1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah remaja, sebanyak 85 diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja
dan kaum muda berkembang sangat cepat. Tahun 2000, kelompok umur 15-24 tahun jumlahnya 43 juta jiwa atau 21 dari total jumlah populasi penduduk Indonesia
Kusmiran, 2011. Menurut pusat penelitian dan pengembangan kependudukan- BKKBN jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, 26,7
adalah remaja Wahyuni Rahmadewi, 2011. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas
diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja
mempunyai sifat yang unik, yaitu salah satunya sifat ingin meniru suatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan sekitarnya Kusmiran, 2011.
Keinginan untuk mandiri akan timbul dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian ini adalah mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan
ketergantungan secara emosional kepada orang tua. Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentesis, kebingungan peran, dan lain-lain. Pada usia remaja
seseorang lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dibadingkan dengan orang tuanya sehingga wajar saja tingkah laku dan norma atau aturan-aturan
yang dipegang banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya Kusmiran, 2011.
Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok, kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena masa perkembangan
anak yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada dilingkungannya. Walaupun remaja ingin melepaskan diri dari pengaruh orang tua
akan tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok pada remaja dimulai karena mengikuti kebiasaan orang tua yang merokok, perananan
media informasi dalam mengiklankan rokok dan juga film-film yang secara tidak langsung mempromosikan perilaku merokok yang dilakukan oleh pemeran utama
sebagai sosok yang banyak dikagumi oleh penenontonnya Husaini, 2007 Faktor lain yang mempengaruhi kebiasan merokok adalah kurang perhatian
dari orang tua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang tinggi, sehingga remaja mudah untuk mendapatkan rokok. Berapa hasil penelitian juga menemukan bahwa
remaja, terutama wanita merokok karena ingin lansing. Pada orang yang berhenti merokok, mereka mengatakan bahwa bila berhenti merokok akan susah
berkonsentrasi, gelisah, bahkan bisa gemuk, sedangkan bila merokok akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide atau inspirasi. Faktor-faktor psikologis dan fisiologis
inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat Tandra, 2003.
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Meskipun semua orang
mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas merokok, hal ini tidak pernah surut dan merupakan perilaku yang masih bisa ditolerir oleh masyarakat.
Fenomena tersebut bisa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum, dan jalanan. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan
dijumpai orang yang sedang merokok. Saat ini, perilaku merokok sudah sangat wajar
dikalangan remaja, kebiasaan ini terus berlanjut sampai ia memasuki masa dewasa , bahkan hingga usia lanjut Aula, 2010.
Kondisi ini tentu saja memprihatinkan karena remaja merupakan kelompok yang rentan dan berpotensi menjadi perokok jangka panjang Soerojo, dalam Astuti
2010 perilaku merokok yang dimulai dari usia remaja juga seringkali disertai dengan perilaku kekerasan dan penggunaan narkoba. Perilaku merokok pun membuat
seseorang cenderung untuk mencoba obat-obatan terlarang di masa depan Astuti,
2010. Diperkirakan bahwa 900 juta 84 perokok sedunia hidup di Negara- Negara
berkembang termasuk Indonesia. The tobacco atlas mencatat adanya lebih dari 10 juta batang rokok di hisap setiap menit, tiap hari, diseluruh dunia oleh 1 miliar laki-laki
dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50 total konsumsi rokok dunia dimiliki oleh Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Bila kondisi ini terus berlanjut,
jumlah total rokok yang diisap tiap tahun adalah 9000 triliun rokok pada tahun 2025. Di Asia, badan kesehatan dunia WHO menyebutkan bahwa Indonesia menepatkan
urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa Aula, 2010. Sedangkan menurut Setyowadi 2011, dalam Chodijah 2013 Indonesia
menempati urutan pertama jumlah perokok remaja terbanyak di dunia. Sekitar 80 perokok di Indonesia memulai kebiasaanya tersebut sebelum berumur 19 tahun.
Hasil riset kesehatan dasar RISKESDAS perilaku merokok penduduk Indonesia berumur 15 tahun keatas belum terjadi penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2013
bahkan cenderung meningkat dari 34, 2 pada tahun 2007 menjadi 36, 3 tahun 2013.
Menurut data World Health Organization WHO rokok berada pada peringkat utama pada kematian yang dapat dicegah di dunia Depkes, 2009 dalam Aula, 2010.
Merokok menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006. Ini berarti bahwa rata –rata ada 1
kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati 2 kali jumlah kematian saat ini, jika kebiasaan konsumsi rokok sekarang terus berlanjut Aula,
2010. Upaya dalam mengurangi angka perokok didunia diberlakukan berbagai
kebijakan diantaranya dengan mencantumkan pesan bahaya merokok seperti pada gambar 1.1 dimulai dari Amerika Serikat dengan menggunakan 4 pesan bahaya
merokok didesain pada samping bungkus rokok dimulai tahun 1984, Inggris menggunakan 6 pesan bahaya merokok didesain 6 berada didepan dan 6 berada
dibelakang bungkus rokok dimulai tahun 1992, Australia memiliki 6 pesan peringatan bahaya merokok didesain 25 berada didepan dan 33 berada dibelakang bungkus
rokok dan dimulai dari tahun 1995, sedangkan di Kanada menggunakan 16 gambar atau pesan peringatan bahaya merokok didesain 50 berada didepan dan 50 berada
dibelakang bungkus rokok Hammond, et al. 2009
Gambar 1.1 Peringatan Dengan Label Bahaya Merokok Hammond, et al. 2009
Dalam perkembangannya, semua desain produk rokok mulai menggunakan gambar yang dinilai efektif dalam mengurangi minat perokok yang dimulai dari
kanada tahun 2000, diikuti oleh Brazil tahun 2002, Singapura dan venezuela tahun 2004, Thailand tahun 2005, Australia, Uruguay dan bangsa Eropa tahun 2006
Hammond, et al. 2009
Gambar 1.2 Peringatan Dengan Gambar Bahaya Merokok Hammond, et al.
2009 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 4 negara berbeda diantaranya
Australia, Kanada, Amerika Serikat dan Inggris yang membandingkan hasil penelitian tersebut bahwa Australia memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok
dengan lama penelitian selama 6 bulan, kemudian disusul oleh Kanada dengan lama penelitian selama 2,5 tahun, selanjutnya Inggris dengan lama penelitian 3,5 tahun,
sedangkan dalam satu dekade Amerika Serikat tidak menunjukkan hasil yang signifikan untuk memotivasi perokok untuk berhenti merokok Borland, et al. 2009.
Sementara itu di Indonesia, sesuai peraturan pemerintah nomor 109 tahun 2012 dan peraturan menteri kesehatan nomor 28 tahun 2013 yang berlaku pada 24
juni 2014, semua produk rokok baik yang luar ataupun dalam negeri wajib mencantumkan peringatan kesehatan melalui gambar yang menyeramkan pada rokok.
Gambarnya antara lain merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru dan bronchitis kronis, merokok dapat menyebabkan kanker mulut, merokok dapat
menyebabkan kanker tenggorokan, merokok membunuhmu, dan merokok didekat bayi berbahaya bagi mereka. Dengan pencantuman gambar-gambar bahaya merokok
dengan jelas, remaja dan perokok pemula dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok dan
mencegah keinginan individu untuk merokok Anna, 2014 Ada dua kemungkinan sikap yang akan muncul pada konsumen rokok, yaitu
konsumen rokok akan bersikap positif terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok sehingga sadar dan dapat memotivasi diri bahwa rokok yang
dihisapnya akan membahayakan bagi dirinya atau bersikap negatif terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok dengan mengabaikan pengaruh
buruk dari rokok yang dihisapnya Kurniadi Kumolohadi, 2005. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang yang diasumsikan peneliti sebagai mahasiswa yang mengerti akan bahaya merokok dan sebagai agent of change bagi masalah
kesehatan ironisnya justru banyak memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan September 2014 yang dilakukan oleh peneliti terhadap
mahasiswa perokok yang ada di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dapat disimpulkan bahwa para
perokok memiliki rasa takut akan desain persuasif berupa gambar menyeramkan tentang bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh persepsi tentang penggunaan desain persuasif pada bungkus
rokok terhadap motivasi berhenti merokok pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang”.
1.2 Rumusan Masalah