0 Gy 2 Gy 4 Gy 6 Gy 8 Gy 10 Gy

sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak terkena efek iradiasi sinar gamma tanaman kontrol. Jumlah Anakan Data rataan jumlah anakan tanaman bawang merah dengan pemberian iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan jumlah anakan tanaman bawang merah dengan perlakuan iradiasi sinar gamma Ket : = berbeda nyata dengan populasi Kontrol 0 Gy pada taraf 5 berdasarkan uji t = berbeda sangat nyata dengan populasi Kontrol 0 Gy pada taraf 1 berdasarkan uji t Dari hasil analisis uji t, pemberian iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata disetiap minggunya terhadap jumlah anakan pada dosis 10 Gy dan 12 Gy, dan tidak berbeda nyata pada dosis 2 Gy, 4Gy, 6 Gy dan 8 Gy. Pada dosis 14 Gy tanaman sudah tidak mampu bertahan hidup. Pengaruh nyata iradiasi sinar gamma dapat menekan jumlah anakan tanaman bawang merah varietas lokal samosir. NO DOSIS MINGGU 4 5 6

1. 0 Gy

4,60±1,16 4,97±1,19 5,40±1,25

2. 2 Gy

4,30±1,18 4,83±1,12 5,43±1,25

3. 4 Gy

4,63±1,03 5,00±0,98 5,27±1,17

4. 6 Gy

4,50±1,07 4,93±1,62 4,80±1,40

5. 8 Gy

4,60±1,48 4,59±1,45 4,80±1,53

6. 10 Gy

3,47±1,20 3,84 ±1,50 3,88±1,13 7. 12 Gy 3,07±0,99 2,500±0,57 2,50±1,00 8. 14 Gy Universitas Sumatera Utara Penampilan daun dan anakan tanaman bawang merah varietas lokal samosir hasil iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Gambar 3. 0 Gy 2 Gy 4 Gy 6 Gy 8 Gy 10 Gy 14 Gy 12 Gy Gambar 3. Penampilan daun dan anakan bawang merah varietas lokal samosir hasil iradiasi umur 3 MST Universitas Sumatera Utara Umur Panen, Bobot Segar Umbi, Bobot Kering Umbi, Diameter Umbi dan Rata-rata Berat Per Umbi Data rataan Umur Panen, Bobot Segar Umbi, Bobot Kering Umbi, Diameter Umbi dan Rata-rata Berat Per Umbi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Umur Panen, Bobot Segar Umbi, Bobot Kering Umbi, Diameter Umbi dan Rata-rata Berat Per Umbi N0 PARAMETER DOSIS 0 Gy 2 Gy 4Gy 6 Gy 8 Gy 1. Umur Panen hari 79,63±5,69 77,00±4,75 79,13±6,27 76,97±4,80 74,10±0,31 2. Bobot Segar gr 16,03±8,03 14,04±6,42 14,04±6,42 7,40±3,42 4,68±1,71 3. Bobot Kering gr 13,46±10,99 10,99±5,49 11,15±5,01 5,57±3,18 3,214±0,84 4. Diameter Umbi mm 16,50±2,24 16,24±1,51 15,33±2,04 11,37±2,62 0,738±0,42 9,22±1,46 5. Berat Rata-rata per Umbi gr 1,816±0,612 1,65±0,45 1,49±0,47 0,39±0,15 Ket : = berbeda nyata dengan populasi Kontrol 0 Gy pada taraf 5 berdasarkan uji t = berbeda sangat nyata dengan populasi Kontrol 0 Gy pada taraf 1 berdasarkan uji t Tabel 4. menunjukkan pemberian iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata pada dosis 8 Gy untuk parameter Umur panen. Pada dosis ini pemanenan dilakukan lebih awal dibandingkan dosis- dosis yang lainnya. Pada dosis 2 Gy, 4 Gy dan 6 Gy waktu umur panennya masih mendekati kontrol sehingga untuk parameter ini perlakuan iradiasi sinar gamma tidak berbeda nyata. Pada dosis 10 Gy, 12 Gy dan 14 Gy tidak dilakukan pemanenan. Dari analisis uji t perlakuan iradiasi sinar gamma untuk parameter bobot segar, bobot kering umbi, diameter umbi dan berat rata- rata per umbi berbeda sangat nyata pada dosis 6 Gy dan 8 Gy, pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis ini dapat memperkecil bobot umbi, diameter umbi dan berat rata- rata umbi dan tidak berpengaruh nyata pada dosis 2 Gy dan 4 Gy. Universitas Sumatera Utara Penampilan umbi bawang merah varietas lokal samosir hasil mutasi iradiasi sinar gamma disajikan pada Gambar 4. Pembahasan Gambar 4. Penampilan umbi bawang merah varietas lokal samosir hasil mutasi iradiasi sinar gamma sinar gamma 0 Gy Kontrol Dosis 2 Gy Dosis 4 Gy Dosis 6 Gy Dosis 8 Gy Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis uji t diketahui bahwa pemberian iradiasi sinar gamma terhadap tinggi tanaman mulai terlihat berbeda nyata pada dosis 4 Gy hingga dosis 14 Gy, sedangkan pada dosis 2 Gy tidak ada pengaruh nyata iradiasi sinar gamma. Hasil analisis uji t menunjukkan pengaruh nyata iradiasi sinar gamma dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman untuk setiap dosis yang diberikan iradiasi sinar gamma lebih rendah dibandingkan dengan tanaman Kontrol tanpa perlakuan iradiasi. Pada dosis 4 Gy terjadi keunikan bahwa pada umur tanaman 3 MST, pemberian iradiasi sinar gamma berbeda nyata dan berbeda sangat nyata pada umur 4 MST, 5 MST, namun pada pengamatan minggu terakhir 6 MST tinggi tanaman tidak berbeda nyata, hal ini bisa saja terjadi karena memang respon setiap tanaman berbeda- beda terhadap pemberian iradiasi sinar gamma. Hal ini sejalan dengan Kadir, dkk 2006 yang menyatakan bahwa pengaruh iradiasi sinar gamma bersifat acak, yakni dapat bersifat positif dengan sifat karakter yang baik sesuai karakter yang diinginkan, maupun bersifat negatif dengan muculnya karakter yang tidak dikehendaki. Pengaruh yang sangat nyata dari pemberian iradiasi sinar gamma terhadap tinggi tanaman terlihat mulai dosis 6 Gy hingga dosis 12 Gy . Dari hasil analisis uji t pada dosis yang tinggi 6 Gy, 8 Gy, 10 Gy dan 12 Gy menunjukkan perbedaan jauh rataan tinggi tanaman dibandingkan dengan kontrol 0 Gy. Semakin tinggi dosis iradiasi yang diberikan maka akan semakin tertekan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Soedomo 1986 yang menyatakan bahwa radiasi sinar gamma dengan dosis 2 Gy, 5 Gy dan 7,5 Gy pada umbi bawang merah yang ditanam di Cipanas Universitas Sumatera Utara menimbulkan kerusakan fisiologis yang meliputi penghambatan pertumbuhan, berkurangnya jumlah bunga, dan penurunan hasil umbi. Pengaruh radiasi tersebut akan semakin meningkat dengan bertambahnya dosis radiasi. Iradiasi sinar gamma dengan dosis 14 Gy, tanaman hanya mampu bertahan hidup sampai umur 3 MST. Pada dosis ini awal perkecambahan terlihat normal, namun pertambahan tinggi tanamannya tergolong lambat dibandingkan dengan dosis lainnya. Pada umur 3 MST, tanaman mulai menunjukkan keunikan tersendiri, yakni ujung daun tanaman perlahan menguning, mencoklat, kemudian mengering, layu dan kemudian mati, tanaman tidak dapat bertahan hidup hingga berproduksi. Hal ini sesuai dengan Natawijaya, dkk 2009 yang menyatakan bahwa daun yang mati karena efek iradiasi dicirikan dengan daun yang bewarna coklat dan kering, terjadi karena radiasi dapat mendegradasi klorofil pada daun, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis dan pada akhirnya akan mengalami kematian. Panampilan tanaman bawang merah hasil iradiasi dengan dosis 14 Gy dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. Ujung daun tanaman yang menguning dan coklat pada dosis 14 Gy Gambar 5. Tanaman bawang merah hasil iradiasi dosis 14 Gy. Universitas Sumatera Utara Pemberian iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap jumlah daun pada dosis 10 Gy dan 12 Gy disetiap minggunya mulai 2 MST- 6 MST. Pada umur 6 MST pemberian iradiasi sinar gamma berbeda nyata pada dosis 4 Gy, dan berbeda sangat nyata pada dosis 2, 6, 8, 10 dan 12 Gy. Pengaruh nyata iradiasi sinar gamma menekan petumbuhan jumlah daun. Dari analisis uji t menunjukkan rataan jumlah daun untuk setiap perlakuan iradiasi yang berpengaruh nyata lebih rendah dibandingkan tanaman kontrol. Berdasarkan penelitian Oktavina 2011, dikatakan bahwa jumlah daun untuk perlakuan iradiasi dosis yang tinggi yaitu 60 dan 90 Gy pada planlet anggrek dendrobium mengalami penurunan dan berbeda nyata terhadap kontrol. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis uji t, pemberian iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata terhadap jumlah anakan pada dosis 10 Gy dan 12 Gy. Rataan jumlah anakan pada dosis ini lebih rendah dibandingkan kontrol 0 Gy. Dari hasil analisis uji t menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah yang meliputi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan lebih baik pertumbuhannya pada tanaman kontrol 0 Gy dibandingkan tanaman yang mendapatkan perlakuan iradiasi. Hal ini sesuai dengan Sunarjono, dkk 1984 yang menyatakan Radiasi sinar gamma berpengaruh menekan jumlah akar, panjang akar, tinggi tanaman dan jumlah anakan pada pertumbuhan tanaman M1 bawang merah varietas sumenep. Dari hasil analisis uji t pada dosis 8 Gy perlakuan iradiasi sinar gamma berbeda sangat nyata pada parameter umur panen. Pemanenan pada dosis ini dilakukan lebih awal dibandingkan dosis lainnya diikuti dengan dosis 6 Gy. Ukuran umbi kedua dosis ini lebih kecil dibandingkan dosis 2 Gy dan 4 Gy. Universitas Sumatera Utara Pemanenan yang lebih awal ini kemungkinan disebabkan karena ukuran umbi yang lebih kecil sehingga kematangan umbi juga lebih cepat dibandingkan dosis 2 Gy dan 4 Gy sehingga panennya juga lebih cepat. Belum ada literatur yang menjelaskan tentang hal ini. Pada dosis 8 Gy pemanenan hanya dilakukan pada beberapa umbi saja. Sebagaian besar dari umbi yang ditanam sudah bertunas dilapang sebelum dilakukan pemanenan. Ukuran umbi yang kecil mengakibatkan tanaman terlihat tidak layak panen, namun ketika dibiarkan beberapa hari tanaman ini sudah bertunas lagi dilapang. Sehingga tanaman yang bertunas dibiarkan saja dilapang dan yang dipanen hanyalah tanaman yang tidak bertunas. Hal serupa juga terjadi pada tanaman dengan dosis 10 Gy. Pada dosis 10 Gy hanya beberapa tanaman saja yang dapat bertahan hidup, namun pada dosis ini sama sekali tidak ada tanaman yang bisa dipanen karena sudah bertunas lagi dilapang. Pada dosis 12 Gy pemanenan tidak dilakukan karena tanaman pada dosis ini tidak mampu membentuk umbi, sehingga selesai masa vegetatif perlahan tanaman layu lalu mati tanpa membentuk umbi tanaman hanya mampu bertahan hidup hingga umur 7 MST. Belum ada literatur yang menjelaskan tentang hal ini. Hanya memang pemberian radiasi sinar gamma pada dosis yang semakin tinggi akan semakin merusak tanaman dan dapat menyebabkan abnormalitas pada tanaman. Hal ini sesuai dengan litbang 2011 yang menyatakan m utasi iradiasi pada tanaman dapat menimbulkan abnormalitas. Hal ini menandakan telah terjadi perubahan pada tingkat genom, kromosom, dan DNA sehingga proses fisiologis pada tanaman menjadi tidak normal dan menghasilkan variasi-variasi genetik baru. Abnormalitas atau bahkan kematian pada populasi mutan M1 merupakan akibat Universitas Sumatera Utara dari terbentuknya radikal bebas seperti H0, yaitu ion yang sangat labil dalam proses reaksi sehingga mengakibatkan perubahan mutasi pada tingkat DNA, sel ataupun jaringan. Mutasi yang diharapkan adalah yang dapat menimbulkan keragaman pada sifat yang akan diseleksi sehingga sifat atau karakter yang lebih baik dapat diseleksi, sementara karakter yang baik pada tanamanvarietas asal tetap dipertahankan. Gambar 7. Tanaman bawang merah hasil iradiasi dosis 10 Gy yang sudah bertunas di lapang Gambar 6. Tanaman bawang merah hasil iradiasi dosis 8 Gy yang sudah bertunas di lapang Gambar 8. Tanaman bawang merah hasil iradiasi dosis 12 Gy umur 6 MST yang tidak dapat menghasilkan umbi Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisis uji t perlakuan iradiasi sinar gamma untuk parameter Bobot Segar, Bobot Kering umbi, Diameter umbi dan Berat Rata- rata per umbi berbeda sangat nyata pada dosis 6 Gy dan 8 Gy, pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis ini dapat memperkecil bobot umbi, diameter umbi dan berat rata- rata umbi. Pada dosis 2 Gy dan 4 Gy tidak terjadi perbedaan yang nyata dari pemberian iradiasi sinar gamma terhadap bobot segar, bobot kering, diameter dan berat rata- rata per umbi. Tanaman kontrol memiliki produksi yang lebih baik dibandingkan pada tanaman yang mendapatkan perlakuan iradiasi pada M1. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sunarjono, dkk 1984 bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman kontrol lebih baik dibandingkan tanaman yang diiradiasi pada bawang merah varietas sumenep. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata menekan tinggi tanaman dan, jumlah daun dan jumlah anakan pada tanaman. 2. Iradiasi sinar gamma pada dosis 6 Gy dan 8 Gy nyata menurunkan bobot umbi dibandingkan kontrol.

3. Iradiasi sinar gamma pada dosis 8 Gy dan 10 Gy menghasilkan tanaman