Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

(1)

RESPON ORANG TUA TERHADAP PROGRAM KIDS CLUB

YAYASAN FONDASI HIDUP INDONESIA DI DESA BARU

KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Diajukan oleh: MUHAMMAD IQBAL

110902092

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Muhammad Iqbal Nim : 110902092

ABSTRAK

Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang

Melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak-anak justru banyak yang tertekan oleh masalah proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak–anak yang tidak memperolah pendidikan yang maksimal. Salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah anak dalam kaitannya dengan pendidikan. Masalah motivasi orang tua terutama di Sumatera Utara terhadap pendidikan anak masih rendah, harapan orang tua terhadap anak-anak usia sekolah untuk bekerja juga sangat tinggi, angka putus sekolah setiap tahunnya masih terjadi karena alasan biaya pendidikan yang mahal dan anak yang mulai malas bersekolah. Demi menjawab permasalah ini, tahap awal Yayasan Fondasi Hidup Indonesia mengembangkan kegiatan melalui program yang disebut Kids Club. Yaitu program yang fokus kepada pengembangan pendidikan maupun ekstrakulikuler pada anak.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak yang mengikuti Program Kids Club sebanyak 15 orang. Teknik analisis data menggunakan tabel tunggal yang dijelaskan secara kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan Skala Likert untuk mengukur persepsi, sikap, dan partisipasi orang tua terhadap Program Kids Club.

Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang mendapat respon netral nilai skala likert 0,28. Berdasarkan indikator persepsi responden sebanyak 0,24. Sikap responden sebanyak 0,45. Partisipasi Responden sebanyak 0,15. Program Kids Club diharapkan dapat terus dilanjutkan dan lebih ditingkatkan lagi, baik dalam pelaksanaan maupun sosialisasinya, sehingga orang tua dapat lebih berpartisipasi dan lebih memahami maksud tujuan Program Kids Club, serta dapat merasakan manfaat dan dampak positif yang lebih baik bagi pendidikan anak.


(3)

Abstract

To see the existing reality in Indonesia at the moment, the presence of children thus much distressed by the development process of the problem ignores the interests and rights of the child. On the other hand, social condition, the versatile underestimined political in this country were aggravating the deteriotation of good parenting patterns at the level of families and the community. As a consequence, it appears children who did not obtain an education that is maximum. One of the social problmes which became a major challenge to the people of Indonesia are the problem children in relation to education. The issue of motivation of parents especially in North Sumatera to education is still low, hopes parents of children of school age to work is also very high, dropout rates annually still occurs for reason related to the cost of an expensive education and children are getting lazy in school. In order to respond to this problem, the early stages of the foundation the Yayasan Fondasi Hidup Indonesia develop activities through a program called Kids Club. That is a program focusing on the development of education an extracurricular in children.

This research is descriptive research. The population in this study are the parents of children who practice in Kids Club as many as 15 people. Data analysis techniques using a single table are described in qualitative and quantitative analysis using the Likert Scale to gauge the perceptions, attitudes, and the participation of the parents of the Kids Club Program.

Based on the data analysis concluded that the response of parents against Kids Club Program in the Desa Baru Pancur Batu Sub District New Deli Serdang district gets a neutral value scale likert response 0,28. Based on the respondent’s perception of the indicators as much as 0,24. The attitude of the respondent as much as 0,45. The participation of the respondent as much as 0,15. Kids Club Program is expected to be continued and further enhanced again, either in the execution or socialization, so that parents can better participate and better understand the purpose, as well as a Kids Club Program can benefit and positive impact and can feel benefits and positive impact that is better for the child’s education.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas kesempatan, berkat, anugrah, kekuatan dan kesabaran yang selalu diberikan-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu serta mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Orangtua yang saya sayangi dan cintai : Bapak (Herizal Mandry) dan Mama (Mery Madona) yang telah memberikan dukungan baik kasih sayang, kesabaran, maupun materi yang telah menjadikan penulis teremotivasi untuk berkarya. 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Ibu Dra. Berlianti, M.SP selaku dosen pembimbing akademik dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan penulis selama penelitian. 6. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU

yang telah membimbing dan membantu administrasi penulis.

7. Kakak Mesrika, S.pd dari Yayasan Fondasi Hidup Indonesia yang telah membantu mengumpulkan data penelitian penulis


(5)

Terima Kasih atas dukungan dan semangat yang penulis terima selama ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik dan bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2015


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan ... 9

2.1.1 Respon ... 9

2.1.2 Orang Tua... 15

2.1.3 Anak ... 19

2.1.4 Anak Binaan ... 21

2.2 Program Kids Club ... 22

2.2.1 Pengertian Program ... 22

2.2.2 Pengertian Kids Club ... 25

2.3 Kesejahteraan Anak ... 30

2.4 Kerangka Pemikiran... 31


(7)

2.5.1 Definisi Konsep ... 34

2.5.2 Definisi Operasional ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37

3.3.1 Populasi ... 37

3.3.2 Sample ... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Data Primer ... 38

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.5 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Desa Baru ... 41

4.2 Letak dan Batas Wilayah ... 42

4.3 Gambaran Umum Desa Baru ... 42

4.4 Orbitasi ... 45

4.5 Keadaan Geografis ... 45

4.6 Keadaan Demografis ... 46

4.6.1 Letak dan Wilayah Penggunaan Lahan ... 46

4.6.2 Pembagian Wilayah dan Perangkat Desa ... 46 4.6.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Wilayah


(8)

dan Jenis Kelamin ... 47

4.6.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 47

4.6.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 48

4.6.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49

4.6.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pekerjaan ... 51

4.6.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 52

4.7 Sarana dan Prasarana Desa Baru ... 53

4.7.1 Sarana Rumah Ibadah... 54

4.7.2 Saran Pendidikan ... 55

4.7.3 Sarana Kesehatan ... 56

4.7.4 Sarana Air Bersih ... 57

4.7.5 Sarana Olahraga ... 57

4.8 Lembaga Kemasyarakatan ... 58

4.9 Sistem Pemerintahan ... 59

BAB V ANALISISI DATA 5.1 Pengantar... 61

5.2 Analisis Data Responden ... 62 5.3 Respon Orang Tua terhadap Program Kids Club Yayasan


(9)

Batu Kabupaten Deli Serdang ... 65

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap Program Kids Club ... 65

5.3.2 Sikap Responden Terhadap Program Kids Club ... 71

5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Kids Club ... 76

5.4 Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Kids Club ... 81

5.4.1 Persepsi Responden Terhadap Program Kids Club ... 82

5.4.2 Sikap Responden Terhadap Program Kids Club ... 83

5.4.3 Partisipasi Responden Terhadap Program Kids Club ... 84

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 89


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kelurahan Desa ... 46

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk ... 47

Tabel 4.3 Data Agama Penduduk Desa Baru ... 48

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Umur ... 49

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 50

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Tingkat Pekerjaan ... 51

Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Desa Baru Berdasarkan Suku Bangsa ... 53

Tabel 4.8 Sarana Rumah Ibadah Kelurahan Desa Baru ... 55

Tabel 4.9 Sarana Pendidikan di Desa Baru ... 56

Tabel 4.10 Sarana Kesehatan di Desa Baru ... 56

Tabel 4.11 Sarana Air Bersih di Desa Baru ... 57

Tabel 4.12 Sarana Olahraga di Desa Baru ... 58

Tabel 4.13 Lembaga Kemasyarakatan di Desa Baru ... 58

Tabel 4.14 Sistem Pemerintahan Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ... 60

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 62

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 63


(11)

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 64 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 64 Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap

Kegiatan Program Kids Club ... 65 Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap

Tujuan dan Manfaat Program Kids Club ... 66 Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Proses Kegiatan

Program Kids Club ... 67 Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi terhadap Hak

Pendidikan Anak dalam Mengikuti Program Kids Club ... 68 Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Waktu

Belajar yang harus diberikan untuk Anak ... 69 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kewajiban Anak

untuk Bekerja disela Waktu Belajar dalam Program

Kids Club ... 69 Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Terhadap

Manfaat Program Kids Club Untuk Kecerdasan dan

Tumbuh Kembang anak ... 70 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Dorongan agar Anak

Rajin Mengikuti Program Kids Club ... 71 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pelajaran Yang

Diajarkan dalam Program Kids Club ... 72 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan (Sarana dan


(12)

Prasarana) dalam Program Kids Club ... 72 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kemajuan Pendidikan

dengan Mengikuti Program Kids Club ... 73 Tabel 5.18 Distribusi Responden Mendukung Anak Bekerja Mandiri

untuk Membantu Pendapatan Tambahan Keluarga

daripada Belajar dalam Program Kids Club ... 74 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan bahwa

dengan Belajar Anak Memiliki Masa Depan yang

Lebih Baik ... 75 Tabel 5.20 Distribusi Responden Meyakini bahwa Hasil Rapot Anak

sangat Membantu Pendidikan Anak ... 75 Tabel 5.21 Distribusi Partisipasi Responden dalam Berkomunikasi

dengan Anak tentang Kegiatan Belajar Setiap Hari ... 76 Tabel 5.22 Distribusi Partisipasi Responden Terhadap Musyawarah

untuk Kemajuan Anak dalam program Kids Club ... 77 Tabel 5.23 Distribusi Partisipasi Responden Terhadap Penyuluhan

atau Sosialisasi yang dilaksanakan dalam Program Kids

Club ... 78 Tabel 5.24 Distribusi Partisipasi Responden Terhadap Komunikasi

kepada Lingkungan tentang Pentingnya Belajar dalam

Program Kids Club ... 78 Tabel 5.25 Distribusi Partisipasi Responden dalam Perencanaan untuk


(13)

Tabel 5.26 Distribusi Partisipasi Responden Terhadap Penyimpangan

atau Kerusakan yang terjadi dalam Program Kids Club ... 80 Tabel 5.27 Distribusi Berdasarkan Pendampingan Responden

Terhadap Anak Dalam Menyelesaikan Tugas yang


(14)

DAFTAR BAGAN


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Tabel Penskoran Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

3. Surat Penugasan Pembimbing Penulisan Porposal/ Penelitian Skripsi 4. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

5. Surat Izin Penelitian 6. Absensi Bimbingan


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Muhammad Iqbal Nim : 110902092

ABSTRAK

Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang

Melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak-anak justru banyak yang tertekan oleh masalah proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak–anak yang tidak memperolah pendidikan yang maksimal. Salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah anak dalam kaitannya dengan pendidikan. Masalah motivasi orang tua terutama di Sumatera Utara terhadap pendidikan anak masih rendah, harapan orang tua terhadap anak-anak usia sekolah untuk bekerja juga sangat tinggi, angka putus sekolah setiap tahunnya masih terjadi karena alasan biaya pendidikan yang mahal dan anak yang mulai malas bersekolah. Demi menjawab permasalah ini, tahap awal Yayasan Fondasi Hidup Indonesia mengembangkan kegiatan melalui program yang disebut Kids Club. Yaitu program yang fokus kepada pengembangan pendidikan maupun ekstrakulikuler pada anak.

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak yang mengikuti Program Kids Club sebanyak 15 orang. Teknik analisis data menggunakan tabel tunggal yang dijelaskan secara kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menggunakan Skala Likert untuk mengukur persepsi, sikap, dan partisipasi orang tua terhadap Program Kids Club.

Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang mendapat respon netral nilai skala likert 0,28. Berdasarkan indikator persepsi responden sebanyak 0,24. Sikap responden sebanyak 0,45. Partisipasi Responden sebanyak 0,15. Program Kids Club diharapkan dapat terus dilanjutkan dan lebih ditingkatkan lagi, baik dalam pelaksanaan maupun sosialisasinya, sehingga orang tua dapat lebih berpartisipasi dan lebih memahami maksud tujuan Program Kids Club, serta dapat merasakan manfaat dan dampak positif yang lebih baik bagi pendidikan anak.


(17)

Abstract

To see the existing reality in Indonesia at the moment, the presence of children thus much distressed by the development process of the problem ignores the interests and rights of the child. On the other hand, social condition, the versatile underestimined political in this country were aggravating the deteriotation of good parenting patterns at the level of families and the community. As a consequence, it appears children who did not obtain an education that is maximum. One of the social problmes which became a major challenge to the people of Indonesia are the problem children in relation to education. The issue of motivation of parents especially in North Sumatera to education is still low, hopes parents of children of school age to work is also very high, dropout rates annually still occurs for reason related to the cost of an expensive education and children are getting lazy in school. In order to respond to this problem, the early stages of the foundation the Yayasan Fondasi Hidup Indonesia develop activities through a program called Kids Club. That is a program focusing on the development of education an extracurricular in children.

This research is descriptive research. The population in this study are the parents of children who practice in Kids Club as many as 15 people. Data analysis techniques using a single table are described in qualitative and quantitative analysis using the Likert Scale to gauge the perceptions, attitudes, and the participation of the parents of the Kids Club Program.

Based on the data analysis concluded that the response of parents against Kids Club Program in the Desa Baru Pancur Batu Sub District New Deli Serdang district gets a neutral value scale likert response 0,28. Based on the respondent’s perception of the indicators as much as 0,24. The attitude of the respondent as much as 0,45. The participation of the respondent as much as 0,15. Kids Club Program is expected to be continued and further enhanced again, either in the execution or socialization, so that parents can better participate and better understand the purpose, as well as a Kids Club Program can benefit and positive impact and can feel benefits and positive impact that is better for the child’s education.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya masing–masing, baik kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera seperti yang diharapkan, karena adanya permasalahan yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan. Masalah ini biasanya timbul karena adanya ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya seperti rintangan–rintangan maupun hambatan–hambatan dalam mewujudkan nilai–nilai, aspirasi, serta pemenuhan kebutuhan– kebutuhannya (Nurdin 2006:57).

Seperti yang kita ketahui, sejak dilahirkan ke dunia ini anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya dan lemah. Didalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangan hidup anak ditopang oleh orang-orang dewasa yang ada disekitar anak baik ayah, ibu, kakak, maupun saudara dekat yang lain. Topangan yang diberikan melalui pengasuhan, pendidikan, membesarkan dan mencukupi segala kebutuhannya. Semua usaha-usaha dalam rangka membesarkan anak bukan berarti tanpa tujuan, melainkan ada sebuah harapan yang diberikan oleh orang-orang yang dekat disekitar anak secara khusus orang-orang tua. Bahkan bukan hanya orang tua yang mempunyai harapan tetapi juga masyarakat, bangsa dan negara. Diharapkan dari anak adalah menjadi manusia yang berhasil pada masa yang akan datang, membawa perubahan lebih baik bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Anak sebagai generasi penerus menjadi pewaris cita-cita perjuangan bangsa yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Masa depan bangsa akan sangat tergantung pada kualitas anak-anak yang berusia 0-18 tahun. Untuk mewujudkan harapan tersebut anak-anak harus tumbuh menjadigenerasi yang berkualitas dan


(19)

sangat tergantung pada perlindungan dan pemenuhan atas hak-haknya (Juwartini W, 2005, Profil Kehidupan Anak Jalanan).

Setiap anak yang lahir menjadi satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak-anak justru banyak yang ternistakan oleh hiruk pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak– anak yang tidak memperolah pendidikan yang maksimal (http:www.ilo.org diakses tanggal 14 Januari 2015 pukul 19.00 WIB).

Salah satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia adalah masalah anak dalam kaitannya dengan pendidikan. Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Berdasarkan analisa dari badan pendidikan dunia (UNESCO), untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif.


(20)

Pentingnya peran keluarga menjadi pranata sosial pertama dan utama yang memiliki peran paling strategis dalam mengisi dan membekali nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan oleh anak–anak yang tengah mencari makna pendidikan maupun kehidupannya. Meskipun diakui bahwa keluarga bukan satu-satunya pranata yang menata kehidupan dan pendidikannya karena disamping keluarga masih banyak pranata sosial lainnya yang secara kontributif mempunyai andil dalam pembentukan kepribadian. Dengan kata lain pranata keluarga adalah titik awal keberangkatan, sekaligus sebagai modal awal perjalanan hidup mereka yang kemudian dilengkapi dengan rambu-rambu perjalanan yang digariskan pranata social lainnya di lingkungan pergaulan sehari-hari.

Dalam upaya pertumbuhan dan perkembangan pendidikan yang maksimal bagi anak, diperlukan perhatian yang serius dari pihak-pihak yang paling dekat dengan anak. Tidak semua anak memiliki pertumbuhan yang baik, ada banyak faktor yang menyebabkan. Salah satunya orang tua yang terlalu keras dalam mendidik, baik kekerasan verbal maupun kekerasan fisik. Hal ini merupakan suatu masalah karena dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami hambatan. Masalah tersebut membutuhkan penanganan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat melalui LSM (Lembaga Swadaya Mayarakat) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16479/4/Chapter%20I.pdf

diakses pada tanggal 9 Januari 2015 pukul 14:39 WIB).

Pengembangan pendidikan dapat dilihat dari program di salah satu daerah di Indonesia. Bandung terpilih menjadi gerakan percontohan Financial Literacy Sports (FITS) Training of Trainer, yakni sebuah program pelatihan guru berupa pendidikan finansial dasar yang dikombinasikan dengan kegiatan olahraga sepak bola dan basket bagi anak-anak berusia 11-14 tahun. Salah satu peserta, Asori, mengatakan, terdapat 25 guru olahraga dari 16 SD di Bandung terpilih sebagai master trainer FITS dalam setahun. Pelatihan mencakup teori mengenai dasar matematika, keterampilan sepak bola dan bola basket, serta penggabungan keduanya. “Dari 16 SD, sebanyak 15 SD merupakan sekolah negeri seperti Banjarsari, Soka, Merdeka, Babakan Surabaya, Kiaracondong, dan Mochamad Toha. SD-SD tersebut yang selama ini menerima bantuan olahraga usia dini dari Pemprov Jabar. Sedangkan 1 SD lainnya adalah SD St Angela,” ujar Asori dalam


(21)

kick off FITS di SD St Angela Bandung, Rabu (17/12/2014). Asori mengaku, anak-anak sangat antusias mengikuti metode pembelajaran ini. Hal ini juga membuat daya serap anak terhadap pelajaran matematika lebih cepat dibanding biasanya. Anak-anak juga lebih senang dan sehat, karena berolahraga mengeluarkan keringat (Kompas, 2014).

Pengembangan pendidikan pada anak juga memberikan respon tersendiri kepada orang tua. Respon orang tua kepada program anak dapat dilihat pada LSM HUMUS dari Jakarta yang menangani anak jalanan. Respon para orang tua anak jalanan cukup baik dan sangat mendukung keberadaan LSM HUMUS di Wilayah Pasar Proyek Bekasi Timur. Keberadaan LSM HUMUS sangat membantu anak-anak jalanan maupun masyarakat sekitar. Para orang tua senang dengan keberadaan LSM HUMUS, karena memiliki manfaat untuk anak-anak jalanan dalam hal pendidikan, sangat membantu agar anak-anak jalanan tidak buta huruf dan terhindar dari kebodohan serta selalu memotivasi anak-anak jalanan agar terus bersemangat dalam berpendidikan, sedangkan untuk masyarkat sekitar para pengurus selalu aktif dalam kegiatan masyarakat.Keberadaan LSM HUMUS dalam pemberdayaan anak-anak jalanan memiliki nilai positif bagi anak-anak jalanan ataupun masyarakat sekitar. Keberadaannya sangat membantu dalam pendidikan yang berguna untuk mencerdaskan dan memotong mata rantai kebodohan terhadap anak-anak bangsa. Respon orang tua cukup baik untuk mendukung keberadaan LSM HUMUS dalam menjalankan program-program pemberdayaan terhadap anak jalanan dalam hal pendidikan (Andri Prakarsa, 2011, Peran LSM HUMUS dalam Pemberdayaan Anak Jalanan).

Kondisi masyarakat daerah pinggiran Sumatera Utara yang memiliki banyak tantangan untuk pemenuhan kebutuhan akan pendidikan dan sebagai upaya memperbaiki kehidupan masyarakat dibidang pendidikan maka pertengahan tahun 2011 Yayasan Fondasi Hidup Indonesia mencoba memulai upaya peningkatan pendidikan bagi masyarakat Sumatera Utara di dua kabupaten yaitu Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang. Di Kabupaten Langkat Fondasi Hidup hadir di Desa Securai Selatan, Desa Teluk Meku dan Desa Jaring


(22)

Halus dan di Kabupaten Deli Serdang Fondasi Hidup hadir di Desa Baru, Desa Sumbul dan Desa Gunung Rintih.

Fokus program Fondasi Hidup adalah anak, dan menjadi tanggung jawab keluarga, lembaga agama, pemimpin masyarakat dan pihak-pihak lain yang bertanggung jawab atas kebutuhan anak. Dengan tujuan memperkuat dan memperlengkapi mereka agar lebih mampu dan lebih peduli atas kebutuhan anak demi peningkatan kesejahteraan anak. Hasil pre-assessment menemukan tingginya angka melek huruf dibeberapa komunitas, banyak anak-anak yg malas bersekolah dengan alasan guru-guru mereka sering absen, beberapa anak yang disuruh orang tua untuk bekerja dimasa-masa panen serta tidak jarang anak bekerja untuk membantu mencari nafkah keluarganya, selain itu juga banyak anak-anak yang tidak memiliki kegiatan positif setelah pulang sekolah.

Upaya awal dilakukan berupa penghimpunan data dari Yayasan Fondasi Hidup Indonesia dan yang mengejutkan bahwa di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pancur Batu, Desa Baru anak-anak mengalami masalah pendidikan yaitu angka buta huruf yang menjadi masalah utama karena ditemukannya anak-anak yang kelas III – VI SD yang masih belum bisa membaca dan menulis. Tahun 2013 ditemukan sekitar 40 anak yang belum mampu membaca dan menulis.

Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Tua, berdirinya program Kids Club sangat memberikan keuntungan tersendiri bagi anak-anak di sana terutama dibidang pendidikan. Program Kids Club ini dapat meringankan beban orang tua dalam hal pendidikan untuk anak-anak, karena banyak para orang tua tidak dapat menyekolahkan anaknya dengan alasan faktor biaya pendidikan yang cukup mahal. Diprogram Kids Club para orang tua sama sekali tidak dipungut biaya apapun.

Kegiatan yang dilakukan dalam program Kids Club di Desa Baru, FH melakukan kegiatan belajar luar sekolah secara rutin satu kali dalam seminggu untuk anak-anak PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Kegiatan belajar sekolah ini dilakukan dengan metode yang kreatif dan menyenangkan. Materi pelajaran yang diajarkan kepada anak-anak adalah beberapa pelajaran sekolah diantaranya membaca dan berhitung,


(23)

sains, bahasa inggris,pelajaran moral, matematika, pelajaran kesehatan dasar (memberikan pengetahuan dasar kepada anak-anak untuk menjaga kesehatan) dan materi livelihood (untuk mendorong anak-anak untuk menabung dan mengolah sampah menjadi barang yang berguna (recyling). FH juga membuka kelas baca, kelas ini dibuka untuk anak-anak kelas III-VI SD yang belum mampu membaca dan menulis dengan baik. Kelas ini dibuka sejak tahun 2013 dengan memperhatikan kebutuhan anak-anak yang belum bisa membaca. Kelas ini secara intensif belajar sebanyak 3 (tiga) kali dalam seminggu dengan target 6 bulan semua anak-anak sudah mampu membaca dan menulis dengan baik. Selain kelompok belajar FH juga membentuk kelompok bermain anak yaitu kelompok bola kaki (soccer club), kelompok bermain anak ini dibentuk sebagai wadah anak bermain karena salah satu hak anak adalah hak bermain. Kelompok bermain ini dibentuk sejak tahun 2012 melihat minat dan potensi anak yang cukup besar terhadap permainan sepak bola.

Hal yang membuat saya tertarik dalam mengangkat judul ini ke dalam skripsi saya yaitu menurut informasi yang saya peroleh terdapat beberapa anak yang rajin mengikuti kegiatan belajar, disisi lain informasi saya peroleh dari Community Staff Local FH terdapat juga beberapa anak yang jarang mengikuti program Kids Club karena kurangnya kesadaran anak untuk belajar yang menyebabkan anak malas belajar di Desa Baru. Disamping itu sebagian anak tidak menghadiri kegiatan belajar dalam program Kids Club dikarenakan membantu orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun ada beberapa juga orang tua yang tetapi mendorong anak untuk mengikuti program Kids Club.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk meneliti Bagaimana Respon Orang Tua Anak Binaan Terhadap Program Kids Club Oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Maka penulis menyusun penelitian ini dalam suatu karya ilmiah dengan judul “Respon Orang Tua Anak Binaan Terhadap Program Kids Club Oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.


(24)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Respon Orang Tua Anak Binaan Terhadap Program Kids Club Oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon orang tua anak binaan terhadap Program Kids Club oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka :

a. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian khususnya bagi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Secara Teoritis, dapat melatih diri dan mangembangkan pemahaman serta kemampuan berfikir melalui penulisan ilmiah dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Departemen lmu Kesejahteraan Sosial.

c. Secara Praktis, memberi masukan kepada Yayasan Fondasi Hidup Indonesia dalam melaksanakan program Kids Club terhadap anak binaannya.


(25)

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN

Masing-masing point menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematik penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Masing-masing point menguraikan tentang konsep – konsep dan teori sesuai dengan judul penelitian

BAB III : METODE PENELITIAN

Masing-masing point menguraikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Masing-masing point menguraikan menguraikan tentang sejarah, posisi geografis, struktur organisasi ( pemerintah maupun organisasi non pemerintah), visi, misi, program dan lain – lain sesuai dengan judul penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Masing–masing point menguraikan tentang pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang sesuai dengan judul penelitian.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Masing–masing point menguraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran yang membangun bagi perusahaan atau lembaga.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan 2.1.1 Respon

Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, dijelaskan defenisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon atau tanggapan adalah kesan–kesan yang dialami ketika perangsang tidak ada.

Secara keseluruhan respon individu atau kelompok terhadap suatu situasi fisik dan non fisik dapat di lihat dari tiga tingkatan yaitu persepsi, sikap dan tindakan. Konsep respon manusia lebih banyak dikemukakan oleh bidang – bidang ilmu sosial yang melihat respon pada tindakan dan prilaku individu, kelompok dan masyarakat. Simon dalam Wijaya membagi respon seseorang kedalam tiga hal, yaitu:

1. Persepsi, berupa penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.

2. Sikap, berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan.

3. Partisipasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut. Munculnya ketiga respon diatas sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

1. Kondisi status ekonomi seseorang

2. Tingkat pengetahuan tentang resiko dan manfaat yang diterima sebagai akibat pelaksanaan program kepada seseorang atau sekelompok orang 19.35 WIB)


(27)

3. Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, dan respon negatif yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000: 97).

Salah satu tingkatan dari respon adalah persepsi. Pengertian persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak terhenti sampai disitu saja, diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca 1964 dalam Walgito, 2003: 53).

Stimulus yang mengenai individu kemudian diorganisasi, diinterpretasikan sehingga individu menyadari indranya tersebut. Proses inilah yang dimaksud persepsi (Davidof 1981 dalam Walgito, 2003: 53). Disamping itu menurut Moskowitz dan Orgel (1969) persepsi itu merupakan intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti yang merupakan aktivitas intergrated dalam diri individu.

Persepsi merupakan aktivitas intergrated, maka seluruh yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan, berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan hal tersebut dikemukakan bahwa persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalamannya tidak sama, kemampuan berpikirnya juga tidak sama karena hasil persepsi antara individu satu dengan yang lainnya tidak sama. Keadaan tersebut memberi gambaran bahwa persepsi memang bersifat individual.


(28)

Hal ini membuat persepsi dalam diri masing-masing dari respon orang tua berbeda-beda karena memang persepsi bersifat individual yang dipengaruhi faktor internal dan faktor lain seperti lingkungan. Persepsi masing-masing orang tua menghasilkan suatu tangapan yang bervariasi dari yang melatar belakangi stimulus objek dan lingkungan yang merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Bila objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.

Sikap menurut Krech dan Cruthchfield (1954) adalah “as we have already indected, attitude lie behind many significant and ammatic instances of man’s behaviour. It is for this reason that many psychologists regard the study of attitudes as the central problem of social psychology” (Krech dan Crutchfield (1954) dalam Walgito, 2003 : 125). Masalah sikap dikaitkan dengan perilaku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sikap yang ada pada seseorang memberikan warna atau corak perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan dengan mengetahui sikap dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil orang yang bersangkutan terhadap masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Jadi untuk mengetahui sikap, seseorang akan mendapatkan gambaran kemungkinan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan. Keadaan ini menggambarkan hubungan sikap dengan perilaku.

Sikap menurut Thurstone memandang bahwa sikap sebagai suatu tingkatan afeksi baik yang positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek psikologis. Afeksi positif yaitu afeksi senang dan sebaliknya afeksi negatif adalah afeksi tidak menyenangkan. Dengan demikian objek dapat menimbulkan berbagai sikap dan dapat menimbulkan berbagai macam tingkatan afeksi pada seseorang. Thurstone melihat sikap sebagai tingkatan afeksi saja dan belum mengkaitkan sikap dengan perilaku. (Thurstone dalam Walgito, 2003 : 125).

Pendapat lain menurut Leon Festinger memandang bahwa perilaku tidak dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada diri seseorang. Ini berarti asumsi bahwa bila sikap berubah maka akan mengubah perilaku tidak berlaku lagi. Menurut Myres (1983) berpendapat bahwa perilaku merupakan sesuatu yang terkena pengaruh dari lingkungan. Sikap merupakan kaitan dengan perilaku, perilaku dan


(29)

sikap saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Walgito, 2003 : 125).

Partisipasi merupakan wujud perilaku dari respon individu. Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi.Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari pembahasan sikap.Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003: 451).

Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi kemampuannya, adapula karena kebutuhannya dan ada juga yang dipengaruhi oleh pengharapan serta lingkungannya. Perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif ataupun tanpa tindakan seperti berpikir, berpendapat, bersikap, maupun aktif atau melakukan tindakan menurut Bloom perilaku dapat dipilah 3 domain yaitu domain Kognitif (cognitive), domain Afektif (affective) dan Psikomotor (Psychomotor) (Kesmas, 2014, Perilaku Kesehatan Masyarakat).

Menurut Benjamin Bloom respon terdapat 3 domain, yaitu : 1. Respon Persepsi

Respon persepsi meliputi segi intelektual dan proses kognitif, yaitu

a. Pengetahuan, yakni mempelajari dang mengingat fakta, kata-kata, istilah, peristiwa, konsep, prinsip, aturan, kategori, metodologi, teori dan sebagainya.

b. Memahami, yakni menafsirkan sesuatu, menterjemahkannya dalam bentuk lain, menyatakannya dengan kata-kata sendiri, mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diketahui, menduga akibat


(30)

sesuatu berdasarkan apa yang diketahui, menduga akibat sesuatu berdasarkan pengeahuan yang dimiliki dan sebagainya.

c. Menganalisis, yaitu menguraikan suatu keseluruhan dalam bagian-bagian untuk melihat hakikat bagian-bagian-bagian-bagiannya serta hubungan antara bagian-bagian itu.

2. Respon Sikap

Respon sikap berkenaan dengan kesadaran akan sesuatu, perasaan dan penilaian tentang sesuatu.

a. Memperhatikan, menunjukkan minat, sadar akan adanya suatu gejala, kondisi, situasi, atau masalah tertentu.

b. Merespons atau memberi reaksi terhadap gejala, situasi atau kegiatan itu sambil merasa puas.

c. Menghargai, menerima suatu nilai, mengutamakannya, bahkan menaruh komitmen terhadap nilai itu.

d. Mengkarakterisasi, nilai-nilai, menjadikannya bagian dari pribadinya dan menerimanya sebagai falsafah hidupnya.

3. Respon Psikomotor

Respon partisipasi kegiatan tingkat meliputi : a. Melakukan peran serta dalam suatu kegiatan.

b. Mengadakan komunikasi verbal untuk menyampaikan pesan dan ekspresi.

Buah pikiran Bloom menjadi popular setelah timbul aliran dalam pendidikan ke arah pengkhususan tujuan (S. Nasution 1994: 49).

Terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif yaitu dimulai tahu terlebih dahulu terhadap stimulus sehingga menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap baru yang pada akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih tinggi lagi


(31)

yaitu adanya tindakan sehubungan dengan stimulus atau obyek tadi

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M.Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Respon Kognitif

Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Teori ini berusaha menjelaskan proses perubahan sikap dengan mencoba memahami pikiran seseorang dalam merepon komunikasi persuasif atau bujukan. Teori ini mengatakan bahwa orang bereaksi terhadap beberapa aspek pesan persuasif dengan memunculkan pikiran negatif atau positif (yang diistilahkan “respon kognitif”), yang pada gilirannya akan memengaruhi apakah seseorang itu akan mendukung isi pesan itu atau tidak.

Teori respon kognitif memperkirakan bahwa perubahan sikap akan bergantung pada seberapa besar dan apa jenis argumen yang berlawanan yang muncul. Jika pesan menimbulkan argumen kontra yang kuat dan efektif, maka kemungkinan besar tidak akan terjadi perubahan sikap.

Sebaliknya persuasi dapat dilakukan dengan mengintervensi proses kontra argumen tersebut. Jika seseorang tidak menemukan argumen yang cukup kuat untuk menentang pesan dandia tidak bisa fokus pada pesan saat mendengarkannya, maka kemungkinan besar dia akan menerima dan mendukung pesan itu (Taylor dkk, 2009 : 76).

2. Respon Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

3. Respon Konatif

Yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.


(32)

Skinner juga membedakan dua proses dalam melakukan stimulus terhadap organisme, yaitu:

A. Respondent Respons atau reflexive yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon–respon yang relative tetap.

B. Operant Response atau instrumental response yaitu respon yang timbul dan berkembang kemusian diikuti oleh stimulus tertentu (Taylor dkk, 2009 : 86).

2.1.2 Orang Tua

Orang Tua adalah biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini (http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua diakses pada tanggal 9 januari 2015 pukul 16:56 WIB).

Menurut Thamrin Nasution, orang tua merupakan setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu. Jika menurut Hurlock, orang tua merupakan orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas orang tua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju kekedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Orang tua adalah ayah dan ibu adalah figur atau contoh yang akan selalu ditiru oleh anak – anaknya (Mardiya, 2000 : 73).


(33)

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan bahwa orang tua adalah ayah dan/ atau ibu kandug, atau ayah da/ ibu tiri, atau ayah dan/ atau ibu angkat.

Perubahan dalam sifat hubungan antara orang tua dengan anak, khususnya anak-anak remaja. Hubungan-hubungan yang telah berubah sejak lama, tetapi dalam dua atau tiga dekade yang lalu perubahan-perubahan itu telah terjadi cepat. Perubahan-perubahan itu dalam arah semakin berkurangnya pengawasan orang tua terhadap anak, dan semakin terpisahnya orang tua dan anak-anak mereka ke dalam dua dunia yang berbeda. Sebagaimana dikemukakan Shorter (1975), anak-anak sekarang ini terperangkap berperan dalam bentuk nilai-nilai dasar yang sama bobotnya dengan ajaran orang tua mereka (S. K. Sanderson 1995 dalam Su’adah, 2005 : 121).

Para orang tua agaknya semakin tidak relevan sebagai pendidik dan guru anak remaja, dan banyak anak remaja memandang para orang tua mereka (dan anggota-anggota generasi yang lebih tua pada umumnya) sedikit saja mewariskan nilai kepada mereka. Beberapa studi dan penelitian menunjukkan bahwa agama, kebudayaan, kelas sosial, dan beberapa variabel lainnya memberi pengaruh terhadap sosialisasi menurut jenis kelamin. Misalnya, pengaruh agama terhadap gender-role socializaion. Mernissi (1975) mengadakan studi pada masyarakat muslim dan menyimpulkan bahwa peranan pria dan wanita dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat sangat terpisah (segregated), demikian pula halnya dengan sosialisasi terhadap anak-anak mereka (Scanzoni 1976 dalam suadah 2005). Sebagai contoh di Aceh, dimana anak laki-laki setelah berusia 6 tahun dibiasakan pergi ke munasah (Langgar) untuk mempelajari Al Qur’an, merupakan proses pengambilan peran dari ayahnya yang terbiasa merantau untuk mencari nafkah. Sedangkan anak perempuan di Aceh mempelajari Al Qur’an cukup di rumah dan membantu ibunya mengerjakan perkerjaan rumah tangga yang juga merupakan proses pengamil alih peran ibunya (Su’adah, 2005: 51).

Setiap orangtua mempunyai cara yang berbeda dalam mendidik anaknya. Ada empat macam gaya pengasuhan anak yang perlu diketahui serta dampak pada perkembangan anak :


(34)

1. Otoriter, Gaya pengasuhan anak model ini menerapkan aturan orangtua selalu benar. Seorang anak harus mematuhi apapun yang dkatakan dan disarankan oleh orangtuanya. Semua urusan anak diatur oleh orangtua. Tujuan gaya pengasuhan ini sebenarnya baik yaitu anak teratur dalam segala hal dan menjadi sosok yang disiplin. Dampak yang terjadi adalah akan menyembabkan anak depresi serta kurang bisa bergaul dengan lingkungannya karena sikap orangtua yang terlalu protektif.

2. Liberal, Gaya pengasuhan ini kebalikan dari gaya otoriter. Orangtua memberikan kebebasan seluas-luasnya. Keinginan anak selalu dipeunuhi orangtua karena anggapan anak harus diberikan keleluasaan untuk melakukan apa saja, biarkan anak belajar dengan melakukan. Orangtua yang liberal khawatir jika terlalu ketat mengatur, anak terkekang dan kurang bisa mengekpresikan diri sesuai dengan keinginannya. Dampaknya adalah tidak ada kontrol dari orangtua akan menjadikan anak sosok yang semau gue, enggan berbagi dan selalu ingin menang sendiri. Secerdas apapun seorang anak, ia belum mengenal dunia sehingga perlu bimbingan orangtua. Anak akan sulit mandiri dan tergantung pada orang lain. Ini muncul sebagai dampak keinginan yang selalu dipenuhi.

3. Egaliter, Pada gaya pengasuhan ini,orangtua membuat peraturan yang harus dipatuhi oleh anak, tapi anak juga memiliki kesempatan untuk berpendapat. Orangtua mendengarkan anaknya dan mencari solusi yang disepakati bersama. Ruang diskusi tercipta antara anak dan orangtua. Gaya pengasuhan ini merupakan perwujudan keinginan orangtua dan anak. Anak yang diasuh dengan cara ini memiliki harga diri yang tinggi, kepercayaan diri dan keterampilan sosial yang memadai. Dampak yang terjadi adalah orang tua terjebak pada kompromi berlebihan sehingga dapat dimanipulasi oleh anak. Orangtua bukannya menempuh win-win solution, tetapi lebih menuruti keinginan anak.

4. Tidak Terlibat, Pada gaya pengasuhan ini, orangtua cenderung cuek. Tidak begitu peduli dengan pengasuhan anaknya. Orangtua seolah tidak mempunyai waktu untuk mendidik anak atau sekedar memperhatikan hal-hal sepele anaknya. Segala sesuatu dipercayakan kepada orang lain begitu


(35)

saja tanpa kendali darinya. Anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung memiliki harga diri serta kepercayaan yang rendah. Rasa hormat dan tanggung jawab anak rendah, prestasi akademik tidak bisa dibanggakan, dan memiliki perilaku yang buruk (Nadirah Nur, 2011, Macam-macam Pengasuhan Anak dalam Keluarga).

Satus sosial ekonomi berpengaruh terhadap proses sosialisai terhadap anak menurut jenis kelaminnya. Status sosial ekonomi dapat diukur dari pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Orang tua yang berpendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Orang tua yang berpendidikan rendah cenderung lebih tegas dalam memisahkan peran-peran anak laki-laki dengan anak perempuannya, begitu pula pada orang tua yang berpendidikan lebih tinggi adalah sebaliknya (Scanzoni dalam Su’adah 2005: 51).

Nilai yang dimiliki oleh kedua kelas sosial tersebut yaitu kelas pekerja (working class) dan kelas menengah (middle class) adalah pertama, orang tua dari kelas menengah mempunyai nilai “developmental” (membangun), menghendaki anaknya bersemangat dalam belajar, mencintai, dan terbuka pada orang tua, bergembira serta mau bekerja sama. Lebih memperhatikan dinamika yang ada dalam diri si anak (dinamika internal). Dan nilai kejujuran (truthfulness). Kedua, orang tua dari kelas pekerja mempunyai nilai-nilai “tradisional”,lebih menekankan pada kebersihan, kerapian dan kepatuhan dan menghormati orang dewasa. Nilai kejujuran merupakan sifat yang diciptakan untuk memberikan kepercayaan pada orang lain (truthworthness). Ketiga, pada kelas menengah yang ditekankan self-direction, maka hubungan orang tua anak lebih bebentuk horizontal (egaliter). Dalam memberikan hukuman pada anak lihat dulu sampai seberapa jauh kesalahan anak, memberi peringatan sebelum menghukum, dan hukumannya bukan fisik. Keempat, kelas pekerja ditekankan kepatuhan. Kelima, hukuman diberlakukan secara langsung bila anak-anak tidak patuh, tanpa melihat sebab-sebabnya dan sering berbentuk hukuman fisik (Melvin Kohn dalam Su’adah, 2005: 54).

Selain memiliki peranan yang penting dalam membesarkan anak, Orang tua juga mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga


(36)

menimbulkan hubungan emosional, dimana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi.

Sebagaimana adanya sosial yang tetap maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak. Begitu pula halnya corak hubungan orang tua dengan anak akan menentukan proses sosialisasi serta perkembangan kepribadiannya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Research Institute (Vembriarto, 1984 dalam Narwoko dan Suyanto) dapat dibedakan menjadi tiga pola, yaitu :

1. Pola menerima-menolak. Pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak;

2. Pola memiliki-melepaskan. Pola ini bergerak dari sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang over-protective dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali; dan

3. Pola demokrasi-otokrasi. Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu,anak dapat berpartisipasi dalam keputusan-keputusan keluarga (Narwoko dan Suyanto, 2007: 92-93).

Kaitan dari pembahasan mengenai respon serta orang tua, maka respon orang tua adalah suatu sikap dari orang tua yang berwujud baik sebelum pemahaman yang di dapat ataupun pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2.1.3 Anak

Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang dipersiapkan untuk dapat menggantikan para pendahulunya. Oleh sebab itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, anak perlu


(37)

mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Didalam UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 1 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang ada di dalam kandungan. Sedangkan menurut UU Kesejahteran Anak di dalam pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang berusia 21 tahun atau yang belum menikah.

Anak adalah manusia yang masih kecil, dan bukan pula orang yang disebut dewasa. Didalam kehidupannya anak patut memiliki kesejahteraan yaitu suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan kehidupan secara wajar, baik secara jasmani maupun secara rohani dan sosial. Anak merupakan harapan bangsa dan orang tua akan selalu berusaha agar anak mereka menjadi apa yang diinginkan dengan memberikan selurunya yang ada pada orang tua, yang akan diberikan kepada anaknya.

Kedudukan anak dalam aspek sosiologis menujukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan masyarakat berbangsa dan bernegara. Menurut the Minimum Age Convention nomor 138 (1973), pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on the rights of the Child (1989) yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres nomor 39 tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun (Huraerah, 2012: 31).

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, menyatakan bahwa anak adalah anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dan menurut Undang-undang Perlindungan Anak, hak-hak anak adalah sebagai berikut:

a. Berhak mendapatkan hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.


(38)

b. Berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan c. Berhak memproleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan

kebutuhan fisik, mental, spritual, dan sosial. d. Berhak memproleh pendidikan

e. Berhak menyatakan pendapatnya informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

f. Berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berrekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

g. Berhak memproleh perlindungan dari sasaran penganiyaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukum yang tidak manusiawi.

2.1.4 Anak Binaan

Anak binaan yaitu anak yang diberi biaya pendidikan oleh seseorang dan bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya. Anak binaan yang dimaksud disini yaitu anak yang telah mencapai umur 5 tahun sampai usia 18 tahun dan belum pernah kawin yang berdasarkan keputusan pengadilan diserahkan pada Negara yang dididik di Kids Club dari Yayasan Fondasi Hidup Indonesia.

1. Macam pembinaan

a.Pembinaan penyuluhan jasmani b.Pembinaan penyuluhan kesehatan

c.Pembinaan dalam bidang pendidikan dan integrasi 2. Tujuan dan kejelasan pola pembinaan

3. Manfaat pola pembinaan 4. Pelaksanaannya

5. Sumber-sumber yang digunakan.

Berdasarkan pembahasan mengenai anak binaan tersebut maka, keterkaitan respon orang tua dengan anak binaan yaitu sikap ataupun tingkah laku dari orang tua terhadap anak yang diberi biaya pendidikan ataupun bantuan dari seseorang


(39)

maupun lembaga guna memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosial anak.

2.2 Program Kids Club

2.2.1 Pengertian Program

Pengertian program, ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan sebagai ”rencana”. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi, mencari pekerjaan, membantu orang tua dalam membina usaha, atau mungkin juga belum menentukan program apapun. Pengertian umum lainnya tentang definisi “program” adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan. Berdasarkan pengertian itu maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan tidak hanya satu kali tetapi berkesinambungan.

Sedangkan secara khususnya, apanila “program” ini langsung dikaitkan dengan evaluasi maka proram didefenisisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu

organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan

program, yaitu:

1. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan

2. Terjadi dalam waktu yang relatif lama-bukan kegiatan tunggal tetapi jamakberkesinambungan.

3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang (Gde Ida Slamet Satriya, 2010, Evaluasi Program Pendidikan).

Secara umum berarti program merupakan “rencana” sedangkan secara khusus program biasanya akan dikaitakan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan implementasi dari suatu kegiatan tersebut. Makanya program dijadikan unsur


(40)

pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,1996:295).

Program didefensikan sebagai instrument kebijakan yang berisi kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran dan/atau kegiatan masyarakat yang di koordinasikan.


(41)

Program terbagi dalam dua jenis, yaitu:

1. Program Teknis, merupakan program–program yang menghasilkan pelayanan kepada kelompok sasaran/masyarakat (pelayanan eksternal) 2. Program Generik, merupakan program–program yang digunakan oleh

beberapa unit Eselon IA yang memiliki kharakteristik sejenis untuk mendukung pelayanan aparatu dan/atau administrasi pemerintah (Pelayanan Internal) (Kementerian PPN/BAPPENAS, 2015).

Program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang diimplementasikani dalam suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang untuk pengambilan keputusan. Program bertujuan untuk mencapaian tujuan dari yang dicapai. Selanjutnya, hasil program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Didalam melanjutkan program diperlukan pengambilan keputusan untuk melanjutkan program yang telah dilaksanakan.

Dalam program, diperlukan standar mutu program agar diketahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan. Dalam program, pelaksana (evaluator) harus mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) harus mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu program tersebut.

Dalam membuat program kriteria harus menempatkan orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Orang tersebut dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program). Model program merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar Program.Dalam menjalankan program, perlu dipertimbangkan model program yang akan dibuat. Biasanya model program ini dibuat berdasarkan


(42)

kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan

di

akses pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 14.39 WIB).

Program dilakukan untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan pemerataan dan perluasan pendirian lembaga pendidikan dimulai dari pendidikan anak usia dini disetiap pedukuhan desa untuk usia 3-4 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan periode awal yang sangat penting dan mendasar dalam rentang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Secara resmi pemerintah telah mengesahkan dan memberlakukan program kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak. Sementara itu Pendidikan Anak Usia Dini dalam Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005. Secara lebih operasional arah kebijakan pemerintah di bidang PAUD dijabarkan lagi dalam Renstra Depdiknas tahun 2005-2009 yang pada prinsipnya mencakup perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta penguatan tata kelola,

akuntabilitas dan pencitraan publik

di

akses pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 14.39 WIB).

2.2.2 Pengertian Kids Club

Sebelumnya latar belakang berdirinya Program Kids Club yaitu karena program FH adalah program transformasi masyarakat yang berfokus kepada kesejahteraan anak atau sering kami sebut dengan Child Focused Community Transformation (CFCT). Orang-orang yang bertanggung jawab untuk kesejahteraan anak-anak adalah pemerintah, keluarga, pemimpin di masyarakat. FH memulai program CFCT ini disemua komunitas dimulai dengan program anak yaitu kegiatan Kids Club. Hal ini bukanlah menjadi sebuah keharusan yang harus diwajibkan kepada FH ketika memulai program disebuah komunitas. Namun berdasarkan hasil pre-assessment yang dilakukan oleh FH dimasing-masing komunitas kondisi pendidikan menjadi salah satu kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anak.


(43)

Hasil pre-assessment yang ditemukan, yaitu masih tingginya angka melek huruf dibeberapa komunitas, banyak anak-anak yg malas bersekolah dengan alasan guru-guru mereka sering absen, beberapa anak yang disuruh orang tua untuk bekerja dimasa-masa panen, dibeberapa komunitas kebiasaan masyarakat ketika ada pesta sukacita disalah satu anggota masyarakat anak-anak sangat senang ikut dalam pesta tersebut karena mereka bisa menyaksikan orang-orang yang beryanyi dan menari,selain itu kita juga melihat banyak anak-anak yang tidak memiliki kegiatan positif setelah pulang sekolah.

Sementara FH melakukan kegiatan bersama-sama dengan anak-anak FH juga melanjutkan assessment mengenai kondisi masyarakat yang lebih mendalam lagi. Sebagai dasar untuk memutuskan program-program yang akan kami lakukan dimasyarakat.Kids Club adalah kelompok bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yg di sesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kegiatan yang dijalankan meliputi tutorial tentang pelajaran di sekolah berdasarkan kelasnya maupun kegiatan soccer club.

a. Definisi Program Kids Club dari FH

Kids Club adalah kelompok bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yg di sesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Kegiatan yang dijalankan meliputi tutorial tentang pelajaran di sekolah berdasarkan kelasnya maupun kegiatan soccer club.

b. Kegiatan yang Ada di Kids Club

Kegiatan kids club bagi anak usia 5 – 8 tahun difokuskan kepada kemampuan membaca dan berhitung. Oleh karena itu materi pada kurikulum mereka adalah membaca dan menulis. Pada awalnya FH mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris kepada anak yang duduk dikelas 1, 2, dan 3 Sekola Dasar (SD). Tetapi setelah program kids club dijalani selama 2 tahun menimbulkan masalah, yaitu anak-anak yang mengikuti program kids club belum bisa membaca dan menulis. Bahkan di kelas 3 Sekolah Dasar (SD) masih terdapat beberapa anak


(44)

yang belum bisa membaca. Di beberapa daerah bahkan terdapat beberapa anak belum bisa membaca walaupun sudah duduk di kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar (SD).

Kegiatan keterampilan dimulai dari usia 5 – 15 tahun dengan tujuan agar anak-anak tidak bosan dengan kegiatan belajar yang rutin dilakukan. Keterampilan membuat sabun cair dan belajar Bahasa Inggris diajarkan pada anak kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diajarkan juga beberapa pengetahuan tambahan tentang kesahatan, yaitu reproduksi dan narkoba.

Di beberapa komunitas tingkat pergaulan bebas dan penggunaan narkoba cukup tinggi. Misalkan di Dusun 1 Jaring Halus, FH pernah melakukan penyuluhan tentang reproduksi dan penyuluhan narkoba. Kemudian di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu juga dilakukan penyuluhan yang sama pada anak kelas 6 Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anak-anak yang menghadiri penyuluhan tersebut diarahkan untuk menjadi pengajar sesama. Sebagai tahap awal, FH melakukan diskusi ke sekolah untuk menjalankan program pendidik sebaya terkait reproduksi dan bahaya narkoba. Jika pihak sekolah setuju kegiatan tersebut akan dilanjutkan.

Anak yang menjadi peserta dan mengikuti penyuluhan tentang reproduksi dan bahaya narkoba diarahkan untuk menjadi untuk fasilitator sebaya pada teman sekolahnya guna memahami reproduksi dan bahaya narkoba. Peserta tersebut di latih di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) di salah satu sekolah yang nantinya mereka akan menjadi pendidik sebaya. Harapan lanjutan dari kegiatan ini, jika masuk tahun ajaran baru mereka yang telah memperoleh penyuluhan dapat melatih anak yang baru masuk. Karena jika dilakukan oleh teman sebaya maka pesan yang ditimbulkan akan lebih kuat. Program ini akan dievaluasi di tahun selanjutnya.

Bentuk lain kegiatan Kids Club berupa Soccer Club yang dimulai pada anak kelas 5 Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kegiatan Soccer Club dibuat karena minat anak yang tinggi dalam bermain bola


(45)

sehingga dapat menarik perhatian anak terhadap program yang dijalankan FH. Didalam kegiatan ini diajarkan skill bermain bola dan bermain sportif.

Disamping itu diajarkan juga tentang kesehatan seperti tidak merokok. Kegiatan Soccer Club kurang berjalan dengan baik karena sedikitnya orang lokal yang peduli pada kegiatan Soccer Club. Kurangnya kepedulian orang lokal karena pengajar tidak memperoleh upah dari kegiatan tersebut. Kegiatan masih berjalan tetapi kurang efektif karena tidak ada orang yang menolong secara suka rela.

Kegiatan Kids Club dilakukan selama satu kali dalam seminggu di setiap desa terkecuali di Desa Baru yang kegiatannya dilakukan dua kali dalam seminggu. Didalam Kids Club juga terdapat Kelas Baca untuk anak kelas 3 – 6 Sekolah Dasar (SD) yang belum bisa membaca dan menulis.

Semua hal yang ada di Kids Club merupakan kegiatan belajar. Baik dari segi membaca, menulis, keterampilan, serta belajar kesehatan. Dalam kegiatan belajar, ada beberap faktor yang terkait agar kegiatan individu benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaiti asosiasi, motivasi, variabilitas, dan kebiasaan (Morgan dalam Mulyati, 2005:3).

Sedikit uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah:

a. Asosiasi : Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara satu hal dengan lainnya.

b. Motivasi : Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal.

c. Variabilitas : Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yan dapat dilakukan untuk memacahkan suatu masalah, tergantung pada stimulius belajar.

d. Kebiasan : Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan.


(46)

c. Lokasi Program Kids Club

Lokasi-lokasi Kids Club terdapat di beberapa daerah Sumatera Utara, diantaranya di daerah Deli Serdang meliputi Desa Baru, Namo Serit, Bintang Meriah, dan Gunung Rintih. Di Gunung Rintih terdapat 3 kelompok belajar karena terdapat 3 dusun di daerah tersebut. Di Dusun 1 Kids Club dilakukan di sekolah negeri Dusun 1, sementara Dusun 5 - 9 juga dilakukan di sekolah yang lokasinya berada di dusun 7. Untuk dusun 2 kids club dilakukan di rumah masyarakat yang disewa oleh FH.

Di daerah Langkat meliputi Jaring Halus, Sendayan dengan nama Dusun Securai Selatan, dan Teluk Meuku di Desa Palu Sipat yang kegiatan Kids Club dilakukan di sekolah. Desa Palu Sipat tergolong cukup besar karena terdiri dari 55 Kepala Keluarga.

d. Lamanya Kids Club Berdiri di Setiap Daerah Dampingan FH

Program Kids Club sudah dimulai sejak tahun 2012 kecuali di Gunung Rintih yang dimulai pada tahun 2013 di bulan 9.

e. Struktur dan Pembagian Tugas dalam Program Kids Club

Struktur dan pembagian tugas dalam Kids Club terbagi ke dalam beberapa tugas, diantaranya Supervisi yang merupakan pengontrol lapangan di masing-masing desa yang biasa disebut dengan Community Development Fasilitator (CDF), sementara yang mengajar adalah relawan lokal yang disebut Community Local Staff (CLS).

f. Jumlah Anak di Setiap Kids Club di Beberapa Daerah Dampingan FH Kegiatan ini tidak dibuat di semua komunitas melainkan beberapa daerah yang paling rendah persentase bacanya, diantaranya Jaring Halus, Sendayan, dan Teluk Meuku. Partisipasi kehadiran dalam seminggu untuk Program kids club diantaranya Jaring Halus dengan tingkat kehadiran 165 anak/ minggu; Di Sendayan 150 anak/ minggu; Teluk Meuku 200 anak/ minggu; Namo serit 144


(47)

anak/ minggu; Gunung Rintih 250 anak/ minggu; dan Desa Baru 70 anak/ minggu. Jenjang pendidikan yang diajarkan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP), tetapi biasanya ada bebarapa anak kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bergabung.

g. Materi yang di Ajarkan di Kids Club

FH melakukan perbaikan kurikulum setelah menemukan masalah pada pelajaran di program Kids Club. Pada anak yang duduk di Kelas 3 diberi materi kesehatan. Materi kesehatan lebih kepada pembelajaran teori dan praktek seperti cara menyikat gigi yang benar, dan juga mengajarkan cuci tangan sebelum makan. Pada anak kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar (SD) fokus belajar tidak hanya membaca, tetapi terdapat belajar berhitung. Juga diajarkan materi tentang kesehatan tentang kebersihan seperti memotong kuku minimal seminggu sekali, keramas yang baik, dan mandi yang baik. Juga diajarkan pertolongan pertama ketika mereka merasakan demam. Pengajaran lain yang diajarkan berupa livelihood, yang mengajarkan anak-anak tentang menabung, membuat kotak tabungan dari barang bekas atau kaleng susu. Bahan-bahan yang digunakan untuk di ambil dari barang yang bisa di daur ulang.

2.3 Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin.

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah dari segi batas usia anak menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menyebutkan


(48)

bahwa: “ Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin”. Menurut undang-undang ini, batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial, tahap kematangan pribadi dan tahap kematangan mental. Pada usia 21 tahun anak sudah dianggap mempunyai kematangan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental (Waluyadi, 2009: 5).

Di dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak juga di jelaskan mengenai hak-hak anak yaitu dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan hak-hak anak sebagai berikut:

a) Pasal 3 UU No. 4 Tahun 1979

Seorang anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan berdasarkan kasih sayang, pelayanan untuk berkembng, pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan atau setelah dilahirkan, perlindungan lingkungan hidup yang menghambat perkembangan.

b) Pasal 4 UU No. 4 Tahun 1979

Anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memproleh asuhan negara atau orang atau badan.

c) Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1979

Anak yang tidak mampu berhak memproleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar. d) Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1979

Anak yang mengalami masalah kelakuan diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan menolongnya guna mengatasi hambatan yang terjadi dalam masa pertumbuhan (Waluyadi, 2009: 6).

2.4 Kerangka Pemikiran

Program Kids Club merupakan kelompok bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku dan pengembangan kemampuan dasar yang disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.Agar anak dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam belajar untukkeberlangsungan hidup di masa depan, maka FH mempunyai rancangan untuk membuat program yang berkaitan


(49)

dengan pendidikan di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

Yayasan Fondasi Hidup Indonesia membuat sebuah program yang di beri nama Program Kids Club yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan anak. Program ini dilaksanakan oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesiadan dibantu oleh CDF dan CLS di masing-masing daerah. Didalam menjalankan program Kids Club mengembangkan kemampuan dasar anak, diperlukan adanya peran orang tua dari anak yang ikut dalam kegiatan Kids Club. Setelah program Kids Club berjalan, maka akan menimbulkan respon dari orangtua. Respon tersebut dapat dilihat dari presepsi orang tua terhadap program, sikap orang tua dalam pelaksanaan program serta partisipasi orang tua dalam pelaksanaan program.

Untuk memperjelas alur pemikiran, penulis membuat bagan yang menggambarkan isi dari pemikiran diatas, yaitu:


(50)

Bagan Alur Pemikiran

PROGRAM KIDS CLUB

Orang Tua Anak Binaan

RESPON

PERSEPSI ORANG TUA MENGENAI PROGRAM KIDS

CLUB

SIKAP ORANG TUA TERHADAP PROGRAM KIDS

CLUB

PARTISIPASI ORANG TUA

DALAM PROGRAM KIDS


(51)

2.5 Definisi Konsep dan Operasional 2.5.1 Definisi Konsep

Konsep istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan di kaji. Dan konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep konsep yang di jadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep konsep yang di teliti (Siagian, 2011: 136-138).

Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti, jadi definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yarfng dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Respon : tanggapan, reaksi maupun jawaban.

2. Orang tua :anggota keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatanperkawinan yang sah.

3. Anak Binaan : anak yang diberi bantuan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani, dan sosialnya serta pendidikannya.

4. Program Kids Club : sebuah program bermain dan belajar untuk anak dengan tujuan membentuk perilaku

danpengembangan kemampuan dasar yg disesuaikandengan tahap perkembangan anak.

Definisi konsep secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan Respon Orang tua Anak Binaan terhadap Program Kids Club oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah adalah suatu pengamatan tentang tanggapan dari orang tua anak didik terhadap


(1)

Dari hasil keseluruhan antara persepsi, sikap dan partisipasi dapat diperoleh skor 0,28. Karena berada di antara -0,33 sampai 0,33 maka Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah netral.


(2)

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisis data dalam penelitian tentang Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa respon orang tua dalam Pelaksanaan Program Kids Club dapat dilihat dari tiga aspek yaitu :

1. Aspek persepsi, hasil analisis data dapat diketahui bahwa orang tua memiliki persepsi yang netral tentang Program Kids Club, yang ditunjukkan melalui tanggapan sederhana dari orang tua terhadap keseluruhan kegiatan dan pelaksanaan Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

2. Aspek sikap, hasil analisis data dapat diketahui bahwa orang tua memiliki sikap yang positif tentang Program Kids Club. Orang tua memberikan penilaian yang baik serta setuju terhadap pelaksanaan dan keberlangsungan Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

3. Aspek partisipasi, hasil analisis data menunjukan bahwa orang tua memiliki partisipasi netral terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui jarangnya orang tua ikut terlibat dalam setiap kegiatan maupun pertemuan-pertemuan yang berhubungan dengan program Kids Club namun terdapat beberapa orang tua ikut aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Fondasi Hidup Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan hasil dari ketiga kategori (persepsi, sikap dan partisipasi) tersebut dapat dilihat dengan nilai rata-rata responden terhadap pelaksanaan program Kids Club adalah netral. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa respon orang tua terhadap program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup


(3)

Indonesia di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang adalah netral dengan jumlah rata-rata 0,28.

Orang tua memiliki persepsi netral terhadap Program Kids Club karena pada dasarnya orang tua memahami Program Kids Club bermanfaat bagi kecerdasan dan tumbuh kembang anak. Orang tua meyakini anak memiliki masa depan yang baik dengan mengikuti Program Kids Club dan telah memenuhi hak anak dalam pendidikan dengan mengikuti Program Kids Club. Namun orang tua kurang mengetahui kegiatan apa saja yang terdapat dalam Program Kids Club, kurang memahami tujuan dan manfaat dari Program Kids Club dan orang tua kurang mengetahui fasilitas pendidikan apa saja yang ada dalam Program Kids Club. Sikap orang tua terhadap Program Kids Club adalah positif karena orang tua mendorong anak untuk rajin mengikuti Program Kids Club meyakini bahwa anak memiliki kemajuan dalam pendidikan dengan mengikuti Program Kids Club. Hal ini bisa dilihat dari prestasi belajar anak disekolah dan kemampuan membaca dan berhitung anak setelah mengikuti Program Kids Club.

Partisipasi orang tua terhadap Program Kids Club adalah netral karena kebanyakan orang tua mengkomunikasikan kepada lingkungan sekitar akan pentingnya pendidikan belajar bagi anak dalam Program Kids Club untuk kelangsungan pendidikan anak di sekitar Desa Baru. Jika terjadi kerusakan dan penyimpangan dalam Program Kids Club orang tua akan bergotong-royong bersama warga mencari jalan keluar dari permasalah yang terjadi. Namun orang tua jarang mengikuti penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan dalam Program Kids Club karena kesibukan bekerja. Orang tua juga kurang aktif dalam musyawarah dalam Program Kids Club juga karena kesibukan pekerjaan. Terdapat beberapa orang tua ingin menghadiri musyawarah namun karena tidak mendapatkan undangan orang tua mengurungkan niat untuk menghadiri musyawarah tersebut.


(4)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program Kids Club hendaknya dilakukan dengan melibatkan seluruh orang tua agar orang tua dapat lebih mengerti dan berpartisipasi dalam melaksanakan Program Kids Club.

2. Pelaksanaan Program Kids Club hendaknya dilakukan pemantauan dan evaluasi dengan mengawasi dan mengevaluasi program-program agar berjalan sesuai dengan tujuan program sehingga dapat memenuhi harapan-harapan orang tua pada program Kids Club untuk kemampuan pendidikan anak.

3. Sebaiknya pihak lembaga pelaksana program, menambah dan membuat variasi pembelajaran yang disertai dengan keterampilan yang bermanfaat untuk perkembangan anak.

4. Sebaiknya pihak pelaksana program menambah kegiatan yang berguna dan kreatif untuk merangasang psikomor anak, agar anak lebih tertarik untuk belajar serta dapat mengembangkan kreativitas. Sebagai contoh seperti kegiatan seni, olahraga, dll.

5. Pihak lembaga dan orang tua dilibatkan dalam sosialisasi, musyawarah dan kegiatan program-program untuk keberhasilan anak dalalm Program Kids Club.

6. Pihak lembaga dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat dalam pengembangan program pendidikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT Rhineka Cipta

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Evaluatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Faisal, Sanapiah. 2005. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi

Huraerah, Abu. 2012. Kekerasan terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendekia Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT Gerola

Aksara Pratama.

Jones, Charles O. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Mardiya. 2000. Kiat-kiat Khusus Membangun Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKB Pusat

Moleong, Lexi J. 1991. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Nasution, S. 1994. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nurdin, Ali. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Faza Media Perundangan tentang Anak. Yogyakarta: PustakaYustisia

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan : Grasindo Monoratama Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT Grasindo Monoratama

Siagian dan Suriadi. 2012. CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: GrasindoMonoratama

Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika Aditama Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga. Malang: UMM Press


(6)

Suyanto dan Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group

Taylor. 2009. Psikologi sosial edisi kedua belas.Jakarta : Kencana prenada Media Group

Walgito, Bimo. 2000. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi

SUMBER LAIN

Juwartini W, 2005, Profil Kehidupan Anak Jalanan

:http://www.lib.unnes.ac.id/3387cache/2005/Juwartini.html di akses pada tanggal 20 Febuari 2015 pukul 15.21 WIB

www.Wikipedia.org

00.29 wib

Gde Ida Slamet Satriya, 2010, Evaluasi Program Pendidikan

:http://kojingtechnolog.wordpress.com/2010/09/14/evaluasi-program-pendidikan/ di akses pada tanggal 8 Februari 2015 pukul 21.16 WIB

Kementerian PPN/BAPPENAS

: pada tanggal 15 Januari 2015 pada pukul 21.00 WIB

Andri Prakarsa, 2011, Peran LSM HUMUS dalam Pemberdayaan Anak Jalanan

22.36 WIB

Kompas, 2014

diakses pada

tanggal 24 Februari 2015 pukul 09.58 WIB)

Nadirah Nur, 2011, Macam-macam Pengasuhan Anak dalam Keluarga :http://www.wajahbocah.com/macam-macam-pengasuhan-anak-dalam-keluarga.html diakses pada tanggal 3 Maret 2015 pukul 17.51 WIB). Kesmas, 2014, Perilaku Kesehatan Masyarakat


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja Di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

3 63 120

Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji di Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

9 79 104

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Respon Masyarakat Terhadap Program Credit Union Arih Ersada Di Desa Namomirah Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 41 102

Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 29 100

Strategi Orang Tua Tunggal Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Keluarga (Studi Kasus Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

1 11 163

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon Orang Tua Anak Binaan 2.1.1 Respon - Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, - Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

0 0 8

RESPON ORANG TUA TERHADAP PROGRAM KIDS CLUB YAYASAN FONDASI HIDUP INDONESIA DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 15

HARMONISASI INTERAKSI ANTAR ETNIS DI DESA BARU, KECAMATAN PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 9