Hipotesis Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Batasan Masalah

2 Namun, penerapan bioetanol cair sebagai bahan bakar rumah tangga masih perlu diwaspadai, mengingat bioetanol cair memiliki sifat yang mudah menguap karena memiliki titik uap dan titik nyala api di suhu yang rendah yaitu 14 °C. Uap bioetanol tersebut berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran apabila terpapar panas. Pengalaman di Brazil sebagai negara dengan penggunaan bioetanol terbesar di dunia, menunjukkan bahwa bioetanol dalam bentuk cair merupakan penyebab utama kebakaran di negara tersebut. Oleh karena itu, bioetanol cair harus dimodifikasi menjadi bentuk gel yang diharapkan lebih aman dalam proses pengangkutan maupun dalam penggunaannya, selain itu bioetanol gel juga tidak berbau menyengat seperti bioetanol cair. Penggunaan bioetanol cair sebagai bahan bakar kompor untuk memasak sudah banyak dikembangkan di Indonesia, tapi belum untuk bioetanol gel masih sangat minim. Penggunaan bioetanol gel sendiri, tidak langsung dapat digunakan karena sifatnya yang tidak mudah menguap seperti halnya beoetanol cair sehingga membutuhkan treatment khusus agar bioetanol gel dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor untuk keperluan memasak. Treatment-treatment yang dilakukan dapat berupa modifikasi lubang udara, lubang api, model tempat pembakaran burner mekanisme pemasukan bahan bakar, bentuk api, bentuk atau kapasitas kompor dan lain sebagainya. Berangkat dari pemikiran tersebut, muncul lah ide untuk melakukan penelitian bagaimana cara membuat sebuah kompor berbahan bakar bioetanol gel yang dapat digunakan sebagai alat memasak dalam kehidupan sehari-hari, aman, efektif,efisien dan terjangkau. Untuk itu, diperlukan penelitian komprehensif dengan melakukan studi eksperimental perbandingan unjuk kerja kompor bioetanol gel dengan membuat variasi tempat pembakaran burner dan diameter lubang udara.

1.2 Hipotesis

a. Bioetanol gel lebih aman dari pada bioetanol cair. b. Bahan bakal fosil semakin langka dan mahal. c. Bioetanol lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil. d. Kaleng bekas bisa dimamfaatkan untuk dijadikan kompor. Universitas Sumatera Utara 3

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Membuat prototype kompor bioetanol gel. b. Mengetahui karakteristik bahan bakar dan api bioetanol gel. c. Optimasi panas api bahan bakar bioetanol gel. d. Memperoleh perbandingan unjuk kerja kompor bioetanol gel dengan variasi tempat pembakaran burner dan diameter lubang udarayang berbeda-beda. e. Mengetahui perbandingan efiseiensi kompor bioetanol gel dengan kompor-kompor bioetanol cair yang sudah pernah ada.

1.4 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan penelitian mengenai penggunaan bioetanol gel sebagai bahan bakar kompor, maka permasalahan yang akan dicari solusinya adalah seberapa besar kemungkinan bioetanol gel untuk jadi bahan bakar kompor dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan studi perbandingan unjuk kerja kompor bioetanol gel dengan variasi tempat pembakaran burner dan variasi diameter lubang udara. Beberapa hal yang jadi permasalahan adalah: a. Apakah bioetanol gel dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor? b. Bagaiman cara dan metode dalam pengujian unjuk kerja kompor bioetanol gel yang dapat dilakukan? c. Apakah api yang dihasilkan bioetanol gel memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan bakar kompor rumah tangga? d. Apakah kaleng bekas dapat digunakan sebagai kompor? e. Kaleng bekas yang seperti apa yang dapat digunakan untuk sebagai tempat pembakaran burner kompor bioetanolnya?

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai proses cara pembuatan, mendisain dan menghitung unjuk kerja dari kompor bioetanol gel dengan metode Universitas Sumatera Utara 4 Water Boiling Test WBT. Supaya penelitian yang dilaksanakan tidak keluar dari alur dari tujuan yang hendak dicapai, maka perlu ditentukan batasan-batasan masalah yang akan diteliti. Adapun batasan-batasan permasalahan tersebut antara lain: 1. Kondisi suhu dan kelembaban ruangan dianggap tetap dan pengaruh angin diabaikan. 2. Struktur dan reaksi kimia pembakaran dari bahan bakar tidak termasuk dalam pembahasan. 3. Tidak membahas mengenai pembuatan bahan bakar secara detail. 4. Bahan material yang digunakan untuk variasi tempat pembakaran burner adalah kaleng minuman bekas. 5. Asumsi yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut: a. Sistem dalam kondisi steady state. b. Kondisi ruangan konstan pada P = 1 atm; T = 29ºC. c. Nyala api optimum ditandai dengan pendekatan bentuk dan warna biru api. d. Api dalam keadaan stabil menyala tegak ke atas. e. Bejana yang digunakan tetap f. Ketinggian beban tetap. g. Volume air tetap. h. Nilai kalor bahan bakar tetap. i. Panas specifik air Cpw, panas specifik bejana Cpbjn dan panas laten air yang menguap H dianggap konstan.

1.6 Manfaat Penelitian