Pengaruh Suhu Air Pendingin PLTU Terhadap Kandungan Klorofil Pada Air Sungai Sicanang Belawan

(1)

PENGARUH SUHU AIR PENDINGIN PLTU TERHADAP KANDUNGAN

KLOROFIL PADA AIR SUNGAI SICANANG BELAWAN

SKRIPSI

ARINI SAGITA DEWI HASIBUAN

090822034

KIMIA EKSTENSI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH SUHU AIR PENDINGIN PLTU TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL PADA AIR SUNGAI SICANANG BELAWAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : ARINI SAGITA DEWI HASIBUAN

Nomor Induk Mahasiswa : 090822034

Program Studi : KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, September 2011

Komisi Pembimbing:

Pembimbing II, Pembimbing I,

Drs. Ahmad Darwin Bangun,M.Sc Prof. Dr. Pina Barus MS

NIP. 195211161980031001 NIP. 19460604198003

Diketahui/Disetujui oleh:

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR. Rumondang Bulan, Nst, MS NIP.195408301985032001


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH SUHU AIR PENDINGIN PLTU TERHADAP KANDUNGAN KLOROFIL PADA AIR SUNGAI SICANANG BELAWAN

SKRIPSI

Dengan kesadaran sepenuhnya saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing dicantumkan sumber aslinya.

Medan, Juli 2011

ARINI SAGITA DEWI HASIBUAN 090822034


(4)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji Syukur yang tak terhingga penulis ucapkan dengan segala kerendahan hati dan diri kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Suhu air pendingin PLTU terhadap Kandungan Klorofil pada Air Sungai Sicanang Belawan” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan berbagai pihak makalah ini tidak akan terselesaikan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: kedua orang tua yang selalu sabar membimbing penulis, kepada ayahanda Sugito HSB dan ibunda Peni. Kepada kakanda Gita Puspita Sari, Fadli Subro, terima kasih buat doa dan motivasinya, tanpa kalian dan keluarga semua penulis bukanlah apa - apa. Juga kepada Anggi Priatno yang selalu memberikan semangat bagi penulis buat menyelesaikan skripsi ini.

Kepada Dosen Pembimbing I; Prof. Dr. Pina Barus MS. dan Dosen Pembimbing II; Drs. Ahmad Darwin Bangun,M.Sc yang telah membimbing penulis dengan kesabaran tinggi mulai tahap awal orientasi penelitian sampai tahap akhir selesainya penulisan skripsi ini, kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S selaku ketua Departemen Kimia yang telah mensyahkan skripsi ini. Penghargaan untuk persahabatan spesial kepada Ulfa, Evi, Imel, Ika dan Novi terima kasih telah menjalani hari-hari bersama penulis dalam menjalankan amanah ilmu pengetahuan.

Penulis juga menyadari dengan kemampuan dan pemahaman terhadap pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Harapan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.


(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu air pendingin PLTU terhadap kandungan klorofil pada air sungai sicanang belawan. Penentuan kadar klorofil dilakukan dengan cara menyaring sampel air lalu membilasnya dengan aseton kemudian disentrifuge dan hasil sentrifuge diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 630nm, 645nm dan 665nm. Hasil pengukuran kadar klorofil pada titik kontrol 100 meter sebelum pembuangan air pendingin adalah 4,9075 mg/m3 dengan suhu air sungai 290C, pada titik kontrol pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,0613 mg/m3 dengan suhu air sungai 330C, pada titik kontrol 100 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,3085 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C, dan pada titik control 200 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 2,9175 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu pada pembuangan air pendingin dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ke badan sungai sicanang sangat berpengaruh terhadap keberadaan klorofil dalam air sungai sicanang belawan.


(6)

EFFECT OF COOLING WATER TEMPERATURE ON PLTU TOWARD CHLOROPHYLL CONTENT IN RIVER SICANANG BELAWAN

ABSTRACT

Has done research on the effects of power plant cooling water temperature on chlorophyll content in river water sicanang Belawan. Determination of chlorophyll content is done by filtering the sample water and then rinsing with acetone and then centrifuged disentrifuge and results are measured with visible light spectrophotometer at a wavelength of 630nm, 645nm and 665nm. The results of measurements of chlorophyll levels at the control point 100 meters before the disposal of cooling water is 4.9075 mg/m3 with river water temperature of 290C, at the control points of cooling water discharge levels of chlorophyll produced is 1.0613 mg/m3 with river water temperature of 330C, the control point 100 meters after the cooling water discharge levels of chlorophyll produced is 1.3085 mg/m3 with river water temperature 310C, and at the control point 200 meters after the cooling water discharge levels of chlorophyll produced is 2.9175 mg/m3 with river water temperature 310C. From the results of research conducted can be concluded that the temperature of the cooling water discharge from the steam power plant (power plant) into the body of the river sicanang very influential on the presence of chlorophyll in the river water sicanang Belawan.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Pembatasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 2

1.5 Manfaat Penelitian 2

` 1.6 Metodologi Penelitian 3

1.7 Lokasi Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klorofil 4

2.1.1 Sumber Klorofil 6

2.1.2 Terjadinya klorofil 6

2.1.3 Fungsi Klorofil 7

2.1.4 Manfaat Klorofil bagi Kesehatan 8

2.1.5 Keberadaan Klorofil 9

2.1.6 Klorofil dalam Air Sungai 10

2.1.7 Jenis Tumbuhan yang Hidup di Sungai Mengandung

Klorofil 11

2.2 Fotosintesisi 12

2.3 Sungai 12

2.3.1 Sungai dan Pengalirannya 13

2.3.2 Pencemaran Sungai 14

2.4 Pengaruh Suhu Terhadap Klorofil 16

2.5 Spektrofotometer 17

2.5.1 Spektrofotometer UV-Visible 18 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Alat-alat 19


(8)

3.3 Prosedur penelitian 20

3.3.1 Pengambilan Sampel 20

3.3.2 Penentuan Kandungan Klorofil 20

3.4 Bagan Penelitian Analisa Klorofil 21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pengolahan Data 22

4.1.1 Hasil Penelitian 22

4.1.2 Penentuan Kandungan Klorofil Dalam Sampel 23

4.2 Pembahasan 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 32

5.2 Saran 32

Daftar Pustaka 33


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Suhu 20


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu air pendingin PLTU terhadap kandungan klorofil pada air sungai sicanang belawan. Penentuan kadar klorofil dilakukan dengan cara menyaring sampel air lalu membilasnya dengan aseton kemudian disentrifuge dan hasil sentrifuge diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 630nm, 645nm dan 665nm. Hasil pengukuran kadar klorofil pada titik kontrol 100 meter sebelum pembuangan air pendingin adalah 4,9075 mg/m3 dengan suhu air sungai 290C, pada titik kontrol pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,0613 mg/m3 dengan suhu air sungai 330C, pada titik kontrol 100 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,3085 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C, dan pada titik control 200 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 2,9175 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu pada pembuangan air pendingin dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ke badan sungai sicanang sangat berpengaruh terhadap keberadaan klorofil dalam air sungai sicanang belawan.


(12)

EFFECT OF COOLING WATER TEMPERATURE ON PLTU TOWARD CHLOROPHYLL CONTENT IN RIVER SICANANG BELAWAN

ABSTRACT

Has done research on the effects of power plant cooling water temperature on chlorophyll content in river water sicanang Belawan. Determination of chlorophyll content is done by filtering the sample water and then rinsing with acetone and then centrifuged disentrifuge and results are measured with visible light spectrophotometer at a wavelength of 630nm, 645nm and 665nm. The results of measurements of chlorophyll levels at the control point 100 meters before the disposal of cooling water is 4.9075 mg/m3 with river water temperature of 290C, at the control points of cooling water discharge levels of chlorophyll produced is 1.0613 mg/m3 with river water temperature of 330C, the control point 100 meters after the cooling water discharge levels of chlorophyll produced is 1.3085 mg/m3 with river water temperature 310C, and at the control point 200 meters after the cooling water discharge levels of chlorophyll produced is 2.9175 mg/m3 with river water temperature 310C. From the results of research conducted can be concluded that the temperature of the cooling water discharge from the steam power plant (power plant) into the body of the river sicanang very influential on the presence of chlorophyll in the river water sicanang Belawan.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia telah dikenal sebagai Negara kepulauan yang memiliki 2/3 wilayahnya adalah lautan atau perairan. Ekosistem air terdiri dari perairan pedalaman yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai, dan perairan laut. Berbagai jenis makhluk hidup, baik berupa tumbuhan maupun hewan terdapat di perairan yang dikenal sebagai plankton. Plankton dibagi menjadi fitoplankton yaitu organisme plankton yang bersifat tumbuhan dan zooplankton, yaitu plankton yang bersifat hewan.

Fitoplankton merupakan kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanya kandungan klorofil mampu melakukan fotosintesis. Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Fungsi klorofil pada proses fotosintesis pada ekosistem air adalah memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisme air lainnya sebagai konsumen yang membentuk rantai makanan. (Barus, 2000)

Ekosistem air tawar merupakan sumber daya air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri. Selain itu ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan berbagai jenis limbah yang memadai dan paling murah yang sering disalah gunakan manusia dengan membuang segala limbah ke sistem perairan alami tersebut, tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu.

Pencemaran air yang disebabkan oleh industri seperti PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang melakukan pembuangan air pendingin ke badan sungai dapat menyebabkan kenaikan temperatur/suhu yang berdampak negatif terhadap biota perairan baik laut maupun sungai.


(14)

Menurut hukum VAN’T HOFFS, kenaikan suhu sebesar 10 oC akan meningkatkan metabolisme dari organisme 2-3 kali lipat dan kelarutan oksigen dalam air berkurang. Akibat peningkatan laju metabolisme akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat sehingga organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi. (Adrim, 1996)

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap kandungan klorofil pada air sungai secanang belawan akibat pembuangan limbah air pendingin mesin PLTU secanang belawan ke badan sungai secara langsung.

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan pada penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh suhu terhadap kandungan klorofil pada air sungai secanang.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu

- Sampel berupa air diperoleh dari air sungai sicanang belawan.

- Penetuan kandungan klorofil dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan klorofil pada air sungai secanang.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat ataupun pihak-pihak tentang pengaruh suhu terhadap kandungan klorofil pada air sungai akibat pembuangan air pendingin PLTU.


(15)

Penelitian ini bersifat eksperimen Laboratorium dengan metode dan cara kerja urutan kerja sebagai berikut:

- Sampel diperoleh dari hulu sungai, pertemuan pembuangan limbah dengan badan sungai, air sungai yang masih dipengaruhi limbah dan hilir air sungai secanang dengan jarak masing-masing pengambilan sampel kurang lebih 100 m per tiap sampel.

- Uji kandungan klorofil dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak

1.7. Lokasi Penelitian


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klorofil

Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan Phyllos artinya daun. Ini diperkenalkan pada tahun 1818, dimana pigmen tersebut diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut organik. Hans Fischer peneliti klorofil yang memperoleh nobel prize winner pada tahun 1915 berasal dari technishe hochschule, munich germany.

Klorofil adalah pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Senyawa ini yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia. Dengan proses fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu yg pertama memanfaatkan energy matahari, kedua memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya.

Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 macam klorofil yaitu klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan klorofil-b paling kuat menyerap cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600 nm). Sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh karotenoid.


(17)

Gambar 2.1 Klorofil a dan Klorofil b (Hodgkiss, R.J., 2011)

Klorofil menyebabkan cahaya berubah menjadi radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata(visible). Misalnya, cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melali fotosintesisi, sehingga fotosintesis disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar matahari dengan bentuk panjang gelombang antara 400 – 700 nm.

Cahaya matahari yang sampai kebumi, sekitar 23% digunakan untuk daur hidrologi, 46% untuk pemanasan atmosfir, permukaan bumi serta lautan, dan sekitar 30% dipantulkan kembali ke luar angkasa. Cahaya matahari kurang dari 1% digunakan untuk proses fotosintesis tumbuhan (wirahadikusuma, 1985).


(18)

2.1.1. Sumber klorofil

Sumber klorofil yang paling nyata adalah sayuran hijau. Akan tetapi, lebih baik dikonsumsi dalam keadaan masih mentah. Proses pemanasan saat memasak merusak hampir semua kandungan klorofilnya (Al-Faqir,S., 2010).

2.1.2 Terjadinya klorofil

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan klorofil :

1. Pembawa faktor, dimana pembentukan klorofil misalnya pada pembentukan pigmen-pigmen lain seperti hewan dan manusia yang dibawah oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom. Begitu pula dengan tanaman, jika tidak ada klorofil maka tanaman tersebut akan tampak putih (albino), contoh seperti tanaman jagung.

2. Sinar matahari, dimana klorofil dapat terbentuk dengan adanya sinar matahari yang mengenai langsung ketanaman.

3. Oksigen, pada tanaman yang dihasilkan dalam keadaan gelap meskipun diberikan sinar matahari tidak dapat membentuk klorofil, jika tidak diberikan oksigen.

4. Karbohidrat ternyata dapat membantu pembentukan klorofil dalam daun-daun yang mengalami pertumuhan. Tanpa adanya karbohidrat, maka daun-daun tersebut tidak mampu mengahasilkan klorofil.

5. Nitrogen, Magnesium, dan Besi merupakan suatu keharusan dalam pembentukan klorofil, jika kekurangan salah satu dari zat-zat tersebut akan mengakibatkan klorosis pada tumbuhan.

6. Unsur Mn, Cu, dan Zn meskipun jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit dalam pembentukan klorofil. Namun, jika tidak ada unsur-unsur tersebut maka tanaman akan mengalami klorosis juga.

7. Air, kekurangan air pada tumbuhan mengakibatkan desintegrasi dari klorofil seperti terjadi pada rumput dan pohon-pohon dimusim kering.


(19)

8. Temperatur 30-400C merupakan suatu kondisi yang baik untuk pembentukkan klorofil pada kebanyakkan tanaman, akan tetapi yang paling baik ialah pada temperatur antara 26-300C (Dwidjoseputro, 1994).

2.1.3 Fungsi Klorofil

Klorofil merupakan salah satu metabolism sekunder yang potensial. Zat hijau daun ini tak hanya penting, dalam proses fotosintesis tumbuhan saja, tetapi juga sangat berguna untuk menunjang kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Seorang penelitian bernama Franz Miller menganjurkan penggunakan klorofil sebagai obat istimewa kerena keberadaannya dapat memperbaiki kondisi kesehatan yang buruk. Selain itu klorofil juga merupakan zat pewarna hijau bagi tumbuhan. (Campnbell.A, 1974)

Klorofil atau yang biasa dikenal dengan zat hijau daun, sama sperti namanya merupakan kandungan yang menyebabkan warna hijau pada tanaman. Apa yang dilakukan klorofil? Klorofil ini akan menyerap energi dari matahariuntuk memfasilitasi berlangsungnya proses fotosintesis pada tumbuhan. Klorofil ini dalam tanaman sama seperti darah pada manusia. Zat ini sangat berperan dalam fungsi metabolism seperti pertumbuhan dan respirasi (pernapasan) tumbuhan. Yang lebih menarik lagi, komposisi kimia klorofil hamper sama dengan komposisi darah manusia. Bedanya, atom sentral klorofil adalah magnesium sedangkan atom sentral manusia adalah besi. Hal ini, ditambahkan dengan pentingnya klorofil dalam proses metabolism tumbuhan menarik perhatian ilmuan untuk mencari tahu kemungkinan apakah klorofil bisa mendatangkan manfaat yang sama pula pada manusia. Hasilnya, banyak penelitian yang telah menemukan manfaat dari klorofil bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya.

2.1.4 Manfaat klorofil bagi kesehatan

Klorofil mengandung antioksidan, antiperadangan, dan zat yang bersifat menyembuhkan luka. Kandungan ini bermanfaat bagi kesehatan. Berikut beberapa manfaat lain dari klorofil :


(20)

2. Klorofil membantu menetralkan polusi yang kita hirup maupun yang kita dapatkan melalui asupan makanan. Karena itu, klorofil merupakan suplemen yang sangat bagus bagi perokok.

3. Klorofil secara efisien melepaskan magnesium dan membantu darah membawa oksigen yang dibutuhkan ke semua sel di jaringan-jaringan tubuh.

4. Klorofil juga terbukti berfungsi mengasimilasikan kalsium dan mineral-mineral berat lainnya.

5. Klorofil potensial dalam menstimulus sel-sel darah merah untuk menyediakan suplai oksigen.

6. Bersama dengan vitamin lain seperti vitamin A, C, dan E, klorofil terbukti bisa membantu menetralkan radikal bebas yang berusak sel-sel dalam tubuh.

7. Klorofil juga berperan sebagai deodoran dalam mengurangi bau mulut, air seni, sisa pembuangan, serta menghilangkan bau badan.

8. Klorofil juga mengurangi kemampuan zat-zat karsinogen untuk mengikat diri pada DNA dalam organ-organ utama dalam tubuh.

9. Klorofil bermanfaat dalam mengatasi gangguan akibat pembentukan batu kalsium oksalat.

10. Klorofil juga bisa digunakan untuk mengatasi infeksi luka secara alami (Al-Faqir,S. 2010).

Manfaat lain dari klorofil, yaitu :

1. Membersihkan : misalnya, bekerja untuk membersihkan dan mengeluarkan racun dari dalam tubuh secara alami dan tanpa efek samping.

2. Menyeimbangkan : misalnya, membantu menyeimbangkan hormon dan kandungan asam basa dalam tubuh yang memang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memaksimalkan kondisi tubuh yang sehat.


(21)

3. Memelihara : misalnya, memberikan pemeliharaan nutrisi dalam pembentukan darah untuk meningkatkan kadar oksigen dan jumlah sel darah merah dalam tubuh manusia

Klorofil sangat berfungsi buat tanaman, jika tanaman kekurangan klorofil maka daun-daun akan berguguran. Misalnya, tanaman atau pohon tersebut akan mengalami kehilangan daun atau gugur pada musimnya. Sebelum daun-daun gugur banyak zat-zat nutrisi dialirkan kejaringan penyimpanan dalam batang untuk didaur ulang kembali membentuk daun pada musim semi berikutnya. Pada musim gugur daun akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga daun akan kehilangan warna hijaunya dan gugur. Warna pada musim daun gugur adalah kombinasi dari pigmen yang baru dibuat selama musim gugur dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan tetapi diikuti oleh klorofil yang berwarna hijau gelap sehingga warna yang dihasilkan daun gugur berwarna coklat. (Campbell.A., 1974).

2.1.5 Keberadaan Klorofil

Keberadaan klorofil yang melimpah di alam, tidak hanya terbatas kemampuannya dalam proses fotosintesis, melainkan berpotensi pula sebagai alternatif sumber bahan baku industri makanan, obat-obatan dan agen lingkungan yang bernilai ekonomis.

Selain itu, klorofil berperan juga sebagai desinfektan dan antibiotik dalam dunia kesehatan. Klorofil membersihkan jaringan-jaringan tubuh yang sakit dan mengeluarkannya dari tubuh beserta bakteri dan parasit yang ada dalam jaringan yang sakit. Klorofil mengeluarkan racun-racun kimia sintesis, seperti asam boraks dan formalin. Peneliti kesehatan menemukan bahwa klorofil berpotensi dijadikan penanda (sensitizer) dalam terapi penyakit kanker. Ini didasarkan bahwa struktur kimia klorofil memiliki kemiripan dengan struktur kimia darah, serta kemampuannya dalam membangkitkan oksigen tunggal yang menghambat perkembangan sel


(22)

2.1.6 Klorofil Dalam Air Sungai

Air selalu dalam keadaan bergerak. Gerakan air disebabkan oleh bebrapa faktor, seperti adanya udara yang berhembus diatas permukaan sungai, pengadukan yang terjadi karena adanya perbedaan suhu air, baik dari tinggi rendahnya permukaan air sungai tersebut. Gerakan air sangat penting bagi berbagai proses alam didasar sungai, baik itu secara biologi (hayati) maupun nonbiologi (nonhayati).

Klorofil juga sangat dibutuhkan di sungai karena merupakan fotosintesis bagi tumbuhan atau makhluk hidup didalamnya. Dengan menggunakan bantuan cahaya matahari. Dalam proses fotosintesis, terdapat 3 (tiga) fungsi utama dari klorofil yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan menyediakan dasar energetik bagi ekosistem secara keseluruhan. Dan karbihidrat yang dihasilkan fotosintesis melalui proses anabolisme diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat, dan molekul organik lainnya. Misalnya, cahaya matahari mengandung semua warna spectrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar.

Pada tanaman tingkat tinggi ada 2 (dua) macam klorofil yaitu klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil-a merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat pada semua tumbuhan autotrof. Sedangkam klorofil-b terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan tumbuhan darat. Akibat adanya klorofil, tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Klorofil-a dan klorofil-b paling kuat menyerap cahaya dibagian merah dengan panjang gelombang (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau yang panjang gelombangnya (500-600 nm) sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh karotenoid. Karotenoid ternyata berperan membantu mengabsorpsi cahaya sehingga spectrum matahari dapat dimanfaat dengan lebih baik. Energi yang diserap karotenoid diteruskan kepada klorofil-a untuk diserap digunakan dalam proses fotosintesis, demikian pula dengan klorofil-b. (Gobel dkk, 2006).


(23)

2.1.7 Jenis tumbuhan yang hidup di sungai mengandung klorofil

Jenis alga atau ganggang merupakan tumbuhan yang hidup di sungai yang belum mempunyai akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Alga hidup ditempat yang berair, baik air tawar maupun air laut dan tempat-tempat yang lembab. Alga atau ganggang merupakan sumber daya nabati sebagai bahan kebutuhan hidup manusia. Berdasarkan perbedaan pigmen alga dibedakan menjadi empat division, yaitu : Chlorophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, dan Phyrophyta.

Alga hijau sesuai dengan namanya alga ini berwarna hijau. Alga ini merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam pigmen chloroplast yakni berbentuk sel yang mengandung pigmen untuk fotosintesis tumbuhan tingkat tinggi yakni karena mengandung pigmen klorofil-a dan klorofil-b dan berbagai karotinoid. Meskipun pigmen klorofil-a dan klorofil-b lebih dominan dibandingkan dengan karotin dan xantofil. Hal ini disebabkan karena pigmen karotenoid tertutup oleh banyaknya pigmen klorofil yang berwarna hijau. Oleh karena itu klorofil-a dan klorofil-b labih dominan.

Alga merah yang teramat mencolok dalam hal warna. Beberapa diantaranya bercahaya. Ukurannya merupakan bebda-benda makroskopik yang indah. Jenis alga ini mengandung pigmen-pigmen dari kromatofor yang terdiri dari klorofil biasa bersama-sama dengan santofil, karotin dan sebagai tambahan fikoertrin yang merah dan kadang-kadang fikosianin. Berbagai warna tumbuh-tumbuhan hamper semua terdapat dalam jenis kelompok alga ini, ada yang berwarna merah, violet, coklat, atau hijau. (Juwana,.S. dkk., 2001)

2.2. Fotosintesis

Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika ada cahaya, dan oleh Karena itu maka asimilasi zat karbon disebut juga fotosintesis. Lengkapnya kita katakan, bahwa fotosintesis atau asimilasi zat karbon itu suatu proses, dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh korofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar matahari. Pengubahan energi sinar menjadi energi kimia (karbohidrat) dan kemudian pengubahan energi kimia ini menjadi


(24)

energi kerja pada peristiwa pernapasan dalam tubuh tumbuhan, hewan, atau manusia

2.3. Sungai

Sungai merupakan jalan air alam mengalir menuju samudera, danau atau laut, atau ke mulut-mulut sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap kedalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, yang bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air sungai biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai dimana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa Negara tertentu air sungai juga bersala dari lelehan es atau salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Kemanfaatan besar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).

Di Sungai Belawan terdapat berbagai aktivitas masyarakat seperti pemukiman, kegiatan pertambakan, dan lain-lainya. Pemanfaatan sungai Belawan sebagai tempat pembuangan air limbah dari berbagai aktivitas masyarakat tersebut berdampak terhadap lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan lingkungan yang akhirnya berakibat buruk bagi kehidupan organisme air. Plankton merupakan biota air yang umum digunakan sebagai bioindikator karena keanekaragamanya sangat dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan (Michael, 1994).


(25)

2.3.1 Sungai dan Pengalirannya

Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu penelitian dan manajemen sungai ini dilakukan oleh berbagai profesi. Ahli sanitari misalnya, meneliti sedimen sungai yang berasal dari buangan limbah serta pengaruhnya terhadap lingkungan. Sedangkan ahli teknik sipil, mengelola sungai untuk keperluan reservoir, pembangunan pelabuhan dan jembatan. Untuk keperluan tersebut, diperlukan pengetahuan tentang sungai dan pengalirannya, seperti morfologi sungai, sejarah perkembangan sungai serta pola pengaliran sungai.

Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang geometri (bentuk dan ukuran), jenis, sifat dan perilaku sungai dengan segala aspek dan perubahannya dalam dimensi ruang dan waktu. Dengan demikian, morfologi sungai ini akan menyangkut juga sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling terkait.

Dua proses penting dalam sungai adalah erosi dan pengendapan, yang dipengaruhi oleh jenis aliran air dalam sungai yaitu:

1. aliran laminer: jika air mengalir dengan lambat, partikel akan bergerak ke dalam arah paralel terhadap saluran.

2. aliran turbulen: jika kecepatan aliran berbeda pada bagian atas, tengah, bawah, depan dan belakang dalam saluran, sebagai akibat adanya perubahan friksi, yang mengakibatkan perubahan gradien kecepatan. Kecepatan maksimum pada aliran turbulen umunya terjadi pada kedalaman 1/3 dari permukaan air terhadap kedalaman sungai

2.3.2 Pencemaran sungai

Menurut UU No.23 pasal 1 butir 12 Tahun 1997 tenteng pengolahan lingkungan hidup, pencemaran adalah masuknya zat, energy, dan atau komponen lain dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.


(26)

Suatu tantanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak oleh banyak hal. Namun yang paling utama penyebabnya adalah limbah. Limbah dapat digolongkan berdasarkan jenis, sifat beracun dan berbahaya dan tidak beracun dan sumbernya. Berdasarkan pada jenis limbah dikelompokan atas golongan limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan pada sifat yang dibawanya limbah dikelompokkan atas limbah organic dan limbah anorganik. Sedangkan bila berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan atas limbah domestic seperti limbah rumah tangga dan limbah nondomestic seperti limbah industry sedang atau besar, pertanian, dan rumah sakit (Palar, 1994).

Pencemaran sungai adalah suatu perubahan keadaan di suat manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi sebagai objek wisata

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara lain:

1. Meningkatnya kandungan

2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.

3. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti

terutama yang dikeluarkan ole

dalam air.

4. Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai misalnya di sungai citarum.

5. pencemaran air oleh sampah-sampah yang sengaja dibuang langsung oleh manusia ke sungai (http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air).


(27)

Pencemaran air bukan hanya menyangkut masalah lingkungan saja, melainkan juga merupakan masalah ekonomi dan kesehatan masyarakat yang serius. Karena bahan buangan yang dilepaskan keperairan mungkin mengandung jenis bakteri pathogen atau virus. Bentuk perairan semacam ini dapat menjadi sumber penyakit menular komposisi bahan buangan bisa merupakan suatu campuran kompleks yang mengandung bahan-bahan kimia organic atau anorganik serta bahan toksik dari logam berat.

Oleh karena itu, pemeliharaan kualitas air selaku perairan sangat penting karena tidak hanya berhubungan dengan ekosistem suatu wilayah tetapi juga berkaitan dengan daya guna perairan itu sendiri dan kesehatan masyarakat.

Tanda-tanda air yang sudah tercemar sangat bervariasi tergantung dari jenis dan bahan pencemar yang dikandungnya. Beberapa contoh :

1. Air minum yang tercemar mungkin rasanya akan berubah meskipun perubahan baunya sukar dideteksi.

2. Pada sungai, danau ataupun laut yang tercemar mungkin timbul bau yang menyengat pada air tersebut.

3. Pada air sungai yang tercemar akan berakibat pada kehidupan biota dalam air sungai akan berkurang.

4. Adanya minyak yang terapung pada permukaan air sungai menunjukkan suatu periran tersebut sudah tercemar.

Untuk memudahkan pembahasan berbagai jenis bahan pencemaran dapat berupa bahan buangan yang membutuhkan oksigen, mikriorganisme, komponen organik sintesis, minyak, nutrient tanaman, senyawa anorganik dan mineral, bahan radioaktif dan panas (Putra, 2002).

2.4 Pengaruh Suhu Terhadap Klorofil

Suhu di suhu dapat mempengaruhi metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme di permukaan


(28)

memberikan informasi mengena dan pencemaran panas (Susilo, 2000).

Konsentrasi klorofil-a suatu perairan sangat ditentukan oleh intensitas cahaya dan keberadaan nutrien. Perairan laut tropis pada umumnya memiliki kandungan klorofil-a rendah karena keterbatasan nutrien dan pemanasan permukaan perairan yang hampir berlangsung disepanjang tahun. Selanjutnya, bahwa berdasarkan pola persebaran klorofil-a di beberapa bagian perairan dijumpai kosentrasinya yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengkayaan nutrien pada lapisan permukaan perairan melalui berbagai proses pengaliran massa air, diantaranya percampuran vertikal massa air serta pola pergerakkan massa air, yang menyebabkan massa air kaya nutrien dari perairan yang ada disekitarnya, sehingga diperkirakan jumlah klorofil-a cukup tinggi. Klorofil-a dipermukaan perairan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berturut-turut <0,07; 0,07-0,14 dan >0,14 mg/m3. Kandungan klorofil dengan kisaran 0,07 mg/m3 termasuk rendah, dimana klorofil tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya, oksigen dan karbohidrat. Perairan laut tropis merupakan perairan yang jernih dan cahaya matahari menyinari hampir sepanjang tahun serta memungkinkan tersedianya cahaya pada permukaan perairan. Penelitian di Timur Laut Samudera Hindia mendapatkan konsentrasi klorofil-a maksimum pada kedalaman 75-100 meter. Sedangkan di Samudera Pasifik, sebaran klorofil umumnya memiliki karakteristik homogen (hampir sama) dimana konsentrasi maksimum dijumpai pada kedalaman 40-60 meter

dengan nilai rata-rata 0,30 dan 0,35 mg/m3

2.5 Spektrofotometer

Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector fototube.

Spektrofotometri merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Dimana spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorpsi. Jadi,


(29)

spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative sebagai fungsi dari panjang gelombang.

Spektrofotometer merupakan alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometer tersusun dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

a. Sumber cahaya : sumber cahaya yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram. Dimana arus cahaya tergantung pada tegangan lampu. b. Monokromator : berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis

sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.

c. Sel absorpsi : pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

d. Ditektor : untuk memberikan respon cahaya terhadap berbagai panjang gelombang atau merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur (Khopkar, 2003).

2.5.1 Spektrofotometer UV-Visible

Suatu molekul sederhana apabila dikenakan radiasi elektromagnetik akan mengabsorpsi radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan eksitasi. Apabila molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus, maka akan terjadi satu absorpsi yang merupakan garis spektrum (Khopkar, 2003)


(30)

BAB 3

BAHAN DAN METODOLOGI

3.1. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

- Beaker glass Pyrex

- Gelas ukur Pyrex

- Corong Pyrex

- Erlenmeyer - Kertas saring

- Alat Sentrifuge Fisher - Botol aquadest

- Spektrofotometer Sinar Tampak Spek-300

3.2. Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : - Air sungai sicanang

- Aquadest - Aseton 100%


(31)

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari sungai sicanang belawan. Cara pengambilan sampel mulai dari hulu sungai sicanang, pertemuan pembuangan limbah dengan badan sungai sicanang, air sungai sicanang yang masih dipengaruhi limbah dan hilir air sungai sicanang dengan jarak masing-masing pengambilan sampel kurang lebih 100 m per tiap sampel dan dengan kedalaman 30cm per tiap sampel sebanyak 3x pengambilan.

3.3.2 Penentuan kandungan klorofil

Sebanyak 1 L sampel air sungai diambil dan disimpan dalam keadaan gelap. Sampel air sungai kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring 0,45µ m dan dibilas dengan aquadest. Residu dibilas dengan 25 ml aseton 100% ke dalam tabung sentrifuge. Dibiarkan satu malam pada suhu 40C. Kemudian sampel disentrifugasi pada kecepatan 3000rpm selama 10menit. Supernatan dari hasil sentrifuge dibaca absorbansinya dengan alat spektrofotometer Sinar Tampak Spek-300 pada panjang gelombang 630nm (OD630), 645nm (OD645), dan 665 (OD665). Kadar klorofil dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Kadar klorofil-a (mg/m3) =

(

)

Vc

Va x Ca

Dimana : Ca : 11,6 OD665nm - 1,31 OD645nm - 0,14 OD630nm Va : Volume ekstrak sampel (mL)


(32)

3.4. Bagan Analisa Klorofil

Disaring dengan kertas saring 0,4 µm Dibilas dengan aquadest

dibilas dengan 25mL aseton 100% ke dalam tabung sentrifuge

Dibiarkan satu malam pada suhu 40C Disentrifuge pada kecepatan

3000rpm selama 10menit

dibaca dengan alat spektrofotometer Sinar Tampak pada panjang

gelombang 630nm, 645nm, dan 665nm

1 L Sampel

Filtrat Residu

Cake

Hasil Supernatan


(33)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengolahan Data 4.1.1. Hasil Penelitian

Penentuan suhu dari sampel dilakukan pada saat sampel diambil dari lokasi. Data hasil pengukuran suhu dari sampel air sungai secanang belawan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Suhu

No Sampel Suhu (oC)

1 Di permukaan hulu sungai 29

2 Di pertengahan hulu sungai 29

3 Di dasar hulu sungai 28

4 Di permukaan antara air sungai dengan limbah 33 5 Di pertengahan antara air sungai dengan limbah 33 6 Di dasar antara air sungai dengan limbah 32 7 100 meter setelah pertemuan air sungai dengan air limbah pada

permukaan sungai 33

8 100 meter setelah pertemuan air sungai dengan air limbah pada

pertengahan sungai 33

9 100 meter setelah pertemuan air sungai dengan air limbah pada

dasar sungai 31

10 Di permukaan hilir sungai 32

11 Di pertengahan hilir sungai 32


(34)

4.1.2. Penentuan Kandungan Klorofil dalam Sampel

Penentuan kandungan klorofil dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut :

(Ca-mg/L) = 11,6 (OD665)-1,31 (OD645)-0,14 (OD630)

Konsentrasi Klorofil-a (mg/m3) = Ca x Volume Ekstrak, L Volume Sampel, m3

Perhitungan Konsentrasi Klorofil-a adalah sebagai berikut : 1. Untuk sampel di permukaan hulu sungai sicanang:

• OD pada λ 630 nm = 0,021

• OD pada λ 645 nm = 0,025

• OD pada λ 665 nm = 0,020

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca =11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,020) – 1,31 (0,025) – 0,14 (0,021) = 0,232 – 0,03275 – 0,0294

= 0,1963 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume

(L) Ekstrak Volume

(mg/L)

Ca ×

=

) (m 0,001

(L) 0,025 (mg/L)

0,1963 ×


(35)

2. Untuk sampel di pertengahan hulu sungai sicanang:

• OD pada λ 630 nm = 0,023

• OD pada λ 645 nm = 0,028

• OD pada λ 665 nm = 0,021

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,021) – 1,31 (0,028) – 0,14 (0,023) = 0,2436 – 0,03668 – 0,00322

= 0,2037 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,2037 ×

= 5,0925 mg/m3

3. Untuk sampel di dasar hulu sungai sicanang :

• OD pada λ 630 nm = 0,020

• OD pada λ 645 nm = 0,026

• OD pada λ 665 nm = 0,019

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,019) – 1,31 (0,026) – 0,14 (0,020) = 0,2204 – 0,03406 – 0,0028


(36)

Konsentrasi klorofil-a = ) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,18354 ×

= 4,5875 mg/m3

4. Untuk sampel di permukaan antara hulu sungai sicanang dengan limbah :

• OD pada λ 630 nm = 0,008

• OD pada λ 645 nm = 0,011

• OD pada λ 665 nm = 0,005

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,005) – 1,31 (0,011) – 0,14 (0,008) = 0,058 – 0,01441 – 0,00112

= 0,0425 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,0425 ×

= 1,0613 mg/m3

5. Untuk sampel di pertengahan antara air sungai sicanang dengan limbah :

• OD pada λ 630 nm = 0,009

• OD pada λ 645 nm = 0,012

• OD pada λ 665 nm = 0,005


(37)

• Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3 Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630)

= 11,6 (0,005) – 1,31 (0,012) – 0,14 (0,009) = 0,058 – 0,01572 – 0,00126

= 0,04102 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume

(L) Ekstrak Volume

(mg/L)

Ca ×

=

) (m 0,001

(L) 0,025 (mg/L)

0,04102 ×

= 1,0255 mg/m3

6. Untuk sampel di dasar antara air sungai sicanang dengan limbah :

• OD pada λ 630 nm = 0,010

• OD pada λ 645 nm = 0,012

• OD pada λ 665 nm = 0,004

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630)

= 11,6 (0,004) – 1,31 (0,012) – 0,14 (0,010) = 0,0464 – 0,01572 – 0,0014


(38)

Konsentrasi klorofil-a = ) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,02928 ×

= 0,732 mg/m3

7. Untuk sampel 100 meter seteleah pertemuan air sungai sicanang dengan air limbah pada permukaan air sungai sicanang :

• OD pada λ 630 nm = 0,011

• OD pada λ 645 nm = 0,012

• OD pada λ 665 nm = 0,006

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,006) – 1,31 (0,012) – 0,14 (0,011) = 0,0696 – 0,01572 – 0,0154

= 0,04234 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,05234 ×


(39)

8. Untuk sampel 100 meter setelah pertemuan air sungai sicanang dengan air limbah pada pertengahan sungai sicanang :

• OD pada λ 630 nm = 0,012

• OD pada λ 645 nm = 0,013

• OD pada λ 665 nm = 0,006

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,006) – 1,31 (0,013) – 0,14 (0,012) = 0,0696 – 0,01703 – 0,00168

= 0,05089 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,05089 ×

= 1,2723 mg/m3

9. Untuk sampel 100 meter setelah pertemuan air sungai sicanang dengan air limbah pada dasar sungai sicanang :

• OD pada λ 630 nm = 0,013

• OD pada λ 645 nm = 0,015

• OD pada λ 665 nm = 0,005

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,005) – 1,31 (0,015) – 0,14 (0,013) = 0,058 – 0,01965 – 0,00182


(40)

= 0,03653 mg/L

Konsentrasi klorofil a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,03653 ×

= 0,9133 mg/m3

10. Untuk sampel di permukaan hilir sungai sicanang :

• OD pada λ 630 nm = 0,011

• OD pada λ 645 nm = 0,016

• OD pada λ 665 nm = 0,012

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,012) – 1,31 (0,016) – 0,14 (0,011) = 0,1392 – 0,02096 – 0,00154

= 0,1167 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,1167 ×

= 2,9175 mg/m3

11. Untuk sampel di pertengahan hilir sungai sicanang :

• OD pada λ 630 nm = 0,014

• OD pada λ 645 nm = 0,017


(41)

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,011) – 1,31 (0,017) – 0,14 (0,014) = 0,1276 – 0,02227 – 0,00196

= 0,10337 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume

(L) Ekstrak Volume

(mg/L)

Ca ×

=

) (m 0,001

(L) 0,025 (mg/L)

0,10337 ×

= 2,5843 mg/m3

12. Untuk sampel di dasar hilir sungai sicanang : 13. OD pada λ 630 nm = 0,010

14. OD pada λ 645 nm = 0,011 15. OD pada λ 665 nm = 0,004

16. Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L 17. Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630) = 11,6 (0,004) – 1,31 (0,011) – 0,14 (0,010) = 0,0464 – 0,0144 – 0,0014


(42)

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume

(L) Ekstrak Volume

(mg/L)

Ca ×

=

) (m 0,001

(L) 0,025 (mg/L)

0,0306 ×


(43)

4.2. Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran suhu dari masing-masing sampel berkisar antara 28-33 0C. Nilai suhu yang paling tinggi diperoleh dari pertemuan pembuangan air pendingin dengan air sungai dan 100 meter setelah pertemuan air pendingin dengan air sungai pada permukaan dan pertengahan yaitu sebesar 33 0C. Besarnya volume pembuangan air pendingin ke badan sungai sangat berpengaruh menaikkan suhu akibat aktivitas mesin yang terus berlangsung.

Klorofil menyerap cahaya berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Misalnya, cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm. Klorofil dapat diekstraksi dengan menggunakan aseton maupun metanol. Pengukuran cahaya yang diserap oleh klorofil dipengaruhi oleh pelarut yang digunkan untuk ekstraksi klorofil pada jaringan tanaman. Dalam pelarut dietileter absorbansi maksimum klorofil-a terjadi pada panjang gelombang 430 nm dan 662 nm, sedangkan klorofil-b pada 453 nm dan 642 nm.

Kandungan klorofil yang diperoleh pada hulu sungai sangat tinggi yaitu masing-masing 4,9077, 5,0925 dan 4,5885 mg/m3. Hal ini terjadi akibat hulu sungai tersebut mengandung banyak nutrisi yang merupakan makanan utama fitoplankton. Makin tinggi kepadatan fitoplankton maka makin tinggi kandungan klorofil yang diperoleh. Hal ini diduga adanya pengaruh zat hara (PO4- dan NO3-) sebagai makanan fitoplankton tersebut. Untuk masing-masing sampel yang telah terkontaminasi oleh air pendingin diperoleh kandungan klorofil yang rendah dibandingkan dengan hasil perolehan pada hulu sungai. Air pendingin dari PLTU tersebut sangat mempengaruhi kondisi sungai secanang akibat suhu yang terlalu tinggi.


(44)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil pengukuran kadar klorofil pada titik kontrol 100 meter sebelum pembuangan air pendingin adalah 4,9075 mg/m3 dengan suhu air sungai 290C, pada titik kontrol pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,0613 mg/m3 dengan suhu air sungai 330C, pada titik kontrol 100 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,3085 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C, dan pada titik control 200 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 2,9175 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu pada pembuangan air pendingin dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ke badan sungai sicanang sangat berpengaruh terhadap keberadaan klorofil dalam air sungai sicanang belawan.

5.2. Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mengetahui seberapa besar kandungan klorofil pada air sungai lainnya dan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan unsure hara, nitrat maupun posfat pada air sungai secanang.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adrim,M. (1996). Fauna ikan. Penataran Biologi Laut FMIPA Unsyiah. Jakarta. Puslitbang Oseanologi LIPI.

Al-Faqir,S. (2010). Manfaat Klorofil Bagi Kesehatan. http://hsudiana.wordpress.com/2010/11/ 12/manfaat-klorofil-bagi-kesehatan. Diakses pada tanggal 16 Februari 2011.

Barus,T.A. (2000). Impact of Human Activities on the Development of Environmental Factors in Belawan River. Report of Research. URGE-Project Batch III.

Campbell, R. (2003). Biologi. Edisi kelima. Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisoilogi Tumbuhan. Jakarta. PT.Gramedia Jakarta.

Fika,A. (2009). Pengukuran Kadar Klorofil Pada Daun Dengan Spektrofotometri. http://anasyura iddah.Wordpress.com/2009/11/22/pengukuran-kadar-klorofil-pada-daun-dengan-spektro-fotometri./. Diakses pada tanggal 22 Februari 2011.

Hodgkiss, R.J. (2011). About Light and Lighting.

Diakses pada tanggal 28 Maret 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/sungai/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011.

perairan/#ixzz1TNC3C1U3

Juwana.S. dkk.( 2001).Biological Laut. Jakarta. Djambatan.

Khopkar, S.M., (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Michael, P. (1994). Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Februari 2011.

Putra, E.A.(2002). Analisis Limbah Industri Logam Terhadap Kualitas Air Sungai Deli (Ditinjau Dari Aspek Fisika dan Kimia). Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Setiawan,B. (2008). Sungai dan Pengalirannya. http://budhisetiawan.net/coerses/geologi-rekayasa/sungai-dan-pengalirannya/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011.


(46)

Susilo, S. B. ( 2000). Penginderaan Jauh Terapan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.


(1)

• Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L • Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630)

= 11,6 (0,011) – 1,31 (0,017) – 0,14 (0,014) = 0,1276 – 0,02227 – 0,00196

= 0,10337 mg/L

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume (L) Ekstrak Volume (mg/L) Ca × = ) (m 0,001 (L) 0,025 (mg/L) 0,10337 ×

= 2,5843 mg/m3

12.Untuk sampel di dasar hilir sungai sicanang : 13.OD pada λ 630 nm = 0,010

14.OD pada λ 645 nm = 0,011 15.OD pada λ 665 nm = 0,004

16.Volume ekstrak = 25 mL = 0,025 L 17.Volume Sampel = 1000 mL = 0,001m3

Ca = 11,6 (OD665) – 1,31 (OD645) – 0,14 (OD630)

= 11,6 (0,004) – 1,31 (0,011) – 0,14 (0,010) = 0,0464 – 0,0144 – 0,0014


(2)

Konsentrasi klorofil-a =

) (m Sampel Volume

(L) Ekstrak Volume

(mg/L)

Ca ×

=

) (m 0,001

(L) 0,025 (mg/L)

0,0306 ×


(3)

4.2. Pembahasan

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran suhu dari masing-masing sampel berkisar antara 28-33 0C. Nilai suhu yang paling tinggi diperoleh dari pertemuan pembuangan air pendingin dengan air sungai dan 100 meter setelah pertemuan air pendingin dengan air sungai pada permukaan dan pertengahan yaitu sebesar 33 0C. Besarnya volume pembuangan air pendingin ke badan sungai sangat berpengaruh menaikkan suhu akibat aktivitas mesin yang terus berlangsung.

Klorofil menyerap cahaya berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Misalnya, cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis. Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar dengan panjang gelombang antara 400-700 nm. Klorofil dapat diekstraksi dengan menggunakan aseton maupun metanol. Pengukuran cahaya yang diserap oleh klorofil dipengaruhi oleh pelarut yang digunkan untuk ekstraksi klorofil pada jaringan tanaman. Dalam pelarut dietileter absorbansi maksimum klorofil-a terjadi pada panjang gelombang 430 nm dan 662 nm, sedangkan klorofil-b pada 453 nm dan 642 nm.

Kandungan klorofil yang diperoleh pada hulu sungai sangat tinggi yaitu masing-masing 4,9077, 5,0925 dan 4,5885 mg/m3. Hal ini terjadi akibat hulu sungai tersebut mengandung banyak nutrisi yang merupakan makanan utama fitoplankton. Makin tinggi kepadatan fitoplankton maka makin tinggi kandungan klorofil yang diperoleh. Hal ini diduga adanya pengaruh zat hara (PO4- dan NO3-) sebagai makanan fitoplankton tersebut. Untuk masing-masing

sampel yang telah terkontaminasi oleh air pendingin diperoleh kandungan klorofil yang rendah dibandingkan dengan hasil perolehan pada hulu sungai. Air pendingin dari PLTU tersebut sangat mempengaruhi kondisi sungai secanang akibat suhu yang terlalu tinggi.


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil pengukuran kadar klorofil pada titik kontrol 100 meter sebelum pembuangan air pendingin adalah 4,9075 mg/m3 dengan suhu air sungai 290C, pada titik kontrol pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,0613 mg/m3 dengan suhu air sungai 330C, pada titik kontrol 100 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 1,3085 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C, dan pada titik control 200 meter setelah pembuangan air pendingin kadar klorofil yang dihasilkan adalah 2,9175 mg/m3 dengan suhu air sungai 310C. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa suhu pada pembuangan air pendingin dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ke badan sungai sicanang sangat berpengaruh terhadap keberadaan klorofil dalam air sungai sicanang belawan.

5.2. Saran

Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mengetahui seberapa besar kandungan klorofil pada air sungai lainnya dan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan unsure hara, nitrat maupun posfat pada air sungai secanang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adrim,M. (1996). Fauna ikan. Penataran Biologi Laut FMIPA Unsyiah. Jakarta. Puslitbang Oseanologi LIPI.

Al-Faqir,S. (2010). Manfaat Klorofil Bagi Kesehatan. http://hsudiana.wordpress.com/2010/11/ 12/manfaat-klorofil-bagi-kesehatan. Diakses pada tanggal 16 Februari 2011.

Barus,T.A. (2000). Impact of Human Activities on the Development of Environmental Factors in Belawan River. Report of Research. URGE-Project Batch III.

Campbell, R. (2003). Biologi. Edisi kelima. Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Dwidjoseputro. (1994). Pengantar Fisoilogi Tumbuhan. Jakarta. PT.Gramedia Jakarta.

Fika,A. (2009). Pengukuran Kadar Klorofil Pada Daun Dengan Spektrofotometri. http://anasyura iddah.Wordpress.com/2009/11/22/pengukuran-kadar-klorofil-pada-daun-dengan-spektro-fotometri./. Diakses pada tanggal 22 Februari 2011.

Hodgkiss, R.J. (2011). About Light and Lighting. Diakses pada tanggal 28 Maret 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/sungai/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011.

perairan/#ixzz1TNC3C1U3

Juwana.S. dkk.( 2001).Biological Laut. Jakarta. Djambatan.

Khopkar, S.M., (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Michael, P. (1994). Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Februari 2011.

Putra, E.A.(2002). Analisis Limbah Industri Logam Terhadap Kualitas Air Sungai Deli (Ditinjau Dari Aspek Fisika dan Kimia). Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Setiawan,B. (2008). Sungai dan Pengalirannya. http://budhisetiawan.net/coerses/geologi-rekayasa/sungai-dan-pengalirannya/. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011.


(6)

Susilo, S. B. ( 2000). Penginderaan Jauh Terapan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.