Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada desa Gurgur Aek Raja Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir)

EFEKTIVITAS PEMEKARAN KECAMATAN DALAM RANGKA
PEMBANGUNAN PRASARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMPAHAN
(Studi pada Desa Gurgur Aek Raja, Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir)

Disusun Oleh:

LESTARI M. SIAHAAN
060903021

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:
Nama

: Lestari M. Siahaan

NIM

: 060903021

Departemen

: Ilmu Administrasi Negara

Judul

: Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka Pembangunan Prasarana
di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada desa Gurgur Aek Raja
Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir)


Medan,

Maret 2010

Dosen Pembimbing

Ketua Departemen
Ilmu Administrasi Negara

Drs. Ivan Razali, M.Phil
NIP. 196111051987011001

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
NIP. 195908161986011001

an. Dekan FISIP USU
Pembantu Dekan I

Drs. Humaizi, MA

NIP. 195908091986011002

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan berkat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program
Strata 1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini berjudul “Efektivitas Pemekaran Kecamatan Dalam Rangka
Pembangunan Prasarana Di Ibukota Kecamatan Tampahan (Studi pada Desa Gurgur
Aek Raja, Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir)”. Dalam skripsi ini penulis
membahas tentang seberapa efektif pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan
prasarana di desa Gurgur Aek Raja sebagai ibukota kecamatan Tampahan.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis telah mendapat bimbingan dari
berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun dari segi administrasi.
Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. Humaizi, MA selaku Pembantu Dekan I FISIP USU.

3. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi Negara FISIP USU.
4. Bapak Drs. Ivan Razali, M.Phil selaku dosen pembimbing penulis.
5. Seluruh staf pengajar dan administrasi (Kak Mega dan Kak Dian) Departemen
Ilmu Administrasi Negara FISIP USU. Serta seluruh staf perpustakaan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

6. Teristimewa untuk keluargaku (Endel Family) yaitu My Among (P. Siahaan)
yang selalu mengajari dan membantu penulis terutama di saat melaksanakan
penelitian, My Nong On (L. Tampubolon) yang selalu menjadi motivator dan
pendengar yang baik atas semua keluh kesah penulis, Dan My Brother Geru
(Patuan Heru Siahaan) yang selalu mendukung dan membangunkan penulis tiap
kali tertidur saat menjelang ujian. Thank’s.
7. Sahabat penulis, Bifah J Pakpahan, Duma Sari Lubis, Eva Suriani, dan Tahoma
F. Siburian. Semoga cepat menyelesaikan skripsinya.
8. Rekan-rekan satu angkatan penulis (Ilmu Administrasi Negara 2006), Santiar,
Ami, Pepy, Devi, Ria dan semuanya yang namanya tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.

9. Camat Tampahan (Bapak Bisker Lumbantoruan, S.Sos), Kepala Desa Gurgur
Aek Raja (Bapak Tumpak M. Siahaan) dan masyarakat Desa Gurgur Aek Raja
yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengisi kuisioner
dan telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian.

Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh sebab itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan skripsi ini dan juga sebagai masukan bagi penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Medan,

Maret 2010

Hormat saya,

Lestari M. Siahaan

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

………………………………………………… i

KATA PENGANTAR

………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI

…………………………………………………........... iv

DAFTAR TABEL

…………………………………………………........... vii

DAFTAR GAMBAR

…………………………………………………........... xi


ABSTRAKSI

………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………............. 1
B. Perumusan Masalah

…………………………………………............. 5

C. Tujuan Penelitian

…………………………………………............ 5

D. Manfaat Penelitian

…………………………………………............ 6

E. Kerangka Teori


…………………………………………............ 6

1. Efektivitas

…………………………………………............ 7

2. Pemekaran Kecamatan

…………………………………............ 7

3. Pembangunan Prasarana

…………………………………........... 11

a. Pengertian Pembangunan Prasarana
b. Peran Prasarana

………………............... 11

………………………………………... 12


Universitas Sumatera Utara

c. Jenis-Jenis Prasarana

………………………………….…..... 14

d. Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan ……………….. 20
4. Hubungan Pemekaran Kecamatan Dengan Pembangunan
Prasarana
F. Hipotesis

BAB II

………..………………………………………............ 21
………………………….………………….……….... 22

G. Definisi Konsep

……………………………………….……..... 23


H. Definisi Operasional

……………………………………….………. 24

I. Sistematika Penulisan

……………………………………………….

25

A. Bentuk Penelitian

……………………………………….………

27

B. Lokasi Penelitian

……………………………………….………


27

C. Populasi dan Sampel

……………………………………….………

27

1. Populasi

……………………………………….………

27

2. Sampel

……………………………………….………

28

METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

……………………………………….

30

E. Teknik Penentuan Skor

……………………………………….

31

F. Teknik Analisis Data

……………………………………….

31

Universitas Sumatera Utara

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Letak Geografis ……………………………………….

36

B. Komposisi Penduduk

……………………………………….

37

1. Jumlah Penduduk

……………………………………….

37

2. Mata Pencaharian

……………………………………….

39

3. Sarana dan Prasarana

……………………………………….

39

……………………………………….

42

A. Identitas Responden ……………………………………………….

44

B. Hasil Kuesioner

……………………………………………….

46

C. Hasil Wawancara

……………………………………………….

60

……………………………………………….

64

C. Struktur Pemerintahan
BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB V ANALISA DATA
A. Variabel Penelitian

1. Pemekaran Kecamatan (Variabel X)

……………………….

64

2. Pembangunan Prasarana (Variabel Y) ……………………………….

67

B. Uji Hipotesis

……………………………………………….

1. Korelasi Product Moment

72

……………………………………….

72

……………………………………………….

74

3. Koefisien Determinan

……………………………………….

75

4. Regresi Linier Sederhana

……………………………………….

75

2. Uji t

Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan

………………………………………………………

78

B. Saran

………………………………………………………

79

………………………………………………………

81

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Tabel 1:

Klasifikasi Penggunaan Tanah …………………………...…………..

36

Tabel 2:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah KK

……….………………

37

Tabel 3:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Jiwa

……….……………..

38

Tabel 4:

Jumlah Jiwa Menurut Kelompok Umur ……………………….………

38

Tabel 5:

Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan

Tabel 6:

Jumlah Sarana Kesehatan ……………………………………….………. 40

Tabel 7:

Jumlah Tenaga Kesehatan/Paramedis

Tabel 8:

Jumlah Sekolah

Tabel 9:

Jumlah Guru

……….………….…… 39

……….……….……………… 40

…………………………………………….…………

41

…………………………….…………………

41

Tabel 10: Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Pendidikan …………….........

42

Tabel 11: Jenis Kelamin Responden ……………………………………….………

44

Tabel 12: Umur Responden ……………………………………………….………

45

Tabel 13: Pekerjaan Responden

……………………….……………...

45

Tabel 14: Pendidikan Terakhir Responden …………………………….…………

46

Tabel 15: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dukungan Atas Pemekaran
Kecamatan Tampahan

……………………………………….………. 46

Universitas Sumatera Utara

Tabel 16: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Manfaat Kebijakan Pemekaran
Dilaksanakan

………………………………………………………

47

Tabel 17: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembangunan
Dilaksanakan Lebih Efektif Ketimbang Sebelum Pemekaran

……….

48

Tabel 18: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Proses Pemekaran
Berjalan Sulit

……………………………………………………….

49

Tabel 19: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dampak Pemekaran
Kecamatan Tampahan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

……….

49

Tabel 20: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pemerintah Lebih
Fokus Dalam Membangun Daerah Tampahan Pasca Pemekaran ………

50

Tabel 21: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pembangunan Prasarana
Di Desa Gurgur Aek Raja Pasca Pemekaran

………………………….

51

Tabel 22: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Diadakan Perencanaan
Sebelum Pembangunan Prasarana Di Desa Gurgur Aek Raja …………

51

Tabel 23: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kualitas Jalan Di Desa
Gurgur Aek Raja ……………………………………………………….

52

Tabel 24: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembangunan
Jalan Sudah Mencapai Seluruh Pelosok Desa …………………………..

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 25: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Perbaikan Yang
Dilakukan Pemerintah Daerah Terhadap Jalan Yang Rusak
Pasca Pemekaran ……………………………………………………….

53

Tabel 26: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pembangunan Jalan
Yang Sebelumnya Tidak Pernah Terpakai Hingga Akhirnya
Dapat Dipergunakan

……………………………………………….

54

Tabel 27: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemenuhan Kebutuhan
Air Bersih Bagi Masyarakat

……………………………………….

55

Tabel 28: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan Air Dari PDAM
Bagi Masyarakat desa Gurgur Aek Raja ……………………………….

55

Tabel 29: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pembangunan Pipa Air
Yang Dilakukan Pemerintah Daerah

……………………………….

56

Tabel 30: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Daya Listrik Yang Ada
Mencukupi Kebutuhan Masyarakat Desa Gurgur Aek Raja …………….. 57
Tabel 31: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Penambahan Gardu
Listrik Di Desa Gurgur Aek Raja Pasca Pemekaran …………….………. 58
Tabel 32: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Di Desa Gurgur Aek
Raja Sering Terjadi Pemadaman Listrik …………..................................

58

Universitas Sumatera Utara

Tabel 33: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Pelayanan Telepon
Rumah Dari Telkom

…..………………………………………………

59

Tabel 34: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adakah Telepon Umum
Di Desa Gurgur Aek Raja ……………………………………………….

Universitas Sumatera Utara

59

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Struktur Pemerintahan Desa Gurgur Aek Raja

……………………….

43

Gambar 2: Garis Regresi Y Karena Pengaruh X, Persamaan Regresinya
Y= 21,31+0,45X ………………………………………….....................

Universitas Sumatera Utara

77

ABSTRAKSI
EFEKTIVITAS PEMEKARAN KECAMATAN DALAM RANGKA
PEMBANGUNAN PRASARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMPAHAN
Skripsi ini disusun oleh:
Nama
NIM
Departemen
Fakultas
Pembimbing

: Lestari M. Siahaan
: 060903021
: Ilmu Administrasi Negara
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: Drs. Ivan Razali, M.Phil

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, terjadi
banyak pemekaran daerah. Pemekaran daerah membuat wilayah kerja pemerintahan
semakin kecil, dan dengan demikian pembangunan pun dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat hingga ke daerah terpencil sekalipun. Termasuk pembangunan prasarana,
karena prasarana memegang peranan penting bagi perkembangan suatu daerah.
Misalnya saja pembangunan prasarana jalan, air, listrik dan telepon.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa efektif pemekaran kecamatan
dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisa kuantitatif. Dan teknik
pengumpulan data yang diginakan adalah dengan kuesioner, wawancara dan observasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pasca pemekaran,
pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan memang telah dilakukan, ada
perbaikan jalan dan pembangunan tali air. Namun pembangunan yang terjadi belum
dapat dirasakan seluruh masyarakat.
Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara pemekaran kecamatan dan
pembangunan prasarana adalah 0,41. Nilai ini berada pada kategori sedang. Dengan
signifikansi koefisien korelasi hitung sebesar 3,87. Dan berdasarkan hasil koefisien
determinasi, pembangunan prasarana hanya sebesar 17% ditentukan oleh pemekaran
yang terjadi sementara 83% lainnya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Hubungan antara pemekaran kecamatan dan pembangunan prasarana di
ibukota kecamatan Tampahan dapat dinyatakan dengan persamaan regresi linier
sederhana yaitu Y= 21,13 + 0,45X.
Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan
prasarana.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAKSI
EFEKTIVITAS PEMEKARAN KECAMATAN DALAM RANGKA
PEMBANGUNAN PRASARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMPAHAN
Skripsi ini disusun oleh:
Nama
NIM
Departemen
Fakultas
Pembimbing

: Lestari M. Siahaan
: 060903021
: Ilmu Administrasi Negara
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
: Drs. Ivan Razali, M.Phil

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, terjadi
banyak pemekaran daerah. Pemekaran daerah membuat wilayah kerja pemerintahan
semakin kecil, dan dengan demikian pembangunan pun dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat hingga ke daerah terpencil sekalipun. Termasuk pembangunan prasarana,
karena prasarana memegang peranan penting bagi perkembangan suatu daerah.
Misalnya saja pembangunan prasarana jalan, air, listrik dan telepon.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa efektif pemekaran kecamatan
dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan analisa kuantitatif. Dan teknik
pengumpulan data yang diginakan adalah dengan kuesioner, wawancara dan observasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pasca pemekaran,
pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan memang telah dilakukan, ada
perbaikan jalan dan pembangunan tali air. Namun pembangunan yang terjadi belum
dapat dirasakan seluruh masyarakat.
Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara pemekaran kecamatan dan
pembangunan prasarana adalah 0,41. Nilai ini berada pada kategori sedang. Dengan
signifikansi koefisien korelasi hitung sebesar 3,87. Dan berdasarkan hasil koefisien
determinasi, pembangunan prasarana hanya sebesar 17% ditentukan oleh pemekaran
yang terjadi sementara 83% lainnya ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Hubungan antara pemekaran kecamatan dan pembangunan prasarana di
ibukota kecamatan Tampahan dapat dinyatakan dengan persamaan regresi linier
sederhana yaitu Y= 21,13 + 0,45X.
Maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan
prasarana.

Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang yang besar bagi suatu
daerah yang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia serta luas wilayah untuk
dimekarkan menjadi beberapa daerah. Hal ini dimaksudkan agar mobilisasi dan
percepatan proses pertumbuhan dan pembangunan dapat menyentuh serta menjangkau
segenap aspek kehidupan masyarakat hingga ke daerah-daerah terpencil. Banyak
daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau pembangunan secara maksimal. Begitu
juga dari sisi pelayanan terhadap masyarakat, maka dengan diperkecilnya wilayah
administratif

tentu

akan

memperpendek

rentang

kendali

pelayanan.

(www.pontianakpost.com)
Salah satu contoh pemekaran adalah pemekaran kecamatan. Di Indonesia tahun 2009
terdapat 6408 kecamatan (www.pnpm-mandiri.org) dan masih banyak kecamatankecamatan lain yang akan dimekarkan. Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia,
kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten atau kota
yang merupakan wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh camat. Dalam pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2008 dinyatakan bahwa pembentukan
kecamatan dapat berupa pemekaran satu kecamatan atau dua kecamatan atau lebih
dan/atau penyatuan wilayah desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan.
Contoh pemekaran kecamatan salah satunya adalah di kabupaten Toba Samosir.
Dimana pada awal berdirinya kabupaten Toba Samosir hanya ada 9 kecamatan, tetapi

Universitas Sumatera Utara

sekarang telah ada 14 kecamatan. Salah satunya adalah kecamatan Tampahan yang
merupakan pemekaran dari kecamatan induk Balige. Kecamatan yang beribukota di
desa Gurgur Aek Raja ini, dimekarkan pada tahun 2007 melalui Perda Kabupaten Toba
Samosir No. 17 tahun 2007 tentang pembentukan kecamatan Tampahan, kecamatan
Nassau dan kecamatan Siantar Narumonda.
Pemekaran pada dasarnya memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Seperti
yang ditulis dalam Bab II pasal 2 PP No. 129 Tahun 2000, dimana disebutkan bahwa
tujuan pemekaran daerah yakni untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
peningkatan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan
demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan
pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban, peningkatan
hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.
Dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud, ada dua hal
yang penting untuk diperhatikan seiring dengan pemekaran yang terjadi yaitu
bagaimana pemerintahan berlangsung dan bagaimana dampaknya di masyarakat setelah
pemekaran tersebut berjalan. Artinya, pemekaran tersebut harus mempunyai implikasi
positif terhadap kesejahteraan masyarakatnya, salah satunya dengan adanya percepatan
pembangunan di wilayah yang dimekarkan tersebut.
Menurut Todaro dan Kuncoro, pembangunan suatu daerah haruslah mencakup
tiga inti nilai yaitu ketahanan/sustenance yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pokok dan mempertahankan hidup; harga diri/self esteem dimana pembangunan
haruslah memanusiakan orang; dan freedom from servitude dimana ada kebebasan bagi

Universitas Sumatera Utara

setiap individu untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk
berpartisipasi dalam pembangunan. (Kuncoro, 2004:63)
Salah satu pembangunan yang diharapkan meningkat adalah pembangunan
prasarana. Ketersedian prasarana menjadi hal yang penting bagi suatu daerah, karena
kegagalan daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya tidak hanya karena
keterbatasan bahan mentah maupun tenaga kerja, tetapi karena keterbatasan dalam hal
berbagai prasarana yang tersedia di daerah. Maka dari itu perlu pembangunan prasarana
untuk dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki daerah.
Pengembangan prasarana daerah (physical infrastructure) saat ini memegang
peranan yang penting bagi tumbuhnya perekonomian suatu wilayah. Bahkan,
penyediaan prasarana di daerah juga dapat menjadi indikator apakah suatu wilayah
cukup demokratis dalam memberikan layanan publik. Banyak standar perencanaan
untuk menyediakan jasa prasarana wilayah kepada publik, tapi yang telah diterapkan di
Indonesia sejak lama merupakan penyeragaman sistem pelayanan prasarana daerah
yang memberikan hal-hal yang positif maupun negatif. (Ambardi, 2002:279)
Maka bagi desa Gurgur Aek Raja sebagai ibukota dari kecamatan Tampahan,
pembangunan prasarana juga sangat penting. Karena menurut penjelasan atas pasal 10
ayat (1) huruf b PP No. 17 Tahun 2008 tentang kecamatan, ibukota kecamatan adalah
pusat penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan.
Namun ada banyak permasalahan dalam pembangunan prasarana. Secara umum,
permasalahan dalam pembangunan daerah terutama dalam hal pembangunan prasarana
antara lain terbatasanya tingkat pelayanan jaringan transportasi antar dan intra wilayah,
menurunnya kapasitas pemerintah daerah dalam pengaturan dan pengelolaan
infrastruktur, menurunnya kapasitas dan ketersediaan sumber daya tenaga listrik,

Universitas Sumatera Utara

meningkatnya masalah kelangkaan air bersih dan air minum, menurunnya kapasitas
pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan infrastruktur.
Misalnya saja tahun 2009 seharusnya ada 5.000 kilometer jalan nasional yang
direkonstruksi. Namun, dana hanya tersedia bagi 2.000 km. 30 % dari 372.000 km jalan
kabupaten/kota ternyata rusak, padahal dana terbatas. (www.cetak.kompas.com)
Selain itu sebanyak 7500 dari 60 ribuan desa di Indonesia belum dialiri listrik
baik listrik yang disediakan PLN maupun sumber lain.
Secara nasional, total ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air
memang masih surplus, yaitu ketersediaannya per tahun 691,340 miliar meter kubik,
sedangkan total kebutuhan air pada tahun 2000 adalah 156,362 miliar meter kubik.
Namun demikian pada tahun itu, beberapa pulau di Indonesia telah mengalami defisit
air yaitu Pulau Jawa, Sulawesi, Bali dan NTT masing-masing sebesar 52,809 milyar;
9,232 milyar; 7,531 milyar dan 1,343 milyar meter kubik. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengelolaan air memang harus dilakukan karena pasokan air sangat terbatas.
Bahkan secara spasial hampir semua daerah di Indonesia pernah mengalami kelangkaan
air, terutama pada saat puncak musim kemarau. Diproyeksikan bahwa pada kondisi
Tahun 2025, permintaan air akan mencapai 3,5 kali dari kebutuhan pada 2002 lalu,
dengan porsi air pertanian akan berkurang 25 %. (www.suaramerdeka.com tanggal 01
Desember 2009)
Begitu juga dengan prasarana telepon. Telepon di pedesaan juga memegang
peranan yang penting. Tujuan pengadaan telepon pedesaan adalah meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah
dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem

Universitas Sumatera Utara

dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
transedentasi. Namun, sebanyak 31.000 desa yang tersebar di sejumlah daerah di
Indonesia belum mendapatkan jaringan telepon (www.desamerdeka.com)
Di desa Gurgur Aek Raja sendiri, berdasarkan data pada Kecamatan Tampahan
Dalam Angka Tahun 2007, belum ada rumah tangga di desa Gurgur Aek Raja yang
mendapat jasa pelayanan air minum dari PDAM. Sedangkan prasarana listrik juga
belum dirasakan seluruh rumah tangga di desa Gurgur Aek Raja. Dan untuk pelayanan
telepon dari Telkom belum dapat menjangkau desa Gurgur Aek Raja. (berdasarkan
wawancara dengan kepala desa Gurgur Aek Raja saat pra penelitian). Sementara kondisi
jalan di desa tersebut juga belum terlalu baik. Maka dari itu perlu dilihat bagaimana
pembangunan prasarana pasca pemekaran yang terjadi.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
efektivitas pemekaran kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota
kecamatan Tampahan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Seberapa efektif pemekaran
kecamatan dalam rangka pembangunan prasarana di ibukota kecamatan Tampahan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas pemekaran kecamatan dalam pembangunan prasarana
di ibukota kecamatan Tampahan.

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk melihat implikasi pemekaran kecamatan terhadap pembangunan prasarana.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara Subjektif, penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis
dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.
2. Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan acuan bagi
pemerintah kecamatan khususnya di tempat penelitian dilaksanakan agar dapat
meningkatkan pembangunan prasarana wilayah.
3. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bahan referensi ilmiah
di bidang Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lain yang tertarik
untuk mengeksplorasi kembali tentang efektivitas pemekaran kecamatan dalam
rangka pembangunan prasarana.
E. Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab ia merupakan
pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu
memiliki suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari
sudut mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya. Selanjutnya, menurut Singarimbun
dan Effendi (1989:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah:
1. Efektivitas
Menurut Arouf dalam Sedarmayanti (1999:185) efektivitas berkaitan dengan
pencapaian unjuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan
dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Efektivitas (effectiveness) memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap
tujuan organisasi publik. (Nurmandi, 1999:193)
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan hasil yang telah dicapai.
Efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan untuk dapat melaksanakan
semua tugas-tugas pokok atau dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Pemekaran Kecamatan
Menurut Kastorius Sinaga (dalam Wahyudi, dkk, 2002:18-19) ide pemekaran
wilayah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, diantaranya:
a. Urgensi dan Relevansi; apakah urgensi pemekaran wilayah berkaitan dengan
penuntasan masalah kemiskinan dan marginalitas etnik. Jika tidak, pemekaran
wilayah akan berdampak negatif dan proses pemiskinan rakyat akan semakin
cepat. Pertimbangan umum pemekaran wilayah biasanya didasari oleh adanya
potensi sumber daya alam yang siap untuk dieksploitasi sementara kemampuan
daerah terutama menyangkut finasial dan sumber daya manusia amat terbatas.
Jalan keluar yang paling mungkin adalah mengundang pihak luar menjadi
investor dan ketika keputusan seperti ini diambil maka tidak lama setelah itu

Universitas Sumatera Utara

akan terjadi proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang
dimiliki daerah itu. Cara berpikir seperti ini yang sangat mengkhawatirkan dan
berpotensi mengundang terjadinya proses pemiskinan.
b. Prosedur; apakah prosedur pemekaran wilayah ini akan berbelit-belit karena
rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini juga cukup panjang.
c. Implikasi; yakni sejauh mana pemekaran wilayah memberi dampak yang
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan secara politis berimplikasi
terhadap terpilihnya identitas etnik dan agama.

Pembentukan kecamatan di wilayah kabupaten/kota berpedoman pada Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan. Menurut pasal 14 PP No. 19 Tahun
2008 ini, Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana
teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh Camat.
Sementara dalam pasal 2 dinyatakan bahwa pembentukan kecamatan dapat berupa
pemekaran satu kecamatan atau dua kecamatan atau lebih dan/atau penyatuan wilayah
desa dan/atau kelurahan dari beberapa kecamatan.
Menurut pasal 3 PP No. 19 Tahun 2008, pembentukan kecamatan harus
memenuhi syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Syarat administratif
pembentukan kecamatan (pasal 4 PP No. 19 Tahun 2008) adalah:
a. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan minimal 5 (lima) tahun;
b. Batas usia penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan yang akan
dibentuk menjadi kecamatan minimal 5 (lima) tahun;

Universitas Sumatera Utara

c. Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau nama lain untuk Desa dan
Forum Komunikasi Kelurahan atau nama lain untuk kelurahan di seluruh
wilayah kecamatan baik yang menjadi calon cakupan wilayah kecamatan baru
maupun kecamatan induk tentang persetujuan pembentukan kecamatan;
d. Keputusan Kepala Desa atau nama lain untuk desa dan Keputusan Lurah atau
nama lain untuk kelurahan di seluruh wilayah kecamatan baik yang akan
menjadi cakupan wilayah kecamatan baru maupun kecamatan induk tentang
persetujuan pembentukan kecamatan;
e. Rekomendasi Gubernur.
Syarat fisik kewilayahan dalam pembentukan kecamatan meliputi cakupan
wilayah, lokasi calon ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan (pasal 5 PP No.19
Tahun 2008).
Sementara persyaratan teknis dalam pembentukan kecamatan seperti yang
diungkapkan dalam pasal 6 PP No. 19 Tahun 2008 adalah:
a. jumlah penduduk;
b. luas wilayah;
c. rentang kendali penyelenggaraan pelayanan pemeritahan;
d. aktivitas perekonomian;
e. ketersediaan sarana dan prasarana.
Dalam konteks otonomi daerah di Indonesia, kecamatan merupakan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten atau kota yang merupakan wilayah kerja

Universitas Sumatera Utara

tertentu yang dipimpin oleh camat. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Kecamatan, untuk wilayah Sumatera dan
Sulawesi penduduk minimal untuk pembentukan kecamatan adalah 7.500 jiwa. Luas
wilayah untuk pembentukan kecamatan bagi wilayah Sumatera minimal 10 Km2. Dan
jumlah desa/keluarahan untuk pembentukan kecamatan adalah 4 Desa/Kelurahan bagi
wilayah Sumatera.
Yang

perlu

diperhatikan

untuk

pemekaran

kecamatan

(www.komunitaskuansing.blogspot.com) adalah:
a. Perlunya sosialisasi yang luas kepada masyarakat tentang rencana pemekaran
wilayah yang akan dilakukan oleh Pemerintah kabupaten, sehingga program ini
dipahami dengan baik dan mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat.
b. Perlunya dipersiapkan dengan baik perangkat yang dibutuhkan dalam
pembentukan kecamatan baru seperti sumberdaya manusia (SDM) pegawai serta
sarana dan prasarana kantor.
c. Perlunya pemerintah kabupaten melakukan koordinasi dengan institusi vertikal
seperti kepolisian dan Departemen Agama untuk mempersiapkan kebutuhan
pembangunan kantor kepolisian (Polsek) dan KUA di kecamatan-kecamatan
baru.
d. Proses pemekaran kecamatan perlu dilakukan secara bertahap disesuaikan
kemampuan daerah, sehingga tidak mengganggu proses pelayanan publik dan
penyelenggaraan pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

e. Perlu pengkajian yang mendalam dan seksama dalam pembagian wilayah
kecamatan lama dan baru sehingga hasil pemekaran kecamatan betul-betul
mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat dan bukan sebaliknya.
3. Pembangunan Prasarana
a. Pengertian Pembangunan Prasarana
Secara sederhana pembangunan dapat diartikan menuju suatu perubahan yang
lebih baik. Baik itu memelihara pembangunan yang telah ada maupun membangun
sesuatu yang baru.
Menurut Riyadi (1992:17) pembangunan sebagai suatu proses dinamis yang
meliputi berbagai kegiatan yang direncanakan dan terarah dengan melibatkan peran
serta masyarakat banyak sebagai pembaharuan untuk menimbulkan perubahan maupun
pertumbuhan ekonomi yang dipercepat tapi terkendali dalam ruang lingkup kondisi
sosial demi kemajuan dan kualitas dan meningkatkan harkat martabat manusia.

Bintoro (1993:222) berpendapat bahwa pembangunan adalah suatu proses
pembaharuan yang kontinyu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu
keadaan yang dianggap lebih baik.
Pembangunan pada hakekatnya adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,
meratakan hasil-hasil pembangunan kesempatan kerja dan distribusi pendapatan,
meningkatkan hubungan ekonomi regional serta mengatur dan mengarahkan dengan
bijaksana pergeseran kegiatan ekonomi antar sektor. (Kodoatie, 2005:41)

Universitas Sumatera Utara

Yusman Tetti memberikan pendapatnya mengenai pembangunan, bahwa
pembangunan itu meliputi:
a. Penyebaran program/proyek nasional yang besar di daerah yang direncanakan
oleh suatu badan pusat (bappenas).
b. Dikerjakannya program/proyek kecil di daerah oleh daerah terlepas dari
proyek nasional.
c. Adanya penyesuaian program/proyek kecil di daerah oleh daerah.
d. Pembangunan yang direncanakan secara integral itu yang diartikan suatu
daerah itu dipandang sebagai unit biografis yang pembangunannya
direncanakan dengan mengikutsertakan secara hubungan timbal balik antara
sektor ekonomi daerah itu termasuk pemerintah, masyarakat dan swasta.
Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik wilayah yang memungkinkan wilayah
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.(www.penataanruang.net)
Maka dapat dikatakan bahwa pembangunan prasarana adalah suatu proses yang
terarah dan terencana dalam membangun kelengkapan fisik wilayah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Peran Prasarana
Prasarana umum berperan sebagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat luas
yang penyediaannya dilakukan serentak atau secara massal (tidak secara individu).
Tingkat pemenuhan kebutuhan fasilitas tersebut menjadi ukuran tingkat kesejahteraan
masyarakat. Penyediaan prasarana merupakan tanggung jawab pemerintah karena

Universitas Sumatera Utara

menyangkut hajat hidup orang banyak, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok seharihari maupun kebutuhan sekunder. Tanggung jawab tersebut menyangkut penyediaan
dan pengaturan dalam pengelolaan prasarana. Akan tetapi, tidak berarti bahwa
pemerintah harus menyediakannya secara keseluruhan karena sebagian tanggung jawab
tersebut dapat diserahkan kepada pihak lain. (Sadyohutomo, 2008:132-133)
Peran dari prasarana juga cukup besar dalam hal pengembangan daerah.
Menurut Ambardi (2002:281) secara umum, peran dan fungsi prasarana dalam
pengembangan wilayah adalah:
1. Fungsi sosial: berperan menyediakan pelayanan jasa kepada masyarakat.
2. Fungsi ekonomi (internal):
a. Mendukung roda perekonomian wilayah.
b. Mempromosikan pertumbuhan ekonomi wilayah.
c. Menjaga kontinuitas produksi suatu wilayah.
d. Memperlancar koleksi dan distribusi barang dan jasa.
3. Fungsi ekonomi (eksternal):
a. Meningkatkan aksebilitas ke wilayah luar.
b. Mempromosikan perdagangan antarwilayah dan internasional.
c. Mempromosikan wilayah sebagai daerah tujuan investasi dan wisata.
d. Meningkatkan komunikasi dan informasi antarwilayah.

Universitas Sumatera Utara

Pelayanan prasarana untuk kehidupan pokok sehari-hari yang berupa utilitas,
seperti listrik, air minum, atau telepon rumah diserahkan pengelolaannya kepada
organisasi pemerintah baik berupa BUMN, BUMD, dinas, dan UPT (unit pelaksana
teknis). Sebagian lagi telah diserahkan kepada pihak swasta, antara lain telepon seluler.
Sedangkan prasarana umum jalan sebagian sudah diserahkan ke pihak swasta, yang
disebut jalan tol dengan bentuk fisik bebas hambatan (high ways/free ways).
(Sadyohutomo, 2008:133)

c. Jenis-Jenis Prasarana
Pembangunan prasarana pada dasarnya terus dilakukan dengan tujuan agar suatu
daerah tidak terisolir dan dapat berkembang. Prasarana wilayah yang umumnya
dipertimbangkan dalam pengembangan wilayah (Mukti, 2001:31) adalah:
1. Transportasi
Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,
mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di
tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan
tertentu. (Miro, 2005:4)
Layanan transportasi adalah memindahkan barang atau manusia dari satu tempat
ke tempat lain sehingga diperoleh manfaat. Manfaat perpindahan tersebut dapat dilihat
dari berbagai aspek sesuai dengan tujuannya, yaitu aspek ekonomi, sosial, politis
bahkan hankam. Berdasarkan pelakunya, pelayanan transportasi dibedakan menjadi dua,
yaitu pelayanan oleh pemerintah dan pelayanan oleh swasta. Pelayanan pemerintah
lebih diutamakan pada pengaturan transportasi, sedangkan pelayanan penyelenggaraan

Universitas Sumatera Utara

transportasi lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta.

Menurut Sadyohutomo

(2008:153-154), penyelenggaraan layanan transportasi berdasarkan pada prinsip-prinsip
berikut:
a. Aman; barang yang dipindah tidak menjadi rusak atau cacat. Kalau untuk
manusia, prinsip aman mencakup bebas dari cidera atau sampai merenggut jiwa.
b. Nyaman; barang mati tidak mengalami penurunan kualitas, barang hidup (hewan,
tumbuhan) tidak tersiksa dan mengalami penurunan kualitas. Sedangkan manusia
perlu merasa nyaman sejak persiapan, selama perjalanan, maupun sesudah
menempuh perjalanan.
c. Mudah; tingkat kemudahannya diukur dengan seberapa banyak pilihan yang
tersedia bagi konsumen seperti jenis kendaraan, rute perjalanan, jadwal waktu
pelayanan dan biaya. Semakin banyak pilihan yang tersedia menunjukkan tingkat
kemudahan fleksibilitas perjalanan bagi masyarakat.
d. Ekonomis; murah, terjangkau semua lapisan masyarakat.
e. Lancar; menjamin ketepatan waktu dalam penyediaannya dan waktu tempuh yang
sesingkat-singkatnya.
f. Ramah lingkungan; tidak berdampak negatif (misalnya getaran, kebisingan dan
gas buang) yang dapat merusak lingkungan.
Pengaturan sistem transportasi (transportation system management) dilakukan dengan
dua cara pendekatan (Sadyohutomo, 2008:154), yaitu sebagai berikut:
a.

Pendekatan sisi penyediaan (supply), fokusnya adalah mengelola penyediaan
prasarana (infrastructure) dan sarana transportasi yang disesuaikan dengan
peningkatan kebutuhan transportasi. Prasarana transportasi mencakup jalan
darat, terminal, tempat parkir, rambu-rambu, lalu lintas, rel kereta api.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan yang dimaksud dengan sarana transportasi mencakup berbagai mosel
transportasi (mode of transport), yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum
(bus, angkutan kota, angkutan desa an kereta api).
b.

Pendekatan dari sisi permintaan (demand) transportasi, fokusnya adalah
mengelola pelaku perjalanan atau disebut manajemen permintaan transportasi
(transportation demand management).
Prasarana utama dalam transportasi adalah jalan. Ketersedian jalan raya sangat

penting maknanya bagi suatu daerah. Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun
2006 tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel.
Setiap jalan umum ada pihak yang membangun dan merawatnya. Menurut tingkat
pemerintahan mana yang mengelola (membangun dan memelihara) maka dibedakan
status jalan menjadi lima (Sadyohutomo, 2008:156), yaitu sebagai berikut:
a. Jalan nasional, mencakup jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar kota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
jalan bebas hambatan.
b. Jalan provinsi, mencakup jalan kolektor dalam system jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

Universitas Sumatera Utara

c. Jalan kabupaten merupakan jalan yang dikelola pemerintah kabupaten yang terdiri
atas jalan lokal dalam setiap sistem jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.
Jaringan jalan primer kabupaten menghubungkan:
1.

antar ibukota kabupaten/kota dnegan ibukota kecamatan atau pusat kegiatan
lokal.

2.

antar ibukota kecamatan.

3.

antar pusat kegiatan lokal.

Sedangkan jaringan jalan sekunder di wilayah kabupaten berupa jalan dalam kota di
ibukota kabupaten dan jalan lingkungan.
d. Jalan kota, merupakan jaringan jalan sekunder dalam wilayah pemerintahan kota.
e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan antarwilayah permukiman
perdesaan dan jalan lingkungan di dalam perdesaan.

2. Air bersih
Sampai saat ini pengelola air bersih dilakukan oleh PAM. Kelembagaan
pengairan ini di masa otonomi daerah akan lebih mudah untuk mandiri karena PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum) telah lama menjadi perusahaan daerah. Pengelola
penyediaan air bersih melakukan kegiatan pengambilan bahan baku air, pengolahan air,
dan penyaluran air bersih ke pelanggan.
Air bersih merupakan kebutuhan vital setiap manusia sehingga ketersediaan air
bersih menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat. Pada
kenyataannya, keterbatasan penyediaan air bersih erat kaitannya dengan penyebab
kemiskinan, karena kemiskinan juga disebabkan oleh masalah kesehatan. Oleh karena
itu, penyediaan jaringan pipa air bersih terutama pada permukiman miskin padat

Universitas Sumatera Utara

penduduk sangat penting untuk ikut andil memecahkan masalah kemiskinan. Realita di
lapangan juga menunjukkan bahwa masyarakat miskin yang tidak terjangkau pipa
PDAM harus membeli air bersih secara eceran yang harganya jauh lebih mahal
disbanding masyarakat yang memperoleh akses pipa PDAM. (Sadyohutomo, 2008:142)
Salah satu kegunaan air bersih adalah untuk keperluan minum. Menurut
Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
Pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum bertujuan untuk :
a.

terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan
harga yang terjangkau;

b.

tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa
pelayanan; dan

c.

tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

2. Listrik
Sampai saat ini pengelola listrik dilakukan secara monopoli oleh PT (Persero)
PLN, yang kantor pelayanan sampai ke daerah-daerah. Hampir semua desa di Indonesia
telah dimasuki listrik, kecuali daerah-daerah terpencil.
Pelayanan prasarana energi secara massal mencakup penyediaan sumber energi
dan pembangkit energi dan kegiatan distribusi penyaluran ke pelanggan. Perencanaan

Universitas Sumatera Utara

penyediaan prasarana energi tersebut terkait dengan perhitungan sisi kebutuhan
(demand). Jumlah kebutuhan dalam dimensi waktu menunjukkan fluktuasi harian
mingguan, bulanan, atau musiman. Energi listrik misalnya, kebutuhan puncak harian
terjadi antara jam 17.00-22.00, sedangkan beban terendah berlangsung pada dini hari
jam 00.00-05.00. Dalam jangka mingguan terjadi peningkatan kebutuhan pada hari-hari
kerja. Sedangkan pada jangka bulanan atau musiman berkaitan dengan bulan dan musim
kegiatan penduduk meningkat. Misalnya, musim panen termbakau, atau musim pesta
perkawinan. Dari beberapa fluktusasi kebutuhan tersebut, yang menonjol adalah
fluktuasi harian. (Sadyohutomo, 2008:162)
Kebutuhan puncak menjadi beban puncak bagi penyedia prasarana. Beban
puncak ini menjadi pedoman bagi penyedia listrik (PLN) menentukan kapasitas
prasarana terpasang. Kapasitas prasarana terpasang harus diatas beban puncak agar
menjamin penyediaan listrik yang aman sepangjang waktu. Apabila beban puncak
mendekati kapasitas terpasang maka perlu pembangunan generator listrik yang baru.
Apabila tidak diantisipasi maka perlu pemadaman listrik bergilir atau gerakan
pengkematan listrik pada jam beban puncak. (Sadyohutomo, 2008:162-163)
3. Telekomunikasi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan
telekomunikasi, telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan atau
penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar,
suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik atau sistem elektromagnetik lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu contoh alat telekomunikasi adalah telepon. Sampai saat ini pengelola
telepon dilakukan secara monopoli oleh PT. Telkom, yang juga memiliki kantor-kantor
wilayahnya sampai ke daerah-daerah. Tetapi hingga kini belum semua wilayah di
Indonesia dapat dilayani oleh telepon otomat, dikarenakan tingkat permintaan yang
cukup rendah, terutama daerah-daerah terpencil.
d. Pembangunan Prasarana di Ibukota Kecamatan
Menurut Penjelasan atas pasal 10 ayat (1) huruf b PP No. 17 Tahun 2008 tentang
kecamatan, yang dimaksud dengan ibukota kecamatan adalah pusat penyelenggaraan
pemerintahan di kecamatan.
Pembangunan di suatu daerah diawali dengan adanya perencanaan terlebih
dahulu. Perencanaan wilayah untuk ibukota kecamatan biasanya disebut Rencana
Umum Tata Ruang Ibukota Kecamatan (RUTR-IKK). Pelaksana penyusunan tata ruang
ini adalah instansi kabupaten, bukan aparat pemerintah dari kecamatan yang
bersangkutan. Aparat kecamatan hanya sebagai pemberi data/masukan dan memberi
pendapat pada saat rencana itu didiskusikan. Luas cakupan rencana ini hanya ibukota
kecamatan dan tidak menyangkut seluruh wilayah kecamatan. RUTR-IKK sebetulnya
sudah cukup spasial dan setelah mendapat persetujuan DPRD dan diperdakan oleh
Pemda, digunakan dalam penentuan pemberian izin lokasi bagi para investor. RUTRIKK ditindaklanjuti dengan perencanaan detail ruang kota, dimana sudah terlihat ROW
jalan (jarak bangunan dari bahu jalan), lebar jalan yang akan dibangun, dimensi
drainase, kepadatan dan ketinggian bangunan, bentuk taman kota, dan lokasi fasilitas
umum. (Tarigan, 2006:20)

Universitas Sumatera Utara

Bagi ibukota kecamatan yang kedudukannya adalah sebagai desa, pada dasarnya
perencanaan pembangunannya sebagaimana tercantum dalam pasal 63 ayat 2 disusun
secara berjangka meliputi:
a. Rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disebut RPJMD
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
b. Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKP desa, merupakan
penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
Strategi pembangunan prasarana dalam mendukung pengembangan wilayah
umumnya diturunkan dari visi dan misinya. Walaupun visi untuk setiap jenis prasarana
wilayah berbeda-beda, tapi ada kesamaannya yaitu penekanan pada pelayanan publik.
Bila melihat misinya, maka pilihan yang umum diambil (Mukti, 2001:32), adalah:
a. Membangun prasarana baru;
b. Perbaikan dan peningkatan prasarana yang ada;
c. Penataan kewenangan dan kelembagaan
d. Optimalisasi pemanfaatan prasarana yang ada;
e. Efisiensi dalam operasional pemanfaatannya.
4. Hubungan Pemekaran Kecamatan Dengan Pembangunan Prasarana
Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kebebasan untuk
mengelola daerahnya sendiri sesuai dengan kebutuhannya.

Universitas Sumatera Utara

Meningkatnya jumlah penduduk secara drastis, menyebabkan meningkat pula
volume kegiatan di bidang pemerintahan, pelayanan dan kemasyarakatan. Hal ini
mengakibatkan pengambilan kebijakan dari pusat kurang optimal lagi untuk
mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat di berbagai pelosok. Maka dari itu,
sebuah pemekaran dibutuhkan agar daerah dapat lebih memaksimalkan berbagai
pelayanan kepada masyarakat, termasuk dalam menyediakan pelayanan di bidang
prasarana publik.
Pemekaran daerah dimaksudkan memperpendek rentang kendali (span of control)
antara pengambil kebijakan dengan masyarakat dan menciptakan pembangunan karena
konsentrasi kegiatan dan pertumbuhan pembangunan berada di ibukota pemerintah
daerah. (R Siti Zuhro dalam Suara Karya Online Rabu, 6 Februari 2008). Pembangunan
yang dilakukan di ibukota pemerintah daerah mencakup berbagai pembangunan,
termasuk di dalamnya pembangunan prasarana, karena pembangunan prasarana
berpengaruh terhadap perkembangan suatu daerah. Begitu juga dengan pemekaran
kecamatan, maka dari itu pembangunan prasarana di ibukota kecamatan juga sangat
diperlukan, karena ibukota kecamatan merupakan pusat penyelenggaraan pemerintahan.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran mengenai hubungan dua
variabel atau lebih. (Arikunto, 2000:58). Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Kerja (Ha):
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pemekaran kecamatan dalam
rangka pembangunan prasarana.
Hipotesis Nol (Ho):
Tidak terdapat hubungan yang positif d