam Benzoat (SNI, 1992): Uji dengan FeCl₃

1. Sampel larutan (Minuman isotonik) sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam labu ukur 250ml dan ditambah 10 ml NaOH 10% agar bersifat basa dan ditambah larutan NaCl jenuh (30gram ml dalam 100 ml air), tepatkan tanda kocok dan dibiarkan selama 2 jam, kemudian di saring dengan kertas saring. 2. Sebanyak 50 ml difiltrat dimasukkan ke dalam corong pisah 250ml, dan

diasamkan dengan HCl (1:3), kemudian ditambahkan 10-15 ml eter lalu dikocok.

3. Lapisan eter ditampung dalam labu erlenmeyer 50 ml kemudian diuapkan di atas penangas air. Larutkan residu dengan pemanasan dan ditambah beberapa NH₄OH sampai basa dan kelebihan NH₃ dihilangkan dengan penguapan, kemudian ditambah beberapa pengujian FeCl₃ 5% netral. Apabila terbentuk endapan kecokelatan berarti benzoat positif.

4.4.4. Cara kerja untuk penentuan kuantitatif Asam benzoat Uji dengan NaOH

1. Timbang dengan teliti sampel 50gram kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Jika sampel yang berbentuk serbuk akan digunakan 50gram dicampur dengan 100ml air suling.

2. Ukur pH sampel dengan menggunakan indicator universal, bila pH > 7 ditambahkan asam sulfat 4N hingga suasana asam, (pH 5-6)

3. Ditambahan 30ml eter lalu disari selama 15menit. Pisahkan lapisan eter (bagian atas) dan dikumpulkan dalam Erlenmeyer.

4. Diulangi penyarian kali ke-2 selama 15 menit, masing-masing menggunakan 20ml eter dan dikumpulkan sari eter ke dalam Erlenmeyer yang sama.

5. Sari eter yang dikumpul dalam Erlenmeyer diuapkan di water bath sampai kering pada suhu 60˚C.


(39)

6. Sisa sari eter yang diuapkan di water bath ditambahkan 15ml etanol dan 50ml aquadest dikocok hingga larut sempurna.

7. Tambahkan 3-5 tetes indicator fenolptalein.

8. Titrasi dengan larutan natrium hidroksida 0,1N dan titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu muda.

9. Catat volume pentiter 10.Kadar natrium benzoate =

Keterangan

V : Volume titasi untuk sampel N : Normalitas NaOH yang dipakai

BM: Berat Molekul natrium benzoate = 144,11g/mol B : Berat sampel yang ditimbang

Vx Nx BM x 100 B(mg)


(40)

4.5. Metode Pengumpulan Data 4.5.1. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan natrium benzoat dalam minuman isotonik yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Propinsi Sumatera Utara.

4.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan literature-literature yang berhubungan dengan penelitian.

4.6. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian di Laboratarium Kesehatan daerah Propinsi Sumatera Utara yang akan diolah secara manual dan disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Medan adalah merupakan kota terbesar di Pulau memperoleh status sebagai kota. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Berdasarkan 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter.. Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah banyak pula orang keturunan yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter,


(42)

notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau. Medan juga memiliki jumlah universitas dan sekolah yang lumayan banyak. telah terdaftar ke pemerintah kota Medan.

5.1.2. Gambaran Pengambilan Sampel

Minuman isotonik diambil sebanyak 15 sampel yang beredar di Kota Medan. Lokasi pengambilan sampel di Supermarket Vigo dan Carefour, Medan. Minuman isotonik ialah minuman yang dalamnya mengandung ion-ion elektrolit dan berfungsi menggantikan cairan tubuh.

Dalam komposisinya ada sebahagian mencantumkan penggunaan pengawet natrium benzoat dan sebahagian lagi tidak mencantumkannya. Kemudian semua sampel dibawah ke Laboratorium Kesehatan Daerah Medan Bahagian Toksikologi untuk diperiksa.

5.1.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya natrium benzoat dalam minuman isotonik dan berapa kadar natrium benzoat dalam minuman isotonik tersebut. Hasil perhitungan kadar natrium benzoat dalam satuan mg/kg seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.


(43)

Tabel 5.1. Hasil Uji Natrium Benzoat Secara kualitatif

No Nama Sampel Kandungan natrium

benzoat

1 100 Plus Positif

2 Adams Ale Sports Drink Positif

3 Ena-O Negatif

4 Gatorade Positif

5 Hemaviton Positif

6 Hydro[fatigon] Positif

7 M-150 Positif

8 Mizone Positif

9 Pocari Sweat Negatif

10 Powerade Isotonik Positif

11 Vitazone Positif

12 You C 1000 Lemon Positif

13 Extra Joss (serbuk) Negatif

14 E-Juss (serbuk) Negatif


(44)

Pada tabel 5.1. di atas, dapat diketahui bahwa sebelas sampel mengandung natrium benzoat dan empat sampel tidak mengandung natrium benzoat. Hal ini dapat ditemukan dengan adanya reaksi positif yaitu, terdapat endapan kecokelatan pada uji dengan FeCl₃ dan reaksi negatif tidak menunjukkan endapan kecokelatan. Untuk memastikan uji kualitatif semua sampel dilakukan uji kuantitatif dengan metode titrasi menggunakan natrium hidroksida.


(45)

Table 5.2. Hasil Uji Natrium Benzoat Secara Kuantitatif No Nama Sampel Jumlah natrium

benzoat(mg/kg)

Keterangan

1 100 Plus 27, 42 Memenuhi syarat

2 Adams Ale Sports Drink 9, 71 Memenuhi syarat

3 Ena-O − Memenuhi syarat

4 Gatorade 11, 38 Memenuhi syarat

5 Hemaviton 35, 28 Memenuhi syarat

6 Hydro[fatigon] 10, 98 Memenuhi syarat

7 M-150 33, 85 Memenuhi syarat

8 Mizone 187, 20 Memenuhi syarat

9 Pocari Sweat − Memenuhi syarat

10 Powerade Isotonik 48, 82 Memenuhi syarat

11 Vitazone 6, 50 Memenuhi syarat

12 You C 1000 Lemon 8, 08 Memenuhi syarat 13 Extra Joss (serbuk) − Memenuhi syarat

14 E-Juss (serbuk) − Memenuhi syarat


(46)

Berdasarkan tabel 5.2. di atas, diketahui kandungan natrium benzoat berbeda pada sampel yang berbeda. Semua sampel memenuhi syarat iaitu tidak melebihi batas maksimum menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 iaitu sebesar

600 mg/kg. Kandungan natrium benzoat tertinggi pada sampel minuman isotonik Mizone sebanyak 187, 20mg/kg dan terendah pada Vitazone sebanyak 6, 50mg/kg.


(47)

Table 5.3. Bahan Pengawet yang Terkandung dalam Sampel. No Nama Sampel Bahan Pengawet

Komposisi Hasil Lab 1 100 Plus Natrium Sitrat, (+) Natrium Benzoat

Natrium Klorida, Natrium Benzoat

2 Adams Ale Sports Drink Natrium Klorida (+) Natrium Benzoat 3 Ena-O Tidak Ada Pengawet (-) Natrium Benzoat 4 Gatorade Natrium Sitrat, (+) Natrium Benzoat

Natrium Klorida

5 Hemaviton Tidak Ada Pengawet (+) Natrium Benzoat 6 Hydro[fatigon] Tidak Ada Pengawet (+) Natrium Benzoat 7 M-150 Natrium Benzoat (+) Natrium Benzoat 8 Mizone Natrium Klorida, (+) Natrium Benzoat

Natrium Benzoat, Kalium Sorbat

9 Pocari Sweat Natirum Sitrat, (-) Natrium Benzoat Natrium Klorida

10 Powerade Isotonik Natrium Sitrat, (+) Natrium Benzoat Natrium Klorida

11 Vitazone Natrium Klorida, (+) Natrium Benzoat Natrium Sitrat

12 You C 1000 Lemon Natrium Klorida (+) Natrium Benzoat 13 Extra Joss (serbuk) Tidak Ada Pengawet (-) Natrium Benzoat 14 E-Juss (serbuk) Natrium Klorida (-) Natrium Benzoat 15 Pocari Sweat (serbuk) Natirum Sitrat, (+) Natrium Benzoat


(48)

Berdasarkan tabel 5.3. di atas, diketahui sepuluh sampel minuman mengandungi natrium klorida yang berfungsi sebagai pengawet dan enam dari sampel minuman tersebut mengandungi natrium sitrat yang berfungsi sebagai bahan pengawet juga. Tiga sampel mengandungi natrium benzoat dan dimasukkan dalam komposisi dan lapan sampel minuman mengandungi natrium benzoat tetapi tidak dimasukkan dalam komposisi minuman tersebut dan akhirnya, satu sampel mengandungi kalium sorbat.


(49)

5.2 Pembahasan

5.2.1. Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat Pada Minuman Isotonik

Untuk penelitian ini, reaksi esterifikasi digunakan untuk pemeriksaan kualitatif natirum benzoat. Penggunaan pengawet natrium benzoat dapat dipastikan karena terdapat endapan cokelat. Sekiranya tiada endapan, ini bermaksud pengawet natrium benzoat tidak digunakan. Lima belas sampel telah diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan. Setelah eksperimen dilakukan, sebelas sampel telah dibuktikan mengandung pengawet natrium benzoat. Empat sampel lain pula tidak menggunakan pengawet natrium benzoat. Setelah pemeriksaan kualitatif dilakukan, pemeriksaan kuantitatif dilakukan untuk memastikan hasil uji kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode titrasi. Sampel yang mengandung pengawet natrium benzoat menjadi warna merah jambu. Sampel yang tidak mengandung pengawet natrium benzoat tidak berlaku perubahan warna.

Pengawet natrium benzoat diizinkan pengunaannya dalam makanan sesuai batas maksimum yang telah ditetapkan. Batas maksimum penggunaan pengawet natrium benzoat dalam minuman menurut Permenkes Republik Indonesia No.722/Menkes/Per/IX/1988 yaitu sebesar 600mg/kg. Tujuannya adalah untuk menjaga keamanan pengkonsumsinya oleh manusia agar tidak membahayakan tubuh.

Menurut penelitian Suyetmi Zentimer, konsentrasi natirum benzoat memberikan pengaruh terhadap vitamin C, total asam, total soluble solid, viskositas dan nilai organoleptik pada minuman sari buah sirsak berkarbonasi. Penggunaan natirum benzoat meningkatkan kadar vitamin C, total soluble solid, viskositas dan nilai organoleptik tetapi menurunkan nilai total asam. Interaksi antara konsentrasi natirum benzoat dan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata terhadap viskositas juga. Penelitian ini menyokong penggunaan natirum benzoat untuk meningkatkan mutu bahan makanan. (Suyetmi Zentimer 2007)


(50)

5.2.2. Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Minuman Isotonik

Metode titrasi digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif natrium benzoat pada minuman isotonik. Sampel yang mengandung pengawet natrium benzoat menjadi berwarna merah jambu. Sampel yang tidak mengandung pengawet natrium benzoat tidak berlaku perubahan warna. Sebelas sampel telah dibuktikan mengandung pengawet natrium benzoat dan ternyata memenuhi syarat karena kurang daripada batas maksimum yang diizinkan yaitu 600mg/kg.

Penelitian yang dilakukan oleh Judika(2006) men.ganalisa tentang natrium benzoat produk kecap pada tahun 2006. Kadar kandungan natirum benzoat pada yang tertinggi adalah sebesar: 152 mg/kg dan kadar kandungan natrium benzoat terendah adalah sebesar 104 mg/kg. Hasil penelitian menunjukkan tiga sampel yang kandungan natrium benzoat pada produk kecap tidak memenuhi syarat kesehatan menurut S N I 01-3545-1994. Batas maksimum natrium benzoat yang diizinkan di dalam kecap sebesar 600 mg/kg. (Judika, 2006)

Menurut penelitian Dwi Mulyanti, terdapat perbedaan secara nyata pada kadar air, vitamin C, nilai pH, nilai total padatan terlarut, kadar natrium benzoat, dan kadar pewarna tartrazine. Penelitian pada empat merk saos tomat di mana penambahan natrium benzoat berada dibawah Standar Peraturan Menteri Kesehatan RI yaitu 600-1000 mg/kg. Pada saos ABC (472,06 ppm), saos Eco (404,06 ppm)dan saos Del Monte (584,28 ppm). Kandungan natrium benzoat lebih rendah dibandingkan standar, hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat dari penggunaan natrium benzoat yang berlebihan. Sedangkan pada saos Lucky sudah sesuai dengan standar yaitu sebesar 676,24 ppm. Dari keempat merk saos tersebut ditinjau dari segi bahan pengawet yang digunakan layak untuk dikonsumsi.


(51)

Penggunaan bahan pengawet natrium benzoat mempunyai bahaya terutama jika digunakan dalam j u mlah yang berlebihan. Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), pengkonsumsian natrium benzoat secara berlebihan menyebabkan menimbulkan penyakit kanker dalam jangka panjang dan ada juga laporan yang menunjukkan bahawa dapat merusak system saraf manusia pengawet bersifat menumpuk. (Awang, 2003)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ryan Bernhardt pada tahun 2007, tentang efek natirum benzoat apabila digunnakan dengan asam askorbik. Penelitian ini membuktikan bahawa benzene diproduksi apabila hadirnya asam askorbik (Vitamin C). Asam askorbik digunakan sebagai antioksidant dalam minuman dan natirum benzoat digunakan sebagai bahan pengawet.

Kesimpulan penelitian ini adalah, minuman yang mengandungi pH asam dan asam askorbic yang tinggi akan bereaksi dengan natrium benzoat sehingga memproduksi benzene yang bersifat karsinogenik yang dapat mengakibatkan kanker. (Ryan Bernhardt, 2007)

Penelitian yang dilakukan Alimi pada tahun 1986 tentang pemberian natrium benzoat kepada tikus mencit selama 60 hari secara terus menerus, membuktikan bahwa pada pemberian natrium benzoate dengan kadar 0,2% menyebabkan sekitar 6,67% mencit putih terkena radang lambung, usus dan kulit. Sedangkan pada pemberian kadar 4% menyebabkan sekitar 40% tikus mencit menderita radang lambung dan usus kronis serta 26,6% menderita radang lambung dan usus kronis yang disertai kematian (Alimi,1986).


(52)

Selain itu, minuman isotonik yang mengandung natrium benzoat dalam jumlah yang berlebihan (tidak sesuai dengan Acceptable Dailly Intake) akan mengganggu kesehatan manusia. Natrium benzoat yang masuk ke dalam tubuh akan melewati membrane-mrmbrane tubuh dan memasuki aliran darah karena tidak ada sistem yang khusus pada manusia untuk tujuan tunggal mengenai penyerapan zat-zat kimia. Natrium benzoat cenderung di serap oleh lambung dan jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar akan mengiritasi lambung lalu merusak organ target (hati) setelah menumpuk satu jumlah yang berlebihan (WHO, 2000).

Concise International Chemical Document (CICAD) bertujuan untuk mengenal pasti karakteristik bahan kimia dan efek apabila tereksposi pada bahan kimia tersebut. Menurut CICAD, kasus-kasus urticaria, asma, rhintis dan syok anaphilatic telah di laporkan. Konsumsi natrium benzoat secara berlebihan dapat memberikan efek buruk pada sistem persarafan sentral, hepar dan ginjal.

(CICAD 2005)


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Sebanyak sebelas dari lima belas sampel minuman isotonik yang diperiksa, telah dibuktikan mengandung pengawet natrium benzoat. Empat sampel lain pula tidak menggunakan pengawet natrium benzoat. Semua sampel yang dibuktikan mengandung pengawet natrium benzoat tidak melebihi syarat penggunaan maksimum yaitu, 600mg/kg. Pada sepuluh sampel minuman, tertera dilabelnya mengandungi natrium klorida yang berfungsi sebagai pengawet dan enam dari sampel minuman tersebut mengandungi natrium sitrat yang berfungsi sebagai bahan pengawet juga. Lapan sampel minuman mengandung natrium benzoat tetapi tidak dimasukkan dalam komposisi minuman tersebut

6.2. Saran

1. Kelemahan pada penelitian ini adalah banyaknya peran panca indera manusia dalam pengukuran bahan-bahan kimia. Misalnya adanya endapan kecokelatan yang timbul semasa pemeriksaan kualitatif yang tidak dapat di lihat sekiranya terlalu rendah kadar endapannya. Semasa melakukan titrasi pula, dapat berlaku sewaktu membedakan intensitas warna merah jambu yang timbul. Hal ini dapat memberikan kuantitas natrium benzoat yang berbeda daripada kadar sebenarnya.

2. Methode alternatif yang lebih automatif dapat digunakan seperti spektrometer untuk mengurangi kesalahan daripada manusia. Methode ini lebih maju dan dapat memberikan hasil yang lebih tepat.

3. Untuk peneliti berikutnya, dalam minuman isotonik juga dapat dilakukan uji untuk kandungan pewarna dan kafein.


(54)

4. Pemakaian bahan pengawet natrium benzoat perlu dikontrol dengan melakukan penelitian dan pemeriksaan yang periodik untuk memastikan pemakaian pengawet natrium benzoat masih di bawah kadar maksimum. 5. Produsen seharusnya mencantumkan segala jenis bahan pengawet yang

digunakan berserta dengan kadar kandungannya dalam kemasan minuman isotonik.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alimi, 1986. Studi Keamanan Natrium Benzoat Terhadap Tikus Mencit Mengikut Konsentrasi. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 1. [Hal: 147-156.]

Anonimous, 1980. Manuals of Food Quality Control. 2. Additives Contaminants Techniques. FAO Food and Nutrition Paper, FAO of the United States, Rome. [Hal : 45]

Awang. Rahmat, 2003. Kesan Pengawet Dalam Makanan, diambil dari

Bateman B, Warner J O, Hutchinson E, Dean T, Rowlandson P, Gant C, Grundy J, Fitzgerald C , Stevenson J, 2004. The effects of a double blind, placebo controlled, artificial food colourings and benzoate preservative challenge on hyperactivity in a general population sample of preschool children.[ Tanggal 28 November 2011]

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2001 Kodeks Makanan Indonesia. [Tanggal 16 April 2011]

Cahyadi, Msi Analisis dan Aspek kesehatan bahan tambahan pangan, Edisi ke-2 tahun 2008.


(56)

Department Perindustrian RI. 1992. Cara Uji Bahan Pengawet Pangan dan Bahan Tambahan Pangan yang Dilarang untuk Pangan. SNI 01-2894-1992. Jakarta.

Department Kesehatan RI. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesai No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Batas Penggunaan Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: Department Kesehatan RI.

Department Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1168/Menkes/per/X/1999 tentang perubahan atas permenkes No 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan, Jakarta.

Dr A. Wibbertmann, Dr J. Kielhorn, Dr G. Koennecker, Dr I. Mangelsdorf, and Dr C. Melber 2005. Concise International Chemical Assesment Document 26: Benzoic Acid And Sodium Benzoate.[ Tanggal 28 November 2011]

Mulyanti Dwi, 2004. Studi Keamanan Pangan Pada Soas Tomat: Kajian Identifikasi Pewarna Merah Sintesis, Pengawet Na-Benzoat dan Pemanis,

Dengan Metode Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri. [Tanggal 1 Discember 2011]

Harris, Robert S. Endel Karmes, 1989. EVALUASI GIZI PADA PENGOLAHAN BAHAN PANGAN. ITB: Bandung.


(57)

Horwitz W, 1980. Offical Methods of Analysis of AOAC. 13th Ed., Publ. By The AOAC. Washington, DC. [Hal; 52]

Judika. T, 2006. Pemeriksaan Kadar Natrium Benzoat Pada Produk Kecap Kedelai Yang Beredar di Kota Medan Tahun 2006. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Prasetyo. S, 2006 Isotonik Tak Jamin Kembalikan Kebugaran Tubuh. [Tanggal 06 March 2011]

Ryan Bernhadt, 2007. The Generation of Benzene in Soft Drinks: Sodium Benzoate in the Presence of Ascorbic Acid. [Tanggal 1 Discember 2011]

Suyetmi Zentimer, 2007. Pengaruh Konsentrasi Natirum Benzoat Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Minuman Sari Buah Sirsak(Annona muricata L) Berkarbonasi. [Tanggal 30 November 2011]

Tranggono, dkk 1990 Bahan Tambahan Pangan, Yogyakarta: Pusat Antar- Universitas-Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada. [Hal 43]

Whd, 2006. Minuman Isotonik, Mengapa Harus Dipermasalahkan. Halal Guide-Jurnal Halal LP POM MUI. Diambil dari

[Diakses 07 March 2011]


(58)

WHO, 2000. Benzoic Acid and Sodium Benzoate. Geneva; World Health Organization

Winarno F.G, 1994. Bahan Tambahan Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan. [Hal: 7]

Winarti S, 2006 Minuman Kesehatan Trubus Agrisarana, Surabaya.[Hal: 5, 11]


(59)

Nama : Shanggari Maniarsu

Tempat / tanggal lahir : Pulau Pinang / 24 September 1987

Agama : Hindu

Alamat : Jalan Dr Mansur, Sei Padang, No 170 Medan, Indonesia.

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2004

SMA Kelas III-2007/2008

Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI


(60)

• 100 Plus Komposisi:

Air, CO2, Gula, Glukosa, Asam Sitrat, Natrium Sitrat, Natrium Klorida, Perisa Sitrus, Kalium Fosfat, Natrium Benzoat, dan Kalsium Fosfat.

• Adam Ale Sport Drink Komposisi:

Water, Sucrose, Dextrose, Fructose, Food Acids, Sodium Chloride, Mineral Salt (Pottasium Chloride), Flavour, Colour.

• Ena'O Kompisisi:

Taurine, Inositol, Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin B6, Nilacinamida, Caffeine, Madu.

• Gatorade Komposisi:

Air, Gula, Dexstrosa, Pengatur Keasaman(Asam Sitrat dan Natrium Sitrat), Natrium Klorida, Monokalium Fosfat, Pemantap Pati, Perisa Jeruk dan Jeruk Bali, Gliserol Ester.

• Hemaviton Komposisi:

Taurine, 1,3,7,Trimethylxanthine, Luositol, Ginsing Ekstrak, Nicotinamide, Vitamin B6, Dexpanthenol, Vitamin B12 dan mengandung gula natural dan Sorbitol.

• Hydro Fatigon Komposisi:

Air kelapa, Air, Sukrosa, Fruktosa, Perisa Jeruk, pengatur keasaman Asam Malat, Ekstrak Jeruk, Pengatur Keasaman Natrium Bikarbonat, Pewarna Beta Karoten (140800), Vitamin B3, Vitamin B5, dan Vitamin B6.


(61)

Pyridoxine HCL, Tartazin (19140), Kuning FCF(15985) dan Pemanis Buatan Sorbitol.

• Mizonne Active Hidration Komposisi:

Air Aqua, Fruktosa, Gula, natrium klorida, pengatur keasaman(Asam Sitrat), Base Mizone Perisa Dazzling Apple Guava, Kalsium Laktat, Pengawet Natrium Benzoat, Pengawet Kalium Sorbat, Pemanis Buatan [Asesulfam-K(30mg/saji), Sukralosa (2mg/saji)], Pektin, Sekuestran, Magnesium Sulfat, vitamin B3, vitamin B5, vitamin B12 dan ion-ion elektrolit (Na+, K+, Mg2+, Ca2+, Cl-, Sitrat 3-, Laktat-, Sulfat 2-).

• Pocari Sweat Komposisi:

Gula, Glukosa, Asam Sitrat, Natirum Sitrat, Natrium Klorida, Vitamin C, Kalium Klorida, Kalsium Laktat, Magnesium Karbonat, Perisa Sitrus dan ion-ion elektrolit (Na+, K+, Mg2+, Ca2+, Cl-, Sitrat 3-, Laktat-, Sulfat 2-).

• Powerade Isotonik Grapefruit Lemon Komposisi:

Air, Gula Asam Sitrat, Natrium Sitrat, Natrium Klorida, Vitamin C, Dikalim Fosfat, Perisa Grapefruit Lemon, Vitamin B3, Vitamin B5, Vitamin B6, Vitamin B12, Trikalsium Fosfat, Pewarna Beta-Karoten,dan Ion-Ion elektrolit (Na+, K+, Mg2+, Ca2+, Cl-, Sitrat 3-, Laktat-, HPO43-).

• Vitazone Komposisi:

Air, sukrosa, Perisa Sitrum, Natrium Klorida, Asam Sitrat, Kalium Klorida, Asam Malat, Natrium Sitrat, Vitamin C, Kalsium Laktat, Magnesium Karbonat, Vitamin B3, Vitamin B5, Vitamin B6, Vitamin B7(Biotin), Vitamin B12 dan Ion-Ion Elektrolit.


(62)

Magnesium Klorida, Jus Buah Lemon Segar, Kalium Fosfat, Pewangi, Pewarna Kuning Benibana(Safflower), dan Acidulant.

• Extra Joss (Serbuk) Komposisi:

Taurine, Ekstrak Gingseng, Vitamin B12, Vitamin B3, Vitamin B5, Vitamin B6, Vitamin B8, Vitamin B9, Vitamin B12, Royal Jelly, 1, 3, 7 Trimethybcanthine, Aspartame, Acesulfame-K, Sodium Bicarbonate, dan Citric Acid.

• E-Juss (Serbuk) Komposisi:

Taurine, Ekstrak Gingseng, Vitamin B1, Vitamin B12, Vitamin B6, Royal Jelly,Grape Seed Extract, Caffeine, Gula, Aspartame, Acesulfame-K, Sod Bicarbonate, Citric Acid, Malic Acid, Sodium Citrate, Sodium Chloride, Flavour, Carmoisine Cl 14720 dan Patent Blue V C1 42051.


(63)

ACCEPTABLE DAILY INTAKE (ADI) MAKSIMUM 5 mg/kg.

1. Untuk orang dewasa

Berat badan standard katakan 50kg

Maka asupan harian natrium benzoat ialah :

5mg/kg x 50 = 250mg

2. Untuk anak-anak

Maka asupan harian natrium benzoat

5mg/kg x 50 2,5 =100mg


(64)

ISOTONIK.

Sampel : Mizone Diketahui :

V : Volume titrasi untuk sampel

N : Normalitas NaOH yang dipakai

BM: Berat Molekul natrium benzoate = 144,11g/mol

B : Berat sampel yang ditimbang Kadar natrium benzoate dalam sampel ialah:

Kadar natrium benzoat = � � ��

�(��)

× 100

= �,�� �,��� ���,��

��.���,�

×

���

= 187,20 mg/kg

Vx Nx BM x 100 B(mg)


(65)

=

(

��

)

(

�����

)

� : massa jenis air = 1kg/liter m : massa

v : volume

maka, 1kg/liter = �(��) �(�����) v = m

1liter = 1kg


(66)

Bahan Pengawet

No Nama Bahan Tambahan

Pangan

Jenis/Bahan Makanan Batas Maksimum

Penggunaan

18 Natrium Benzoat Jem & Jeli 1gr/kg

kecap 600mg/kg

Minuman ringan 600mg/kg

Saus tomat 1gr/kg


(67)

(68)

(1)

PERHITUNGAN KONSUMSI MAKSIMUM NATRIUM BENZOAT DENGAN ACCEPTABLE DAILY INTAKE (ADI) MAKSIMUM 5 mg/kg.

1. Untuk orang dewasa

Berat badan standard katakan 50kg

Maka asupan harian natrium benzoat ialah : 5mg/kg x 50 = 250mg

2. Untuk anak-anak

Maka asupan harian natrium benzoat 5mg/kg x 50

2,5 =100mg


(2)

LAMPIRAN 4

CONTOH PERHITUNGAN KADAR NATRIUM BENZOAT DALAM MINUMAN ISOTONIK.

Sampel : Mizone Diketahui :

V : Volume titrasi untuk sampel N : Normalitas NaOH yang dipakai

BM: Berat Molekul natrium benzoate = 144,11g/mol B : Berat sampel yang ditimbang

Kadar natrium benzoate dalam sampel ialah:

Kadar natrium benzoat = � � ��

�(��)

× 100

= �,�� �,��� ���,��

��.���,�

×

���

= 187,20 mg/kg

Vx Nx BM x 100 B(mg)


(3)

KONVERSI mg/l =...mg/kg

=

(

��

)

(

�����

)

� : massa jenis air = 1kg/liter m : massa

v : volume

maka, 1kg/liter

=

�(��)

�(�����) v = m

1liter = 1kg 1mg/l = 1mg/kg


(4)

LAMPIRAN 6

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 722/MEN KES/PER/IX/1988 TENTANG BAHAN TAMBAHAN PANGAN

Bahan Pengawet

No Nama Bahan Tambahan Pangan

Jenis/Bahan Makanan Batas Maksimum Penggunaan 18 Natrium Benzoat Jem & Jeli 1gr/kg

kecap 600mg/kg

Minuman ringan 600mg/kg Saus tomat 1gr/kg Makanan lain 1gr/kg


(5)

(6)