5
e. Alat penangkapan kerang shellfish yang dewasa ini sudah dikembangkan dan
dimodifikasi nelayan setempat. f.
Perangkap trap terdiri dari jermal dan bubu adalah alat tangkap ikan yang dipasang secara menetap di dalam air dengan jangka waktu tertentu dan
terbuat dari berbagai bahan seperti jaring bambu, metal dan lain-lain. g.
Jaring angkat terdiri dari bagan tancap dan serok adalah jaring yang berbentuk empat persegi, jaring dibentangkan di dalam air secara horizontal dengan
menggunakan batang-batang bambukayu sebagai rangkanya. Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara, 2001:16-17.
Tabel 2. Jumlah Alat Tangkap Menurut Jenisnya di Kota Medan Tahun 2005 Unit
Kecamatan NO Jenis
Alat Tangkap
Medan Belawan Medan Marelan
Medan Labuhan Jumlah
1. Gill Nets
203 49
93 345
2. Pukat Langge
217 30
102 349
3. Pukat Tuamang
52 -
- 52
4. Lampara Dasar
131 -
- 131
5. Pukat layang
83 4
55 142
6. Pukat Langgar
CincinPurse seine 198
- -
198
7. Pukat Teri
48 -
- 48
8. Ambai
56 14
22 92
9. Bubu
4 2
4 10
10. Pancing 52
24 -
76 11. Pukat
ikan 99
- -
- Jumlah 1,143
123 276
1,542
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, 2006 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nelayan yang memakai pukat cincin
hanya terdapat di Kecamatan Medan Belawan sedangkan di dua kecamatan lagi tidak ditemukan dan nelayan di Kecamatan Medan Belawan lebih beragam alat
tangkap yang digunakan. Jumlah pukat cincin tersebut yakni 198 unit. Oleh karena itulah Kecamatan Medan Belawan dipilih sebagai studi kasus dari
penelitian ini.
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
Dalam menggunakan alat tangkap tersebut biasanya nelayan sekarang ini harus didukung dengan sarana kapal motor. Kapal motor adalah kapal yang
digerakkan oleh tenaga motor di mana motor tersebut menempel baik pada badan kapal out-board ataupun berada di dalam kapal in-board. Umumnya
penangkapan skala sedangbesar seperti usaha penangkapan dengan alat tangkap pukat cincin purse seine. Klasifikasi kapal motor didasarkan atas tonnagenya
GT untuk Daerah Sumatera Utara dibagi atas 7 kategori yaitu: ̇
5 GT ̇
5-10 GT ̇
10-20 GT ̇
20-30 GT ̇
30-50 GT ̇
50-100 GT ̇
100-200 GT Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara, 2002: 10.
Tabel 3. Jumlah Kapal Motor Penangkap Ikan Laut di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2001-2005 Unit
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
1,205 1,213 1,252 1,255 1,247
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, 2006 Dari tabel dapat kita ketahui bahwa jumlah kapal di Kecamatan Medan
Belawan pada tahun 2005 berkurang sebanyak 8 unit. Dari uraian di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang
melatarbelakangi penelitian ini adalah nelayan yang ada di Kota Medan tepatnya di Belawan yang merupakan daerah penghasil ikan terbesar di Propinsi Sumatera
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
7
Utara ingin membantu pemerintah dalam mewujudkan program peningkatan potensi perikanan di laut. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya nelayan
yang menggunakan alat tangkap canggih seperti pukat cincin dan menggunakan kapal motor. Di mana dengan fasilitas di atas maka nelayan dapat menjangkau
perairan lebih luas sehingga dapat memberikan hasil yang lebih besar lagi. Namun di lain pihak, pemerintah malah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM
yang merupakan kebutuhan pokok dalam operasi penangkapan ikan di laut. Keadaan inilah yang semakin memberatkan nelayan dalam melakukan kegiatan
penangkapan tersebut. Identifikasi Masalah
1.
Bagaimana dampak kenaikan harga BBM solar terhadap penggunaan jumlah kapal pukat cincin?
2. Apakah ada perbedaan lama nelayan melaut dan frekuensi melaut yang
dilakukan nelayan sebelum dan sesudah kenaikan BBM solar? 3.
Apakah ada perbedaan hasil tangkapan yang didapat nelayan sebelum dan sesudah kenaikan BBM solar?
4. Apakah ada perbedaan pendapatan yang diperoleh nelayan sebelum dan
sesudah kenaikan BBM solar? 5.
Apa saja masalah yang dihadapi nelayan akibat kenaikan harga BBM solar? 6.
Apa saja upaya yang dilakukan nelayan dalam mengatasi masalah akibat kenaikan harga BBM solar ini?
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
8
Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui dampak kenaikan harga BBM solar terhadap penggunaan jumlah kapal pukat cincin.
2. Untuk mengetahui perbedaan lama nelayan melaut dan frekuensi melaut yang
dilakukan nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar. 3.
Untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan yang didapat nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar.
4. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diperoleh nelayan sebelum dan
sesudah kenaikan harga BBM solar. 5.
Untuk mengetahui apa saja masalah yang dihadapi nelayan akibat dampak kenaikan harga BBM solar.
6. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan nelayan dalam mengatasi
masalah akibat kenaikan harga BBM solar ini.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam menetapkan
harga BBM solar terhadap usaha perikanan khususnya penangkapan. 2.
Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi para pelaku usaha penangkapan ikan dalam mengelola usahanya pasca kenaikan harga BBM solar.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Pukat cincinPukat LanggarPurse Seine berdasarkan klasifikasi alat penangkap ikan dalam Internasional Standard Statistic Classification of Fishing
Gear ISSCFG alat ini dimasukkan ke dalam kategori Surrounding Nets jaring lingkar. Sasaran utama dari alat ini adalah jenis ikan pelagis yang bergerombol
dan juga ikan yang mempunyai sifat tertarik terhadap atraktor rumpon, cahaya lampu
seperti ikan
gembung, layang,
lemuru dan
lain-lain Dinas Perikanan, 1997: 17.
Belakangan ini kapal pukat cincin semakin banyak digunakan para nelayan diduga didasarkan atas beberapa alasan diantaranya:
1. Dengan kapal pukat cincin dianggap lebih santai dan menyenangkan karena
jumlah orangnya lebih banyak. Hal ini penting mengingat pekerjaan nelayan di waktu malam yang sepi dan di tengah lautan yang demikian luas.
2. Dengan kapal pukat cincin dapat lebih menghemat tenaga karena mereka tidak
perlu mendayung seperti nelayan tradisional. Sebelum melakukan penangkapan di laut selama perjalanan waktu yang ada dapat disempatkan
untuk tidur atau becanda gurau. 3.
Tidak seperti pada perahu-perahu kecil, jaring-jaring yang digunakan jauh lebih kuat keadaannya sehingga tidak memerlukan perawatan secara terus-
menerus setiap hari seperti jaring-jaring kecil.
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
9
10
Walupun kapal pukat cincin memberi kemudahan kepada nelayan tetapi dengan naiknya harga BBM solar maka timbul masalah baru lagi bagi nelayan
Mubyarto, dkk, 1984:45. Bahan bakar adalah bahan-bahan yang dipakai untuk proses pembakaran.
Dalam hubungannya dengan motor bakar Internal Combustion Engine yang umum terutama yang dipakai pada peralatan-peralatan yang kita kenal bensin
untuk motor otto dan solar untuk motor diesel. Solar atau diesel full adalah bahan bakar untuk motor diesel, di mana pembakaran terjadi bukan penyalaan
busi tetapi terjadi karena tekanan kompressi yang
tinggi Warsowiwoho dan Gandhi , 1984: 4-5.
Sejauh ini kontribusi BBM solar sudah mencapai rata-rata 40 dalam struktur biaya operasi penangkapan ikan, sementara waktu kegiatan perikanan
budidaya porsi
biaya BBM
memang relatif
kecil http: www.dkp.go.idcontent.php?c=1935.
Sebagaimana diketahui BBM mengalami kenaikan harga untuk mengurangi subsidi yang selama ini diberikan pemerintah. Adapun beberapa
alasan masyarakat setuju terhadap pengurangan subsidi BBM yaitu: 1.
Pengurangan subsidi BBM tersebut dilaksanakan secara bertahap. 2.
Kompensasi pengurangan subsidi BBM itu agar disalurkan kepada yang berhak yaitu rakyat miskin.
3. Pengurangan subsidi yang bertahap tersebut harus dapat melindungi rakyat
jangan sampai kenaikan harga BBM itu mengakibatkan rakyat semakin sulit kehidupannya atau menderita.
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
11
4. Menaikkan harga BBM agar dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam
rangka diversifikasi energi. 5.
Menaikkan harga BBM juga dimaksudkan untuk efisiensi energi. Badan Informasi dan Komunikasi Nasional, 2000: 12.
Adapun peningkatan harga yang terjadi di Indonesia mulai dari tahun 2000-2005 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Harga Solar Eceran Tahun 2000-2005
NO Tanggal Harga
Rpliter 1.
1 Oktober 2000 600
2. 16 Juni 2001
900 3.
17 Januari 2002 1,150
4. 1 Desember
2002 1,550
5. 21 Januari 2003
1,650 6. 2004
1,650 7.
1 Maret 2005 2,100
8. 1 Oktober 2005
4,300 Sumber: UPMS I Pertamina Medan, 2005
Dari tabel dapat kita lihat bahwa pada tahun 2005 terjadi kenaikan harga solar sebanyak dua kali dalam setahun, di mana kenaikannya lebih dari 100 yakni dari
Rp 2.100liter menjadi Rp 4.300liter. Dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini yaitu periode 2000-2005, maka tahun
2005 inilah yang benar-benar dirasakan teramat sangat berat permasalahan yang harus ditanggung oleh para nelayan. Hal ini dikarenakan kenaikan harga BBM
khususnya solar yang merupakan ’nyawa’ dalam menggerakkan usaha perikanan tangkap. Kenaikan harga BBM solar yang sangat dratis yaitu 1 Maret 2005
menjadi Rp 2.100,-liter, kemudian 1 Oktober 2005 menjadi Rp 4.300,-liter. Kenaikan harga yang pertama saja sudah menyebabkan nelayan mengalami beban
tambahan sebesar 11,2 .
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
12
Sejak harga BBM Rp 4.300,-liter kesulitan yang dihadapi nelayan semakin berat karena nelayan yang menggunakan kapal di atas 30 GT dikenakan
harga solar menjadi Rp 6.000,-liter sama dengan harga solar untuk industri. Hal ini sesuai dengan keputusan pemerintah terhitung 11 Oktober 2005. Padahal
menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, kegiatan penangkapan ikan tidak dikategorikan sebagai industri Asosiasi Pengusaha Perikanan Gabion
Belawan AP2GB, 2005: 1-4.
Tabel 5. Perbedaan Antara Usaha Perikanan Tangkap dengan Industri
NO Usaha Penangkapan Ikan
Industri 1. Sifatnya berburu ada unsur
spekulatif. Rencana operasi dapat dipastikan.
2. Jumlah dan jenis ikan yang ditangkap tidak dapat ditentukan
Jenis dan besaran produksi dapat ditetapkan.
3. Harga pokok satuan ikan tidak dapat
ditetapkan sebelumnya sebab tergantung hasil tangkapan,
sebaliknya biaya operasional kapal sudah tetap.
Harga pokok satuan hasil industri dapat dihitung sesuai dengan
jenios, kualitas, jumlah dan proses produksi.
4. Harga jual satuan ikan tidak dapat
ditetapkan tergantung pada mekanisme pasar.
Harga jual satuan produksi dapt ditentukan sesuai dengan
perkembangan pasar.
5. Biaya operasional penangkapan ikan
dipikul bersama antara pemilik kapal dengan nelayan ABK.
Biaya produksi dipikul oleh pemilik usaha.
6. Hasil bersih penjualan ikan dibagi kepada pemilik kapal 70 dan
nelayan ABK 30. Hasil penjualan adalah hak
pemilik usaha. Karyawan digaji oleh perusahaan dengan sistem
yang digunakan.
Sumber: Asosiasi Pengusaha perikanan Gabion BelawanAP2GB, 2005
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
Namun hal ini tidak berlangsung lama karena nelayan menuntut ke pemerintah sesuai dengan undang-undang di atas yang secara rinci menerangkan perbedaan
antara usaha penangkapan dengan industri.
Landasan Teori
Penangkapan adalah kegiatan penangkapan atau mengumpulkan ikanbinatang air lainnyatanaman air yang hidup di laut ataupun di perairan
umum secara
bebas dan
bukan milik
perseorangan Dinas Perikanan dan Kelautan, 2005: viii.
Risiko dan ketidakpastian dalam agribisnis perikanan terletak pada aspek produktivitas dan harga. Risiko produksi pertanian adalah yang paling besar
dalam konteks produk-produk pertanian, karena sebagian besar produksi berasal dari perairan umum yang tunduk pada kaidah general proverty rights di mana
yang menguasai akses akan menguasai produksi yang relatif besar. Disamping itu aspek iklim dan lingkungan yang sering tidak menentu akan menambah semakin
tingginya risiko Soekartawi, 1996: 136-137. Dalam melakukan operasi penangkapan nelayan tidak dapat menentukan
berapa lama ia melaut. Hal ini mengakibatkan frekuensi melautnya pun tidak dapat dipastikan berapa kali dalam kurun waktu tertentu baik bulanan maupun
tahunan. Hal ini dilatarbelakangi karena penangkapan tersebut sifatnya berburu hasilnya tidak dapat dipastikan. Selain itu dalam melakukan operasi
penangkapan kekuatan mesin juga menjadi salah satu faktor dalam menentukan lamanya nelayan melaut. Seperti contoh kapal purse seine berukuran antara 100-
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
180 GT dapat melaut sampai 2-3 minggu. Namun untuk kapal purse seine yang berukuran 30 GT lamanya melaut 4-5 hari saja.
Pada umumnya ikan-ikan yang tertangkap dengan pukat cincin adalah jenis ikan pelagis yang bergerombol seperti: kembung Rostrellinger neglectus,
layang Decapterus russelli, tembang Sardinella fimbriata, selar kuning Selaroides eptolepis, lemuru Sardinella longiceps, tongkol Auxis thazard dan
cakalang Ratsuwonus pelamis Karimuddin, dkk, 1983: 27-28. Sejak lama dikenal dua bentuk skala usaha, yaitu skala usaha kecil dan
besar. Usaha kecil umumnya terdiri dari petani-petani yang dicirikan oleh lemahnya modal, terbelakang dari segi teknologi, susah berkembang namun
menunjukkan stabilitas tinggi dan dalam jumlah yang relatif besar. Sebaliknya usaha besar dengan manajemen, teknologi dan permodalan yang cukup maka
mampu berkembang maju namun sering mudah tergoncang oleh perubahan situasi ekonomi dunia Soekartawi 1996: 136-137.
Dalam melakukan penangkapan nelayan harus mengeluarkan sejumlah biaya. Jika ditinjau dari sifat biaya, maka biaya dapat dikategorikan ke dalam:
1. Biaya tetap yaitu biaya yang sampai batas tertentu tidak berubah. Biaya ini
tidak dipengaruhi oleh kesibukan perusahaan sampai pada tingkat tertentu saja. Perusahaan itu mengalami kesibukan yang tidak konstan sepanjang
waktu. Ada atau tidak ada kesibukan perusahaan, biaya ini harus diperhitungkan.
2. Biaya variabel yaitu biaya yang berubah-ubah mengikuti kesibukan
perusahaan. Biaya ini akan menjadi nol bila tidak ada kesibukan perusahaan. Oleh sebab itu juga dinamakan ”activity cost”. Jika ada aktivitas ada biaya,
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
15
jika tidak ada aktivitas tidak ada biaya. Wasis, 1986:54.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dirumuskan dengan:
TR=Y.Py Keterangan:
TR= Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam usaha
Py = Harga produk Y Sedangkan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
tidak tetap dirumuskan sebagai berikut: TC=FC+VC
Keterangan: TC= Total biaya
FC= Total biaya tetap VC= Total biaya tidak tetap
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dirumuskan sebagai berikut:
KU= TR-TC Keterangan:
KU= Keuntungan usaha TR= Total penerimaan
TC= Total biaya Soekartawi, 1995: 15.
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
Analisis perbedaan merupakan prosedur statistik untuk menguji perbedaan di antara dua kelompok data variabel atau lebih. Analisis perbedaan atau uji beda
sering bergantung pada jenis data nominal, ordinal, interval dan rasio dan kelompok sampel yang diuji. Jenis teknis statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis perbedaan harus sesuai dengan jenis data atau variabel berdasarkan skala pengukuran Hasan, 2002: 124.
Kerangka Pemikiran
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. Dalam penelitian ini nelayan
yang melakukan operasi penangkapan ikan di laut dibatasi yaitu yang hanya menggunakan kapal motor dengan pukat cincin saja.
Dalam melakukan operasi penangkapan di laut nelayan sangat perlu memperhatikan berapa lama ia melaut dan jumlah trip penangkapan yang
dilakukannya dalam kurun waktu tertentu apakah sebulan, triwulan atau setahun. Di mana kedua hal di atas sangat erat kaitannya dengan hasil tangkapan yang
diperolehnya dalam kurun waktu tertentu. Hasil tangkapan dijual sesuai dengan harga pasar yang berlaku, ada yang
melalui TPI Tempat Pelelangan Ikan dan ada pula yang langsung menjualnya ke pedagang besar. Dari hasil penjualan maka nelayan akan menerima sejumlah
penerimaan. Selama melakukan operasi penangkapan ikan di laut nelayan harus
mengeluarkan sejumlah biaya operasional. Biaya ini terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap antara lain: SIUP; SPI; pas biru; biaya perawatan
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
17
kapal, mesin, alat tangkap dan alat bantu; biaya penyusutan. Sementara biaya variabel itu sendiri antara lain: pemakaian oli, solar, minyak tanah, es, bekal
melaut, retribusi pelelangan, bagi hasil. Untuk mendapatkan pendapatan bersih maka seluruh penerimaan harus dikurangi dengan seluruh total biaya yang
dikeluarkan selama operasi penangkapan. Akibat kenaikan BBM solar sangatlah mempengaruhi operasi
penangkapan ikan di laut karena timbulnya masalah-masalah baru lagi bagi nelayan seperti susahnya untuk mendapatkan solar, peningkatan harga sarana
lainnya seperti es, lauk-pauk, tutupnya beberapa pabrik es dan sebagainya. Untuk itu nelayan melakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
18
Dampak Kenaikan Harga BBMSolar
- Jlh. kapal - Lama melaut
- Frekuensi melaut Operasi Penangkapan
Ikan di Laut Masalah
Upaya Hasil
Tangkapan Dijual
Penerimaan
Biaya
Pendapatan Bersih Ü
B. Tetap
: SIUP, SPI, Pas biru, biaya perawatan mesin:
kapal: alat tangkap: alat bantu, biaya penyusutan
Ü B. Variabel : oli, solar, m.tanah, es,
bekal melaut, retribusi pelelangan, bagi hasil
Sesudah Sebelum
Gbr 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: hubungan langsung : terbagi atas
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hipotesis Penelitian
1. Ada dampak kenaikan harga BBM solar terhadap penurunan jumlah
kapal pukat cincin. 2.
Ada perbedaan lama nelayan melaut dan frekuensi melaut yang dilakukan nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar.
3. Ada perbedaan hasil tangkapan yang didapat nelayan sebelum dan
sesudah kenaikan harga BBM solar. 4.
Ada perbedaan pendapatan yang diperoleh nelayan sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM solar.
5. Ada masalah yang dihadapi nelayan akibat dampak kenaikan harga BBM
solar. 6.
Ada upaya yang dilakukan nelayan dalam mengatasi masalah akibat kenaikan harga BBM solar ini.
Labora Pasaribu : Dampak Kenaikan Harga BBM Solar Terhadap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Pukat Cincin Studi Kasus : Kel. Bagan Deli Kec. Medan Belawan Kota Medan, 2008
USU Repository © 2008
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Lokasi
Untuk mencapai tujuan yang telah dikemukakan di atas maka dilakukanlah penelitian di daerah penelitian yang ditentukan secara purposive sampling yaitu
pemilihan sampel
berdasarkan tujuan
yang ingin
dicapai Singarimbun dan Efendi, 1995:169 yaitu Kelurahan Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan Kota Medan. Daerah ini dipilih karena menurut data yang didapat Kelurahan Bagan Deli merupakan daerah paling banyak memiliki alat
tangkap pukat cincin yakni 188 unit dibandingkan Kelurahan Belawan I. Berikut ini tabel alat tangkap yang ada di setiap kelurahan di Kecamatan Medan Belawan
pada tahun 2005.
Tabel 6. Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2005 Unit
Kelurahan NO
Jenis Alat Tangkap
Belawan I Belawan
Sicanang Belawan
Bahagia Belawan
Bahari Bagan
Deli 1.
Gill Nets
66 17 22 - 98 2.
Pukat Langge -
- 1
211 5
3. Pukat Tuamang
- -
- 52
- 4.
Lampara Dasar -
- -
- 131
5. Pukat layang
39 -
42 -
2
6. Pukat Langgar