Analisis Puisi Penyair Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa

(1)

ANALISIS PUISI PENYAIR LI BAI

BERDASARKAN GAYA BAHASA

李白诗歌修辞格分析

libai shige xiucige fenxi

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu

syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

RUDY

070710032

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2011

ANALISIS PUISI PENYAIR LIBAI

BERDASARKAN GAYA BAHASA

李白诗歌修辞格分析

libai shige

xiūc

ígé

fēnxī

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu

syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

RUDY

070710028

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dosen Pembimbing I

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19630109 198803 2 001

Dosen Pembimbing II


(3)

MEDAN

2011

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi S-1 Sastra Cina Ketua Program Studi,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19630109 198803 2 001


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam bidang Sastra Cina.

Pada

Tanggal : Juni 2011 Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Drs. H. Syahron Lubis, M.A. NIP.

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( ) 2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si ( ) 3. Wu Qiaoping, M.A. ( )


(5)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Analisis Puisi Pilihan Karya Penyair Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” (“An Analysis of Li Bai’s Selected Poems based on Figure of Speech”). The analysis is focused on figure of speech in Li Bai’s poems in Li Taibai Ouanji. Li Bai (701-762) is the Classic Poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The writer only analyse the twelve poems that exist in this book. The twelve selected poems are well known and learned in common Mandarin language learning Center in Medan especially in Chinese Department at University of Sumatera Utara. The semantic theory applied in this thesis is to examine the language meaning of Li Bai’s poems. The result of this thesis shows that four most-common-use of different figure of speech found in twelve Li Bai’s poems. They are dui’ou, metaphor, hyperbole, and rethorical question figure of speeches which show Li Bai’s arrogant-self confidence-romantic and imaginative side of character. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Li Bai’s Poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching. These four different figures of speech also show each of different character of the poet himself.


(6)

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Puisi Penyair Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa”, sesuai yang direncanakan. Untuk itu puji syukur penulis panjatkan kepada-Nya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Namun berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang sangat banyak membantu penulis, maka penulisan skripsi ini pun akhirnya diselesaikan.

Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Drs. H. Syahron Lubis,M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembina Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendukung penulis dalam proses penyelesaian skripsi,


(7)

4. Ibu Wu Qiaoping, M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mendukung dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

5. Ibu Liu Jinfeng, M.A., selaku Dosen Pengajar mata kuliah bahasa mandarin yang telah memberikan pengarahan selama penyelesaian skripsi,

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Cina yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat selama empat tahun,

7. Ayah, Ibu, dan saudara penulis yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini,

8. Seluruh rekan mahasiswa Program Studi Sastra Cina dan teman lainnya yang bersedia memberikan saran, kritik, tips, dan bantuan lainnya, serta semua yang telah membantu penulis untuk terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Medan, Juni 2011

Penulis Rudy


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI... 7

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 7

2.2 Konsep ... 8

2.2.1 Gaya Bahasa ... 9

2.2.1.1 Gaya Bahasa pada Bahasa Mandarin ... 10

Gaya Bahasa Dui Ou ... 11

Gaya Bahasa Perumpamaan ... 11

Gaya Bahasa Hiperbola ... 14


(9)

2.2.2 Puisi ... 15

2.2.2.1 Sekilas Tentang Penyair Li Bai ... 16

2.3 Landasan Teori ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Data dan Sumber Data ... 20

3.2 Teknik Pengumpulan Data... 21

3.3 Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan... 23

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa Pada Puisi Penyair Li Bai ... 25

4.2.1.1 Gaya Bahasa Dui Ou Pada Puisi Li Bai ... 25

4.2.1.2 Gaya Bahasa Perumpamaaan Pada Puisi Li Bai ... 29

4.2.1.3 Gaya Bahasa Hiperbola Pada Puisi Li Bai... 32

4.2.1.4 Gaya Bahasa Erotesis Pada Puisi Li Bai... 35

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 39


(10)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Analisis Puisi Pilihan Karya Penyair Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” (“An Analysis of Li Bai’s Selected Poems based on Figure of Speech”). The analysis is focused on figure of speech in Li Bai’s poems in Li Taibai Ouanji. Li Bai (701-762) is the Classic Poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The writer only analyse the twelve poems that exist in this book. The twelve selected poems are well known and learned in common Mandarin language learning Center in Medan especially in Chinese Department at University of Sumatera Utara. The semantic theory applied in this thesis is to examine the language meaning of Li Bai’s poems. The result of this thesis shows that four most-common-use of different figure of speech found in twelve Li Bai’s poems. They are dui’ou, metaphor, hyperbole, and rethorical question figure of speeches which show Li Bai’s arrogant-self confidence-romantic and imaginative side of character. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Li Bai’s Poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching. These four different figures of speech also show each of different character of the poet himself.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Sastra adalah suatu karya sastra yang terlahir dari perasaan dan imajinasi manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta dari hasil karya imajinasi pikiran manusia itu sendiri, sehingga dapat menghasilkan suatu karya sastra yang temanya selalu tentang manusia dan lingkungannya. Sastra terlahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, hal yang berisi tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta (Semi,1993:1). Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan dicetak. Selain itu, sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya nonfiksi, Welleck&Warren (dalam Jabrohim, 1990:3-11). Karya sastra secara umum terbagi atas tiga, yaitu: (1) puisi (2) prosa (3) drama.

Puisi sebagai bentuk karya sastra yang paling dasar dan kuno memiliki kaitan erat yang kuat dengan kebudayaan sebuah bangsa. Puisi Cina memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan peninggalan dari zaman ke zamannya. Membahas puisi Cina tidak terlepas dari Libai (701-762), seorang penyair terkenal asal Cina yang karya-karyanya dikenang dan diapresiasi dari zaman ke zaman. Karya-karya Libai merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kekayaan peninggalan karya sastra Cina kuno. Oleh sebab itu, dalam proses belajar bahasa Mandarin, mempelajari puisi China merupakan bagian yang tak terpisahkan.


(12)

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya adalah penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, sekaligus merupakan seorang filsuf, negarawan, guru atau orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Cina, tercatat sebagai sebuah negeri dengan sejarah kesusastraan paling tua di muka bumi ini. Puisi-puisi Cina klasik hingga saat ini bagai sumur yang tak pernah kering untuk digali, dinikmati, dan dirasakan kesejukan dan kesegarannya. Ribuan, bahkan jutaan puisi lahir dari ribuan penyair Tiongkok kuno. Karya-karya mereka bagaikan mutiara yang kilauannya menembus bentangan masa, terentang sepanjang zaman.

Membahas puisi Cina tidak bisa terlepas dari李白, Lǐ Bái , penyair terkenal

Tiongkok pada zaman Dinasti Tang. Karakternya yang tinggi hati dan percaya diri, lapang dada, kreasi yang bebas dan romantis sepenuhnya memanifestasikan karakter zaman dan wajah spiritual cendekiawan Tiongkok pada masa jaya Dinasti Tang. Sebagian besar dari hidup Li Bai dilewatkan dalam perjalanan keliling ke seluruh negeri. Pada masa itu, ia telah menulis banyak sajak yang melukiskan pemandangan alam. Banyak bait-bait sajaknya yang hiperbola dan


(13)

sangat hidup melukiskan pemandangan alam menjadi kata-kata terkenal sepanjang masa.

Sajak Li Bai yang tersebar sampai sekarang berjumlah 900 lebih, selain itu terdapat pula 60 lebih prosa. Sajak Li Bai sangat memukau dengan imajinasi dan kemegahan semangatnya yang luar biasa. Sajak-sajaknya telah memberikan pengaruh yang mendalam dan menjangkau jauh kepada generasi sesudahnya, sehingga ia dijuluki sebagai Dewa Syair.

Penulis menemukan bahwa Li Bai memanfaatkan berbagai gaya bahasa sebagai salah satu cara untuk memperindah sajaknya. Gaya bahasa yang digunakan membuat karya-karya Li Bai menjadi karya-karya yang penuh dengan khayalan yang segar dan mengejutkan. Karya-karya Li Bai penuh dengan emosi yang meluap-luap serta penuh dengan gambaran yang ditampilkan secara indah dan megah. Hal ini dikarenakan Li Bai secara brilian mengaplikasikan berbagai gaya bahasa pada karya-karyanya.

Bahasa merupakan media pembangun karya sastra. Sebagai media, bahasa berfungsi untuk mengemukakan atau mengekspresikan gagasan dan tujuan yang ada di dalam benak pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca. Oleh karena itu, dalam menyampaikan gagasan-gagasan, pengarang akan memiliki gaya bahasa sendiri yang mencerminkan karakternya. Pengarang menggunakan gaya bahasa untuk menciptakan efek tertentu dalam karya sastranya. Efek tertentu dapat menimbulkan nilai dan pengalaman estetik serta dapat menimbulkan reaksi tertentu bagi pembaca.


(14)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat topik analisis gaya bahasa pada kumpulan puisi Li Bai, yang berfokus pada pembahasan empat macam gaya bahasa yang paling banyak digunakan pada karya-karya penyair Li Bai yang sering dipelajari dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin , yaitu 对 偶 dui ou (gaya bahasa yang memanfaatkan keseimbangan susunan kata), 比喻bi

yu (gaya bahasa simile dan metafora), 夸张kua zhang (gaya bahasa hiperbola dan

litotes),反 问 (gaya bahasa erotesis). Dengan dianalisisnya gaya bahasa pada karya-karya Li Bai, pembelajar bahasa mandarin diharapkan dapat lebih memahami penggunaan gaya bahasa dalam puisi China, sehingga akan membantu mereka secara lebih tepat menggunakan gaya bahasa pada puisi China.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Melihat pemanfaatan gaya bahasa pada puisi Li Bai, maka permasalahan yang

ingin dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Gaya bahasa apa sajakah yang paling banyak terdapat pada puisi-puisi penyair Li Bai.

b. Apa fungsi dan efek keempat gaya bahasa tersebut pada puisi-puisi penyair Li Bai tersebut.

1.3Tujuan Penelitian


(15)

LiBai adalah:

a. Mengidentifikasi gaya bahasa apa sajakah yang dipakai penyair Li Bai pada puisi-puisi maha karya beliau.

b. Mendeskripsikan fungsi dan efek keempat gaya bahasa tersebut pada puisi-puisi Li Bai tersebut.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Karena keterbatasan ruang penulisan dan kemampuan penulis terhadap gaya bahasa Mandarin, maka penulis membatasi pembatasan hanya pada empat gaya bahasa yang paling banyak digunakan pada puisi Li Bai, yaitu对偶 dui ou

(gaya bahasa yang memanfaatkan keseimbangan susunan kata), 比喻bi yu (gaya

bahasa simile dan metafora), 夸张kua zhang (gaya bahasa hiperbola dan litotes), 反问 (gaya bahasa erotesis).

Puisi Li bai yang terdapat pada buku Li Taibai Quanji berjumlah lebih dari 900 Buah. Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka penulis membatasi pembahasan pada 12 puisi penyair Li Bai yang dikenal secara luas dan sering dipelajari dalam pembelajaran bahasa Mandarin.

Keempat gaya bahasa tersebut akan dianalisis menggunakan teori semantik leksikal tentang makna dalam gaya bahasa.


(16)

Adapun manfaat yang dicapai dari penelitian tentang analisis gaya bahasa pada idiom bahasa Mandarin adalah:

1.5.1Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penelitian tentang analisis gaya bahasa pada puisi penyair Li Bai adalah:

a. Menambah khazanah penelitian tentang kumpulan puisi Li Bai.

b. Menambah khazanah penelitian yang memfokuskan pada analisis gaya bahasa pada kumpulan puisi Li Bai.

1.5.2Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat dari penelitian tentang analisis gaya bahasa pada puisi penyair Li Bai adalah:

a. Dapat digunakan sebagai pedoman bagi mahasiswa yang belajar bahasa Mandarin.

b. Dengan mengetahui makna pada puisi Li Bai , dapat mempermudah pembelajar bahasa Mandarin dalam mengapresiasi puisi.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

Pada bab II ini, pertama penulis akan mengemukakan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan puisi-puisi penyair Li Bai pada umumnya dan yang berhubungan dengan gaya bahasa pada puisi-puisi penyair Li Bai pada khususnya. Selanjutnya penulis menguraikan dan menjelaskan konsep-konsep yang digunakan pada penelitian ini. Dan yang terakhir penulis memaparkan teori yang diaplikasikan dalam penelitian ini yang digunakan untuk menganalisis gaya bahasa pada puisi-puisi penyair Li Bai

2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai puisi Li Bai sudah banyak dilakukan, terutama di Cina. Penelitian puisi Li Bai dari sudut gaya bahasa simile dan metafora serta gaya bahasa hiperbola dan litotes sudah dilakukan oleh Ma Linyi dalam penelitiannya yang berjudul “李白诗歌中比喻与夸张的艺术赏析”(Libai shige zhong biyu yu

kuazhang de yishu shangxi) (2000). Beliau membahas karakteristk gaya bahasa


(18)

Selain itu ada juga penelitian yang membandingkan gambaran Sungai Kuning “黄河”dan Sungai Panjang “长江”pada puisi Li Bai, seperti Ma Shuping

dalam penelitiannya yang berjudul “李白诗歌中的黄河与长江意象比较”(Libai Shige Zhong de Huanghe yu Changjiang Yixiang Bijiao)(2002), yang menganalisis bagaimana Li Bai menggambarkan Sungai Kuning“黄河”dan Sungai

Panjang “长江”dengan begitu hidup dan penuh emosi dalam puisinya.

Disamping itu ada juga Peng Jianghong dalam penelitiannya yang berjudul “论李白语言的夸张艺术”(Lun Li Bai Yuyan de Kuazhang Yishu)(2003) menganalisis beberapa karakteristik utama dari seni gaya bahasa hiperbola dan litotes pada puisi Li Bai.

Walaupun penelitian tentang gaya bahasa pada puisi Li Bai di negeri Cina sudah sangat banyak, tetapi penelitian serupa hampir belum pernah dilakukan oleh pembelajar bahasa Mandarin di Indonesia, selain itu penelitian yang meneliti beberapa macam gaya bahasa pada puisi Li bai secara terperinci juga masih sangat jarang dijumpai. Penulis juga akan menganalis gaya bahasa pada puisi karya penyair Li Bai dari sudut pembelajar bahasa Mandarin di luar Cina, dan akan membahas berdasarkan pengalaman penulis tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin dijumpai ketika mempelajari pusi Li Bai selama proses pembelajaran bahasa Mandarin. Oleh karena itu, penulis merasa penelitian analisis gaya bahasa pada kumpulan puisi karya penyair Li Bai tentunya dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan gaya bahasa.


(19)

2.2

Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2007:588). Jadi, konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.2.1

Gaya Bahasa

Bila kita melihat arti gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian dan lain sebagainya.

Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (i) pemanfaatan atas kekayaaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra (Kridalaksana, 2008:70).

Menurut Keraf (2007:113), “gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)”. Sedangkan menurut Tarigan (1985:5), “gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.” Pendapat lain dikemukakan oleh Slamet Muljana tentang gaya bahasa, yaitu: “gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup


(20)

dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca” (Waridah, 2008:322).

Karena objek kajian penelitian ini adalah idiom bahasa Mandarin, maka gaya bahasa yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah gaya bahasa pada bahasa Mandarin.

2.2.1.1

Gaya Bahasa pada Bahasa Mandarin

Menurut arti pada buku 修辞学发凡 xiūcíxué fāfán (1997:71), gaya bahasa

(修辞格 xiūcígé) adalah “人们在长期的语言交际过程中,在本民族语言特点

的基础上,为提高语言表达效果而形成的格式化的方法、手段” yang artinya

“sebuah cara atau metode yang terbentuk dari proses komunikasi bahasa manusia, demi meningkatkan hasil penyampaian bahasa tersebut.”

Menurut Huáng dan Liào dalam buku 现代汉语 xiàndài hànyǔ diuraikan ada dua puluh satu macam gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Sedangkan menurut Chén pada buku 修辞学发凡 xiūcíxué fāfán disebutkan bahwa ada tiga puluh delapan gaya bahasa pada bahasa Mandarin. Dapat dilihat, gaya bahasa pada bahasa Mandarin adalah sangat banyak.

Namun karena keterbatasan kemampuan penulis terhadap gaya bahasa pada bahasa Mandarin, maka penulis hanya membahas beberapa gaya bahasa yang sering digunakan pada idiom bahasa Mandarin, yaitu对偶 dui’ou, 比喻 (dapat


(21)

disamakan dengan gaya bahasa simile dan metafora), 夸张 (dapat disamakan

dengan gaya bahasa hiperbola dan litotes), , 反问 (dapat disamakan dengan gaya

bahasa erotesis). Sedangkan gaya bahasa Mandarin yang lain seperti 拈 连

nianlian,双关 shuangguan,仿词 fangci,对比 duibi, 反语 fanyu,婉曲

wanqu,层递 cengdi,顶真 dingzhen,映衬 yingchen,设问 shewen,通感

tonggan,警策 jingce pada puisi Li Bai belum dibahas dalam penelitian ini.

1. Gaya Bahasa 对偶 duì’ǒu

Menurut Huáng dan Liào, “对偶是用结构相同或相近、字数相等、意义

上密切相关的一对短语或句子对称排列起来表达相对或相近的意思” (Huáng,

1997:256) yang artinya “Duì’ǒu adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kelompok kata atau kalimat yang bentuknya sama atau mirip, jumlahnya sama, artinya sangat berkaitan erat dibariskan secara seimbang kiri dan kanan untuk menyatakan maksud yang sama atau berlawanan.”

Contoh:

(1) 病从口入,祸从口出


(22)

Pada contoh (1) kalimat bagian kiri dan kanan memiliki jumlah karakter yang sama, yaitu masing-masing terdiri dari empat karakter. Bentuk kedua bagian ini juga sama, yaitu bagian kiri “penyakit” dan bagian kanan “bencana”; bagian kiri “dari mulut” dan bagian kanan “dari mulut”; bagian kiri “masuknya” dan bagian kanan “keluarnya”. Makna kalimat ini adalah menyatakan maksud yang sama yaitu penyakit bersumber dari mulut, musibah juga bersumber dari mulut.

2. Gaya Bahasa Perumpamaan (比喻 bǐyù)

Menurut Huáng dan Liào dalam buku 现代汉语 xiàndài hànyǔ (1997:233), “比喻是用相似的事物去描绘事物或者说明道理” yang artinya “Bǐyù adalah gaya bahasa perbandingan yang memanfaatkan kemiripan dua benda atau hal untuk melukiskan benda atau hal lain ataupun menjelaskan suatu ide.”

Dalam bǐyù, sesuatu yang dibandingkan disebut “本体” (běntǐ) atau dapat diterjemahkan sebagai “noumenon”, sesuatu yang digunakan untuk membandingkan disebut “喻体” (yùtǐ) atau diterjemahkan sebagai “pembanding”, dan yang menghubungkan kedua hal yang dibandingkan itu disebut “比喻词” (bǐyùcí) atau diterjemahkan sebagai “kata banding”. Noumenon dan pembanding haruslah sesuatu benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi kemiripan mereka untuk melakukan perbandingan.


(23)

Gaya bahasa perbandingan ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 明喻

míngyù, 暗喻ànyù, dan 借喻jièyù.

a. 明喻míngyù

Míngyù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa Indonesia. Menurut Tarigan (1985:9), “perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan sejenisnya (ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa, dll).”

Menurut Huáng dan Liào (1997:233) pada míngyù, noumenon dan pembanding keduanya muncul dan disatukan dengan kata banding 像xiàng,

rú, sì, 仿佛fǎngfú, 犹如yóurú, 有如yǒurú, 一般yìbān, dan lain sebagainya. Contoh:

(2)食堂开饭时,全校同学像热锅上的蚂蚁一样挤成一团。

Di kantin saat jam makan, semua murid di sekolah seperti semut diatas panci panas berjejal jadi satu.

Pada contoh (2) diatas, yang menjadi noumenon adalah “semua murid”, pembandingnya adalah “semut diatas panci panas”, dan kata bandingnya adalah “seperti”.

b. 暗喻ànyù

Ànyù setara dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Menurut Dale dalam Tarigan (1985:15), “Metafora membuat perbandingan antara dua hal


(24)

atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan.”

Huáng dan Liào dalam buku 现 代 汉 语 xiàndài hànyǔ (1997:234), menyatakan bahwa ànyù disebut juga 隐喻yǐnyù, noumenon dan pembandingnya muncul, namun menggunakan kata banding berupa kata: 是 shì (adalah), 变成

biànchéng (menjadi), 成为chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (serupa/berarti), dll

atau tidak menggunakan kata banding sama sekali. Contoh:

(3)爱护书籍吧,它是知识的源泉。

Peliharalah buku dengan baik, dia adalah sumber pengetahuan.

Pada contoh (3), noumenonnya adalah “buku”, pembandingnya adalah “sumber pengetahuan” , sedangkan kata bandingnya adalah “adalah”.

c. 借喻jièyù

Jièyù tidak menyebutkan noumenon, dan tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai noumenonnya (Huáng, 1997:234). Contoh:

(4)鲁迅在一篇文章里,主张打落水狗。他说,如果不打落水狗,它一旦

跳起来,就要咬你,最低限度也要溅你一身的污泥。

Lǔxùn (Novelis Cina) dalam salah satu karyanya, menganjurkan memukul anjing yang jatuh ke parit. Beliau mengatakan, jika tidak memukul anjing yang jatuh ke parit itu, maka begitu dia melompat ke atas, akan menggigitmu, atau minimal akan menciprat kamu dengan lumpur.


(25)

Contoh (4) langsung menggunakan pembanding “anjing yang jatuh ke parit ” untuk menyatakan “musuh yang sudah kena pukul”. Pada contoh ini hanya muncul pembanding, tidak ada noumenon dan kata banding, kalimat ini langsung menggunakan pembanding sebagai noumenonnya.

3. Gaya Bahasa Hiperbola (夸张kuāzhāng)

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia. Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya – dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya (Tarigan, 1985:55).

Contoh:

(5)同学们呼叫的声音响彻云霄。

Suara sorakan murid-murid menggegerkan langit.

Contoh (5) menggambarkan suara sorakan dengan cara yang berlebih-lebihan yaitu “menggegerkan langit”, meskipun suara sorakan sangatlah kuat, tidaklah mungkin sampai menggegerkan langit.

4. Gaya Bahasa Erotesis (反问 fǎnwèn)

Fǎnwèn sama dengan gaya bahasa erotesis atau pertanyaan retoris pada bahasa Indonesia. Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek


(26)

yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban (Keraf, 2007:134).

Contoh:

(6) 我心里在想着,难道美丽的花园里一个人也没有?

Dalam hati saya berpikir, apakah taman bunga secantik ini satu orang pun tidak ada?

(7) 难道我会做这样的坏事儿吗?

Apakah saya bisa melakukan hal jahat ini?

Contoh (14) menggunakan kalimat negasi “tidak ada” untuk menekankan bahwa taman bunga secantik ini pasti ada sangat banyak orang. Contoh (15) menggunakan kalimat positif untuk menyatakan saya tidak mungkin melakukan hal jahat ini.

2.2.2

Puisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).

Puisi adalah karya sastra yang tergolong dalam jenis sastra imajinatif. Penggunaan bahasa dalam puisi lebih cenderung pada penggunaan bahasa konotatif. Oleh karena itu, puisi lebih sulit dipahami dari pada karya sastra yang menggunakan bahasa bermakna denotatif.


(27)

Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Sementara itu puisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:

1. Ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait.

2. Gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat se- hingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi.

3. Sajak

Puisi (诗) dalam Kamus Bahasa Mandarin Modern diatikan sebagai sejenis ragam sastra yang bahasanya mempunyai irama dan rima dan secara terfokus mencerminkan sebuah kehidupan serta mengungkapkan perasaan dari penyair yang artinya adalah (文学体裁的一种,通过有节奏、韵律的语言集中地反映 生活、抒发情感 ((现代汉语词典XiànDài HànYǔ CíDiǎn) (2009).

2.2.2.1

Sekilas Tentang Penyair Li Bai

Li Bai adalah penyair terkenal Tiongkok pada zaman Dinasti Tang. Karakternya yang tinggi hati dan percaya diri, lapang dada, kreasi yang bebas dan


(28)

romantis sepenuhnya memanifestasikan karakter zaman dan wajah spiritual cendekiawan Tiongkok pada masa jaya Dinasti Tang.

Keluarga Li Bai (tahun 701 sampai 762) berasal dari Provinsi Gansu, namun tentang riwayat keluarganya dan tempat lahirnya sampai sekarang masih merupakan teka-teki. Dari syair Li Bai dapat diketahui bahwa ia berasal dari keluarga mampu dan berpendidikan. Sejak kecil ia banyak membaca buku dan mahir main pedang. Sejak usia dua puluh tahun , Li Bai bertamasya ke berbagai tempat untuk memperluas pengetahuannya. Karena pengenalan yang luas dan kecerdasan yang luar biasa, ia mencapai prestasi yang brilian di bidang syair.

Meskipun pada waktu itu percetakan dan perhubungan sangat terbelakang, namun dengan saling memberi dan bertukar karya sajak antara sesama sastrawan, Li Bai sudah sangat terkenal pada usia masih muda.

Belajar pengetahuan dan mengikuti ujian negeri adalah cita-cita kalangan berpendidikan di Tiongkok zaman kuno. Li Bai pada usia muda sangat ingin berbuat sesuatu di karier politik, maka ia pergi ke Chang’an, ibu kota Dinasti Tang. Karena namanya yang tersohor sebagai penyair dan rekomendasi tokoh terkenal, Li Bai diangkat menjadi penasehat kerajaan pada tahun 742. Ini merupakan masa yang paling dibanggakan sepanjang hidupnya.

Li Bai yang berkarakter tinggi hati sangat tidak puas terhadap kelapukan dunia politik pada waktu itu. Ia ingin mendapat kepercayaan kaisar dan diberi posisi penting agar dapat menunjukkan kepandaiannya di bidang politik. Akan


(29)

tetapi kaisar pada waktu itu hanya memandangnya sebabai penyair kerajaan, ditambah lagi kaum yang berkuasa di istana mendiskreditkannya sehingga ia tidak lagi dipercaya oleh kaisar. Dengan rasa kecewa terhadap kerajaan, Li Bai meninggalkan Chang’an, kembali hidup mengembara melanglang buana melampiaskan isi hatinya dengan membuat sajak dan minum arak.

Sebagian besar dari sepanjang hidup Li Bai dilewatkan dalam perjalanan keliling ke seluruh negeri. Pada masa itu, ia telah menulis banyak sajak yang menukiskan pemandangan alam. Banyak bait-bait sajaknya yang sangat hiperbola dan sangat hidup melukiskan pemandangan alam menjadi kata-kata terkenal sepanjang masa.

Sajak Li Bai yang tersebar sampai sekarang terdapat 900 lebih, selain itu terdapat pula 60 lebih prosa. Sajak Li Bai sangat memukau dengan imajinasi dan kemegahan semangatnya yang luar biasa. Sajak-sajaknya telah memberikan pengaruh yang mendalam dan menjangkau jauh kepada generasi sesudahnya sehingga ia dijuluki sebagai Dewa Syair.

2.3

Landasan Teori

Karena tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan fungsi dan makna dari penggunaan gaya bahasa pada puisi Li Bai, maka penulis menggunakan teori semantic.


(30)

Semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 1995:2). Menurut Pateda (2001:7), semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.

Berkaitan dengan penelitian penulis, maka teori semantik leksikal tentang pergeseran dan perubahan maknalah yang akan dipakai penulis untuk menganalisis penggunaan gaya bahasa pada puisi Li bai dengan memfokuskan pada makna dalam gaya bahasa.

Secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (i) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu; (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra; (iv) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan (Pateda, 2011:233)

Gaya bahasa sering dan banyak dibicarakan dalam bidang sastra, tetapi yang dipentingkan bukan soal gaya bahasanya, melainkan makna kata atau kalimat yang menggunakan gaya bahasa tersebut. Misalnya, “Saya bisa mengunjungi kamu minggu ini.” Dengan membaca kalimat tersebut kita akan mengetahui bahwa makna kata bisa yang terkandung di dalam gabungan kata ini, adalah dapat dan bukan racun. Dengan demikian Makna yang berhubungan dengan gaya bahasa, ada yang dilihat dari segi kedekatan antarmakna, ada pula yang dapat dilihat dari segi kesamaan makna.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif kualitatif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data atau objek material yang bukan berupa rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana (apapun itu bentuknya) melalui interpretasi yang tepat dan sistematis (Wibowo, 2011: 43).

3.1Data dan Sumber Data

Data dapat diartikan sebagai bahan mentah yang didapatkan peneliti dari penelitiannya, bisa berupa fakta maupun keterangan yang dapat digunakan sebagai dasar analisis. Data dapat berfungsi sebagai bukti dan petunjuk tentang adanya sesuatu.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah kumpulan puisi Li Bai yang terdapat dalam buku (李太白诗集litaibai shiji) yang hanya mencakup puisi yang sering dijumpai dalam proses belajar bahasa Mandarin di Indonesia. Selain


(32)

itu, penulis juga mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dan data-data dari internet yang berhubungan dengan tulisan ini.

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh sebuah data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data berupa buku kumpulan puisi Penyair Li Bai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Judul Buku : Li Taibai Shiji (李太白诗集)

Pengarang : Wang Yiwang, Li Changlu dan Zhaowei Penerbit : Zhonghua Shuji Chūbǎnshè

Tahun terbit : April 1998 cetakan pertama Jumlah halaman : 1694 halaman

3.2Teknik Pengumpulan Data

. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode library research (penelitian pustaka) yaitu dengan cara:

1. Mengumpulkan puisi Li Bai yang merupakan maha karya beliau yang terkenal yang terdapat dalam kumpulan puisi Li Bai (李太白诗集 Litaibai Shiji).

2. Mengklasifikasikan bait- bait pada puisi penyair Li Bai berdasarkan gaya bahasa Mandarin.


(33)

Tujuan analisis data adalah mengendalikan data agar sistematis dan sesuai dengan perumusan masalah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis data secara induktif yaitu proses analisis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri dengan kesimpulan umum. Setelah data dikumpulkan dan dikategorikan, penulis akan menganalisis fungsi gaya bahasa pada puisi Li Bai dan memperjelas makna dan fungsi gaya bahasa tersebut pada puisi Li Bai.

Rancangan langkah-langkah analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penulis akan menganalisis puisi berdasarkan gaya bahasa. Misalnya: gaya bahasa simile atau 比喻 (biyu).

Adapun bait pada puisi Li Bai yang menggunakan gaya bahasa tersebut adalah落叶别树,飘零随风。客无所托,悲与此同。(《独漉篇》), dalam puisi tersebut Li Bai menggunakan daun gugur yang berterbangan untuk mengumpamakan kesedihan dirinya berkelana sebatang kara.

2. Penulis menganalisis fungsi dan makna gaya bahasa pada puisi karya Li Bai. Misalnya落叶别树,飘零随风。(《独漉篇》)

Yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti : “Daun gugur meninggalkan pohon, berkelana mengikuti arah angin”. Yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah kesedihan Li Bai dalam menjalani hidup berkelana sebatang kara, dia mengumpamakan dirinya sebagai daun gugur yang berterbangan mengikuti arah angin. Dengan memanfaatkan gaya bahasa


(34)

metafora, Li Bai meluapkan perasaannya secara lebih deskriptif dan hidup. Selain itu, bait puisi ini menjadi lebih berfigur dan memberikan kesan yang mendalam.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai tinjauan pustaka, konsep, landasan teori dan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Pada bab ini, penulis menganalisis empat gaya bahasa yang memfokuskan pada puisi-puisi terkenal Li Bai dan sering dipelajari dalam proses pembelajaran bahasa Mandarin yang terdapat di dalam buku Li Taibai Shiji.

4.1Hasil

Dari hasil penelitian terhadap gaya bahasa pada puisi penyair Li Bai penulis menemukan terdapat 12 puisi penyair Li Bai dalam buku Li Taibai Quanji yang yang menggunakan empat bahasa yang paling dapat mewakili karakteristik utama puisi penyair Li Bai, yaitu romantis dan penuh percaya diri. Gaya bahasa tersebut adalah: gaya bahasa dui’ou, gaya bahasa perumpamaan (bǐyù); gaya bahasa hiperbola (kuāzhāng); dan terakhir gaya bahasa erotesis (fǎnwèn). Sedangkan kedua bela puisi tersebut adalah : 《宣城谢眺楼饯别校叔云》 “Xuan Cheng Xie


(35)

Tiao Lou Jian Bie Xiao Shu Yun” , 《静夜思》 “Jing Si Ye”, 《梦游天姥吟留 别》 “Meng You Tian Lao Yin Liu Bie”, 《远别离》 “Yuan Bie Li”, 《送友

人》 “Song You Ren”, 《行路难三首》其二, “Xing Lu Nan San Shou (Qi er)”,

《望庐出瀑布二首》 “Wang Lu Shan Pu Bu”, 《将进酒》 “Qiang Jin Jiu”,

《北风行》 “Bei Feng Xing”, 《南陵别儿童人京》 “Nan Ling Bie Er Tong

Ren Jing”, 《金陵酒肆留别》 “Jin Ling Jiu Si Liu Bie”, dan《哭宣城善酿纪 叟》“Ku Xuan Cheng Shan Niang Ji Sou”.

Adapun fungsi dan efek gaya bahasa pada puisi karya penyair Li Bai yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Gaya bahasa dui’ou pada puisi penyair Li Bai membuat puisi penyair Li Bai memiliki suatu gaya yang khas, dengan susunan yang seimbang dari sisi kiri dan kanannya, sehingga puisi-puisi tersebut terasa lebih berirama saat Puisi Li Bai yang menggunakan gaya bahasa dui’ou menghasilkan efek yang begitu indah sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan mudah diingat tetapi memiliki makna tersembunyi yang mendalam merupakan salah satu karakteristik dari puisi-puisi penyair Li Bai. Gaya bahasa perumpamaan bi yu secara sangat deskriptif mengumpamakan sesuatu yang abstrak menjadi kongkret. Salah satunya efek dari penggunaan gaya bahasa perumpamaan dui ou pada puisi penyair Li Bai adalah perasaan penyair Li Bai tersampaikan dengan sangat baik, perasaan penyair diungkapkan dengan sangat romantis, yang merupakan


(36)

karakteristik puisi beliau, disamping itu juga membawa rasa segar dan menyentuh bagi pembaca.

Sedangkan fungsi dan efek dari penggunaan gaya bahasa hiperbola kua zhang pada puisi penyair Li Bai adalah membawa konsep artistik yang luar biasa ajaib dan menyentuh. Selain itu juga gaya bahasa hiperbola dui ou pada puisi Li Bai secara menonjol menampilkan sifat dan kepribadian Li Bai yang penuh percaya diri dan arogan, yang juga merupakan salah satu karakteristik menonjol puisi penyair Li Bai. Gaya bahasa erotesis fan wen pada puisi penyair Li Bai berfungsi sebagai salah satu cara penyair Li Bai dalam menegaskan pendapat, pujian, ketidakpuasan, kemarahan dan kesedihan dirinya. Penegasan dari segala macam perasaan yang diutarakan membuat puisi Li Bai memiliki suatu kekuatan yang tak terbantahkan.

4.2Pembahasan

Pada subbab pembahasan berikut ini akan dipaparkan analisis gaya bahasa pada kedua belas puisi penyair Li Bai pada buku Li Taibai Quanji yang paling sering dipelajari saat proses pembelajaran bahasa mandarin.

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa Pada Puisi Penyair Li Bai

Puisi penyair Li Bai merupakan hasil karya sastra dan seni yang tidak lapuk oleh perubahan zaman. Karya-karya puisi beliau menggunakan bermacam-macam gaya bahasa. Arogan, penuh percaya diri, romantis dan kaya akan daya imajinasi merupakan karakteristik utama puisi beliau. Beliau memanfaatkan gaya


(37)

bahasa untuk menampilkan karakteristik tersebut. Beliau dengan berani memanfaatkan gaya bahasa untuk mengungkapkan rasa sedih, gembira, kecewa, ketidakpuasan dan bermacam macam perasaan dengan begitu menyentuh dan elegan. Gaya bahasa pada puisi penyair Li Bai yang akan dibahas adalah sebagai berikut.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Dui Ou Pada Puisi Penyair Li Bai

Gaya bahasa duì’ǒu adalah gaya bahasa yang memanfaatkan kelompok kata atau kalimat yang bentuknya sama atau mirip, jumlahnya sama, artinya sangat berkaitan erat dibariskan secara seimbang atas dan bawah untuk menyatakan maksud yang sama atau berlawanan. Contoh puisi penyair Li Bai yang menggunakan gaya bahasa ini adalah:

(8)

抽刀断水水更流,

Chou dao duan shui shui geng liu

Mencabut pedang membelah air air semakin deras,

,杯消愁愁更愁

Ju bei xiao chou chou geng chou.

Mengangkat cangkir mengusir resah resah semakin resah. (《宣城谢眺楼饯别校叔云》)

Puisi di atas menceritakan kegalauan penyair Li Bai akan waktu yang berlalu sangat cepat, pada bait puisi di atas, “mencabut pedang membelah air air semakin deras” menggambarkan keinginan Li Bai memutuskan arus sungai Kuning, arus sungai Kuning yang dimaksudkan di sini adalah waktu yang terus


(38)

bergulir tiada henti. Sedangkan pada bait “Mengangkat cangkir mengusir resah resah semakin resah” mengutarakan keresahan Li Bai yang sangat merasuk jiwa, beliau menggunakan arak untuk mengusir keresahan dalam dirinya, tetapi arak tersebut malahan membuat beliau semakin resah.

Penggunaan gaya bahasa dui ou pada bait puisi ini dapat terlihat dari pemanfaatan kelompok kata bait atas dan bait bawah yang seimbang, dengan jumlah pemakaian kata yang sama dan bentuk kalimat yang hampir sama. Kata “chou dao” (mencabut pedang) dan “jubei” (mengangkat cangkir) memiliki bentuk susunan kata yang sama yaitu: kata kerja + kata benda. Begitu juga dengan kata “duan shui” (membelah air) dan “xiao chou” (mengusir resah) yang memiliki susunan yang sama. Susunan kata “shui geng liu” (air semakin mengalir) dan “chou geng chou” (resah semakin resah) juga secara seimbang menampilkan perannya dalam bait puisi tersebut.

(9)

举头望明月,

Ju tou wang ming yue,

Mengangkat kepala memandang bulan 低头思故乡。

di tou si gu xiang

Merundukkan kepala merindukan kampung halaman. (《静夜思》)

Puisi di atas mengutarakan kerinduan penyair Li Bai terhadap kampung halamannya. Makna dari puisi ini adalah: “aku mengangkat kepala memandang bulan yang sangat terang, kemudian menundukkan kepala dan kurasakan


(39)

kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman”. Latar belakang puisi ini adalah suatu malam hari, ketika bulan bersinar dengan terangnya, penyair Li Bai yang sedang berada jauh dari kampung halamannya, memandang bulan di langit malam, dan pada saat itu juga kerinduan yang mendalam terhadap kampung halaman menyelimutinya.

Penggunaan gaya bahasa dui ou pada puisi ini terlihat penggunaan kata berantonim, selain itu dapat dlihat dari susunan dan jumlah kata pada bait pertama dan kedua yang seimbang. Seperti pada kata jutou” (mengangkat kepala) dan kata “ditou” (menundukkan kepala) memiliki arti yang berlawanan. Kata “wang” merupakan kata kerja yang artinya “melihat”, begitu pula halnya dengan kata “si” (rindu) yang juga merupakan kata kerja. Kata terakhir dari bait atas dan bawah puisi di atas yaitu “mingyue” (bulan) dan “guxiang”(kampung halaman) keduanya merupakan kata benda. Li Bai menggunakan bulan untuk mendeskripsikan kerinduannya terhadap kampung halaman. Gaya bahasa dui ou pada puisi dipergunakan dengan begitu baik dan brilian, memberikan kesan dan rasa mendalam bagi pembaca. Puisi ini merupakan salah satu puisi paling terkenal dari penyair Li Bai, dan merupakan sebuah karya Li Bai yang tidak luntur oleh perubahan zaman. Puisi ini juga merupakan puisi yang wajib dipelajari oleh setiap pembelajar bahasa mandarin.

(10) 云青青兮欲雨

Yun qing qing xi yu yu

Awan hitam pekat ingin hujan 水澹澹兮生烟


(40)

Riak ombak bergetar mengepul kabut

(《梦游天姥吟留别》)

Puisi contoh (10) merupakan puisi romantika dari penyair Li Bai, dan juga merupakan salah satu karya paling terkenal dari penyair Li Bai. Puisi ini melukiskan sebuah dunia ilusi, tetapi juga mengungkapkan realiti dunia pada saat itu. Daya imajinasi yang tinggi, penuh dengan khayalan dan emosi yang membara merupakan keistimewaan puisi ini. Puisi ini mengekspresikan ketidakpuasan Li Bai terhadap dunia nyata yang gelap dan suram serta hasrat dia untuk selalu bebas tidak terikat.

Penggunaan gaya bahasa dui ou pada puisi ini sangat jelas terlihat. Seperti yang telah dipaparkan. Keseimbangan bentuk bait bagian atas dan bait bagian bawah serta pemakaian jumlah kata yang sama antara bait bagian atas dan bait bagian bawah merupakan sifat dari gaya bahasa dui ou. “yun” (awan) dan “shui” (air) merupakan unsur yang saling melengkapi pada bait puisi ini. Begitu juga dengan “qing qing” (hijau kelam) dan “dan dan” (riak ombak); “xi” pada bait bagian atas dan “xi” pada bait bagian bawah; “yu yu” pada bait bagian atas dan “sheng yan” pada bait bagian bawah.

Gaya bahasa duì’ǒu memiliki fungsi menjadikan idiom terasa berirama pada saat diucapkan dan terasa ringan pada saat didengar, sehingga enak didengar dan mudah diingat.

4.2.1.2 Gaya Bahasa Perumpamaan Bi yu Pada Puisi Penyair Li Bai


(41)

dengan kesamaan antarmakna. Gaya bahasa ini memanfaatkan sisi kemiripan dua benda/hal untuk melakukan pengumpamaan. Contoh puisi penyair Li Bai yang memanfaatkan gaya bahasa perumpamaan bi yu:

(11)

日惨惨兮云冥冥,

Ri can can xi yun ming ming,

Sinar matahari kelam, awan hitam pekat 猩猩啼烟兮鬼啸雨

Xing xing ti yan xi gui xiao yu.

Hewan liar menjerit di tengah badai, hantu sedang mengundang hujan (《远别离》)

Puisi di atas melukiskan sebuah pemandangan yang mengerikan dan kejam. menggunakan cuaca yang sangat buruk untuk mengumpamakan pemerintahan yang sangat gelap dan keadaan yang tidak aman serta penuh bahaya pada saat itu. Meskipun tidak secara langsung mengumpamakan, tetapi puisi ini langsung menggunakan pembanding “sinar matahari kelam, awan pekat hitam” untuk menggantikan “keadaan pemerintahan yang sangat gelap” dan pembanding “hewan liar menjerit di tengah badai, hantu sedang mengundang hujan” untuk menggantikan “lingkungan yang tidak aman dan penuh bahaya”

(12)

此地一为别, Ci di yi wei bie

Di tempat ini berpisah, 孤蓬万里征.

Gu peng wan li zheng


(42)

(《送友人》)

Makna sesungguhnya dari puisi di atas adalah: kita akan berpisah di sini, kamu akan seperti rumput halus yang terbang sendirian memulai perjalanan puluhan ribu mil. Puisi ini adalah sebuah puisi perpisahan yang ditulis oleh penyair Li Bai menjelang perpisahan dengan temannya. Pada puisi di atas tidak jelas terlihat hal apa yang diumpamakan oleh beliau, beliau secara langsung menggunakan pembanding “di tempat ini berpisah” untuk menggantikan “kita berdua berpisah di sini” dan pembanding “perjalanan berpuluh ribu mil rumput” untuk menggantikan “kamu akan seperti rumput halus yang terbang sendirian memulai perjalanan puluhan ribu mil”.

(13)

浮云游子意, Fu yun you zi yi

Awan awan berkelana 落日故人情。

Luo ri gu ren qing

Matahari senja tidak rela membenamkan diri.

(《送友人》)

Arti sebenarnya dari puisi ini adalah: awan di angkasa bergerak tanpa arah, seperti perasaan kamu yang berjalan tanpa tujuan yang pasti, matahari yang akan segera terbenam tidak rela membenamkan dirinya, seperti rasa ketidakrelaan saya ditinggalkanmu. Pada puisi ini juga tidak terlihat jelas hal apa yang ingin


(43)

diumpamakan. Beliau menggunakan “awan-awan berkelana” untuk mengumpamakan “kamu berjalan seperti arah awan tanpa tujuan yang pasti” dan “matahari senja tidak rela membenamkan diri” untuk mengumpamakan “aku tidak rela berpisah denganmu”.

(14)

大道如青天, Da dao ru qing tian Jalan bagaikan langit, 我独不得出。

Wo du bu de chu

Hanya saya saja yang tidak bisa keluar.

(《行路难三首》其二)

Puisi di atas mempunyai arti: jalan raya yang lebar seperti langit yang tidak bertepi, hanya saya saja yang tidak mampu melepaskan diri dari lika-liku jalan di dunia ini. Pada puisi ini, gaya bahasa perumpamaan terlihat jelas. Hal yang diumpamakan “jalan besar”, yang menjadi umpama “langit”, dan kata perumpamaan “bagaikan” tampil dengan jelas dan memainkan peran dalam puisi ini. Penyair Li Bai melalui puisi ini secara deskriptif mengutarakan perasaannya yang kalut.

Gaya bahasa perumpamaan menggunakan analogi atau perumpamaan untuk menyampaikan perasaan dan emosi penyair yang meluap-meluap menjadi mudah nyata dan menyentuh, sehingga menjadikan puisinya penuh dengan nuansa romantika yang merupakan karakteristik utama puisi penyair Li bai.


(44)

4.2.1.3 Gaya Bahasa Hiperbola Kuazhang Pada Puisi Penyair Li Bai

Hal yang menyamakan makna dapat dilihat juga pada keadaan yang suka berlebih-lebihan. Dihubungkan dengan gaya bahasa, maka hal seperti ini disebut gaya bahasa hiperbola. Contoh puisi Li Bai yang memanfaatkan gaya bahasa hiperbola kua zhang adalah:

(15)

飞流直下三千尺,

Fei liu zhi xia san qian chi, Mengalir ke bawah tiga ribu kaki, 疑是银河落九天。

Yi shi yin he luo jiu tian

Mungkin merupakan air yang mengalir deras dari langit. (《望庐出瀑布二首》之二)

Arti dari puisi di atas adalah: air terjun yang megah mengalir turun dari tempat setinggi tiga ribu kaki, membuat orang mencurigainya sebagai air terjun yang mengalir turun dari langit. Pada biasanya, setinggi apapun air terjun, tetap tidaklah mungkin setinggi tiga ribu kaki, tetapi penyair menggunakan “tiga ribu kaki” untuk secara menyentuh dan lincah menggambarkan indahnya pemandangan air terjun. Dengan “tiga ribu kaki” melebih-lebihkan kemegahan air terjun tersebut. Pada bait”mungkin merupakan air yang mengalir deras dari langit”, penyair Li Bai melebih-lebihkan air terjun tersebut sebagai aliran air sungai dari langit. Puisi ini penuh daya imajinasi yang tinggi dan merupakan salah satu karya terbaik penyair Li Bai yang memanfaatkan gaya bahasa hiperbola.


(45)

(16)

君不见黄河之水天上来,奔流到海不复回。

Jun bu jian huang he zhi shui tian shang lai, ben liu dao hai bu fu hui, Air sungai kuning dari langit, mengalir sampai lautan tidak kembali 君不见高堂明镜悲白发,朝如青丝暮成雪。

Jun bu jian gao tang ming jing bei bai fa, zhao ru qing si mu cheng xue. Rambut putih kesedihan dalam cermin, pagi seperti sutera, malam sepeti salju.

(《将进酒》)

Arti puisi di atas adalah: apakah kamu tidak melihat? Air sungai Kuning itu mengalir turun dari langit, bergulung-gulung mengalir menuju lautan, selamanya tidak kembali; apakah kamu tidak melihat? Rambut kesedihan di dalam cermin, pagi masih sekilat sutera, begitu tibanya malam berubah menjadi seputih salju. Meskipun aliran sungai Kuning mengalir dari pergunungan tinggi, tetapi tidaklah mungkin setinggi langit. Penyair Li Bai memanfaatkan gaya bahasa hiperbola kuazhang untuk melukiskan kebesaran dan kemegahan sungai Kuning, menggambarkan bahwa air sungai Kuning merupakan air yang mengalir dari langit. Pada bait kedua, beliau juga memanfaatkan gaya bahasa hiperbola untuk mendeskripsikan betapa singkatnya hidup ini, sekali berlalu, tidak akan pernah kembali lagi, seperti aliran sungai Kuning yang begitu mengalir ke lautan, maka tidak akan pernah kembali lagi. Secara singkat, beliau menggambarkan waktu yang tidak bisa diputar kembali.


(46)

燕山雪花大如席,

Yan shan shui hua da ru xi,

Salju gunung Yan besar seperti kursi jamuan, 片片吹落轩辕台。

Pian pian chui luo xuan yuan tai.

Sehelai demi sehelai terjatuh di xuan yuan tai (《北风行》)

Apabila diuraikan secara terperinci, maka arti dari puisi di atas adalah: salju gunung Yan sebesar kursi-kursi jamuan, segumpal demi segumpal, bertiup dengan kencang, berjatuhan di atas Xuan Yuan Tai. Puisi ini menggambarkan keindahan pemandangan salju di Xuan Yuan Tai, sebuah pergunungan di bagian utara di Cina.

Seperti kita ketahui, sebesar apapun bongkahan salju, juga tidak mungkin bisa sebesar kursi jamuan. Penyair Li Bai pada puisi ini menggambarkan salju secara berlebihan, yang merupakan cirri-ciri gaya bahasa hiperbola untuk mengutarakan cuaca bagian utara Cina yang sangat dingin, membuat orang gemetar.

Bahasa yang dipakai pada puisi penyair Li Bai sangatlah unik. Hal ini merupakan gaya berpuisi dia yang sangat istimewa, dimana gaya bahasa hiperbola sangatlah menonjol dalam puisi beliau. Gaya bahasa hiperbola yang dipakai beliau bukanlah gaya bahasa hiperbola yang pada umumnya tidak dipakai secara berlebihan. Gaya bahasa hiperbola beliau dipakai terlalu berlebihan dan sangat tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi ini pula yang menjadikan puisi beliau sebegitu indah dan menarik. Penggunaan gaya bahasa hiperbola pada puisi beliau menunjukkan sisi arogan, romantic dan penuh percaya diri beliau. Beliau dengan


(47)

daya imajinasi yang berani melukiskan sesuatu menjadi lebih megah dan menyentuh dengan sangat elegan.

4.2.1.2 Gaya Bahasa Erotesis Fan wen Pada Puisi Penyair Li Bai

Gaya bahasa erotesis menggunakan bentuk pertanyaan tetapi tidak memerlukan jawaban. Gaya bahasa ini biasanya hanya sebagai penegasan bahwa maksud yang diinginkan adalah maksud sebaliknya dari yang ditanyakan itu. Contoh puisi penyair Li Bai yang menggunakan gaya bahasa erotesis:

(18)

请君试问东流水,

Qing jun shi wen dong liu shui

Silakan kamu bertanya kepada aliran air utara 别意与之谁短长?

Bie yi yu zhi shei duan chang

Lebih panjang manakah perpisahan dengan aliran sungai?

(《金陵酒肆留别》)

Pada puisi ini Li Bai menggunakan “aliran air” untuk mengutarakan perasaannya. “Aliran air” yang dimaksud di sini bukanlah benda mati, beliau melalui puisi ini menjadikan “aliran air” sebagai benda hidup yang bisa bernyanyi, tertawa, bertanya dan menjawab. Beliau menggunakan gaya bahasa erotesis dengan sangat tepat dan memberikan sesuatu yang berbeda dalam puisinya. Beliau melalui puisi ini mengutarakan persahabatan yang dalam antara dirinya dan seorang temannya yang bernama Jin Ling Zi Di. Melalui pemanfaatan gaya


(48)

bahasa erotesis, beliau ingin menegaskan bahwa “perpisahan” ini akan lebih panjang dari “aliran sungai utara”.

(19)

仰天大笑出门去,

Yang tian da xiao chu men qu

Memandang langit dengan tertawa aku berkelana 我辈岂是蓬篙人

Wo bei qi ship peng gao ren

Bagaimana mungkin saya tenggelam di antara orang-orang?

(《南陵别儿童人京》)

Puisi ini mengungkapkan suasana hati penyair Li Bai yang luar biasa gembira, karena diterima sebagai pejabat pemerintahan, dan keinginannya untuk mewujudkan sebuah cita-cita yang sangat besar. Pemakaian gaya bahasa erotesis pada puisi ini menonjolkan rasa percaya diri Li Bai yang luar biasa besarnya, beliau percaya bahwa seorang penyair berkemampuan luar biasa seperti dia tidaklah mungkin tenggelam di antara kerumunan orang-orang.

(16)

夜台无李白, Ye tai wu Li Bai

Tidak ada Li Bai di Ye Tai, 沽酒与何人?

Gu jiu yu he ren?

Arak mau dijual kepada siapa?


(49)

Pada puisi di atas Li Bai mengungkapkan kerinduan terdapat temannya, seorang peramu arak yang bernama Ji Sou. Daya imajinasi aneh yang digunakan secara langsung mengungkapkan perasaannya. Pemakaian gaya bahasa erotesis di sini sangatlah ringan tetapi mampu mengungkapkan perasaan dan kerinduan mendalam beliau. Puisi dengan gaya bahasa erotesis beliau juga mampu menampilkan sisi penuh percaya diri beliau.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


(50)

Setelah menganalisis gaya bahasa pada dua belas buah puisi penyair Li Bai yang paling sering dipelajari dalam pembelajaran bahasa Mandarin pada buku Li Taibai Quanji, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Terdapat empat gaya bahasa yang paling menonjol dari kedua belas puisi pada

buku Li Taibai Quanji yang dibahas pada penelitian kali ini.

b. Fungsi gaya bahasa pada kedua belas puisi yang dibahas tersebut adalah penggunaan gaya bahasa dui ou, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa hiperbola dan gaya bahasa erotesis puisi tampak lebih nyata dan berfigur, lebih menyentuh dan mudah diiingat, dan menambah daya tarik puisi sehingga meninggalkan kesan yang mendalam. Penggunaan keempat gaya bahasa tersebut mampu menampilkan dan menonjolkan karakter penyair Li Bai yang arogan, penuh percaya diri, romantis dan penuh daya imajinatif.

c. Makna gaya bahasa pada kedua belas puisi penyair Li Bai tersebut dapat dilihat dari segi kesamaan makna (gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa hiperbola, dan gaya bahasa erotesis), dan kesejajaran makna (gaya bahasa duì’ǒu),

5.2Saran

Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa pada kumpulan puisi penyair Li Bai pada buku Li Taibai Quanji dapat diketahui bahwa Li Bai merupakan salah satu penyair terbaik Cina. Penggunaan gaya bahasa yang berbeda secara brilian dan tepat pada setiap bait puisi secara deskriptif menggambarkan perasaan penyair.


(51)

Ada baiknya apabila setiap pembelajar bahasa mandarin mempelajari gaya bahasa untuk dapat lebih memahami puisi penyair Li Bai.

Penulis mengerti bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu disamping saran penulis kepada pembaca diatas, penulis juga meminta saran dari pembaca demi kemajuan penelitian ini.

Daftar Pustaka


(52)

Djajasudarma, Fatimah. 2008. Semantik 2 – Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama

Guo Shiyan. Lun Libai Shige De Langman Zhuyi Tese. Journal of Bingtuan Jiaoyu University, Des 2009

Huáng Bóróng, Liào Xùdōng. 1997. Xiàndài Hànyǔ. Beijing : Gāoděng Jiàoyù Chūbǎnshè

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2007. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional

Kamus Besar Tionghoa – Indonesia. 1995. Beijing: Pustaka Bahasa Asing Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi keempat. Jakarta: Penerbit

PT Gramedia Pustaka Utama

Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia MRT Lauder.2005 . Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Li Hao. 2000. Tangshi De Meixue Chanyi. Hefei: Anhui Daxue Chubanshe Ma Linyi. Li Bai Shige Zhong Biyu Yu Kuazhang Yishu shangxi. Journal of

Zhuma Dianshi (Social Science), Des 2000

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta


(53)

Situmorang, B.P. 1980. Puisi dan Metode Pengajarannya. Ende-Flores: Nusa Indah

Sujiman, Panuti H.M. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Soedjito,Drs.1990. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit

Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Penerbit Angkasa Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi

Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Wellek & Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Wang Yiwang. 1999. Li Taibai Quanji. Beijing: Zhonghua Shuji Chubanshe

Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka

Wibowo, Wahyu. 2011. Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Grasindo

XiànDài HànYǔ CíDiǎn (Kamus Bahasa Mandarin Modern) Edisi kelima. 2009.

Beijing: Shāngwù Yìnshūguǎn

Yáo Xiǎobǎi, 2006. Hànyǔyán yǔ Wénxué. Beijing: Qīnghuá Dàxué Chūbǎnshè, Běijīng Jiāotōng Dàxué Chūbǎnshè


(54)

中文系本科生毕业论文

李白诗歌修辞格分析

学生姓名

陈国兴

070710032

指导教师

伍巧平、刘金凤

人文学院

中文系

提交日期

2011

6

6

答辩日期

2011

6

16


(55)

摘要

中国唐代最伟大的浪漫诗人李白一生创作了大量的诗歌,他的作品名扬 天下,留芳千秋万代。本文首先从风格、流派、意象、艺术手法等四个方面 对李白诗歌做了概述,在此基础上,笔者接着对李白诗歌中所用的主要修辞

格——对偶、比喻、夸张、反问进行了分析:对偶使诗歌便于吟诵,有音乐

美;表意凝炼,抒情酣畅;贴切的比喻,大胆奇特的夸张使李白的诗歌更具 有浪漫主义的特质;反问手法则使李白诗歌有一种让人无法反驳的力量,也 体现出李白别具一格的豪放风格。这些修辞格使李白的诗歌更生动,更有弹 性,更有表现力,同时也体现出李白诗歌的主要特点:豪放和浪漫。


(56)

第一章

绪论

1.1

研究目的

现在学习汉语的人越来越多。近年来在印尼有不计其数的人学习汉语。 学习一门语言不仅需要学习语言方面的知识,而也要通过语言去了解其文

化。无论是学哪一门语言都概莫能外。诗歌是世界上最古老,最基本的文

学形式,体现出一个民族的文化心理。中国诗歌有悠久的历史和丰富的遗

产,一说到中国诗歌不能不提李白这位享誉古今的大诗人。

笔者发现,近年来印尼对中国语言方面的研究有所进展,但是研究文学 方面的人还是微乎其微。所以笔者想对李白的诗歌进行简单的研究,研究其 诗歌运用得最多的几种修辞格及其带来的美妙效果。笔者希望能够通过本文 的研究吸引更多学习汉语的人来了解中国诗歌,使其在学习汉语的过程中对 中国诗歌产生兴趣,使其体味中国诗歌之美。


(57)

1.2

研究现状

马临漪的《李白诗歌中比喻与夸张的艺术赏析》( time)从比喻与夸张修

辞格角度对李白诗歌进行了研究。

田树萍的《李白诗歌中的黄河与长江意象比较》对李白诗歌中“黄河”与

“长江“这两个意象进行了比较。

郭世綖的《论李白诗歌的浪漫主义特色》研究了李白诗歌的艺术成就并 探讨李白诗歌的浪漫主义表现手法。

彭江虹的《论李白语言的夸张艺术》论述了李白诗歌语言夸张艺术的几 大特色。

张媛的《论李白诗歌中的月亮意象》从“月“文化的角度对李白诗歌进行了

研究。主要探讨了诗人与月亮的情缘以及月亮在诗歌中体现出的审美意义。

1.3

研究方法


(58)

第二章

李白诗歌研究

2.1

李白诗歌概述

李白 (701—762),字太白,伟大的浪漫主义诗人,后人尊称为“诗仙”,


(59)

生”、“安黎元”的进步理想,毕生为实现这一理想而奋斗。李白存诗900多 首,有《李太白集》,诗歌的题材是多种多样的,代表作有:七言古诗,如 《蜀道难》、《行路难》、《梦游天姥吟留别》、《将进酒》、《梁甫吟》

等;五言古诗,如《古风》59首、民歌风味的《长干行》、《子夜吴歌》

等;七言绝句,如《望庐山瀑布》、《望天门山》、《早发白帝城》等,都 是盛唐的名篇。李白在唐代已经享有盛名,历经千年并未消隐,可谓是中华 诗坛第一人。

2.2

李白诗歌特点

2.2.1李白诗歌风格

诗歌按其风格来说,大约可分为豪放和婉约两派。豪放派的大家,历来 以唐之李白,宋之苏、辛为代表;而婉约派之大家,当以晚唐之李商隐、杜 牧以及南宋的李清照为代表。

豪放是李白诗歌的主要特征。李白有大量的政治抒情诗,充分表现了诗 人非凡的抱负,奔放的激情,豪侠的气概,也集中代表了盛唐诗歌昂扬奋发 的精神,是豪放派诗歌的杰出代表。李白的豪放,既表现于语豪句豪,又表

现于气豪胆豪。 “白发三千丈,缘愁似个长”(《秋浦歌》),“白发”是说


(60)

2.2.2李白诗歌的流派

古代诗歌中文学流派众多,大致分为两大流派,即现实主义流派和浪漫 主义流派。李白是伟大的浪漫主义诗人,浪漫主义诗歌的特点是主张创作自 由,描写自然,注重民间文学艺术上尊创新反模仿,重奇特而轻平凡,想象 丰富,幽深奇谲,以大胆的想象和夸张,描写奇特的情节,塑造非凡的,独 特的性格等特点。

善于凭借想象,以主观现客观是李白诗歌浪漫主义艺术手法的重要特 征。他的想象,极其丰富,几乎篇篇有想象,甚至有的通篇运用多种多样的 想象。现实事物、自然景观、神话传说、历史典故、梦中幻境,无不成为他 想象的媒介。他常常借助想象,超越时空,将现实与梦境、仙境,把自然界 与人类社会交织一起,再现客观现实。他笔下的形象不是客观现实的直接反 映,而是其内心主观世界的外化,艺术的真实。

李白诗歌的浪漫主义艺术特色,是通过他那独特的清新、自然的语言而表

达出来的。李白主张写诗要“清水出芙蓉,天然去雕饰”,意思是清洁的水中 才会生长出无暇的芙蓉,天然的事物胜过经过雕琢掩饰的事物。这正是他自 己诗歌那种清新而自然的语言风格形象化的概括,也正是他学习民歌语言风 格的结果。但他又不是单纯地以民歌语言为模式,而是经过加工提炼,既不 失民歌语言的本色,又有含蓄精炼的特点。如:


(61)

(1)床前明月光,疑是地上霜。举头望明月,低头思故乡。(《静夜 思》)

这诗歌的意思是:皎洁的月光洒到床前,迷离中疑是秋霜一片。抬起头 来看明月,低下头来思念起家乡。

这首诗初看如脱口而出,明白如话,但若深入下去,便觉意味隽永,

经过千锤百炼,使清新而自然的民歌语言的风格又得到进一步的升华。

2.2.3李白诗歌意象

李白的诗或入世伤怀,或醉酒游仙,其意象浑然天成。在李白的诗中出

现了很多意象,如山、水、秋、月、酒、柳、暮、船、云等,而其中最主要 的意象是月、酒和江水。

月亮静谧、优雅、高洁,自由往来于浩渺的苍穹,由圆而缺,由缺而 圆,生生不息,蕴含着无穷的生命力。而李白也使月亮意象作为宇宙的精灵 融入人间,蕴藏巨大的人格力量和深刻的哲理精神,完成了月亮由自然客体 向人格意志的转变,使中国古代文学中的月亮主题提高到一个新的境界。而

在其现存的1044首诗歌中,直接或间接写月的作品不少。或抒情,或怀

古,或怀乡,或思亲,或寄志……最著名的有《静夜思》、《把酒问月》


(62)

酒,是造物主赐给人类的圣水。李白的诗歌艺术成就很高,被称为“诗 仙”,李白酷爱喝酒,被称为“酒仙”,酒与诗是李白的两项桂冠,也是李白生 命的两个支撑点。他写诗必喝酒,喝酒必写诗,如影相随。酒意象在李白的 诗中不仅仅是作为单纯的物质概念,它有时候还表达了诗人的某种思想和情 感,如表达了诗人的友谊、相思以及对再会的期盼,或者是在受挫以后,用 酒意象来寄予他对理想生活的期望,对闲适生活的追求。

李白同无数文人一样,浪漫豪情,有着开阔的视野与胸襟,对江河也有 着独特的偏爱。《将进酒》一开头即以狂飚之势,以两组惊心动魄的排比句

如挟天风海雨向读者迎面扑来。“君不见黄河之水天上来,奔流到海不复

回”。黄河源远流长,落差极大,如从天而降,一泻千里,东入大海。作者

想象中的景象如此壮阔,跨度如此之大,让空间范畴的夸张力度达到极致。 接着,诗人以河水一去不复返喻人生易逝,这个开端悲感已极,却不堕纤 弱,可以说是巨人式的感伤。

2.2.4李白诗歌艺术手法

李白的诗歌在艺术手法方面的主要特点是想象神奇,变化无端,结构纵 横跳跃,句式长短错落,多用修辞。

诗人终其一生,都在以天真的赤子之心讴歌理想的人生,无论何时何 地,总以满腔热情去拥抱整个世界,追求充分地行事、立功和享受,对一切


(63)

美的事物都有敏锐的感受,把握现实而又不满足于现实,投入生活的急流而 又超越苦难的忧患,在高扬亢奋的精神状态中去实现自身的价值。

这种高扬亢奋的精神状态,体现在诗歌中,表现为豪放,表现为充满想 象的浪漫主义,其实现方式是诗歌的语言,李白的诗歌语言充满了张力,这 种张力是借丰富的修辞来表现的。


(64)

修辞是一定语境下的一种有意识、有目的的言语交际行为。人类生活是离 不开言语交际的。为了准确、有效地运用语言,把话说对、说好、把文章写 对、写好,就必须讲究修辞。如果不讲究修辞,就可能导致言语失误,影响 人际关系。因此人类的生活也离不开修辞。修辞格是人们在长期的语言交际 过程中,在本民族语言特点的基础上,为提高语言表达效果而形成的格式化 的方法、手段。

李白诗歌运用多种多样的修辞格,而每个修辞格对李白诗歌都带来异样

的绝妙效果。本文将研究修辞格在李白诗歌中所体现出来的意境与感情。不 过本文只讨论李白诗歌中运用得最多的几种修辞格:对偶、比喻、夸张和反 问等。另外的修辞格如借代、反复、比拟、双关、反语、回环、拈连、仿 词、婉曲、排比、层递、顶真、映衬、设问、通感、和警策等,本文就暂不 讨论。

3.1

对偶

对偶是用字数相等,意义密切相关,结构形式相同的一对短语或句子来 表达两个相对或相近意思的修辞手法。严格的对偶要求字数相等,结构相 同,互相对应的部分词性一致,平仄协调,虚实相对。中国古代诗歌以对称 为美,而对偶是表现对称美很好的一种修辞手法,所以李白诗歌利用得最多 的修辞手法是对偶。如:


(65)

(2)抽刀断水水更流,举杯消愁愁更愁。(《宣城谢眺楼饯别校叔 云》)

这句诗的意思是:好像抽出宝刀去砍流水一样,水不但没有被斩断,反 而流得更湍急了。我举起酒杯痛饮,本想借酒消去烦忧,结果反倒愁上加 愁。

句中“抽刀”对“举杯”,“断水”对“消愁”,“水更流”对“愁更愁”。

这句诗语言豪放自然,音律和谐统一,是诗中最于精彩的一句,深刻地 表现了诗人理想与现实之间不可调和矛盾的心情,也是千百年来描绘愁绪的 名言。希望洒脱的抽刀断水,但是过往的日子就像流水般的纠缠无法摆脱。 所以诗人只能举杯销愁,在日渐增长的愁意中不能自拔。极为贴切地形容了 诗人当时不得志的郁结之深,忧愤之烈,心绪之乱。

(3)举头望明月,低头思故乡。(《静夜思》)

这句诗的意思是:抬起头来看月亮,低下头来就思念起家乡。

句中“举头”对“低头”,“望”对“思”,“明月”对“故乡”。通过对偶,以无情言 情则情出,从无意写有意则意真。于是,诗人将对故乡的思念,化为寄情明 月之举,头上的明月,心中的故乡,真是别有一番滋味在心头。


(66)

这句诗的意思是:乌云黑沉沉的啊要下雨了,水波荡漾升起阵阵烟雾。 句中“云”对“水”,“青青”对“澹澹”,“兮”对“兮”,“欲雨”对“生烟”。诗人通

过对偶以“云”、“雨”来展开了一幅广阔的场景,给人以心灵的撼动。再以“兮”

的停顿来模拟“雨欲来”的平静,而且用了“欲”字,表现了自然势力的嚣张与

人力的渺小。

3.2

比喻

比喻是利用乙事来说明甲事的一种修辞方式,它由本体——被比喻物、

喻体——比喻物、喻词——“像、是等”三部分组成。其作用是:可用以描绘

形象、阐述事理、抒发情感等。确切的比喻可使深奥、抽象的事理变得浅 显、具体形象的比喻可使事物表达得生动、鲜明,增加作品的艺术感染力。 李白诗歌中的比喻十分精采,不论描述重大事件,还是抒发个人情怀,都运 用得自然贴切、形象生动。例子不胜枚举,如:

(5)日惨惨兮云冥冥,猩猩啼烟兮鬼啸雨。(《远别离》)

意思是:太阳惨淡无光,云天晦暗,猩猩在烟雨中啼叫,鬼魅在呼唤着 风雨。

描述这一番恐怖残酷的景象,是为了以天气恶劣来比喻政治黑暗和环境 险恶,本体在句外,没有言明。


(67)

意思是:我们即将在这里分手,你就要像孤飞的蓬草一样踏上万里征 程。

这句诗以孤蓬喻旅人流转,旅途孤寂落寞之情跃然纸上,读者眼前蓦地 出现一幅孤旅图,比喻的作用彰显其中。

(7)浮云游子意,落日故园情。(同上)

这句诗的意思是:空中的白云飘拂不定,仿佛你行无定踪的心绪,即将 落山的太阳不忍沉没,亦似我对你的依恋之情。

诗人以白云喻游子的漂浮,以落日喻依依惜别之情,用具体的景来比喻 抽象的情,选取的喻体极为生动地展现了“走”与“留”的离情。

(8)大道如青天,我独不得出。(《行路难三首》其二)

这句诗的意思是:宽敞的马路有如天空一样辽阔无边,只有我不能从世 途坎坷中独立而出。

“大道”为本体,“青天”为喻体,“如”为比喻词。诗人通过比喻手法形象地 描绘了心中的苦闷,语言简练,寓意深远。

3.3

夸张

夸张是一种夸大或缩小原来事物,借以表达思想感情的修辞方式。其作 用是:能够突出原来事物的形象,使之蕴含丰富,耐人回味,从而引起读者 的联想和共鸣,产生强烈的艺术震撼力。


(68)

(8)飞流直下三千尺,疑是银河落九天。(《望庐出瀑布二首》之 二)

这句诗的意思是:壮观的瀑布从三千尺的高处急冲直流而下,真使人怀 疑这是从天上倾泻下来的银河。

一般来说,瀑布没有三千尺高,但诗人为了更生动地描写瀑布的气势用

了“三千尺”。“三千尺”是夸张瀑布的壮观,可以说字字珠矶,无一虚设。最

后一句把瀑布比作璀璨的银河,既生动又贴切,而其中一个“疑”字率直道破

是诗人的想象,令人感到意味深长。

(9)君不见黄河之水天上来,奔流到海不复回。君不见高堂明镜悲白

发,朝如青丝暮成雪。(《将进酒》)

这句诗的意思是:你没看见吗?黄河之水是由天上而来的,波涛滚滚

奔向东海,永不回头;你没看见吗?高堂之上,人们悲伤自己的雪白的头 发,早上还是青丝,晚上就白发苍苍了。

虽然黄河的水是从高山上流下来的,但不可能有天那么高。诗人用夸张 的手法写黄河的滂湃,描写黄河的水是从天而降的。下一句诗人也通过夸张 手法更表达人生短暂,一旦逝去,永不复返,就如这黄河水一样。这开头两 句,气势汹涌,写尽伤感,引人深思。


(69)

这句诗的意思是:燕山雪花大如坐席,铺天盖地,一片片,一片片,疯 狂地吹向轩辕台。

我们知道雪花不可能有坐席那么大,但是用在这里却并不显突兀,只是 极言北方之冷,让人不由打了个哆嗦。

李白的诗歌语言有独特的风格,艺术夸张尤为突出。从创作手法上说, 李白诗歌的夸张艺术也不是一般意义上的修辞。修辞上的夸张要适量,讲究 充分的依据;而李诗的夸张往往追求过量,有的远远超过生活的实际,而又 在荒唐中显得合理。李白诗歌夸张手法的运用体现了李诗神奇异采、瑰丽动 人的意境,呈现出豪迈奔放、飘逸若仙的审美韵致。

3.4

反问

反问是一种用疑问形式表达确定内容的修辞方式。其作用是可以用来表 达不满、反驳、激愤、赞扬、幽默等情感,以之另强语势,把确定的内容表 达得更为鲜活,从而增添语言的意蕴和趣味。

李白诗歌中的反问,确实意趣横生,情味完足。如:

(11)请君试问东流水,别意与之谁短长?(《金陵酒肆留别》)

这句诗的意思是:请你们问问这东流的水,离情别意与它相比究竟谁短 谁长?


(1)

(8)飞流直下三千尺,疑是银河落九天。(《望庐出瀑布二首》之 二)

这句诗的意思是:壮观的瀑布从三千尺的高处急冲直流而下,真使人怀 疑这是从天上倾泻下来的银河。

一般来说,瀑布没有三千尺高,但诗人为了更生动地描写瀑布的气势用 了“三千尺”。“三千尺”是夸张瀑布的壮观,可以说字字珠矶,无一虚设。最 后一句把瀑布比作璀璨的银河,既生动又贴切,而其中一个“疑”字率直道破 是诗人的想象,令人感到意味深长。

(9)君不见黄河之水天上来,奔流到海不复回。君不见高堂明镜悲白 发,朝如青丝暮成雪。(《将进酒》)

这句诗的意思是:你没看见吗?黄河之水是由天上而来的,波涛滚滚 奔向东海,永不回头;你没看见吗?高堂之上,人们悲伤自己的雪白的头 发,早上还是青丝,晚上就白发苍苍了。

虽然黄河的水是从高山上流下来的,但不可能有天那么高。诗人用夸张 的手法写黄河的滂湃,描写黄河的水是从天而降的。下一句诗人也通过夸张 手法更表达人生短暂,一旦逝去,永不复返,就如这黄河水一样。这开头两 句,气势汹涌,写尽伤感,引人深思。


(2)

这句诗的意思是:燕山雪花大如坐席,铺天盖地,一片片,一片片,疯 狂地吹向轩辕台。

我们知道雪花不可能有坐席那么大,但是用在这里却并不显突兀,只是 极言北方之冷,让人不由打了个哆嗦。

李白的诗歌语言有独特的风格,艺术夸张尤为突出。从创作手法上说, 李白诗歌的夸张艺术也不是一般意义上的修辞。修辞上的夸张要适量,讲究 充分的依据;而李诗的夸张往往追求过量,有的远远超过生活的实际,而又 在荒唐中显得合理。李白诗歌夸张手法的运用体现了李诗神奇异采、瑰丽动 人的意境,呈现出豪迈奔放、飘逸若仙的审美韵致。

3.4

反问

反问是一种用疑问形式表达确定内容的修辞方式。其作用是可以用来表 达不满、反驳、激愤、赞扬、幽默等情感,以之另强语势,把确定的内容表 达得更为鲜活,从而增添语言的意蕴和趣味。

李白诗歌中的反问,确实意趣横生,情味完足。如:

(11)请君试问东流水,别意与之谁短长?(《金陵酒肆留别》)

这句诗的意思是:请你们问问这东流的水,离情别意与它相比究竟谁短 谁长?


(3)

诗人惯用流水来表达心中情感,在他诗中,流水不是无生命的事物,而 是可歌可笑可问可答的朋友,诗人以新颖奇特的反问句式,表达了诗人与金 陵子弟的真挚友情。

(12)仰天大笑出门去,我辈岂是蓬篙人?(《南陵别儿童人京》)

这句诗的意思是:仰天大笑出门登前程,满腹诗书经纶,我等怎么能够 埋没在民间啊?表达了诗人被召人京时欣喜若狂的心境和希骥实现理想的跃 跃欲试的心态。

(13)夜台无李白,沽酒与何人?(《哭宣城善酿纪叟》)

这句诗的意思是:长夜台没有了李白,纪叟的美酒又要卖给谁呢?

诗句倾发了诗人对擅长酿酒的纪姓老人的怀念,也因为奇特的想象间接 地显示出自己的豁达,反问在这里似是轻声耳语,却表达出深厚的感情。

李白诗歌中的反问手法使李白诗歌有一种让人无法反驳的气势,这种气 势体现出李白的豪放和自信。


(4)

第四章

结论

通过对李白诗歌和李白诗歌中修辞格的研究,笔者得出以下结论:

1.对偶手法使李白诗歌便于吟诵,极具音乐美;表意凝炼,抒情酣畅。

这正是浪漫主义的一种表现;

2.生动贴切的比喻、大胆而奇特的夸张在李白诗歌中屡见不鲜。比喻、 夸张在他诗歌中的巧妙运用,让人觉得诗歌形象生动,有如画卷。对比喻喻 体和夸张状态的选择,则彰显了诗人不拘一格的豪放性情,极大地增强了诗 歌的表现力;

3.李白诗歌大量地运用了反问修辞格,反问手法让诗歌有一种令人无法 反驳的力量,也体现出李白别具一格的风格——豪放;


(5)

4.李白诗歌中丰富奇特的想象,借助各种修辞格准确地表达出来,极具 浪漫主义特色。

在本文的写作过程中,由于资料和时间有限,笔者不得已只选取了四种 修辞格对李白诗歌进行了浅显地分析,这远远是不够的,希望在以后的学 习、工作中,还能有机会对其进行更深层次的探讨。

参考文献

[1] 王琦注.李太白全集(下)[M].北京:中华书局, 1999年.

[2] 伍蠡甫.西方文论选(上)[M].上海:上海译文出版社,1976年.

[3] 李浩.唐诗的美学阐释[M].合肥:安徽大学出版社,2000年.

[4] 朱良志.中国艺术的生命精神[M].合肥:安徽教育出版社,1998年.


(6)

[6] 郭世綖.论李白诗歌的浪漫主义特色[J].兵团教育学院学报,2000年12月.

[7] 马临漪.李白诗歌中比喻与夸张的艺术赏析[J].驻马店师专学报(社科 版),2000年12月.