II. LAPORAN KASUS
Seorang wanita, 63 tahun, datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.H.Adam Malik Medan pada tanggal 27 Maret 2009 dengan keluhan utama
berupa gelembung-gelembung berisi cairan disertai rasa gatal ringan, sakit dan berbau pada daerah bokong dan sela paha. Hal ini telah dialami pasien sejak 1 minggu ini. Awalnya
timbul kemerahan dan bentol kemudian gelembung berisi cairan yang lama kelamaan membesar dan berisi cairan seperti nanah dan sebagian pecah dan menimbulkan koreng
kecoklatan. Demam ringan dijumpai, dan kondisi pasien lemah. Pasien mengaku kondisi air di kampung tempat tinggalnya sangat kotor. Sebelumnya pasien pernah menderita penyakit
yang sama setelah diobati di puskesmas sembuh dan sering kambuh kembali. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, gizi baik, tekanan darah 12080 mmHg, nadi 76 x menit,
frekwensi nafas 20 x menit, suhu tubuh afebris dan rasa sakit berada pada skala 4. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai adanya bula-bula berdinding tipis, kendur,
berisi cairan purulen di atas kulit yang eritema pada regio inguinalis sinistra, krusta kecoklatan dengan tepi meluas, erosi, ekskoriasi pada regio inguinalis dekstra, regio pubica,
regio glutea sinistra dan dekstra. Tanda Nikolsky tidak dijumpai.
Gambar 1. Pasien pada saat pertama kali datang tampak bula-bula berdinding tipis, kendur, berisi cairan yang tampak purulen di atas kulit yang eritema pada regio inguinalis sinistra.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Pasien pada saat pertama kali datang tampak krusta kecoklatan dengan tepi meluas pada regio inguinalis dekstra, regio pubica.
Gambar 3. Pasien pada saat pertama kali datang tampak krusta kecoklatan dengan tepi meluas, erosi, ekskoriasi pada regio glutea sinistra dan dekstra.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan darah rutin, urine rutin, KGD ad random, kultur pada pus eksudat yang diambil dari bula, dan sensitivitas terhadap antibiotik.
Pasien didiagnosis banding sebagai impetigo bulosa, ektima, pemfigus vulgaris dan pemfigoid bulosa dan herpes simpleks dengan diagnosis sementara impetigo bulosa.
Penatalaksanaan untuk pasien adalah kompres NaCl 0,9 selama 15 menit dilakukan setiap 4 jam pada bula dan krusta. Terapi oral berupa ciprofloksasin 2 x 500 mg hari selama 7 hari,
asam mefenamat 3 x 500 mg hari, roboransia vitamin B complex 1 x sehari. Kemudian pasien juga diberi penjelasan mengenai penyebab penyakit yang dideritanya dan perlunya
menjaga kebersihan diri dan lingkungannya serta tidak menggunakan air yang kotor tadi untuk aktivitas sehari-hari.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 27 Maret 2009, Hb : 12,1 gr , leukosit: 7,93 kul. Urine rutin dalam batas normal, KGD ad random : 104 mg .
Universitas Sumatera Utara
Hasil kultur bakteri pada tanggal 31 Maret 2009 dijumpai biakan Staphylococcus aureus. Hasil sensitivitas terhadap antibiotik :
Antibiotik Bakteri
Amikacin Sensitif
Amoxicillin Clavulanic acid Sensitif
Ampicillin Hampir resisten
Cefotaxime Resisten
Ceftazidim Sensitif
Ceftriaxon Sensitif
Cefepime Sensitif
Cefoperazone Sulbactam Sensitif
Ciprofloxacin Sensitif
Clindamycin Sensitif
Cotrimoxazole Sensitif
Erythromycin Sensitif
Gentamycin Sensitif
Kanamycin Resisten
Meropenem Sensitif
Ofloxacin Sensitif
Oxacillin Hampir resisten
Penicillin Resisten
Vancomycin Sensitif
Pasien didiagnosis kerja dengan impetigo bulosa. Kontrol pertama pada tanggal 3 April 2009, keluhan gatal, nyeri dan berbau tidak
dijumpai lagi. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai krusta kecoklatan dan tepi meluas, erosi, ekskoriasi pada regio inguinalis sinistra, inguinalis dekstra, pubica, dan erosi,
ekskoriasi pada glutea sinistra dan glutea dekstra. Penatalaksaan pada pasien berupa kompres NaCl 0,9 pada krusta, antibiotika topikal mupirocin krim 2 x sehari pada lesi yang kering
dan antibiotik sistemik dihentikan oleh karena secara klinis sudah mulai membaik. Terapi oral berupa roboransia vitamin B complex 1 x sehari. Kemudian pasien dianjurkan untuk
kontrol ulang seminggu kemudian tetapi tidak datang dengan alasan sudah pulang ke kampung.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Pada saat kontrol pertama tampak krusta kecoklatan dan tepi meluas, erosi, pada regio inguinalis sinistra dan pubica.
Gambar 5. Pada saat kontrol pertama tampak krusta kecoklatan dan tepi meluas, erosi, pada regio inguinalis dekstra.
Gambar 6. Pada saat kontrol pertama tampak erosi dan ekskoriasi pada regio glutea sinistra dan glutea dekstra.
Prognosis quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam ad bonam, quo ad sanationam dubia ad bonam.
Universitas Sumatera Utara
III. DISKUSI