panas yang termanfaatkan. Sedangkan pada tungku yang lebih baik, nilai panas yang dimanfaatkan bisa mencapai 70 .
Sebagai tambahan, proses-proses pemanfaatan kayu lainnya dapat dilakukan dengan proses pyrolysis carbonization, destructive destilation, liquification,
gasification dan hydrolysis.
SIFAT AKUSTIK PADA KAYU
1. Kayu sebagai sumber bunyi
Kayu seringkali digunakan sebagai alat musik, sebagai contoh adalah xylophone alat instrumen yang dibuat dari susunan kayu dari berbagai ukuran.
Contoh lain adalah kulintang dan gamelan jawa yang terbuat dari kayu. Suara dihasilkan dari kayu yang dipukul dengan material lain, baik kayu maupun metal.
Pada beberapa gereja juga sering ditemukan material bel yang terbuat dari kayu untuk menghasilkan alunan suara.
Nada yang dihasilkan oleh kayu, baik tinggi maupun rendah tergantung dari frekuensi getaran. Frekuensi dipengaruhi oleh ukuran kayu, kerapatan dan
elastisitas kayu. Dimensi yang kecil, kadar air rendah dan elastitisitas yang tinggi akan membentuk nada tinggi.
2. Gelombang suara dari sumber lain.
Jika gelombang suara dari sumber lain mengenai kayu, sebagian energi akustik dipantulkan, sebagian masuk kedalam kayu. Kayu akan bergetar, suara asli
akan diperkuat, atau dikeluarkan sebagian atau diserap semuanya.
2.1. Consonance – resonance.
Penguatan bunyi consonance terjadi jika kayu digunakan sebagai resonator. Faktor yang mempengaruhinya antara lain, frekuensi getaran, ukuran resonator dan
kondisi permukaan kayu kayu yang dilapisi pernis lebih baik dalam meresonansi bunyi. Resonator tidak merubah sumber bunyi, melainkan memperkeras atau
memperpanjang durasi bunyi tersebut.
Apri Heri Iswanto : Sifat Panas, Akustik Dan Elektrik Pada Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
Kayu digunakan sebagai resonator pada alat musik seperti biola dan gitar. Pilihan kayu yang digunakan oleh para violins profesional antara lain adalah kayu
spruce dengan kriteria elastisitas yang tinggi dalam hubungannya dengan kerapatan, serat lurus, papan radial quarter sawn, struktur yang homogen, lingkaran tumbuh
yang lebih besar dari 2 mm, lingkaran tumbuh yang bertakik berlekuk, proporsi kayu akhir yang rendah maksimal 25 , dari umur kayu yang tua diatas 130
tahun dan diameter lebih dari 40 cm. Faktor yang mempengaruhi dari resonator yang lain antara lain adalah
ketebalan dan model dari resonator, impregnasi kimia, bor kecil atau lobang pada bodi resonator dan faktor lainnya.
Selain spruce, kayu lain yang digunakan sebagai resonator adalah fir, pine, beberapa kayu keras dan kayu dari daerah tropis.
2.2. Absorbtion of Sound Penyerapan bunyi.
Bagian dari energi akustik yang mengenai kayu sebagian atau seluruhnya dapat di serap, dibiaskan dan dipantulkan. Energi akustik ini tentunya akan
menimbulkan friksi molekuler dan menimbulkan perubahan energi dari energi akustik menjadi energi panas thermal energy.
Kemampuan kayu untuk menyerap suara diukur dengan coefficient of sound absorbtion koefisien penyerapan suara yang ditunjukkan dengan persentase
penyerapan suara. Kayu memiliki kemampuan menyerap suara lebih baik dari material lainnya, hal ini disebabkan karena struktur kayu yang berpori, tetapi secara
umum penyerapannya masih dibawah 10 . Koefisien penyerapan suara dipengaruhi oleh kerapatan dan faktor lain seperti elastisitas MOE, kadar air,
suhu, intensitas dan frekuensi suara dan kondisi permukaan kayu. Kayu dengan kerapatan dan elastisitas rendah pada suhu dan kadar air tinggi menyerap lebih
banyak suara; penyerapan lebih besar pada suara dengan frekuensi rendah dan lebih rendah pada kayu yang diberi lapisan pernis.
Apri Heri Iswanto : Sifat Panas, Akustik Dan Elektrik Pada Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
Kapasitas insulasi suara pada kayu dapat diperbaiki sampai 90 dengan menyediakan ruang kosong didalam dinding pemisah. Pada produk kayu seperti
fiberboard, kerapatan yang rendah dan lubang bor dapat menaikan insulasi suara.
3. Kecepatan suara Cepat rambat suara.