B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan trust pada individu yang menjalani
pacaran jarak jauh dengan r = 0,335 p 0,05. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin tinggi trust pada individu yang menjalani
pacaran jarak jauh. Individu yang memiliki kecerdasan emosi adalah individu yang cenderung
melihat hal-hal yang baik pada orang-orang, benda-benda dan situasi. Individu- individu tersebut akan percaya terhadap motif orang lain dan juga sangat optimis
dan penuh pengharapan, mempercayai bahwa hal-hal terjadi dengan baik. Dengan adanya rasa optimisme, individu ini cenderung dipercayai oleh orang lain. Karena
pandangannya yang positif terhadap kehidupan, mereka sangat antusias, menggairahkan, menyenangkan dan gembira. Individu-individu ini cenderung
untuk tersenyum dan terlihat bahagia serta dipercaya oleh orang lain Simmons Simmons dalam Ciarrochi, Forgas Mayer, 2001. Selain itu, individu yang
memiliki kecerdasan emosi yang baik adalah individu yang memiliki kemampun intrapersonal dan interpersonal yang baik sehingga mereka memiliki kepercayaan
diri yang kuat dan senantiasa memancarkan kepercayaan kepada orang disekitarnya.
Kecerdasan emosi pada subjek penelitian yang tergolong rendah sebanyak 20,83 . Hal ini berarti subjek penelitian yang memiliki kecerdasan emosi rendah
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tidak berani bertanggung jawab terhadap perasaan yang dimiliki, tetapi lebih menyalahkan orang lain terhadap apa yang
Universitas Sumatera Utara
dialami oleh dirinya; berlebihan ataupun menekan perasaan yang dimilikinya; cenderung menyerang dan menyalahkan; merasa tidak nyaman apabila berada di
sekitar orang lain, kurang memiliki rasa empati; cenderung kaku; kurang fleksibel; cenderung membutuhkan suatu aturan yang sistematis agar merasa
aman; menghindari tanggung jawabnya dengan menyatakan tidak ada pilihan lain dan pesimistis serta sering merasa kurang dihargai, kecewa atau merasa menjadi
korban Stein Book, 2004. Sedangkan individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi pada penelitian ini 24,17 memiliki ciri-ciri: tidak menyalahkan
orang lain atau situasi terhadap apa yang dialaminya; mampu membedakan mana yang merupakan pikiran dan mana yang merupakan perasaan; bertanggung jawab
terhadap apa perasaan yang dialami; menggunakan perasaan untuk membantu dalam membuat suatu keputusan; respek terhadap apa yang dirasakan orang lain;
bersemangat dan tidak mudah marah; mengakui perasaan orang lain dan berupaya untuk memperoleh nilai-nilai positif dari nilai-nilai negatif serta tidak bertindak
otoriter, menggurui, ataupun memerintah Stein Book, 2004. Berdasarkan hasil penelitian ini, sebanyak 11,67 subjek penelitian memiliki
trust tergolong rendah. Individu yang memiliki trust rendah berusaha mengurangi keterlibatan emosi dalam hubungan mereka. Selain itu, mereka menghadapi
kejadian positif dengan kecurigaan dan mengabaikan harapan bahwa kejadian positif itu berdampak pada kelanjutan hubungan Rempel dalam Levinson, 1990.
Sebanyak 65 subjek penelitian memiliki trust sedang. Hal ini berarti bahwa individu tidak yakin akan maksud pasangan mereka. Individu masih memiliki
harapan akan hubungan mereka. Selain itu, individu yang memiliki trust sedang,
Universitas Sumatera Utara
membangun suatu kriteria yang tegas untuk menerima kejadian positif sebagai bukti bahwa terjadi peningkatan dalam hubungan Rempel dalam Levinson,
1990. Sebanyak 23,33 subjek penelitian memiliki trust tergolong tinggi. Rempel dalam Levinson, 1995 menyatakan bahwa individu yang memiliki trust
tinggi memiliki gambaran positif mengenai motif pasangan mereka dan keyakinan akan masa yang akan datang. Individu yang memiliki trust yang tinggi memiliki
keyakinan yang kuat bahwa pasangannya akan berperilaku yang dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan hubungan. Suatu hubungan ditandai dengan
adanya trust yang tinggi apabila pasangan saling berbagi secara terbuka dan memberikan keuntungan satu sama lain.
Meskipun berkorelasi positif, namun sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap trust hanyalah sebesar 11 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
masih ada variabel-variabel lain yang mungkin memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap trust. Mengingat bahwa trust dipengaruhi banyak faktor
seperti predisposisi kepribadian, reputasi dan stereotip dan pengalaman aktual Lewicki Wiethoff, 2000
Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan trust yang signifikan berdasarkan jenis kelamin. Begitupula dengan tidak adanya
perbedaan perilaku trusting dan trustworthy berdasarkan jenis kelamin. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Terrell dan Barret
dalam Nowlen, Bass, Contantini Dillard, 2003 yang menunjukkan bahwa laki-laki lebih mempercayai trusting daripada perempuan. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh Heretick dalam Nowlen, Bass, Contantini
Universitas Sumatera Utara
Dillard, 2003 menunjukkan bahwa perempuan lebih mempercayai daripada laki- laki.
Berdasarkan beda kota dengan pasangannya, tidak terdapat perbedaan trust yang signifikan pada individu yang menjalani pacaran jarak jauh. Bahkan pada
penelitian ini, individu yang menjalani pacaran jarak jauh beda negara memiliki mean trust yang lebih tinggi jika dibandingkan kategori lainnya lihat tabel 22.
Hal ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Rindfuss Stephen dalam Stafford Reske, 1990 yang menyatakan bahwa semakin jauh jarak yang
memisahkan pasangan, semakin besar hambatan dan tantangan yang dihadapi pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh, khususnya mempersulit pasangan
untuk dapat bertemu. Kurangnya pertemuan tatap muka akan menyebabkan ketidakpastian hubungan yang lebih tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini juga
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Planalp Honeycutt dalam Dainton Aylon, 2002 yang menyatakan bahwa jarak fisik yang merupakan
sumber utama dalam ketidakpastian hubungan akan menyebabkan penurunan trust. Penelitian yang dilakukan oleh Guldner Swensen 1995 juga
membuktikan bahwa keberhasilan suatu hubungan tidak ditentukan oleh terbatasnya intensitas pertemuan, melainkan dari kualitas hubungan yang dimiliki
pasangan yang ditandai dengan adanya trust dalam suatu hubungan. Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa ada perbedaan trust yang
signifikan pada individu yang menjalani pacaran jarak jauh berdasarkan lama menjalani pacaran jarak jauh. Mean trust pada individu yang menjalani pacaran
jarak jauh pada rentang waktu 6 bulan – 1 tahun lebih tinggi dibandingkan
Universitas Sumatera Utara
kategori lainnya lihat tabel 23. Goel, Bell Pierce dalam Deutch Coleman, 2006 menyatakan bahwa ada kecenderungan yang kuat untuk memiliki trust yang
berlebihan pada orang lain pada awal hubungan. Selain itu, Gabarro dalam Hoy Moran, 2000 menyatakan bahwa kebanyakan hubungan yang telah terjalin
kira-kira selama 18 bulan, tingkat trust akan menjadi stabil dan kemungkinan akan mengalami perubahan sedikit demi sedikit Lewicki Bunker dalam Hoy
Moran, 2000. Salah satu faktor kesuksesan dalam menjalani pacaran jarak jauh adalah
dengan adanya frekuensi dan jumlah kontak Cameron Ross, 2007. Pada penelitian ini, tidak ada perbedaan trust yang signifikan pada individu yang
menjalani pacaran jarak jauh berdasarkan intensitas pertemuan. Tetapi, individu yang memiliki frekuensi pertemuan yang lebih sering dengan pasangannya 9-12
kali per tahun memiliki mean yang lebih tinggi dibandingkan individu yang memiliki intensitas pertemuan yang lebih jarang dengan pasangannya lihat tabel
27. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa semakin sering adanya pertemuan tatap muka berhubungan dengan trust yang
lebih tinggi Dainton Aylor; Holt Stone dalam Cameron Ross, 2007. Hasil tambahan dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari ke-15 dimensi
kecerdasan emosi, dimensi kemandirian, harga diri, aktualisasi diri, empati, pemecahan masalah dan fleksibilitas yang memiliki pengaruh terhadap trust.
Dimensi kemandirian mencakup kemampuan untuk memimpin dan mengendalikan diri dalam berpikir dan berperilaku serta bebas dari
ketergantungan emosi. Dimensi harga diri mencakup kemampuan untuk
Universitas Sumatera Utara
menghormati dan menerima diri sendiri. Dimensi ini dihubungkan dengan perasaan aman, kekuatan dari dalam, kepercayaan, kepercayaan diri dan perasaan
mampu. Dimensi aktualisasi diri mencakup kemampuan menyadari kapasitas potensial yang dimiliki. Dimensi fleksibilitas mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan emosi, pikiran dan perilaku terhadap perubahan situasi dan kondisi, serta cenderung terbuka dan toleran terhadap ide, orientasi, cara atau tindakan
yang berbeda. Dimensi empati mencakup kemampuan mengetahui, memahami dan menyadari perasaan dan pikiran orang lain, bagaimana dan mengapa orang
lain merasakan dan berpikir dengan cara mereka, peduli terhadap orang lain dan menunjukkan perhatian terhadap orang lain. Dimensi pemecahan masalah
mencakup kemampuan mengenali dan menjelaskan masalah, membuat serta melaksanakan solusi yang efektif. Ketika suatu hubungan sedang berjalan dan
kehidupan pasangan saling berkaitan satu sama lain, kemungkinan untuk terjadinya konflik akan meningkat. Dengan hadirnya konflik ini memberikan
kesempatan bagi masing-masing pasangan untuk menunjukkan perhatian terhadap hubungan dan kesediaan untuk memperhitungkan kebutuhan pasangan Levinson,
1995. Jika pasangan mengalami kesuksesan dalam hal keterbukaan dan pemecahan konflik, bukan hanya trust yang menjadi semakin kuat, akan tetapi
juga akan menambah bukti terhadap komitmen pasangan dalam hubungan dan juga kepercayaan yang lebih besar bahwa hubungan akan berjalan Levinson,
1995.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan atas sejumlah jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya kesimpulan ini akan
didiskusikan berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Sedangkan pada akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran baik yang bersifat praktis maupun
metodologis yang dapat berguna bagi penelitian selanjutnya serta berbagai pihak yang terkait dengan tema permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini:
1. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan trust pada
individu yang menjalani pacaran jarak jauh. 2.
Hubungan antara kecerdasan emosi dengan trust adalah hubungan yang positif dengan r = 0,335, yang artinya semakin tinggi kecerdasan emosi
maka semakin tinggi trust pada individu yang menjalani pacaran jarak jauh.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan sumbangan efektif variabel kecerdasan
emosi terhadap trust sebesar 11 , sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain seperti predisposisi kepribadian, reputasi dan stereotip, dan
pengalaman.
72
Universitas Sumatera Utara