78
Dari Gambar 4.6 dapat memperlihat, semakin besar diameter lubang udara pada tempat pembakaran burner semakin rendah nilai durasi fase
∆ t
c
bahan bakar yang dihasilkan. Tempat pembakaran burner variasi pertama V1 durasi fase
∆ t
c
nya paling renndah karena diameter lubang udaranya paling besar, yaitu 5 mm, sedangkan durasi fase
∆ t
c
nya paling tinggi karena diameter lubang udaranya paling kecil yaitu 2 mm.
4.1.7 Efisiensi termal h
c
Efesiensi termal h
c
, dapat dihitung dengan persamaan 3.7 berikut :
Dimana : h
c
= Efisiensi termal P
ci
= Massa Bejana panci dengan air sebelum tes gram P
= Berat bejana panci kosong gram T
cf
= Suhu air setelah diuji
ºC
T
ci
= Suhu awal air
ºC
w
cv
= Air yang menguap gram f
cd
= Bahan bakar setara dikonsumsi gram LHV = Nilai kalor bersih Lower Heating Value kJkg
Pada pengujian tempat pembakaran burner variasi pertama, diperoleh :
P
ci
= 958 gram P
= 558 gram T
cf
= 92
ºC
T
ci
= 25
ºC
w
cv
= 58 gram f
cd
= 21,4476 gram LHV = 3992,875 calg = 16.717,36905 kJkg, maka:
HV L
f w
2260 T
T P
P 4,186
h
cd cv
ci cf
ci c
∗ ∗
+ −
∗ −
∗ =
Universitas Sumatera Utara
79
ℎ � = 4,186
�� ��
° � 958 − 558�� 92 − 25°� + 2260���� 58��
21,4476gr ∗ 3992,875 calg
ℎ � =
4,186 ��
��°�
0,4 ��67°� +
2260 ��
��
0,058 ��
0,0214476 kg ∗ 16.717,36905 kJkg
ℎ � = 243,2648
358,5474 ℎ � = 0,67847
Kemudian lanjutkan perhitungan Efesiensi termal h
c
, dari pengujian
variasi
pertama V1 higga ke variasi kelima V5, untuk data keseluruhan hasil perhitungan efesiensi termal h
c
pengujian kompor bioetanol gel dapat dilihat di table 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Data perhitungan Efesiensi termal h
c
Variasi Tempat Pembakaran burner V1
V2 V3
V4 V5
Nilai
h
c
0,67847
0,62798 0,61102
0,6173 0,60822
Perbandingan nilai efesiensi termal h
c
, dari masing-masing tempat pembakaran burner yang diuji dapat dilihat pada gambar 4.7
Universitas Sumatera Utara
80
Gambar 4.7 Grafik efesiensi termal h
c
Dari Gambar 4.7 terlihat nilai efisiensi termal h
c
tertinggi tiap burner terdapat pada variasi tempat pembakaran burner pertama V1 sebesar
0,67847 67, dan terendah terdapat pada burner variasi pertama V5, artinya semakin
kecil diameter lubang udara yang dibuat semakin rendah nilai efisiensi termal h
c
bahan bakarnya.
4.1.8 Laju pembakaran
r
cb
Laju pembakaran
r
cb
, dapat dihitung dengan persamaan 3.8 berikut :
Dimana:
r
cb
=
Laju pembakaran grammin f
cd
= Bahan bakar setara dikonsumsi gram
t
cf
= Waktu akhir tes menit
t
ci
= Waktu awal tes menit
Pada pengujian tempat pembakaran burner variasi pertama, diperoleh: f
cd
= 21,4476 gram
t
cf
= 0:05:31.2
t
ci
= 0:00:00.0, maka : �
��
= 21,4476
���� 5,5
����� �
��
= 3,8995 ���������
Kemudian lanjutkan perhitungan laju pembakaran
r
cb
, dari pengujian
variasi
pertama V1 higga ke variasi kelima V5, untuk data keseluruhan dapat dilihat di table 4.8 berikut:
cf ci
cd cb
t t
f r
− =
Universitas Sumatera Utara
81
Tabel 4.8 Data perhitungan Laju pembakaran
r
cb
Variasi Tempat Pembakaran burner V1
V2 V3
V4 V5
Nilai
r
cb
gram 3,8995
2,5039 1,2878
0,8225 0,7394
Perbandingan nilai laju pembakaran
r
cb
dari masing-masing tempat pembakaran burner yang diuji dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik laju pembakaran
r
cb
Dari gambar 4.8 dapat terlihat laju pembakaran tertingi terjadi pada tempat pembakaran burner pertama V1 dikarenakan konsumsi bahan bakar yang tiggi
dan daya api yang besar, perubahan fase pada variasi pertama ini sangat tinggi sehingga mengakibatkan laju pembakaranya juga tinggi. Sedangkan laju
pembakaran terendah terjadi pada variasi tempat pembakaran burner kelima V5 selain karena durasi fase yang lama, penguapan air nya juga tinggi.
4.1.9 Konsumsi bahan bakar spesifik SC